Vous êtes sur la page 1sur 10

perbedaan akuntansi perbankan dan akuntansi umum

Perbedaan keuangan dengan akuntansi seringkali sulit dipahami—bahkan oleh orang


keuangan itu sendiri. Jika ada yang berpikir keuangan sama dengan akuntansi (accounting),
itu adalah kekeliruan. Jika ada yang berpikir keuangan sama dengan perbankan (banking), itu
lebih salah salah lagi. Jika ada yang berpikir keuangan sama dengan investasi-saham-
reksadana-asuransi-tabungan, itu malah lebih ngawur lagi. “Lalu yang benar?”
Akuntansi adalah akuntansi, perbankan adalah perbankan. Sedangkan investasi-saham-
reksadana-asuransi-tabungan, hanya sebagian kecil saja dari bidang keuangan. Agar tidak
melebar kemana-mana (dan akhirnya hanya akan membuat makin bingung), saya akan fokus
di wilayah keuangan dan akuntansi saja.

Apa itu Keuangan?

Keuangan adalah ‘seni’ menggalang, mengelola dan menghasilkan uang. Jika berbicara
tentang keuangan perusahaan, artinya menggalang, mengelola dan mencari uang untuk
persahaan. Dan jika skupnya adalah pribadi, maka keuangan adalah menggalang, mengelola,
dan menghasilkan uang untuk pribadi.
Sulit dibayangkan? Seperti sudah saya sebutkan di awal, banyak orang yang masih kesulitan
dalam memahami hal ini—termasuk orang keuangan itu sendiri masih sering gagap. Bisa
saya maklumi, banyak pemain di wilayah keuangan yang hanya fokus pada tugasnya masing-
masing saja. Sehingga hanya orang-orang di level eksekutif yang tahu betul batasnya.
Untuk mempermudah pemahaman, definisi di awal tadi akan saya terjemahkan ke dalam
ilustrasi kasus.
1. Menggalang Uang – Di dalam perusahaan, kegiatan keuangan dimulai dari menggalang
uang untuk menjalankan perusahaan. Artinya mencari modal. Modal sumbernya bisa dari:
pinjaman (disebut ‘debt) atau penerbitan saham yang kemudian di jual (disebut ‘equity’).
Pegawai di bagian keuangan terlibat dalam aktivitas ini, antara lain: menganalisa dan
memutuskan apakah perusahaan sebaiknya menggunakan modal yang bersumber dari
pinjaman, atau menerbitkan saham, atau campuran, untuk kemudian ditindaklanjuti sesuai
dengan apa yang telah diputuskan. Aktivitas menggalang dana ini tidak hanya dilakukan pada
saat perusahaan didirikan untuk pertamakalinya, melainkan juga pada saat perusahaan sudah
beroperasi—pada saat perusahaan membutuhkan tambahan modal.
2. Mengelola Uang – Aktivitas berikutnya adalah mengelola uang. Mengelola uang dalam
hal ini artinya: mengalokasikan uang yang telah terkumpul ke dalam opersional perusahaan—
berapa yang dialokasikan untuk membeli aset (tempat usaha, gedung, mesin, instalasi, dll),
berapa yang dialokasikan untuk modal kerja—disebut dengan ‘working capital’ (di simpan
dalam kas, dibelanjakan barang persediaan bahan baku maupun barang jadi, digunakan untuk
membayar tenaga kerja, untuk packing, ekspedisi, dll), berapa yang digunakan untuk biaya
administrasi dan pemeliharaan perusahan, dan berapa yang diinvetasikan ke perusahaan lain.
3. Menghasilkan Uang – Setiap badan usaha didirikan untuk memperoleh keuntungan atau
laba. Itu artinya uang yang telah digalang dan dialokasikan ke dalam berbagai jenis aset dan
aktivitas operasional, diharapkan akan kembali (return) dalam jumlah yang lebih besar (laba).
Pegawai bagian keuangan bertugas untuk memastikan dana yang telah dialokasikan kembali
dalam jumlah yang lebih besar, entah dengan menjual produk atau menjual jasa, dan
aktivitas-aktivitas lainnya yang dapat menghasilkan uang kembali.
Selanjutnya uang yang telah kembali sebagian mungkin dikembalikan ke pemilik aslinya
(bayar pinjaman plus bunga dan bagi dividen ke pemegang saham), dan sebagian lagi
mungkin diinvetasikan (atau bahasa lumrahnya ‘diputar’) kembali ke dalam operasional
perusahaan. Bagian keuangan bertugas untuk menganalisa dan memutuskan porsi yang paling
bagus untuk dilakukan. Sehingga, akvitas pengalokasian dimulai lagi, lalu menghasilkan
uang lagi, terus bersiklus dari waktu-ke-waktu.
Masing-masing dari ketiga aktivitas keuangan ini terdiri dari 3 fase aktivitas, yaitu:

