Vous êtes sur la page 1sur 3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes melitus (DM) telah menjadi pandemi yang terus
meningkat.Diperkirakan jumlahnya akan meningkat dua kali lipat dari tahun 2005 ke
tahun 2030 berdasarkan peningkatan harapan hidup dan urbanisasi. Global survey
2008 yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa
penderita DM telah mencapai 347 juta orang, dengan tren yang terus meningkat.
Prevalensi DM di Indonesia mencapai 6,6% pada laki-laki dan 7,1% pada perempuan,
dengan prevalensi untuk total populasi sebesar 6,9%. Berdasarkan pola pertambahan
penduduk, diperkirakan pada tahun 2030 nanti akan ada 194 juta penduduk yang
berusia di atas 20 tahun yang menderita DM (World Health Organization, 2013).
Berdasarkan laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 oleh
Departemen Kesehatan, menunjukkan rata-rata prevalensi DM di daerah urban untuk
usia di atas 15 tahun sebesar 5,7%. Prevalensi terkecil terdapat di Provinsi Papua
sebesar 1,7% dan terbesar di Provinsi Maluku Utara dan Kalimantan Barat yang
mencapai 11,1%.
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ketubuh (flash),
terkena air panas (scald), tersentuk benda panas, akibat sengatan listrik, akibat bahan-
bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn). Pasien dengan DM khususnya DM
tidak terkontrol memiliki prognosis penyembuhan yang kurang baik dan menyebabka
lama rawat inap yang panjang. Penderita DM sering mengalami komplikasi pada
pembuluh darah berupa makroangiopati, mikroangiopati, neuropati, penurunan daya
tahan tubuh sehingga memudahkan terjadi infeksi, inflamasi, iskemia dan kematian
sel serta menjadi penyulit dalam proses penyembuhan luka (Almiri, 2015).

1
Berbagai faktor risiko penyakit kardiovaskuler yang terhimpun dalam DM di
antaranya adalah hipertensi, obesitas sentral, dislipidemia, mikroalbuminuria,
kelainan koagulasi, tekanan darah dan nadi, serta hipertrofi ventrikel kiri. Di antara
faktor risiko ini, hipertensi dapat mencapai dua kali lebih sering terjadi pada diabetes
dibandingkan dengan penderita nondiabetes, pada DM tipe 1 hipertensi terdapat pada
10-30% penderita, sedangkan pada DM tipe 2, 30-50% penderita mengidap
hipertensi. Hipertensi atau tekanan darah tinggi dideritaolehhampir semua golongan
masyarakat diseluruh dunia. Jumlah mereka yang menderita hipertensi terus
bertambah, terdapat sekitar 50 juta (21,7%) orang dewasa Amerika yang menderita
hipertensi, Thailand 17%, Vietnam 34,6%, Singapura 24,9%, dan Malaysia 29,9%. Di
Indonesia, prevalensi hipertensi berkisar 6-15% (World Health Organization, 2013).
Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung,
gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal.Tekanan
darah yang tinggi umumnya meningkatkan resiko terjadinya komplikasi tersebut.
Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya
memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun. Mortalitas pada pasien hipertensi
lebih cepat apabila penyakitnya tidak terkontrol dan telah menimbulkan komplikasi
ke beberapa organ vital.Sebab kematian yang sering terjadi adalah penyakit jantung
dengan atau tanpa disertai stroke dan gagal ginjal (Nurani, 2015). Jika tindakan yang
tepat tidak dilakukan, kematian akan penyakit kardiovaskular diproyeksikan
meningkat lebih lanjut (WHO, 2013).
Tingginya angka penderita DM tipe II serta hipertensi yang dimana penyebab
mortalitas dan morbiditas tertinggi pasien DM ialah komplikasi kardiovaskuler. Oleh
karenanya pengolahan penyakit ini memerlukan peran serta dokter, perawat, ahli gizi
dan tenaga kesehtan lain untuk memberikan edukasi mengenai perjalanan
penyakit,pencegahan, penyulit dan penatalaksanaanya (PERKENI, 2015).

2
3

Vous aimerez peut-être aussi