Vous êtes sur la page 1sur 44

Pelatihan dan Sertifikasi Kepala Cabang Manager

Pelatihan dan Sertifikasi Kepala Cabang Manager

Kata Koperasi berasal dari Bahasa Inggris cooperative yang berarti kerjasama. Jadi pengertian
koperasi secara sederhana adalah organisasi atau perkumpulan orang yang bergabung secara
sukarela dan mempunyai tujuan sama dalam memenuhi kebutuan serta salang bekerjasama.
Kualitas sumber daya manusia adalah kunci keberhasilan pembangunan Gerakan Koperasi di
Indonesia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia tercermin pada kompetensi kerja dan
profesionalisme tenaga kerjanya. Sesuai dengan pencapaian sasaran tersebut maka kepada para
SDM pengelola Koperasi perlu dilakukan pembekalan yang fokusnya kepada peningkatan
kapasitas pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berbasis pada kompetensi.

Hal ini sejalan dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
KEP.133/MEN/III/2007 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor
Keuangan Sub Sektor Perantara Keuangan Bidang Koperasi Jasa Keuangan, dan Peraturan
Menteri Negara Koperasi, dan Usaha Kecil dan Menengah No. 19/Per/M.KUKM/XI/2008
Tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi (BAB II Pasal 11
ayat 10 huruf a,b), maka perlu diadakan upaya peningkatan pemahaman tentang standar
kompetensi kepada pengelola Koperasi khususnya Kepala Cabang/Manager dari unsur KSP/USP
Koperasi, Koperasi Kredit dan Koperasi Jasa Keuangan baik yang konvesional atapun yang
syariah melalui kegiatan pelaksanaan pelatihan berbasis kompetensi untuk selanjutnya
dipersiapkan melakukan uji kompetensi.

TUJUAN

1. Meningkatkan kualitas manager melalui transformasi pengetahuan dan keterampilan yang


didukung sikap kerja yang professional.
2. Meningkatkan kinerja manager dalam mengelola Koperasi berdasarkan standar
kompetensi kerja nasional (SKKNI).
3. Menghantarkan peserta diklat mengikuti uji kompetensi untuk menjadi pengelola Koperasi
yang bersertifikat kompeten.
PENGERTIAN, PRINSIP,BENTUK ORGANISASI DAN MANAJEMEN KOPERASI
Posted on 19 November 2014by nopidh

1. Pengertian Koperasi
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang atau badan hukum yang berlandaskan
padaasas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.Kegiatan usaha koperasi merupakan penjabaran
dari UUD 1945 pasal 33 ayat (1). Dengan adanya penjelasan UUD 1945 Pasal 33 ayat (1)
koperasi berkedudukan sebagai soko guru perekonomian nasional dan sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dalam sistem perekonomian nasional. Sebagai salah satu pelaku ekonomi, koperasi
merupakan organisasi ekonomi yang berusaha menggerakkan potensi sumber daya ekonomi
demi memajukan kesejahteraan anggota. Karena sumber daya ekonomi tersebut terbatas, dan
dalam
mengembangkan koperasi harus mengutamakan kepentingan anggota, maka koperasi harus
mampu bekerja seefisien mungkin dan mengikuti prinsipprinsip koperasi dan kaidah-kaidah
ekonomi.

Pengertian Koperasi – Secara harfiah kata “Koperasi” berasal dari bahasa Inggris “Coperation”
yang terdiri dari dua suku kata; Co (Bersama) dan Operation (Bekerja). Jadi secara keselurhan
koperasi berarti bekerja sama. Koperasi adalah Asosiasi orang-orang yang bergabung dan
melakukan usaha bersama atas dasar prinsip-prinsip koperasi, sehingga mendapatkan manfaat
yang lebih besar dengan biaya rendah melalui perusahaan yang dimiliki dan diawasi secara
demokratis oleh anggotanya. Asosiasi berbeda dengan kelompok, asosiasi terdiri dari orang
orang yang memiliki kepentingan yang sama, lazimnya yang menonjol adalah kepentingan
ekonomi.
1. Prinsip- Prinsip Koperasi
Di dalam Undang-Undang RI No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian disebutkan pada pasal 5
bahwa dalam pelaksanaannya, sebuah koperasi harus melaksanakan prinsip koperasi. Berikut ini
beberapa prinsip koperasi.

