Vous êtes sur la page 1sur 40

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah serangkaian proses yang dialami oleh wanita yang diawali

dengan pertemuan antara sel telur dan sel sperma di dalam indung telur (ovarium)

wanita, lalu berlanjut ke pembentukan zigot, perlekatan atau menempel di dinding

rahim, pembentukan plasenta, dan pertumbuhan serta perkembangan hasil

konsepsi sampai cukup waktu (aterm).

Kehamilan merupakan sebuah proses alamiah pada manusia, dan bukan

merupakan proses patologis, kecuali keadaan-keadaan tertentu. Masa kehamilan

dimulai dari masa konsepsi sampai lahirnya janin. Rentang waktu kehamilan pada

umumnya adalah 280 hari atau 40 minggu atau 9 bulan 10 hari.

2.2 Tanda – Tanda Kehamilan

Menurut para ahli, tanda-tanda kehamilan dibagi kedalam 3 kelompok, yaitu

tanda-tanda dugaan kehamilan (seseorang masih diduga hamil jika didapati tanda

ini pada tubuhnya), tanda-tanda tidak pasti hamil, dan tanda-tanda pasti hamil.

Tanda-tanda tersebut adalah :

1. Tanda Dugaan Kehamilan

a) Amenorea (tidak timbul haid/menstruasi)

Pada wanita yang tidak hamil, proses normal pada organ reproduksinya adalah

terjadi dialam ovarium dimana terdapat pertumbuhan dan perkembangan folikel

de Graff dan pematangan sel-sel telur. Namun pada saat hamil, sel sperma yang
telah membuahi sel telur akan menghambat pembentukan folikel de Graff,

sehingga otot-otot dinding rahim yang biasanya pada wanita tidak hamil akan

luruh/lepas, pada wanita hamil, akan menetap supaya hasil konsepsi dapat

tertanam di otot dinding rahim tersebut.

b) Mual dan Muntah

Mual dan muntah yang berlebihan pada ibu hamil disebabkan oleh meningginya

produksi estrogen dan progesterone. Kedua hormone tersebut dapat merangsang

produksi asam lambung yang berlebihan, sehingga timbullah mual dan muntah.

c) Ngidam

Sering pada wanita hamil didapati kondisi dimana banyaknya keinginan-

keinginan yang diutarakan oleh ibu hamil. Keinginan-keinginan terseut

dinamakan dengan ngidam

d) Payudara Sakit dan Tegang

Seperti pada mual dan muntah, pengaruh hormone estrogen dan progesterone

ditambah dengan hormone somatomamotrofin dapat merangsang penimbunan

lemak, air dan garam pada payudara wanita. Hal ini menyebabkan payudara

menjadi tegang. Lalu, tegangnya payudara dapat menekan pembuluh darahnya,

sehingga menimbulkan rasa sakit

e) Sering Buang Air Kecil

Hal ini dpengaruhi oleh desakan yang dibuat oleh janin yang mendorong ke

depan, sehingga mendesak kadung kemih dan seakan-akan kandung kemih cepat
penuh. Hal ini akan merangsang otak untuk segera memerintahkan kandung

kemih untuk mengeluarkan urin yang telah ditampung.

f) Konstipasi

Pengaruh hormone progesterone menyebabkan terganggunya gerakan peristaltic

usus (gerakan yang menimbulkan dorongan terhadap isi usus), sehingga

menyebabkan terganggunya buang air besar.

g) Pigmentasi Kulit

Terdapat pigmentasi (zat warna kulit) di sekitar pipi (cloasma gravidarum). Selain

itu, garis-garis di perut seperti striae albican, striae livide dan linia nigra semakin

menghitam. Selain itu, di sekitar areola (sekitar putting susu) juga terjadi

penghitaman.

h) Epulis

Kondisi ini terjadi karena adanya hipertrofi (tingginya perkembangan sel) gusi

yang dapat terjadi pada masa kehamilan.

i) Varises

Timbulnya varises (penampakan pembuluh darah vena) juga diakibatkan karena

meningginya kadar hormone estrogen dan progesterone dalam tubuh, sehingga

mengakibatkan penampakan pembuluh darah vena terutama sekitar betis, sekitar

alat kelamin, sekitar kaki, dan sekitar payudara.

Artikel Penunjang : Sistem Reproduksi Manusia

2. Tanda Tidak Pasti Kehamilan


a) Perut membesar

b) Ditemukan hasil-hasil pemeriksaan dalam seperti :


 Tanda Hegar, yaitu ketika dua jari dimasukkan dalam liang vagina,
seakan-akan dua jari dapat saling bersentuhan, karena Rahim menjadi lebih
panjang dan lunak
 Tanda Chadwiks, yaitu tampaknya warna kebiru-biruan pada vagina dan
vulva akibat pengaruh hormone estrogen
 Tanda Piscaceks, yaitu adanya pelunakan dan pembesaran sebelah di
tenpat tertanamnya janin di Rahim
 Tanda Braxton Hicks, yaitu adanya kontraksi pada rahim

c) Tes kehamilan dinyatakan positif

3. Tanda Pasti Kehamilan

a) gerakan janin di dalam rahim terlihat, hal ini dapat dilihat dengan

menggunakan pemeriksaan USG

b) Terlihat dan teraba bagian-bagian janin dengan menggunakan pemeriksaan

Leopold Manuver

c) terdengarnya denyut jantung janin dengan stetoskop Doppler

2.3 Komplikasi Dalam Kehamilan

Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada nyeri perut hebat antara lain :

– Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopik adalah kehamilan abnormal yang terjadi
di luar rongga rahim, janin tidak dapat bertahan hidup dan sering
tidak berkembang sama sekali. Kehamilan ektopik disebut
juga ectopic pregnancy, ectopic gestation, eccecyesis. Kehamilan
ektopik merupakan penyebab kematian ibupada
umur kehamilan trimester pertama. Frekuensi kejadian kehamilan
ektopikberkisar 1: 14,6 % dari seluruh kehamilan.
– Pre eklamsia
Kondisi ibu yang disebabkan oleh kehamilan disebut
dengan keracunan kehamilan, dengan tanda -tanda oedeme
(pembengkakan) terutama tampak pada tungkai dan muka, tekanan
darah tinggi, dan terdapat proteinuria pada pemeriksaan urine dari
laboratorium (Rochjati, 2003). Kematian karena eklampsia
meningkat dengan tajam dibandingkan pada tingkat pre-eklampsia
berat,
– Persalinan premature
Persalinan Prematur adalah persalinan yang terjadi sebelum
usia kehamilan mencapai 37 minggu. Persalinan prematur bisa
merupakan suatu proses normal yang dimulai terlalu dini atau
dipicu oleh keadaan tertentu, seperti infeksi rahim atau infeksi
cairan ketuban. Sebagian besar kasus persalinan prematur
penyebabnya tidak diketahui secara pasti.
Faktor resiko terjadinya persalinan prematur :
a. Pernah mengalami persalinan prematur pada kehamilan
terdahulu
b. Kehamilan ganda (kembar 2 atau 3)
c. Pernah mengalami aborsi
d. Memiliki serviks yang abnormal
e. Memiliki rahim yang abnormal
f. Menjalani pembedahan perut pada saat hamil
g. Menderita infeksi berat pada saat hamil.
h. Pernah mengalami perdarahan pada trimester kedua atau ketiga
i. Berat badan kurang dari 50 kg,
j. Pernah memakai DES (dietilstilbestrol)
k. Merokok sigaret atau makakai kokain,
l. Tidak memeriksakan kehamilan.
– Solusio plasenta
Solusio PlasentaAdalah suatu keadaan dimana plasenta
yang letaknya normal terlepas dari pelekatannya sebelum janin
lahir, terjadi pada umur kehamilan diatas 22 minggu atau berat
janin 500 gram. Tanda dan gejalanya adalah uterus seperti papan,
nyeri abdomen yang hebat dan tidak dapat tertahankan, nyeri
punggung, kolik, kontraksi hipertonik, nyeri tekan pada uterus, DJJ
dapat normal/ tidak normal, gerakan janin tidak stabil, perdarahan
tersembunyi dan syok. Penanganannya adalah atasi syok dan
anemia, tindakan operatif (SC atau partus pervaginam).
– Abortus
Abortus adalah penghentian atau
pengeluaran hasilkonsepsi pada kehamilan 16 minggu atau
sebelum plasenta selesai.
– Rupture uteri imminens
Perdarahan dapat terjadi intraabdominal atau melalui
vagina kecuali jika kepala janin menutupi rongga panggul.
Perdarahan dari ruktura uteri pada ligamentum latum tidak akan
menyebabkan perdarahan intraabdominal.

2.4 Pengertian Abortus

Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum


janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari
20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, (prawirohardjo, 2009).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram,
(Mansjoer,dkk, 2000).
Abortus adalah terminasi kehamilan yang tidak diinginkan melalui metode
obat-obatan atau bedah, (Morgan, 2009).
Berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar disebut
abortus.Anak baru mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya telah mencapai
1000 gram atau umur kehamilan 28 minggu.Ada juga yang mengambil sebagai
batas untuk abortus berat anak yang kurang dari 500 gram. Jika anak yang lahir
beratnya antara 500 – 999 gram disebut juga dengan immature.
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu)
pada atau belum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan
belum mampu untuk hidup diuar kandungan, (prawirohardjo, 2010).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Istilah
abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan.
Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum
sanggup hidup swendiri diluar uterus. Belum sanggup diartikan apabila afetus itu
terletaknya antara 400 – 1000 gram, atau kehamilan kurang dari 28 minggu
(Eastman).
Abortus pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum usia kehamilann 28 minggu.,
yaitu fetus belum viable by law (jeffcoat)
Abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke 16, dimana proses
plasentase belum selesai (holmer)
Berdasarkan variasi berbagai batasan yang ada tentang usia / berat lahir janin
viable (yang mampu hidup di luar kandungan), akhirnya ditentukan suatu batasan
abortus sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 g atau
usia kehamilan 20 minggu. (terakhir, WHO/FIGO 1998 : 22 minggu)
Keguguran adalah dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup di
luar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gr atau umul hamil kurang
dari 28 minggu (Manuaba, 1998:214).

2.2 Etiologi Abortus


Pada kehamilan muda abortus tidak jarang didahului dengan kamatian
mudigah. Sebaliknya, pada kehamilan lanjut biasanya janin dikeluarkan dalam
keadaan masih hidup. Hal-hal yang menyebabkan abortus dapat dibagi sebagai
berikut:
a) Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau
cacat. Kelainan berat biasanya menyebabkan kematian mudigah pada hamil muda.
Faktor-faktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah sebagai
berikut:

 Kelainan Kromosom. Kelainan yang sering ditemukan pada abortus


spontan ialah trisomi, poliploidi dan kemungkinan pula kelainan
kromosom seks.
 Lingkungan Kurang Sempurna. Bila lingkungan diendometrium disekitar
tempat implantasi kurang sempurna, sehingga pemberian zat-zat makanan
pada hasil konsepsi terganggu.
 Pengaruh Dari Luar. Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat
mempengaruhi hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus.
Pengaruh ini umumnya disebut pengaruh teratogen.

b) Kelainan Pada Plasenta

Endarteritis dapat terjadi dalam villi koriales dan menyebabkan oksigenasi


plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian
janin. Keadaan ini bisa terjadi pada kehamilan muda misalnya karena hipertensi
menahun.
c) Penyakit Ibu
Penyakit mendadak, seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria,
dan lain-lain dapat menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus atau plasmodium
dapat melalui plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin dan
kemudian terjadilah abortus. Anemia berat, keracunan, laparotomi, peritonitis
umum, dan penyakit menahun, seperti brusellosis, mononukleosis infeksiosa,
toksoplasmosis juga dapat menyebabkan abortus walaupun lebih jarang.
d) Kelainan Traktus Genitalis
Retroversio uteri, miomata uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan
abortus. Tetapi, harus diingat bahwa hanya retroversio uteri gravidi inkarserata
atau mioma submukosa yang memegang peran penting. Sebab lain dalam abortus
dalam trimester ke-2 ialah serviks inkompeten yang dapat disebabkan oleh
kelemahan-bawaan pada serviks, dilatasi serviks berlebihan, konisasi, amputasi,
atau robekan serviks luas yang tidak dijahit.

