Vous êtes sur la page 1sur 13

ii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kinerja satuan organisasi/kerja banyak menjadi sorotan akhir-


akhir ini, terutama sejak timbulnya iklim yang lebih demokratis dalam
pemerintahan. Rakyat mulai mempertanyakan akan nilai yang mereka
peroleh atas pelayanan yang dilakukan. Walaupun anggaran rutin dan
pembangunan yang dikeluarkan oleh pemerintah semakin
membengkak, nampaknya masyarakat belum puas atas kualitas jasa
maupun barang yang diberikan.
Di samping itu, selama ini pengukuran keberhasilan maupun
kegagalan dari satuan organisasi/kerja dalam menjalankan tugas
pokok dan fungsinya sulit untuk dilakukan secara objektif. Kesulitan ini
disebabkan belum pernah disusun suatu sistem pengukuran kinerja
yang dapat menginformasikan tingkat keberhasilannya.
Kesulitan lain adalah pengukuran tingkat kinerja satuan
organisasi/kerja lebih ditekankan kepada kemampuannya dalam
menyerap anggaran. Dengan kata lain, satuan organisasi/kerja akan
dinyatakan berhasil apabila menyerap 100% anggaran pemerintah,
walaupun hasil maupun dampak yang dicapai dari pelaksanaan
program tersebut masih berada jauh di bawah standar. Oleh karena
itu, sudah mendesak untuk disusun suatu sistem pengukuran kinerja
yang dapat memberikan informasi atas efektivitas dan efisiensi
pencapaian kinerja satuan organisasi/kerja.
Melalui pengukuran kinerja, keberhasilan satuan organisasi/kerja
akan lebih dilihat dari kemampuannya, berdasarkan sumber daya
yang dikelolanya, untuk mencapai hasil sesuai dengan rencana yang
telah ditentukan sebelumnya.

1
BAB II

A. Pengertian Pengukuran Kinerja


Kinerja merupakan gambaran dari pencapaian pelaksanaan
suatu kegiatan/program/kebijakan untuk mewujudkan sasaran, tujuan,
misi dan visi organisasi. Menurut Mardiasmo (2002), sistem
pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan
untuk membantu manajer sektor publik menilai pencapaian suatu
strategi melalui alat ukur finansial dan nonfinansial. Sistem
pengukuran kinerja ini dapat dijadikan sebagai alat pengendalian
organisasi.
Maksud dilakukannya pengukuran kinerja sektor publik antara
lain:
1. Membantu memperbaiki kinerja pemerintah agar dapat berfokus
pada tujuan dan sasaran program unit kerja yangn pada akhirnya
akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi sektor
publik dalam memberikan layanan kepada masyarakat.
2. Ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian
sumber daya dan pembuatan keputusan.
3. Untuk mewujudkan tanggung jawab publik dan memperbaiki
komunikasi kelembagaan.
Selain itu, pihak legislatif menggunakan ukuran kinerja ini untuk
menentukan kelayakan biaya pelayanan (cost of service) yang
dibebankan kepada masyarakat pengguna jasa publik karena mereka
tidak mau selalu ditarik pungutan tanpa adanya peningkatan kualitas
dan kuantitas dari pelayanan yang diterima tersebut.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Indikator Kinerja dan Pengukuran Value for Money