 Keanggotaan koperasi bersifat sukarela dan


 Pengelolaan koperasi dilakukan secara
 Sisa hasil usaha (SHU) yang merupakan keuntungan dari usaha yang dilakukan oleh koperasi
dibagi berdasarkan besarnya jasa masing-masing
 Modal diberi balas jasa secara terbatas.
 Koperasi bersifat mandiri.
1. Bentuk dan Jenis Koperasi
Jenis Koperasi menurut fungsinya
 Koperasi pembelian/pengadaan/konsumsi adalah koperasi yang menyelenggarakan fungsi
pembelian atau pengadaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan anggota sebagai
konsumen akhir. Di sini anggota berperan sebagai pemilik dan pembeli atau konsumen bagi
koperasinya.
 Koperasi penjualan/pemasaran adalah koperasi yang menyelenggarakan fungsi distribusi
barang atau jasa yang dihasilkan oleh anggotanya agar sampai di tangan konsumen. Di sini
anggota berperan sebagai pemilik dan pemasok barang atau jasa kepada koperasinya.
 Koperasi produksi adalah koperasi yang menghasilkan barang dan jasa, dimana anggotanya
bekerja sebagai pegawai atau karyawan koperasi. Di sini anggota berperan sebagai pemilik
dan pekerja koperasi.
 Koperasi jasa adalah koperasi yang menyelenggarakan pelayanan jasa yang dibutuhkan oleh
anggota, misalnya: simpan pinjam, asuransi, angkutan, dan sebagainya. Disini anggota
berperan sebagai pemilik dan pengguna layanan jasa koperasi.
Apabila koperasi menyelenggarakan satu fungsi disebut koperasi tunggal usaha (single purpose
cooperative), sedangkan koperasi yangmenyelenggarakan lebih dari satu fungsi disebut koperasi
serba usaha ( multi purpose cooperative).

Jenis koperasi berdasarkan tingkat dan luas daerah kerja


 Koperasi Primer ialah koperasi yang yang minimal memiliki anggota sebanyak 20 orang
perseorangan.
 Koperasi Sekunder Adalah koperasi yang terdiri dari gabungan badan- badan koperasi serta
memiliki cakupan daerah kerja yang luas dibandingkan dengan koperasi primer. Koperasi
sekunder dapat dibagi menjadi :
1. koperasi pusat – adalah koperasi yang beranggotakan paling sedikit 5 koperasi primer
2. gabungan koperasi – adalah koperasi yang anggotanya minimal 3 koperasi pusat
3. induk koperasi – adalah koperasi yang minimum anggotanya adalah 3 gabungan koperasi
4.
Jenis Koperasi menurut status keanggotaannya
 Koperasi produsen adalah koperasi yang anggotanya para produsen barang/jasa dan memiliki
rumah tangga usaha.
 Koperasi konsumen adalah koperasi yang anggotanya para konsumen akhir atau pemakai
barang/jasa yang ditawarkan para pemasok di pasar.
Kedudukan anggota di dalam koperasi dapat berada dalam salah satu status atau keduanya.
Dengan demikian pengelompokkan koperasi menurut status anggotanya berkaitan erat dengan
pengelompokan koperasi menurut fungsinya.

Keunggulan koperasi
Kemungkinan koperasi untuk memperoleh keunggulan komparatif dari perusahaan lain cukup
besar mengingat koperasi mempunyai potensi kelebihan antara lain pada skala ekonomi ,
aktivitas yang nyata, faktor-faktor precuniary , dan lain- lain.

Kewirausahaan koperasi
Kewirausahaan koperasi adalah suatu sikap mental positif dalam berusaha secara koperatif,
dengan mengambil prakarsa inovatif serta keberanian mengambil risiko dan berpegang teguh
pada prinsip identitas koperasi, dalam mewujudkan terpenuhinya kebutuhan nyata serta
peningkatan kesejahteraan bersama. Dari definisi tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa
kewirausahaan koperasi merupakan sikap mental positif dalam berusaha secara koperatif.