2.3 Patologi Abortus


Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis kemudian
diikuti oleh nekrosis jaringan disekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil
konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing
dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan
isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi biasanya dikeluarkan
seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada
kehamilan antara 8-14 minggu villi koriales sudah menembus desidua lebih
dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat
menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas umumnya
yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu
kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan
lengkap.

2.4 Klasifikasi Abortus


Secara klinik dapat dibedakan antara abortus imminiens, abortus insipiens,
abortus inkompletus dan abortus kompletus. Selanjutnya dikenal pula abortus
servikalis, missed abortion, abortus habitualis, abortus infeksiosus, dan abortus
septik.

2.4.1 Abortus Imminens


Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan
tanpa adanya dilatasi serviks (Sarwono, 2007). Diagnosis abortus imminens
ditentukan apabila terjadi perdarahan melalui ostium uteri eksternum, disertai
mules sedikit atau tidak sama sekali, uterus membesar sebesar tuanya kehamilan,
serviks belum membuka, dan tes kehamilan positif. Perdarahan implantasi
biasanya sedikit, warnanya merah, dan cepat berhenti, tidak disertai mules-mules.
Penanganan abortus imminens meliputi :

 Istirahat baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam


pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke
uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
 Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai zat
progestasional sintetik peroral atau secara intramuskular. Walaupun bukti
efektivitasnya tidak diketahui secara pasti.
 Pemeriksaan ultrasonografi penting dilakukan untuk menentukan apakah
janin masih hidup.

2.4.2 Abortus Insipiens


Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi
hasil konsepsi masih dalam uterus (Sarwono, 2007). Dalam hal ini rasa mules
menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah. Pengeluaran hasil konsepsi
dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan cunam ovum, disusul dengan
kerokan. Penanganan Abortus Insipiens meliputi :

a. Jika usia kehamilan kurang dari16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan
aspirasi vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera dilakukan:
Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit
bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam
bila perlu).
b. Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :

 Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil


konsepsi.
 Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena
(garam fisiologik atau larutan ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes
permenit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.

c. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan

2.4.3 Abortus Inkompletus


Abortus Inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus
(Sarwono, 2007). Pada pemeriksaan vaginal, kanalis servikalis terbuka dan
jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari
ostium uteri eksternum. Perdarahan pada abortus inkompletus dapat banyak
sekali, sehingga menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan berhenti sebelum
seluruh hasil konsepsi dikeluarkan. Apabila plasenta (seluruhnya atau sebagian)
tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan
tanda utama abortus inkompletus. Pada abortus yang lebih lanjut, perdarahan
kadang-kadang sedemikian masif sehingga menyebabkan hipovolemia berat.

Penanganan abortus inkomplit :

1. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16


minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum
untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks.
2. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler atau
misoprostol4 00 mcg per oral.
3. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang
dari 16 minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan:
- Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih.
Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi
vakum manual tidak tersedia.

- Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg


intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400
mcg peroral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).

4. Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:

- Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam


fisiologik atau ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes permenit sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi

- Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)

-Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.


- Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

2.4.4 Abortus Kompletus


Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada
penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus
sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat
diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.
Penderita dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan
khusus, hanya apabila penderita anemia perlu diberikan tablet sulfas ferrosus 600
mg perhari atau jika anemia berat maka perlu diberikan transfusi darah.

2.4.5 Abortus Servikalis


Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh
ostium uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul
dalam kanalis servikalis dan serviks uteri menjadi besar, kurang-lebih bundar,
dengan dinding menipis. 2.4.6 Missed abortion
Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi
janin yang telah mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi
missed abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone progesterone.
Pemakaian Hormone progesterone pada abortus imminens mungkin juga dapat
menyebabkan missed abortion.

2.4.7 Abortus Habitualis


Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih
berturut turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi
kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu. Etiologi abortus habitualis pada
dasarnya sama dengan penyebab abortus spontan. Abortus habitualis yang terjadi
dalam trimester II kehamilan dapat disebabkan oleh serviks uteri yang tidak
sanggup terus menutup, melainkan perlahan-lahan membuka (inkompeten).
Kelainan ini sering kali terjadi akibat trauma pada serviks, misalnya karena usaha
pembukaan serviks yang luas.
Pemeriksaan yang perlu dilakukan antara lain:

1. Histerosalpingografi untuk mengetahui ada tidaknya pada uterus


submukus mioma dan kongenital anomaly
2. BMR dan kadar jodium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau
tidak gangguan gld. Thyroid
3. Psikoanalis.

Diagnosis abortus habitualis tidak sukar ditentukan dengan anamnesis


khususnya diagnosis abortus habitualis karena inkompetensia menunjukkan
gambaran klinik yang khas, yaitu dalam kehamilan triwulan kedua terjadi
pembukaan serviks tanpa disertai mules, ketuban menonjol dan pada suatu saat
pecah. Kemudian timbul mules yang selanjutnya diikuti oleh pengeluaran janin
yang biasanya masih hidup dan normal.

2.5 Tanda dan Gejala

1. Nyeri perut bagian bawah


2. Keram pada rahim
3. Nyeri pada punggung
4. Perdarahan dari kemaluan
5. Pembukaan leher rahim
6. Pengeluaran janin dari dalam rahim

2.6 Komplikasi Akibat Abortus


Komplikasi yang berbahaya pada abortus dapat terjadi pada ibu daan juga pada
janin, diantaranya ialah:

1. Komplikasi medis yang dapat timbul pada ibu

a. Perforasi

Dalam melakukan dilatasi dan kerokan harus diingat bahwa selalu ada
kemungkinan terjadinya perforasi dinding uterus, yang dapat menjurus ke rongga
peritoneum, ke ligamentum latum, atau ke kandung kencing. Oleh sebab itu, letak
uterus harus ditetapkan lebih dahulu dengan seksama pada awal tindakan, dan
pada dilatasi serviks tidak boleh digunakan tekanan berlebihan. Kerokan kuret
dimasukkan dengan hati-hati, akan tetapi penarikan kuret ke luar dapat dilakukan
dengan tekanan yang lebih besar. Bahaya perforasi ialah perdarahan dan
peritonitis.