Menurut Mahmudi (2005:97) dalam bukunya Manajemen Kinerja
Sektor Publik menyatakan karakteristik indikator kinerja sebagai
berikut:
a) Sederhana dan mudah dipahami,
b) Dapat diukur,
c) Dapat dikualifikasikan, misalnya dalam bentuk rasio persentase
dan angka,
d) Dikaitkan dengan standar atau target kinerja,
e) Berfokus pada costumer service, kualitas, dan efisiensi, dan
f) Dikaji secara teratur.
Value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi
sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama yaitu
ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.
Value for money merupakan inti dari pengukuran kinerja pada
organisasi pemerintah. Permasalahan yang sering dihadapi oleh
pemerintah dalam melakukan pengukuran kinerja adalah sulitnya
mengukur output karena output yang dihasilkan tidak selalu berupa
output berwujud tetapi lebih banyak berupa intangible output. Untuk
dapat mengukur kinerja pemerintah, maka perlu diketahui indikator-
indikator kinerja sebagai dasar penilaian kinerja. Mekanisme yang
diperlukan untuk menentukan indikator kinerja, antara lain :
1. Sistem perencanaan dan pengendalian
Meliputi proses, prosedur, dan struktur yang memberi
jaminan bahwa tujuan organisasi telah dijelaskan dan
dikomunikasikan ke seluruh bagian organisasi dengan
menggunakan rantai komando yang jelas yang didasarkan pada
spesifikasi tugas pokok dan fungsi, kewenangan, serta
tanggungjawab.
2. Spesifikasi dan standarisasi
Kinerja suatu kegiatan, program, dan organisasi diukur
dengan menggunakan spesifikasi teknis secara detail untuk
memberikan jaminan bahwa spesifikasi teknis tersebut dijadikan
sebagai standar penilaian.
3. Kompetensi teknis dan profesionalisme
Untuk memberikan jaminan terpenuhinya spesifikasi teknis
dan standarisasi yang ditetapkan maka diperlukan personel yang
memiliki kompetensi teknis dan professional dalam bekerja.
4. Mekanisme ekonomi dan mekanisme pasar
Mekanisme ekonomi terkait dengan pemberian penghargaan
dan hukuman (reward and punishment) yang bersifat finansial,
sedangkan mekanisme pasar terkait dengan penggunaan sumber
daya yang menjamin terpenuhinya value for money. Ukuran
kinerja digunakan sebagai dasar untuk memberikan penghargaan
dan hukuman (alat pembinaan).
5. Mekanisme sumber daya manusia
Pemerintah perlu menggunakan beberapa mekanisme untuk
memotivasi stafnya untuk memperbaiki kinerja personal dan
organisasi.
Peran indikator kinerja bagi pemerintah antara lain :
a) Untuk membantu memperjelas tujuan organisasi
b) Untuk mengevaluasi target akhir (final outcome) yang dihasilkan
c) Sebagai masukan untuk menentukan skema insensif manajerial
d) Memungkinkan bagi pemakai jasa layanan pemerintah untuk
melakukan pilihan
e) Untuk menunjukkan standar kinerja
f) Untuk menunjukkan efektivitas
g) Untuk membantu menentukan aktivitas yang memiliki efektivitas
biaya yang paling baik untuk mencapai target sasaran
h) Untuk menunjukkan wilayah, bagian, atau proses yang masih
potensial untuk dilakukan penghematan biaya.

B. Pengukuran Value for Money


Kriteria pokok manajemen publik didasari atas: ekonomi,
efisiensi, efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas publik. Dengan
tujuan yang dikehendaki masyarakat mencakup pertanggungjawaban
atas pelaksanaan value for money, yaitu: ekonomis (hermat cermat)
dalam pengadaan dan alokasi sumberdaya, efisiensi (berdaya guna)
dalam penggunaan sumberdaya, serta efektif (berhasil guna) dalam
arti mencapai tujuan atau sasaran.
Untuk mengukur kinerja organisasi dapat dilakukan secara
obyektif digunakanlah indikator kinerja, yang idealnya terkait paada
efisiensi biaya dan kualitas pelayanan.