Tugas utama wirakop adalah mengambil prakarsa inovatif, artinya berusaha mencari,
menemukan, dan memanfaatkan peluang yang ada demi kepentingan bersama. Kewirausahaan
dalam koperasi dapat dilakukan oleh anggota, manajer birokrat yang berperan dalam
pembangunan koperasi dan katalis, yaitu orang yang peduli terhadap pengembangan koperasi.

Bentuk Organisasi Koperasi


Bentuk Organisasi Menurut Hanel : Merupakan bentuk koperasi / organisasi yang tanpa
memperhatikan bentuk hukum dan dapat didefiniskan dengan pengertian hukum.

 Suatu sistem sosial ekonomi atau sosial tehnik yang terbuka dan berorientasi pada tujuan.
 Sub sistem koperasi : individu (pemilik dan konsumen akhir) Pengusaha
Perorangan/kelompok ( pemasok / supplier) Badan Usaha yang melayani anggota dan
masyarakat
Bentuk Organisasi Menurut Ropke : Koperasi merupakan bentuk organisasi bisnis yang para
anggotanya adalah juga pelanggar utama dari perusahaan

 Identifikasi Ciri Khusus


Kumpulan sejumlah individu dengan tujuan yang sama (kelompok koperasi) Kelompok usaha
untuk perbaikan kondisi social ekonomi (swadaya kelompok koperasi) Pemanfaatan koperasi
secara bersama oleh anggota (perusahaan koperasi) Koperasi bertugas untuk menunjang
kebutuhan para anggotanya (penyediaan barang dan jasa)

 Sub sistem
 Anggota Koperasi
 Badan Usaha Koperasi
 Organisasi Koperasi
Bentuk Organisasi Di Indonesia : Merupakan suatu susunan tanggung jawab para anggotanya
yang melalui hubungan dan kerjasama dalam organisasi perusahaan tersebut.

 Bentuk : Rapat Anggota, Pengurus, Pengelola dan Pengawas


 Rapat Anggota,
 Wadah anggota untuk mengambil keputusan
 Pemegang Kekuasaan Tertinggi, dengan tugas :
 Penetapan Anggaran Dasar
 Kebijaksanaan Umum (manajemen, organisasi & usaha koperasi)
 Pemilihan, pengangkatan & pemberhentian pengurus
 Rencana Kerja, Rencana Budget dan Pendapatan sertapengesahan Laporan Keuangan
 Pengesahan pertanggung jawaban
 Pembagian SHU
 Penggabungan, pendirian dan peleburan
1. Manajemen Koperasi
Pola Manajemen
Definisi Paul Hubert Casselman dalam bukunya bejudul“ The Cooperative Movement and
someof its Problems” yang mengatakan bahwa :“Cooperation is an economic system with social
content”. Artinya koperasi harus bekerja menurut prinsip-prinsip ekonomi dengan melandaskan
pada azas-azas koperasi yang mengandung unsur-unsur sosial didalamnya. Unsur sosial yang
terkandung dalam prinsip koperasi lebih menekankan kepada hubungan antar anggota, hubungan
anggota dengan pengurus, tentang hak suara, cara pembagian dari sisa hasil usaha dan
sebagainya seperti yang dapat kita lihat dalam:

 Kesamaan derajat yang diwujudkan dalam “one man one vote” dan “no voting by proxy”.
 Kesukarelaan dalam keanggotaan
 Menolong diri sendiri (self help)
 Persaudaraan/kekeluargaan (fraternity and unity)
 Demokrasi yang terlihat dan diwujudkan dalam cara pengelolaan dan pengawasan yang
dilakukan oleh anggota.
 Pembagian sisa hasil usaha proporsional dengan jasa-jasanya.
Definisi Manajemen menurut Stoner adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumberdaya-
sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Menurut Prof. Ewell Paul Roy, Ph.D mengatakan bahwa manajemen koperasi melibatkan 4
unsur