Apabila terjadi perforasi atau diduga terjadi peristiwa itu, penderita harus
diawasi dengan seksama dengan mengamati keadaan umum, nadi, tekanan darah,
kenaikan suhu, turunnya hemoglobin, dan keadaan perut bawah. Jika keadaan
meragukan atau ada tanda-tanda bahaya, sebaiknya dilakukan laparatomi
percobaan dengan segera. Luka pada serviks uteri Apabila jaringan serviks keras
dan dilatasi dipaksakan maka dapat timbul sobekan pada serviks uteri yang perlu
dijahit. Apabila terjadi luka pada ostium uteri internum, maka akibat yang segera
timbul ialah perdarahan yang memerlukan pemasangan tampon pada serviks dan
vagina. Akibat jangka panjang ialah kemungkinan timbulnya incompetent cerviks.
Pelekatan pada kavum uteri Melakukan kerokan secara sempurna memerlukan
pengalaman. Sisa-sisa hasil konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan
miometrium jangan sampai terkerok, karena hal itu dapat mengakibatkan
terjadinya perlekatan dinding kavum uteri di beberapa tempat. Sebaiknya kerokan
dihentikan pada suatu tempat apabila pada suatu tempat tersebut dirasakan bahwa
jaringan tidak begitu lembut lagi.Perdarahan Kerokan pada kehamilan yang sudah
agak tua atau pada mola hidatidosa terdapat bahaya perdarahan.

Oleh sebab itu, jika perlu hendaknya dilakukan transfusi darah dan sesudah
itu, dimasukkan tampon kasa ke dalam uterus dan vagina. [sunting] Infeksi
Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka bahaya infeksi
sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh peredaran
darah, sehingga menyebabkan kematian. Bahaya lain yang ditimbulkan abortus
kriminalis antara lain infeksi pada saluran telur. Akibatnya, sangat mungkin tidak
bisa terjadi kehamilan lagi.

b. Luka pada serviks uteri

Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksakan maka dapat timbul
sobekan pada serviks uteri yang perlu dijahit. Apabila terjadi luka pada ostium
uteri internum, maka akibat yang segera timbul ialah perdarahan yang
memerlukan pemasangan tampon pada serviks dan vagina. Akibat jangka panjang
ialah kemungkinan timbulnya incompetent cerviks.

c. Pelekatan pada kavum uteri

Melakukan kerokan secara sempurna memerlukan pengalaman. Sisa-sisa


hasil konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan miometrium jangan sampai
terkerok, karena hal itu dapat mengakibatkan terjadinya perlekatan dinding kavum
uteri di beberapa tempat. Sebaiknya kerokan dihentikan pada suatu tempat apabila
pada suatu tempat tersebut dirasakan bahwa jaringan tidak begitu lembut lagi.

d. Perdarahan

Kerokan pada kehamilan yang sudah agak tua atau pada mola hidatidosa
terdapat bahaya perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu hendaknya dilakukan
transfusi darah dan sesudah itu, dimasukkan tampon kasa ke dalam uterus dan
vagina.

e. Infeksi

Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka bahaya infeksi
sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh peredaran
darah, sehingga menyebabkan kematian. Bahaya lain yang ditimbulkan abortus
kriminalis antara lain infeksi pada saluran telur. Akibatnya, sangat mungkin tidak
bisa terjadi kehamilan lagi.

f. Lain-lain

Komplikasi yang dapat timbul dengan segera pada pemberian NaCl


hipertonik adalah apabila larutan garam masuk ke dalam rongga peritoneum atau
ke dalam pembuluh darah dan menimbulkan gejala-gejala konvulsi, penghentian
kerja jantung, penghentian pernapasan, atau hipofibrinogenemia. Sedangkan
komplikasi yang dapat ditimbulkan pada pemberian prostaglandin antara lain
panas, rasa enek, muntah, dan diare.
2. Komplikasi yang Dapat Timbul Pada Janin

Sesuai dengan tujuan dari abortus itu sendiri yaitu ingin mengakhiri
kehamilan, maka nasib janin pada kasus abortus provokatus kriminalis sebagian
besar meninggal. Kalaupun bisa hidup, itu berarti tindakan abortus gagal
dilakukan dan janin kemungkinan besar mengalami cacat fisik.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN DAN KASUS

Pengkajian
a. Biodata:

Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama,
suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan lamanya
perkawinan dan alamat

b. Keluhan utama:

Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam


berulang

c.Riwayat Kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah
Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus
haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
2) Riwayat kesehatan masa lalu

d. Riwayat kesehatan:

e. Riwayat pembedahan:

Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan ,
kapan ,oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.

f. Riwayat penyakit yang pernah dialami:


Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM , jantung ,
hipertensi , masalah ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit
penyakit lainnya.

g. Riwayat kesehatan keluarga:

Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat
diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat
dalam keluarga.

h. Riwayat kesehatan reproduksi:

Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah,


bau,warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala
serta keluahan yang menyertainya.

i. Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas:

Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat
ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.

j. Riwayat seksual:

Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan


serta keluahn yang menyertainya.

k. Riwayat pemakaian obat:

Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis


obat lainnya.

l. Pola aktivitas sehari-hari:

Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK),
istirahat tidur,hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.

Pemeriksaan fisik, (Johnson & Taylor, 2005 : 39) meliputi :


a.Inspeksi:
Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap
drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh,
pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan
seterusnya
b. Palpasi :

1) Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat


kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.

2) Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan


posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.

3) Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri


yang abnormal

c. Perkusi:

1) Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.

2) Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan
pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding
perut atau tidak

d.Auskultasi:
mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi
jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.

Pemeriksaan laboratorium:

a. Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap
smear.

b. Keluarga berencana :

Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien
menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.