 Mengavaluasi (assessing) – Termasuk dalam aktivitas ini adalah menginventarisasi


dan melakukan analisa-analisa, untuk mengetahui bagaimana keadaan perusahaan saat
ini—baik faktor yang ada di dalam persahaan itu sendiri (internal factors) maupun
faktor yang ada diluar perusahaan akan tetapi berpengaruh terhadap kelangsungan
hidup perusahaan (external factors).
 Merencanakan (Planning) – Data hasil evaluasi (assessment) dipergunakan untuk
membuat perencanaan, termasuk penjadwalan.
 Melaksanakan (Executing/Acting) – Selanjutnya rencana yang telah dibuat
dilaksanakan atau dieksekusi.

Dari apa yang telah dialksanakan selanjutnya di evaluasi lagi, direncanakan lagi sesuai hasil
evaluasi, dijalankan lagi, demikian bersiklus terus dari waktu-ke-waktu, untuk masing-
masing tahapan penggalangan, pengaloaksian dan penghasilan uang.
Dari penjelasana di atas, jelas tergambar bahwa nyaris setiap orang di dalam perusahaan,
sesungguhnya terlibat hal-hal yang terkait dengan keuangan—langsung maupun tak
langsung. Terlibat yang saya maksudkan di sini adalah: melakukan aktivitas yang
berimplikasi atau berkontribusi terhadap masalah keuangan. Mulai dari office boy, satpam
hingga level eksekutif.
Hanya saja, ada petugas khusus yang menjadi pemain utama di bagian keuangan yang
fungsinya adalah memastikan semua elemen dalam perusahaan melakukan aktivitas yang
mengarah ke pencapian tujuan perusahaan, yaitu: keuntungan/laba.
“Lalu, apa itu akuntansi?” mungkin ada yang bertanya seperti itu. Oke saya bahas sedikit
mengenai akuntansi.

Apa itu Akuntansi dan Apa Hubungannya Dengan Keuangan?