(perangkat) yaitu:

a). Anggota

b). Pengurus

c). Manajer

d). Karyawan merupakan penghubung antara manajemen dan anggota pelanggan

1. a) Perangkat Organisasi
Perangkat organisasi koperasi ada (3) bagian :
Rapat Anggota
2. Pengurus
3. Pengawas
Ad. 1) Rapat Anggota
Tugas dan wewenang Rapat Anggota :
– Membahas dan mengesahkan pertanggung jawaban Pengurus dan Pengawas untuk tahun
buku yang bersangkutan.
– Membahas dan mengesahkan Rencana Kerja dan RAPB tahun buku berikutnya.
– Membahas dan menetapkan AD, ART dan atau Pembubaran Koperasi.
– Memilih dan memberhentikan Pengurus dan Pengawas.
– Menetapkan Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU).
Ad. 2) Pengurus
Jumlah Pengurus sekurang-kurangnya tiga orang yang terdiri dari :
– Unsur Ketua
– Unsur Sekretaris
– Unsur Bendahara
Tugas, fungsi, wewenang dan tanggungjawab Pengurus:
1) Secara Kolektif Pengurus bertugas :
– Memimpin organisasi dan kegiatan usaha
– Membina dan membimbing anggota
– Memelihara kekayaan koperasi
– Menyelenggarakan rapat anggota
– Mengajukan rencana RK dan RAPB
– Mengajukan laporan keuangan dan pertanggung jawaban kegiatan
– Menyelenggarakan pembukuan keuangan secara tertib
– Memelihara buku daftar anggota, daftar pengurus dan buku daftar pengawas.
Pengurus berfungsi sebagai : Perencana, Personifikasi Badan Hukum Koperasi, Kesatuan
Pimpinan, Penyedia sumberdaya dan pengendali koperasi.
Pengurus berwenang dalam :
– Mewakili koperasi didalam dan diluar pengadilan,
– Memutuskan penerimaan, penolakan dan pemberhentian anggota sementara, sesuai
dengan AD,
– Mengangkat dan memberhentikan Pengelola dan karyawan Koperasi,
– Melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan anggota sesuai dengan
tanggungjawabnya.
Pengurus bertanggungjawab kepada Rapat Anggota mengenai pelaksanaan tugas
kepengurusannya setiap tahun buku yang disakikan dalam Laporan Pertanggungjawaban
tahunan.
2) Secara Perorangan :
a) Ketua :
– Bertugas mengkoordinasikan kegiatan seluruh anggota pengurus dan menangani tugas
pengurus yang berhalangan, memimpin rapat dan mewakili koperasi didalam dan diluar
pengadilan,
– Berfungsi sebagai pengurus, selaku pimpinan,
– Berwenang melakukan segala kegiatan sesuai dengan keputusan Rapat Anggota, Rapat
Gabungan dan Rapat Pengurus dalam mengambil keputusan tentang hal-hal yang prinsip,
serta menandatangani surat-surat bersama Sekretaris, serta surat-surat berharga bersama
Bendahara,,
– Bertanggungjawab pada Rapat Anggota
b) Sekretaris :
– Bertugas melakukan pembinaan dan pengembangan dibidang kesekretariatan,
keanggotaan dan pendidikan.
– Berfungsi sebagai Pengurus selaku Sekretaris.
– Berwenang menentukan kebijaksanaan dan melakukan segala perbuatan yang
berhubungan dengan bidangnya sesuai keputusan rapat pengurus, serta menandatangani surat
bersama unsur Ketua.
c) Bendahara :
– Bertugas mengelolan keuangan (menerima, menyimpan dan melakukan pembayaran),
membina administrasi keuangan dan pembukuan.
– Berfungsi sebagai Pengurus, selaku Bendhara.
– Berwenang menentukan kebijakan dan melakukan segala perbuatan yang berhubungan
dengan bidangnya, serta menandatangani surat-surat berharga bersama unsur Ketua.
– Bertanggungjawab kepada rapat pengurus lengkap melalui ketua.
Ad. 3) Pengawas
a) Jumlah Pengawas sekurang-kurangnya tiga orang atau sesuai dengan AD Koperasi.
b) Unsur Pengawas terdiri dari :
– Ketua merangkap anggota,
– Sekretaris merangkap anggota dan
– Anggota
Tugas, fungsi, wewenang dan tanggungjawab pengawas :
(a) Secara Kolektif
– Bertugas melakukan Pengawasan dan Pemeriksaan sekurang-kurangnya tiga bulan
sekali atas tata kehidupan Koperasi yang meliputi Organisasi, Manajemen, Usaha, Keuangan,
Pembukuan dan kebijaksanaan Pengurus.
– Pengawas berfungsi sebagai Pengawas dan Pemeriksa.
– Berwenang melakukan pemeriksaan tentang catatan dan atau harta kekayaan koperasi.