Diagnosa Keperawatan

1. Devisit Volume Cairan s.d perdarahan pervagina

2. Gangguan rasa nyaman: Nyeri s.d kontraksi uterus


3. Cemas s.d kurang pengetahuan tentang abortus
4. Berduka b.d kehilangan
5. Resiko tinggi syok hipovolemik b.d perdarahan pervagina
Intervensi Keperawatan
6.
1. Devisit Volume Cairan s.d Perdarahan
Tujuan : Dalam 1x24 jam tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang
antara intake dan output baik jumlah maupun kualitas.
Kriteria hasil: Tidak ada perdarahan, intake dan output dalam rentan
normal

NO INTERVENSI RASIONAL

7. 1 Kaji kondisi status Pengeluaran cairan pervaginal sebagai


hemodinamika akibat abortus memiliki karekteristik
bervariasi

2 Ukur pengeluaran harian Jumlah cairan ditentukan dari jumlah


kebutuhan harian ditambah dengan jumlah
cairan yang hilang pervaginal

3 Berikan sejumlah cairan Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi


pengganti harian perdarahan massif

4 Evaluasi status Penilaian dapat dilakukan secara harian


hemodinamika melalui pemeriksaan fisik

8. Gangguan rasa nyaman : Nyeri s.d Kerusakan jaringan intrauteri


Tujuan : Dalam perawatan 1x24, nyeri klien dapat berkurang atau hilang
Kriteria hasil: Klien tidak meringis kesakitan, klien menyatakan nyerinya
berkurang
NO INTERVENSI RASIONAL

1 Kaji kondisi nyeri yang Pengukuran nilai ambang nyeri dapat


dialami klien dilakukan dengan skala maupun dsekripsi.
2 Terangkan nyeri yang Meningkatkan koping klien dalam
diderita klien melakukan guidance mengatasi nyeri
dan penyebabnya
3 Kolaborasi pemberian Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat
analgetika dilakukan dengan pemberian analgetika
oral maupun sistemik dalam spectrum
luas/spesifik

2. Cemas b.d kurang pengetahuan tentang abortus


Tujuan : Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga
terhadap penyakit meningkat
Kriteria hasil: RR dalam rentan normal, klien tidak gelisah
NO INTERVENSI RASIONAL

1 Kaji tingkat Ketidaktahuan dapat menjadi dasar


pengetahuan/persepsi peningkatan rasa cemas
klien dan keluarga terhadap
penyakit
2 Kaji derajat kecemasan Kecemasan yang tinggi dapat
yang dialami menyebabkan penurunan penialaian
klien objektif klien tentang
penyakit

3 Bantu klien Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan


mengidentifikasi keperawatan merupakan support yang
penyebab kecemasan mungkin berguna bagi klien dan
meningkatkan kesadaran diri klien

4 Asistensi klien menentukan Peningkatan nilai objektif terhadap


tujua perawatan bersama masalah berkontibusi menurunkan
kecemasan

5 Terangkan hal-hal seputar Konseling bagi klien sangat diperlukan


aborsi yang bagi klien untuk meningkatkan
perlu diketahui oleh klien pengetahuan dan membangun support
dan keluarga system keluarga; untuk mengurangi
kecemasan klien dan keluarg

a. Berduka bd kehilangan
Tujuan : Dalam perawatan 1x24 jam, klien dapat mengatasi rasa berdukanya
Kriteria Hasil: Klien tidak marah, menangis, dan menyesali rasa berduka
terlalu larut.
NO INTERVENSI RASIONAL

1 Kembangkan hubungan Rasa percaya merupakan dasar unutk


saling percaya dengan suatu kebutuhan yang terapeutik.
pasien. Perlihatkan empati
dan perhatian. Jujur dan
tepati semua janji
2 Perlihatkan sikap menerima Sikap menerima menunjukkan kepada
dan membolehkan pasien pasien bahwa anda yakin bahwa ia
untuk mengekspresikan merupakan
perasaannya secara seseorang pribadi yang bermakna. Rasa
terbuka percaya meningkat.

3 Bantu pasien untuk Pengetahuan tentang perasaan-perasaan


mengerti bahwa perasaan yang wajar yang berhubungan dengan
seperti rasa bersalah dan berduka yang normal dapat menolong
marah terhadap konsep mengurangi beberapa perasaan bersalah
kehilangan adalah perasaan menyebabkan timbulnya respon-respon
yang wajar dan dapat ini.
diterima selama proses
berduka.
4 Bantu pasien menentukan Umpan balik positif meningkatkan harga
metodametoda koping yang diri dan mendorong pengulangan perilaku
lebih adaptif terhadap yang diharapkan.
pengalaman kehilangan.
Berikan umpan balik positif
untuk identifikasi strategi
dan membuat keputusan.
5 Dorong pasien untuk Menguatkan keimanan dan mohon
menjangkau dukungan kekuatan kepada sang Pencipta agar diberi
spiritual selama waktu ini kekuatan menghadapi masalahnya
dalam bentuk apapun yang
diinginkan untuknya

b. Resiko tinggi syok hipovolemik b.d perdarahan pervagina


Tujuan: Dalam 1x24 jam perawatan, tidak terjadi syok hipovolemik
Kriteria hasil: Tanda vital (nadi, suhu, tensi, RR) dalam rentan normal.

NO INTERVENSI RASIONAL

1 Monitor keadaan Untuk memonitor kondisi pasien selama


umum pasien perawatan terutama saat terjadi perdarahan.
Perawat segera mengetahui tanda-tanda
presyok /syok.

2 Observasi vital sign Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign


setiap 3 jam atau untuk memastikan tidak terjadi presyok /
lebih syok.