Untuk mempersingkat saya akan langsung jelaskan apa itu akuntansi sekaligus kaitannya
dengan keuangan. Pada dasarnya, akuntansi adalah mengelompokan (classifying), mengukur
(measuring), merekam atau mencatat—dalam bahasa tehnis akuntansi disebut melakukan
‘pengakuan (recognizing)’, dan melaporkan (reporting), semua aktivitas keuangan di dalam
perusahaan dari awal hingga akhir.
Saya coba ilustrasikan dalam kasus sederhana:
1. Saat Penggalangan Uang (pengumpulan modal) – Pada saat proses penggalangan uang
untuk keperluan modal terjadi, pastinya dituangkan ke dalam dokumen-dokumen, entah itu
berupa akad kredit atau pencetakan lembar saham. Nah pegawai di bagian akuntansi
memilah-milah dokumen tersebut lalu melakukan penghitungan (measuring) berapa dana
yang tersumber dari pinjaman (debt) dan berapa yang berasal dari penerbitan-dan-penjualan
saham (equity). Selanjutnya melakukan pengakuan (recognizing) yang diwujudkan dengan
aktivitas pencatatan ke dalam sistem keuangan (software akuntansi atau MRP) perusahaan.
Dan, sekatu-waktu semua aktivitas di fase ini disajikann dalam bentuk laporan.
2. Saat Uang Dialokasikan dan Dipergunakan – Perusahaan beroperasi mempergunakan
uang sesuai dengan alokasi anggaran (budget) yang telah dibuat. Proses pengalokasian
dilakukan dengan mengeluarkan uang yang ada untuk berbagai keperluan: untuk pembelian
aset, modal kerja, administrasi umum dan pemeliharaan. Uang yang keluar tersebut
didokumentasikan, lalu dipiliah-pilah, dihitung, dicatat dan dilaporkan oleh bagian akuntansi.
Demikian juga aset yang datang lalu dipergunakan juga didokumentasikan, diklasifikasikan,
dihitung, dicatat dan dilaporkan.
3. Saat Menghasilkan Uang – Menghasilkan uang dalam hal ini tentunya bukan berarti
mencetak uang. Melainkan mulai dari proses produksi (untuk manufaktur) atau aktivitas
pembuatan jasa untuk kemudian dijual kepada konsumen dan pelanggan, hingga terbayar—
uang dihasilkan. Semua proses ini juga didokumentasikan, lalu diukur, dicatat dan dilaporkan
oleh bagian akuntansi.
Semua proses yang dijalankan oleh bagian akuntansi inipun bersiklus, mengikuti siklus
keuangan perusahaan.
Tidak seperti aktivitas di keuangan yang tidak menggunakan standar tertentu, di bagian
akuntansi semua aktivitas dilakukan berdasarkan standar akuntansi tertentu—sesuai dengan
wilayah yurisdiksinya. Misalnya, para akuntan di Indonesia menggunakan PSAK (pernyataan
standar akuntansi keuangan) yang dibuat oleh Ikatan Akuntan Indonesia IAI) dan disyahkan
oleh Dewan Standar Akuntansi Indonesia. Untuk tingkat global, para akuntan menggunakan
standar keuangan global, International Accounting Standard (IAS), yang teknis pelaporannya
saat ini menggunakan apa yang disebut dengan International Financial Reporting Standard
(IFRS) buatan International Accounting Standard Board (IASB) yang berbasis di London
(Inggris).

Akun-akun Dalam Akuntansi


Penggolongan Akun
Dalam kegiatan dunia usaha setiap hari transaksi terjadi sangat kompleks baik dalam
jenis maupun dalam jumlahnya. Kita tahu bahwa makin besar suatu perusahaan dengan
bidang usahanya maka semakin banyak dan beragam pula transaksi yang terjadi. Dalam hal
ini agar memudahkan pencatatan setiap transaksi keuangan dibukukan menurut jenis masing-
masing. Misalnya setiap penerimaan dan pengeluaran uang dibukukan dalam suatu lembaran
yang disebut akun (perkiraan) dengan nama akun kas. Akun atau perkiraan adalah suatu
formulir yang digunakan sebagai tempat mencatat transaksi keuangan yang sejenis dan dapat
merubah komposisi harta, kewajiban dan modal perusahaan. Akun digolongkan menjadi 2
(dua) kelompok:

A. Akun Riil/Akun Dalam Neraca (Balance sheet accounts)


Akun riil disebut juga akun neraca yang sifatnya permanen. Artinya, tetap berkelanjutan
dari satu periode pembukuan ke periode pembukuan berikutnya.
1. Harta/Aktiva (Assets)
Harta atau aktiva adalah setiap sumber daya yang dimiliki perusahaan yang berguna
pada waktu sekarang dan waktu yang akan datang. Atau dengan kata lain, aktiva adalah
sumber-sumber ekonomis yang dimiliki perusahaan dan masih akan mendatangkan manfaat
di kemudian hari . Penggolongan harta berdasarkan likuidasinya (kemudahan untuk dicairkan
atau diuangkan) antara lain:
a. Harta Lancar (Current Assets)
Harta lancar adalah harta yang tingkat likuidasinnya tinggi, artinya harta tersebut dapat
dengan segera berubah dalam waktu kurang dari satu tahun atau kekayaan lain yang dapat
dicairkan menjadi uang tunai serta habis dipakai dalam jangka waktu kurang dari satu tahun.
Harta lancar antara lain:
Kas (Cash), adalah jumlah uang tunai yang tersedia di tangan (cash on hand) atau di bank
(cash in bank) dicairkan menjadi uang tunai atau habis dipakai dalam jangka waktu kurang
dari satu tahun (dalam siklus normal perusahaan). Misalnya, uang tunai, cek, dan giro bank
kecuali deposito.
Surat-surat berharga (Market able securities) adalah saham atau obligasi yang dimiliki
perusahaan-perusahaan dan setiap saat siap diperjualbelikan. Misalnya, saham dan obligasi.
Piutang wesel atau wesel tagih (Notes receivable) adalah hak tagih atas janji tertulis yang
menyatakan sanggup untuk membayar pada waktu tertentu dengan jumlah tertentu.
Piutang usaha atau piutang dagang (Account Receivable) adalah tagihan kepada pihak lain.
Tagihan ini timbul akibat penjualan barang atau jasa secara kredit.
Persediaan barang dagangan (Merchandise inventory) adalah jumlah barang yang dibeli
perusahaan untuk dijual kembali dengan tujuan untuk mencari laba.
Persediaan barang (Inventory of supplies) adalah sejumlah barang yang dimiliki oleh
perusahaan untuk dipakai dalam kegiatan usaha ciri utama adalah bahwa perelngkapan ini
proses pemakaiannya sekaligus habis atau tidak sekaligus habis, dan diperkirakan masa
penggunaannya relatif singkat, kurang dari satu tahun.
Misalnya : perlengkapan toko (store supplies), seperti kertas pembungkus, plastik.
Beban dibayar di muka (Prepaid expenses) adalah beban yang dikeluarkan tetapi belum
dianggap sebagai beban selama hasil yang diperoleh dari pengeluaran beban tersebut belum
dimanfaatkan atau dikonsumsi.
Misalnya : asuransi dibayar di muka (prepaid insurance), sewa dibayar di muka (prepaid
rent).
Pendapatan yang masih harus diterima (Accrued revenues) adalah suatu pengorbanan berupa
jasa yang waktunya sudah berlalu tetapi imbalan atau balas jasanya belum diterima.
Misalnya : bunga yang masih harus diterima (accrued interest receivable), sewa yang masih
harus diterima (accrued rent receivable)
b. Harta Investasi (Investment Assets) atau Investasi Jangka Panjang (Long Term
Investment)
Harta investasi adalah penanaman modal dalam jangka panjang (lebih dari satu tahun)
terhadap perusahaan lain.
Misalnya :
 Investasi dalam saham (investment in stock), investasi dalam obligasi (investment in
bond), dan surat berharga lainnya.
 Investasi dalam bentuk dana yang akan digunakan pada masa mendatang (untuk
kepentingan ekspansi).
 Investasi dalam bentuk aktiva lainnya (tanah, dengan rencana penggunaan di masa yang
akan datang.

c. Harta Tetap Berwujud (Tangible Fixed Assets)


Harta tetap berwujud adalah harta kekayaan perusahaan yang digunakan untuk
operasional usaha. Sifat pemakaiannya relatif tetap dan jangka waktu pemakaiannya tahan
lama atau lebih dari satu tahun. Harta tetap berwujud antara lain:
Peralatan (Equipment) adalah harta yang digunakan untuk operasional perusahaan yang
manfaat pemakaiannya relatif tahan lama dan biasanya terdiri dari berbagai jenis barang.
Bangunan (Building) adalah bangunan yang siap digunakan untuk operasional usaha.
Akumulasi penyusutan harta tetap (Accumulated depreciation of fixed assets) adalah
pengelompokkan nilai penyusutan aktiva tetap akibat manfaatnya berkurang setiap kali
digunakan.
Tanah (Land) adalah tanah tempat usaha.
Perabot dan perlengkapan (Furniture and fixture).
Peralatan lainnya serta hak atas tanah ataupun sumber-sumber lainnya.
d. Harta Tetap Tidak Berwujud (Intangible Fixed Assets)
Aktiva yang tidak berwujud adalah aktiva yang tidak memiliki bentuk dan wujud fisik
(abstrak) tetapi memiliki nilai yang dicerminkan oleh hak atau hak istimewa atau posisi yang
menguntungkan perusahaan dalam memperoleh pendapatan.
Aktiva tidak berwujud ini digunakan oleh perusahaan dan tidak dimaksudkan untuk dijual
kembali dalam rangka kegiatan perusahaan serta memiliki masa manfaat yang relatif
permanen.
Berdasarkan masa manfaatnya, aktiva ini diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1. Aktiva yang tidak berwujud, yang masa manfaatnya dibatasi oleh Undang-undang,
Peraturan Pemerintah, atau oleh sifat aktiva itu sendiri, seperti:
Hak Paten (Patens) adalah hak untuk memproduksi atau menggandakan suatu penemuan
agar memberikan penghasilan bagi pemilik hak.
Hak cipta (Copyright) adalah hak yang diberikan kepada seseorang karena menciptakan
sesuatu yang belum dikenal sebelumnya.
Hak monopoli suatu usaha (Franchise) adalah hak yang diberikan kepada seseorang atau
perusahaan untuk menggunakan barang atu nama pemberi hak.
2. Aktiva yang tidak berwujud yang masa manfaatnya tidak terbatas, seperti:
Good will adalah nama baik perusahaan yang merupakan suatu kelebihan untuk
memperoleh keuntungan atau laba lebih baik dibandingkan dengan perusahaan lain.
Merek dagang (Trade mark) yaitu hak yang diberikan oleh pemerintah kepada
perusahaan atau seseorang untuk menggunakan suatu merk tertentu yang dilindungi hukum.

