Vous êtes sur la page 1sur 3

Pengertian dan Perbedaan Kebijakan

Fiskal dan Moneter


By Budi Wahyono On 5:22 PM
Dalam makroekonomi kita pasti sudah mengenal kebijakan fiskal dan moneter. Namun, terkadang
masih ada beberapa orang yang masih belum bisa membedakan dua kebijakan tersebut. Dalam
artikel ini kita akan sedikit membahas tentang konsep dasar kebijakan fiskal dan moneter tersebut.

1. Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal meliputi langkah-langkah yang dilakukan pemerintah dalam membuat perubahan
pada bidang perpajakan (pendapatan pemerintah) dan pengeluaran pemerintah dengan maksud
untuk mempengaruhi pengeluaran agregat dalam perekonomian.

Menurut Keynes, kebijakan fiskal sangat penting untuk mengatasi pengangguran yang relatif
serius. Melalui kebijakan fiskal pengeluaran agregat dapat ditambah dan langkah ini akan
menaikkan pendapatan nasional dan tingkat penggunaan tenaga kerja.

Di bidang perpajakan, langkah yang perlu dilaksanakan adalah mengurangi pajak pendapatan.
Pengurangan pajak pendapatan ini akan menambah kemampuan masyarakat untuk membeli
barang dan jasa dan akan meningkatkan pengeluaran agregat.

Selanjutnya, pengeluaran agregat dapat lebih ditingkatkan lagi dengan cara menaikkan
pengeluaran pemerintah – untuk membeli barang dan jasa yang diperlukannya maupun untuk
menambah investasi pemerintah.

Dalam masa inflasi atau ketika kegiatan ekonomi telah mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja
penuh dan kenaikan harga-harga sudah semakin pesat, langkah sebaliknya harus dijalankan, yaitu
dengan menaikkan pajak dan mengurangi pengeluaran pemerintah. Langkah ini akan mengurangi
pengeluaran agregat dan inflasi pun akan berkurang.
2. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter meliputi langkah-langkah yang dilaksanakan oleh bank sentral (Bank
Indonesia) untuk mengubah penawaran uang dalam perekonomian atau mengubah suku bunga,
dengan maksud untuk mempengaruhi pengeluaran agregat.
Apabila terjadi permasalahan berupa tingginya tingkat pengangguran di Indonesia maka
pengeluaran agregat perlu ditambah untuk mengurangi pengangguran tersebut. Cara yang
ditempuh oleh bank Indonesia salah satunya dengan menurunkan suku bunga untuk menggalakkan
pertambahan penanaman modal.

Secara garis besar, kebijakan moneter yang dilakukan Bank Indonesia meliputi dua hal, yaitu: 1)
Kebijakan moneter ekspansif (menambah jumlah uang yang beredar) dan 2) Kebijakan moneter
kontraktif (mengurangi jumlah uang yang beredar).

Sedangkan sarana yang digunakan untuk menjalankan kebijakan moneter tersebut terdiri dari 4
instrumen sebagai berikut:

a. Operasi pasar terbuka


Operasi pasar terbuka yang dimaksud di sini adalah dengan membeli atau menjual Sertifikat Bank
Indonesia (SBI). Apabila terjadi inflasi, maka BI melakukan kebijakan kontraktif dengan menjual
SBI.

b. Penetapan tingkat diskonto


Penetapan suku bungan juga dapat dilakukan untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar.
Sebagai contoh ketika terjadi inflasi, maka BI akan menaikkan tingkat suku bunga diskonto
sehingga masyarakat akan tertarik untuk menyimpan uangnya di bank, dan jumlah uang beredar
akan berkurang.

c. Penetapan cadangan wajib minimum


Tiap bank umum diwajibkan mempunyai cadangan wajib yang disimpan di masing-masing bank.
Apabila BI melakukan kebijakan kontraktif (misalnya) maka besarnya cadangan wajib minimum
akan dinaikkan.
d. Pengaturan kredit atau pembiayaan
Salah satu peran bank umum adalah memberikan pinjaman (kredit) kepada masyarakat. Apabila
BI ingin mengurangi jumlah uang yang beredar (kontraktif) maka pengaturan kredit akan
diperketat sehingga jumlah kredit yang disalurkan kepada masyarakat akan berkurang.

Kesimpulan:
Perbedaan dasar antara kebijakan fiskal dengan moneter adalah bahwa kebijakan moneter
dilakukan oleh pemerintah sedangkan kebijakan moneter dilakukan oleh Bank Indonesia (sebagai
badan independen/tanpa campur tangan pemerintah).

Vous aimerez peut-être aussi