3 Jelaskan pada pasien Dengan melibatkan pasien dan keluarga maka


dan keluarga tanda-tanda perdarahan dapat segera
tanda perdarahan, diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat
dan segera laporkan dapat segera diberikan.
jika terjadi
perdarahan

4 Kolaborasi : Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi


Pemberian cairan kehilangan cairan tubuh secara hebat.
intravena
5 Kaji tanda-tanda Dehidrasi merupakan salah satu tanda syok
dehidrasi hipovolemik

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ABORTUS INKOMPLIT

A. Tinjauan Kasus

1. Pengkajian

a. Identitas klien

Nama : Ny.R

Umur : 29 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama :

Status Perkawinan :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Alamat :

Tgl. Masuk RS :
Tgl. Pengkajian :

No CM :

Ruangan :

Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn.T

Umur : 40 Tahun

Jenis kelamin :

Alamat :

Pekarjaan :

Hub. Dengan klien :

a. Riwayat Kesehatan

a) Keluhan Utama

Nyeri

b) Riwayat kesehatan sekarang

Klien mengatakan lemas dan pusing, pada saat dilakukan palpasi pada daerah
perut bagian bawah klien mengeluh nyeri, skala nyeri 3 (0-5). Nyeri dirasakan
apabila diberi tekanan. Klien mengatakan cemas, takut dengan tindakan yang akan
di lakukan.

c) Riwayat kesehatan masa lalu

Pada saat dikaji pada tanggal 18 mei 2015, sebelum masuk rumah sakit klien
mengalami perdarahan pada jalan lahir. Lalu keluarga membawa klien ke rumah
sakit, Klien mengatakan kehamilannya baru 2 bulan. Klien tidak mempunyai
riwayat penyakit, tidak mempunyai riwayat operasi sebelumya, klien juga tidak
mempunyai riwayat alergi. Pada kehamilan yang lalu klien tidak merasakan
keluhan yang berarti.

d) Riwayat Obstetrik dan Ginekologi


a. Riwayat Ginekologi

1) Riwayat mensturasi

Klien pertama kali mendapatkan mensturasi pada usia 14 tahun, lamanya


mensturasi 4-5 hari setiap bulannya, siklus haid 28 hari secara teratur,klien tidak
mengalami keluhan saat mensturasi.

2) Riwayat perkawinan

Klien mengatakan sudah menikah 2 kali, dari pernikahannya yang pertama klien
di karunia seorang anak perempuan, sekarang tinggal bersama ayah kandungnya.

3) Riwayat KB (keluarga Berencana)

Selama menikah klien menggunakan kontrasepsi suntik, selama menggunakan


kontrasepsi suntik haidnya lancar tetapi sedikit – sedikit. Klien mengatakan akan
menggunakan alat kontrasepsi kembali.

b. Riwayat Obstetrik

1) Riwayat kehamilan,persalinan, dan nifas yang lalu

Riwayat kehamilan,persalinan, dan nifas yang lalu

No Jk Cara Tempat Bb lahir Komplikasi dan Umur anak Kesehatan


Lahir persalinan dan masalah selama sekarang
penolong proses
persalinan

1 P Normal Dirumah oleh 2600 Tidak ada 10 tahun Sehat


paraji

2) Riwayat kehamilan terakhir

Klien dengan P1A1, dengan umur kehamilan 8 minggu, klien tidak mengalami
mual muntah pada usia kehamilan trisemester pertama. Klien memeriksakan
kehamilannya 1 kali. Sebelumnya klien menggunakan alat tes kehamilan untuk
mengetahui kehamilannya.

e) Pola kebiasaan sehari- hari


Pola kebiasaan sehari-hari

No Data Di rumah Di rumah Sakit

1. Pola Nutrisi

a. Pola Makan

· Frekuensi 2-3 kali sehari 3 kali sehari

· Jenis Makanan Nasi, lauk, sayur Nasi, lauk, sayur

· Jumlah 2-3 piring sehari 3 piring sehari

· Porsi 1 piring habis ½ piring habis

· Pantangan Tidak ada Tidak ada

· Keluhan Tidak ada Tidak ada

b. Pola Minum

· Frekuensi 5-6 gelas sehari 5 gelas sehari

· Jumlah 1200 ml sehari 900 cc

· Jenis Air putih Air putih

· Pantangan Tidak ada Tidak ada

· Keluhan Tidak ada Tidak ada

2 Pola Eliminasi

a. BAB

· Frekuensi Tidak tentu Tidak tentu

· Warna Kuning pekat Kuning pekat

· Bau Khas feses Khas feses

· Konsentrasi Padat Padat

· Keluhan Tidak ada Tidak ada

b. BAK

· Frekuensi 5 kali/hari Tidak tentu


· Jumlah 500 cc 300 cc

· Warna Kuning bening Kuning bening

· Bau Khas urin Khas urin

· Alat Bantu Tidak ada Tidak ada

· keluhan Tidak ada Tidak ada

3 Pola Tidur dan Istirahat

· waktu tidur Siang dan malam Siang dan malam

· lama Tidur 9 jam Tidak tentu

· kebiasaan pengantar tidur Tidak ada Tidak ada

· kesulitan tidur

· keluhan Tidak ada Tidak ada

Tidak ada Tidak ada

4 Pola aktivitas dan latihan

· kegiatan dalam pekerjaan Tidak bekerja Tidak ada

· olahraga

· kegiatan di waktu luang Jalan santai Tidak ada

· keluhan Jarang Tidak ada

Tidak ada Tidak ada

5 Personal Hygiene

· kulit putih Putih

· rambut Panjang Panjang

· mandi 2 kali / hari 1 kali sehari

· mulut dan gigi Bersih Bersih


· pakaian Rapi dan bersih Rapi dan bersih

· kuku Panjang dan Panjang dan


bersih bersih

Tidak di kaji Memakai


· vulva hygiene
pembalut

Keguguran
Tidak ada
· keluhan

6 Ketergantungan Fisik

· merokok Tidak merokok Tidak

· minimam keras Tidak suka Tidak

· obat – obatan Tidak ada Tidak ada

· keluhan Tidak ada Abortus

f) pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum

Kesadaran : compos mentis

Tanda – tanda vital

Tekanan darah : 120/70

Nadi : 80 kali/ menit

Respirasi : 21 kali / menit

Suhu : 36,5 c

b. Kepala

Bentuk kepala bulat, kulit kepala bersih, rambut panjang dan berwarna hitam
kemerahan, tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri.
c. Mata

Bentuk mata simetris antara kiri dan kanan, bisa melihata dengan jelas, mengecil
saat diberi reflek cahaya, konjungtiva anemis, tidak ada tanda – tanda radang.

d. Hidung

Bentuk hidung simetris antara kiri dan kanan, dapat mencium bau kayu putih,
tidak ada sinus, tidak ada tanda-tanda peradangan

e. Mulut

Bentuk mulut simetrois, mukosa bibir lembab, tidak ada sianosis, tidak ada bau
mulut.