e. Harta Lain-lain (The Other Assets)


Harta lain-lain adalah harta tetap perusahaan yang belum/tidak digunakan dalam
operasional perusahaan antara lain, pembelian tanah untuk cadangan perusahaan dan
bangunan yang masih dalam proses.

2. Kewajiban / Utang (Liabilities)


Kewajiban merupakan utang perusahaan yang harus dibayar kepada pihak lain dalam
jangka waktu tertentu atau tuntutan (klaim) seseorang atau kelompok perorangan terhadap
kekayaan perusahaan, kewajiban digolongkan dengan urutan berdasarkan jangka waktu
pelunasan. Kewajiban terdiri dari kewajiban lancar dan kewajiban jangka panjang.
a. Kewajiban lancar (Current Liabilities) / Utang Jangka Pendek (Short Term Liabilities)
Kewajiban lancar adalah utang yang harus dilunasi dalam jangka waktu kurang dari satu
tahun. Kewajiban lancar antara lain:
Utang wesel atau wesel bayar (notes payable) adalah surta janji pengakuan bersedia untuk
membayar sejumlah uang tertentu pda waktu tertentu kepada siapa saja yang tercantum dalam
surta tersebut atau yang ditunjuk.
Utang dagang atau utang usaha (account payable) adalah segala pembelian barang
dagangan maupun barang yang digunakan untuk operasional usaha secara kredit.
Beban yang masih harus dibayar (accerued expenses) adalah kewajiban yang timbul
karena perusahaan telah menerima jasa dari pihak lain pada waktu satu periode tetapi belum
dibayar. Contoh : utang gaji, utang pajak, dan utang bunga.
Pendapatan yang diterima di muka (unearned revenue) adalah kewajiban yang timbul
karena perusahaan menerima uang yang lebih dahulu sedangkan penyerahan barang atau jasa
dilakukan pada periode mendatang. Contoh : sewa diterima di muka dan komisi diterima di
muka.
Porsekot pendapatan (deferred revenue)
b. Kewajiban jangka panjang (Long Term Liabilities/Debt)
Kewajiban jangka panjang adalah utang yang akan dilunasi dalam jangka waktu lebih dari
satu tahun dengan pembayaran baik diangsur maupun sekaligus. Kewajiban jangka panjang
antara lain:
Utang obligasi (bond payable) adalah kewajiban yang timbul karena perusahaan menerbitkan
surat-surat obligasi.
Utang hipotek (mortgage payable) adalah kewajiban yang harus dijamin dengan harta tidak
bergerak, misalnya tanah dan bangunan.
Kredit investasi adalah kewajiban yang timbul karena perusahaan memperoleh pinjaman dari
pihak lain untuk melakukan investasi.
c. Kewajiban lain-lain (Other liabilities)
Kewajiban lain-lain adalah utang yang tidak dapat secara layak diklasifikasikan sebagai
kewajiban lancar maupun kewajiban jangka panjang. Misalnya, utang kepada pemilik saham.