– Bertanggungjawab kepada Rapat Anggota.
Dasar-dasar Kegiatan Pengurus dan Pengawas
a) Dalam melaksanakan kegiatan, berpedoman pada:
1. Undang –Undang No. 25 tahun 1992,
2. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga,
3. Keputusan Rapat Anggota,
4. Keputusan Rapat Pengurus dan Rapat Gabungan.
b) Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan secara kolektif berdasarkan azas kekeluargaam dan
masing-masing melaksanakan tugas dengan disiplin, inisiatif, kreatif sesuai dengan
pembagian tugas yang ditetapkan.
c) Pengurus dan Pengawas bekerja secara terbutka.
d) Pengurus adalah menyusun kebijaksanaan untuk dilaksanakan oleh Pengelola (manajer)
sesuai dengan perjanjian kerja yang telah ditentukan.
e) Pengawas melaksanakan pengawasan atas pelaksanaan kebijaksanaan Pengurus sesuai
dengan Keputusan Rapat Anggota.
f) Pertanggungjawaban Pengurus maupun Pengawas disajikan tertulis.
g) Pertanggungjawaban Pengurus maupun Pengawas secara perorangan yang telah diterima,
baik dalam Rapat Pengurus maupun Rapat Pengawas menjadi tanggungjawab Pengurus atau
pengawas.
C. Badan Penasehat
Tugas dan fungsi Badan Penasehat :
1. Bertugas memberikan pertimbangan dan nasehat baik diminta maupun tidak diminta untuk
kepentingan dan kemajuan Koperasi,
2. Berfungsi sebagai penasehat,
3. Dapat menghadiri Rapat Anggota, Rapat Gabungan dan Rapat Pengurus.
FUNGSI MANAJEMEN BAGI PENGELOLA (MANAJER)
a. Manajer ;
Manajer adalah seorang tenaga profesional yang memiliki kemampuan sebagai pemimpin tingkat
pengelola, yang diangkat dan diberhentikan oleh Pengurus setelah dikonsultasikan dengan
Pengawas.
b. Tugas, fungsi dan tanggung jawab Manajer ;
1) Tugas manajer adalah mengkoordinasikan seluruh kegiatan usaha, administrasi, organisasi
dan ketatalaksanaan serta memberikan pelayanan administratif kepada Pengurus dan Pengawas,
2) Untuk melaksanakan tugas tersebut, manajer berfungsi :
(a) Sebagai pemimpin tingkat pengelola,
(b) Merencanakan kegiatan usaha, kepegawaian dan keuangan,
(c) Mengkoordinasikan kegiatan kepala-kepala unit usaha, kepala sekretariat dan kepala
keuangan dalam upaya mengatur, membina baik yang bersifat tehnis maupun administratif
3) Berwenang mengambil langkah tindak lanjut atas kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh
Pengurus
4) Bertanggungjawab kepada Pengurus melalui Ketua.
1. Tata Kerja Manajer
1) Hubungan Kerja Manajer :
a) Secara vertikal, Manajer mengadakan hubungan kerja keatas dengan Pengurus, Pengawas
untuk mengajukan usulan, pendapat dan segala rencana dalam upaya pengembangan usaha
dan penciptaan uaha baru.
b) Hubungan kerja kebawah, dengan seluruh jajaran pengelola untuk melakukan kegiatan
mengatur, membina dan memberikan bimbingan dan pengawasan dalam upaya
melaksanakan seluruh kebijaksanaan Pengurus dan Pengawas.
c) Secara horisontal mengadakan hubungan kerja dengan seluruh jajaran manajer setingkat
Pengelola.
2) Tata Kerja Manajer :
a) Manajer dapat menghadiri Rapat Anggota, Rapat Pengurus dan Rapat Gabungan,
b) Manajer membantu Sekretaris dalam menyiapkan bahan-bahan yang dibahas dalam
Rapat,
c) Manajer membantu mencatat seluruh keputusan atau kebijaksanaan yang diambil dalam
rapat dan merahasiakannya,
d) Manajer mengatur pelaksanaan kegiatan usaha operasional atas keputusan yang telah
ditetapkan dalam rapat,
e) Manajer melaporkan seluruh pelaksanaan tugas kepada Pengurus,
f) Manajer bertanggungjawab atas seluruh pelaksanaan tugas.
3) Unit-Unit kerja tingkat pelaksana, terdiri dari :
a) Bagian Sekretariat
b) Bagian Keuangan
c) Bagian Administrasi
d) Unit-Unit Usaha Produktif
Prosedur dan uraian tugas pelaksana/karyawan diatur dalam ketentuan tersendiri, agar tdak
tumpang tindih dengan uraian tugas Pengurus maupun Pengawas.
Rencana Strategis
RENCANA STRATEGI :