f. Tenggorokan

Ada reflek menelak, tidak ada tanda – tanda peradangan, tidak ada nyeri.

g. Telinga

Bentuk telinga simetris antara kiri dan kanan, dapat mendengar dengan baik, tidak
ada peradangan dan nyeri.

h. Leher

Tidak ada pembesaran KGB, tidak ada peningkatan JVP, tidak ada nyeri.

i. Dada / Thorax

Bentuk dada simetris, suara nafas vesikuler, pola napas teratur, irama jantung
teratur, S1 dan S2, mamae tidak ada benjolan. CRT kembali < 2 detik.

j. Abdomen

Perut bersih, ada nyeri saat di palpasi, bising usus 6x/menit

k. Genitalia

Ada perdarahan pada jalan lahir, terpasang pembalut, sudah 2 kali ganti
perdarahan banyak, warna darah merah pekat.

l. Ekstremitas

Bentuk ektremitas atas dan bawah simetris, ,keadaan jari tangan dan kaki lengkap,
kekuatan otot tangan 5/5, otot kaki 5/5, tangan kiri terpasang infus RL 20 tpm
g) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Penunjang

Tanggal Jenis Hasil Normal Interpretasi


Pemeriksaan

18 mei Hemoglobin 10,8 13-18 L/ 12-16 P Menurun


2015

Leukosit 13700 4000-10000 Meningkat

Hematokrit 34,7 40-48 L/ 37-47 P Menurun

Trombosit 291000 150000-450000 Normal

Eritrosit 3,83 4,2-5,4 p/ 4,6-6,2 L Menurun

h) Terapi yang diberikan

Terapi yang diberikan

Tgl dan jam Jenis Terapi Rute Dosis

18 Mei Amoxcilin Oral 3x500 mg


2015

19.00

metronidazol Oral 3 x 500 mg

Oxitosin Inj

19 Mei Amoxcilin 3 x 500 mg


2015

Metronidazole 3 x 500 mg

Ketorolax 3x1

Analisa Data

Analisa Data
No Data Etiologi Masalah

Pre kuret Faktor stres Gangguan rasa


nyaman nyeri
1 Ds : klien ↓
mengatakan nyeri
Minum sprite
ketika di lakukan
palpasi pada daerah ↓
perut.
Perdarahan nekrosis


Do : klien tampak
Hasil konsepsi terlepas
meringis, skala
dari uterus
nyeri 3(0-5). TD
100/80 nadi 80 ↓
kali/menit uterus berkontraksi

Hasil konsepsi tidak


keluar

Tidak keluar secara


sempurna

Nyeri

2 Ds : klien Perdarahan nekrosis Cemas


mengatakan tidak

tahu tentang
penyakitnya, dan Hasil konsepsi terlepas
takut dengan dari uterus
tindakan yang akan

dilakukan
uterus berkontraksi
TD 100/80 nadi 80
kali/menit ↓
Hasil konsepsi tidak
keluar
Do : klien tampak
bingung, cemas, ↓
dan bertanya-tanya
Tidak keluar secara
tentang tindakan
sempurna
kuret yang akan
dilakukan ↓

Tindakan kuretase

cemas

Post Kuret Perdarahan nekrosis Resiko infeksi

3 Ds : klien ↓
mengatakan
Hasil konsepsi terlepas
mengalami
dari uterus
perdarahan

uterus berkontraksi
Do : 1 pembalut
penuh, warna ↓
merah segar, bau
Hasil konsepsi tidak
khas darah
keluar
TD 100/80 nadi 80

kali/menit
Tidak keluar secara
sempurna

Tindakan kuretase

Perdarahan


Resiko infeksi

2. Diagnosa keperawatan

Pre kuret

1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d kerusakan jaringan intrauteri

2. Cemas b.d kurangnya pengetahuan tentang prosedur kuret yang akan dilakukan

Post kuret

1. Resiko infeksi b.d perdarahan, keadaan vulva lembab

3. Rencana tindakan keperawatan

Nama : NY.R No. RM : 730663

Usia : 29 thn Dx : abortus


inkomplit

Tabel 3.6

Rencana tindakan keperawatan

Tgl Diagnosa PERENCANAAN Paraf

keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

18 Gangguan Tupan : 1. Observasi 1.Mengetahui


mei rasa nyaman setelah tanda – tanda keadaan umum
2015 nyeri b.d dilakukan vital klien
kerusakan tindakkan
2. Observasi 2.Mengetahui
jaringan keperawatan
intrauteri 3 x 24 jam skala nyeri, tingkat nyeri
masalah nyeri lokasi, yang di alami
berkurang. frekuensi, klien

Tupen : 3. Ajarkan 3.Mengurangi


setelah klien teknik nyeri pada klien
dilakukan relaksasi dan
4.Untuk
tindakan distraksi
menghilangkan
keperawatan
4. Kolaborasi nyeri
1 x 24 jam
dengan dokter
masalh
pemberian
teratasi
analgetik
sebagian
dengan
kriteria hasil:

· Nyeri
berkurang

· TTV dalam
batas normal

TD 120/80,
nadi 80
x/menit,
respirasi 20
x/ menit
18 Cemas b.d Tupan : setelah dilakukan 1. Observasi tanda – tanda vital
Mei kurangnya tindakan keperawatan 3 x
2. Kaji tingkat ansietas bklien
2015 pengetahuan tentang 24 jam cemas teratasi
prosedur kuretase 3. Dengarkan masalah klien
Tupen : setelah dilakukan
yang akan di
tindakan keperawatan 1 x 4. Jelaskan prosedur kuretase
lakukan
24 jam masalah teratasi
5. Evaluasi/ validasi tentang informa
sebagian, dengan kriteria
yang di berikan
hasil :