3. Modal (Capital)
Modal adalah hak milik atau kekayaan pemilik (owners equity) dalam perusahaan, yaitu
sebesar selisih antara total aktiva dengan kewajiban perusahaan. Modal untuk perusahaan
perseroan disebut kekayaan pemegang saham (stockholders equity). Modal juga dapat
diartikan sebagai kewajiban perusahaan membayar hak pemilik bila diperlukan, misalnya
ketika ada anggota yang keluar atau perusahaan dilikuidasi (dibubarkan). Contoh akun modal
adalah:
a. Modal pribadi
b. Modal saham (untuk PT)
c. Laba yang ditahan
d. Modal simpanan (untuk koperasi atau modal anggota)

B. Akun nominal / Akun dalam laporan laba/rugi


Akun nominal adalah akun yang digunakan untuk mencatat sumber-sumber penghasilan
dan penyebab terjadinya beban-beban, dari satu kesatuan ekonomi untuk menunjukkan suatu
jumlah penghasilan atau kerugian bersih pada satu periode tertentu. Laporan ini sering
disebut dengan “laporan rugi /laba atau Ikhtisar rugi/laba, profit dan loss statement, earning
statement dan income statement”.
Secara umum, urutan klasifikasi akun nominal dalam laporan rugi/laba dapat
dikelompokkan menjadi:
a. Pendapatan (Income, Revenue)
Pendapatan adalah peningkatan jumlah aktiva atau penurunan kewajiban perusahaan,
yang timbul dari penyerahan barang atau jasa atau kegiatan usaha yang lain di dalam satu
periode akuntansi. Tidak termasuk dalam pengertian pendapatan adalah peningkatan aktiva
atau penurunan kewajiban perusahaan yang timbul dari adanya pembelian harga, investasi
oleh pemilik diperolehnya pinjaman, dan koreksi laba/rugi periode yang lalu.
Pendapatan yang berasal dari penyerahan barang dagangan (untuk Perusahaan Dagang)
atau pendapatan yang berasal dari penyerahan barang hasil produksi (untuk Perusahaan
Manufaktur) umumnya menggunakan istilah “penjualan”, sedangkan istilah “pendapatan
usaha/jasa” umumnya digunakan untuk menyatakan pendapatan yang berasal dari penyerahan
jasa (Perusahaan Jasa).
Berdasarkan sumber pendapatan tersebut diperoleh, pendapatan dapat dikelompokkan
menjadi:
Pendapatan Usaha, yaitu pendapatan yang diperoleh dari hasil usaha pokok atau utama
perusahaan, yaitu berupa pendapatan jasa/usaha (Fees Income), penjualan/barang dagangan
atau barang hasil produksi (sales income).
Pendapatan di Luar Usaha/Pendapatan Lain-lain (The Other Income), yaitu pendapatan yang
diperoleh dari hasil di luar usaha pokok atau utama perusahaan. Misalnya:
1. Pendapatan bunga
2. Pendapatan sewa (rent income)
3. Penjualan aktiva tetap (gain on sales of fixed assets)
b. Beban usaha (beban operasi)
Beban operasi (Operating-expense) adalah beban-beban yang berhubungan dengan aktivitas
usaha pokok perusahaan. Umumnya beban ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Beban Penjualan(selling-expense)
Yaitu beban-beban yang terjadi sehubungan dengan aktivitas penjualan dan pemasaran
barang/jasa.
Misalnya:
Beban Gaji Bagian Penjualan (Sale Salaries)
Beban Komisi Penjualan (Sales Commission)
Beban Iklan (Advertising Expense)
Beban Supplies (Supplies Expense), dll.
2. Beban Umum dan Administrasi (General and Administrative Expense):
Yaitu beban-beban yang terjadi sehubungan dengan aktifitas perusahaan dalam bidang
administrasi dan beban-beban umum.
Misalnya:
Gaji Bagiam Umum dan Administrasi (Office Salaries)
Beban Jasa Profesional (Profesional Service Exp)
Beban Asuransi (Insurance Expense)
Beban Telepon, Listrik, dan Air (Telephone, Electric, and Water Expense)
Beban Supplies Kantor (Office Supplies Expense)
Beban Penyusutan Gedung, dll

Vous aimerez peut-être aussi