C. Langkah-langkah Pengukuran Value for Money


a) Pengukuran Ekonomi
Pengukuran ekonomi hanya mempertimbangkan masukan
yang dipergunakan dan merupakan ukuran relatif.
b) Pengukuran Efisiensi
Efisiensi dapat diukur dengan rasio
antara output dengan input.
Rasio efisiensi tidak dinyatakan dalam bentuk absolute tetapi
dalam bentuk relatif, karena efisiensi diukur dengan
membandingkan keluaran dan masukan, maka perbaikan efisiensi
dapat dilakukan dengan cara:
 Meningkatkan output pada tingkat input yang sama
 Meningkatkan output dalam proporsi yang lebih besar
daripada proporsi peningkatan input.
 Menurunkan input pada tingkatan output yang sama.
 Menurunkan input dalam proporsi yang lebih besar daripada
proporsi penurunan output.
c) Pengukuran Efektifitas
Efektifitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi
mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai
tujuan, maka organisasi tersebut dikatakan telah berjalan dengan
efektif.
d) Pengukuran Outcome
Outcome adalah dampak suatu program atau kegiatan
terhadap masyarakat. Outcome lebih tinggi nilainya daripada
output, karena output hanya mengukur hasil tanpa mengukur
dampaknya terhadap masyarakat, sedangkan outcome mengukur
kualitas output dan dampak yang dihasilkan (Smith, 1996)
e) Estimasi Indikator Kinerja
Estimasi dapat dilakukan dengan menggunakan :
1. Kinerja tahun lalu
Digunakan sebagai dasar untuk mengestimasi indikator
kinerja. Karena merupakan perbandingan bagi unit untuk
melihat seberapa besar kinerja yang telah dilakukan.
Disamping itu, terdapat time lag antara aktivitas yang telah
dilakukan dengan dampak yang timbul dari aktivitas tersebut.
Dampak yang timbul pada tahun sekarang dapat dirasakan
pada tahun yang akan datang.
2. Expert Judgement
Digunakan karena kinerja tahun lalu yang sangat
berpengaruh terhadap kinerja berikutnya. Teknik ini
menggunakan pengetahuan dan pengalaman dalam
mengestimasi indikator kinerja. Expert judgement digunakan
untuk melakukan estimasi kinerja. Selain itu, dari segi biaya
juga tidak terlalu mahal. Tetapi mempunyai kelemahan yaitu
sangat tergantung pada pandangan subyektif para pengambil
keputusan. Dampak dari pencapaian kinerja tidak secara
otomatis dapat dikatakan bahwa unit tersebut mengalami
peningkatan kinerja.
3. Trend
Digunakan dalam mengestimasi indikator kinerja karena
adanya pengaruh waktu dalam pencapaian kinerja unit kerja.
4. Regresi
Regresi dilakukan untuk menentukan seberapa besar
pengaruh variabel-variabel independen mampu
mempengaruhi variabel dependen.
f) Pertimbangan dalam Membuat Indikator Kinerja
Langkah awal dalam membuat indikator kinerja ekonomi,
efisiensi, dan efektivitas adalah memahami operasi dalam
menganalisis kegiatan dan program yang akan dilaksanakan.
Terdapat dua jenis kebijakan yaitu input dan proses yang
mempunyai tujuan untuk mengatur alokasi sumber daya input
untuk dikonversi menjadi output melalui satu atau beberapa
proses konversi atau operasi.
Hasil kebijakan ada tiga jenis, yaitu: output, akibat, dampak,
dan distribusi manfaat. Output yang diproduksi diharapkan akan
memberikan sejumlah akibat dan dampak yang positif tehadap
tujuan program. Hal ini disebut dengan outcome program.
Apabila ukuran outcome tidak bersedia dan ukuran
efektivitas suatu program yang dapat dikuantifikasi tidak dapat
ditentukan, maka perlu dikembangkan ukuran kinerja antara.
Karena ukuran kinerja pengganti tidak dapat mengukur secara
tepat dalam pencapaian program. Terlalu banyak perhatian
terhadap ukuran pengganti tersebut dapat menyebabkan perilaku
disfungsional pada manajer dan pengambilan keputusan.
Contoh indikator kinerja di Perguruan Tinggi

Pertimbangan Input
Input Mahasiswa - Latar belakang sosial ekonomi
- Latar belakang budaya
Sumber Daya - Jumlah dosen
- Fasilitas
Indikator Proses
Staf - Kualitas dosen
- Tingkat perpindahan dosen
Perkuliahan - Frekuensi temu kelas dan
konsultasi
- Rasio dosen
Kurikulum - Mata kuliah utama
- Mata kuliah pilihan
Daya Dukung Pendidikan - Forum-forum ilmiah
- Saran olahraga
Organisasi - Manajemen perguruan tinggi
- Organisasi mahasiswa
Mutually - Tingkat ekspektasi dosen
- Tingkat tanggung jawab
mahasiswa
Indikator Output
Mahasiswa - Sikap dan perilaku masasiswa
- Tingkat kehadiran dan
ketidakhadiran
Dosen - Tingkat kehadiran dan
ketidakhadiran
- Keterlambatan
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem
yang bertujuan untuk membantu manajer sektor publik menilai
pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan nonfinansial.
Sistem pengukuran kinerja ini dapat dijadikan sebagai alat
pengendalian organisasi. Pengukuran kinerja dilakukan melalui lima
tahapan, yaitu perencanaan strategi, penciptaan indikator kinerja,
mengembangkan sistem pengukuran kinerja, penyempurnaan ukuran,
dan pengintegrasian dengan proses manajemen.
Informasi yang digunakan untuk pengukuran kinerja meliputi
informasi finansial dan non-finansial dengan indikator value for
money dibagi menjadi dua bagian, yaitu: indikator alokasi biaya
(ekonomi dan efisisensi), dan indikator kualitas pelayanan (efektifitas).
Langkah-langkah dalam pengukuran value for money yaitu
sebagai berikut:
a. Pengukuran Ekonomi
b. Pengukuran Efisiensi
c. Pengukuran Efektifitas
d. Pengukuran Outcome
e. Estimasi Indikator Kinerja
f. Pertimbangan dalam Membuat Indikator Kinerja
DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta:


Erlangga.
Mahmudi. (2005). Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: UPP
AMP YKPN.
Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.

26

Vous aimerez peut-être aussi