· Cemas berkurang

20 Resiko infeksi b.d Tupan : setelah dilakukan 1. Pantau TTV, setiap 4 jam sekali
Mei perdarahan, keadaan
2015 vulva lembab tindakan keperawatan 3 x
2. Kali kondisi pengeluaran darah,
24 jam infeksi teratasi.
warna dan bau.
Tupen : setelah dilakukan
3. Anjurkan klien melakukan person
tindakan keperawatan 1 x
hygiene : ganti balutan
24 jam masalah teratasi
sebagian, dengan kriteria 4. Berikan penyuluhan pendidikan
hasil : kesehatan tentang perawatan post
kuret di rumah
· TTV dalam batas normal.
TD 120/80, nadi 80 5. Anjurkan klien makan makanan
x/menit, respirasi 21x/menit berprotein
· Tidak terdapat tanda – 6. Kolaborasi dengan dokter pember
tanda infeksi (tubor, lubor,
dolor, kalor, fungsiolesa) obat sesuai indikasi :

5. Implementasi dan Evaluasi

Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa Tgl Implementasi Evaluasi Paraf

Gangguan 18 1. mengobservasi tanda S : klien


rasa nyaman mei – tanda vital mengatakan nyeri
nyeri b.d 20115 ketika di lakukan
2. Mengobservasi skala
kerusakan palpasi di daerah
nyeri, lokasi, frekuensi,
jaringan perut
intrauteri 3. Mengajarkan klien
O : klien tampak
teknik relaksasi dan
meringis, skala
distraksi
nyeri 5 (1-10), TD
100/80, nadi 80
x/menit

A : masalah belum
teratasi

P : intervensi di
lanjutkan

Cemas b.d 1. Mengobservasi tanda S : klien


kurangnya – tanda vital mengatakan tidak
pengetahuan tahu tentang
2. Mengkaji tingkat
tentang penyakitnya, dan
ansietas bklien
prosedur takut dengan
kuretase 3. Mendengarkan tindakan yang akan
yang akan di masalah klien dilakukan
lakukan
4. Menjelaskan O : klien tampak
prosedur kuretase bingung, cemas,
dan bertanya-tanya
5. Mengevaluasi/
memvalidasi tentang A : masalah belum
informasi yang di teratasi
berikan
P : intervensi di
lanjutkan

Resiko 1. Memantau TTV, S : klien


infeksi b.d setiap 4 jam sekali mengatakan
perdarahan, mengalami
2. Mengkaji kondisi
keadaan perdarahan
pengeluaran darah,
vulva lembab
warna dan bau.

3. Menganjurkan klien O : 1 pembalut


melakukan personal penuh, warna
hygiene : ganti balutan merah segar, bau
khas darah
4. Memberikan
penyuluhan pendidikan
kesehatan tentang
A : masalah belum
perawatan post kuret di
teratasi
rumah

P : intervensi di
hentikan

Catatan perkembangan
Diagnosa Hari dan Catatan Perkembangan Paraf
Tanggal
Gangguan rasa 19 mei 2015 S : klien mengatakan nyeri
nyaman nyeri b.d Jam 14.30 ketika di lakukan palpasi
kerusakan pada daerah perut.
jaringan intrauteri O : klien tampak meringis,
skala nyeri 3(0-5). TD
100/80 nadi 80 kali/menit
A : masalah belum teratasi
P : intervensi di lanjutkan
1,2,3,4
I:
1. Observasi tanda – tanda
vital
R/ TD 100/80 nadi 80
kali/menit
2. Observasi skala nyeri,
lokasi, frekuensi
R/skala nyeri 3 ( 0 – 5 )
3. Ajarkan klien teknik
relaksasi dan distraksi
R/ klien mengatakan
bersedia untuk mlakukan
teknik elksasi afas dalam
dan distraksi.
E : klien masih merasa nyeri
R : pengkajian dilanjutkan
Cemas b.d 19 Mei 2015 S :klien mengatakan tidak
kurangnya Jam 08.30 tahu tentang penyakitnya,
pengetahuan dan takut dengan tindakan
tentang prosedur yang akan dilakukan
kuretase yang O : klien tampak bingung,
akan di lakukan cemas, dan bertanya-tanya
tentang tindakan yang akan
dilakukan
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
1,2,3,4
I:
1. Mengobservasi tanda –
tanda vital
R/ TD 100/80 nadi 80
kali/menit
2. Mengkaji tingkat ansietas
bklien
3. Mendengarkan masalah
klien
4. Menjelaskan prosedur
kuretase

E : klien masih merasa


cemas
R : pengkajian dilanjutkan

Cemas b.d Hari ke 2 S :klien mengatakan tidak


kurangnya tanggal 20 tahu tentang penyakitnya,
pengetahuan Mei 2015 dan takut dengan tindakan
tentang prosedur yang akan dilakukan
kuretase yang O : klien tampak bingung,
akan di lakukan cemas, dan bertanya-tanya
tentang tindakan yang akan
dilakukan
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
1,2,3,4,5
I:
1. Mengobservasi tanda –
tanda vital
R/ TD 100/80 nadi 80
kali/menit
2. Mengkaji tingkat ansietas
bklien
3. Mendengarkan masalah
klien
4. Menjelaskan prosedur
kuretase
5. Mengevaluasi/
memvalidasi tentang
informasi yang di berikan
E : klien sudah tidak merasa
cemas
R : pengkajian dilanjutkan

Resiko infeksi b.d Tanggal 20 S : klien mengatakan


perdarahan, mei 2015 mengalami perdarahan
keadaan vulva O : 1 pembalut penuh,
lembab warna merah segar, bau
khas darah
A : masalah belum teratasi
P : intervensi di lanjutkan
1,2,3,4
I:
1. Memantau TTV, setiap 4
jam sekali
2. Mengkaji kondisi
pengeluaran darah, warna
dan bau.
3. Menganjurkan klien
melakukan personal hygiene
: ganti balutan
4. Memberikan penyuluhan
pendidikan kesehatan
tentang perawatan post
kuret di rumah
E : klien mengatakan
keluaran darah dari jalan
lahir
R : pengkajian di lanjutkan
Resiko infeksi b.d S:
perdarahan, O:
keadaan vulva A : masalah teratasi
lembab P : intervensi dihentikan
(pasien pulang)

Sumber

http://www.ilmudasar.com/2016/10/Pengertian-Proses-Perkembangan-Tanda-
Tanda-Kehamilan-adalah.html

https://adhehikma29.wordpress.com/2013/11/08/masalah-fisiologi-selama-
kehamilan/

Vous aimerez peut-être aussi