Perencanaan Strategis merupakan proses penyusunan Perencanaan Strategis yang berorientasi kepada hasil yang
ingin dicapai selama kurun waktu tertentu dengan memperhitungkan potensi ( kekuatan, kelemahan, peluang dan
kendala ) yang ada atau mungkin timbul. Dokumen yang dihasilkan dari perencanaan strategis disebut "
PERENCANAAN STRATEGIS " atau popular disebut RENSTRA

Mengacu pada arah kebijakan Bupati Malang tahun 2005, terutama dalam rangka peningkatan pelayanan
kepada masyarakat dan peningkatan kinerja aparatur Pemeruntah Kabupaten Malang yang tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menangah Daerah ( RPJMD ) Kabupaten Malang tahun 2006 - 2010 terutama Icon
Pembangunan Bidang Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah 1). Kabupaten Malang
sebagai Bumi Koperasi, 2). Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Yang Tangguh, Mandiri dan Mempunyai
Tingkat Daya Saing Yang Tinggi ; maka dalam penyusunan Renstra Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah Kabupaten Malang berupaya untuk konsisten terhadap arah kebijakan yang telah ditetapkan dan
digariskan dalam kebijakan Bupati Malang menuju Kabupaten Malang yang mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat secara optimal.
Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah sebagai salah satu Dinas Teknis yang mengelola dan
memanfaatkan seluruh kekuatan potensi ekonomi di wilayah Kabupaten Malang baik yang berupa potendi Sumber
Daya Manusia maupun sumber daya lainnya melalui pemberdayaan Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
untuk menjadi kekuatan ekonomi riil yang dapat tumbuh dan berkembang, serta mampu memberikan pelayanan
yang sebaik - baiknya kepada masyarakat khususnya masyarakat pelaku ekonomi.

Guna melaksanakan Perencanaan Strategis dimaksud diperlukan instrumen untuk lebih mengarahkan tujuan
organisasi yang akan dicapai dan bagaimana cara mencapainya. Perencanaan Strategis merupakan awal dari proses
akuntabilitas suatu lembaga kepada pihak - pihak yang berkepentingan ( stakeholders ) untuk mencapai keberhasilan
pelaksanaan misi organisasi. Agar lebih berhasil guna dalam implemantasinya, perencanaan strategis harus
merupakan bagian dari satu siklus akuntanbilitas secara makro yang berakhir pada pertanggung jawaban sesuai
Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat
Daerah dan Keputusan Bupati Malang Nomor 15 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Koperasi dan
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

Format Renstra pada umumnya mengandung informasi tentang hal - hal sebagai berikut :

 Kemana kita akan menuju ? Merupakan arah masa depan organisasi yang ingin dituju (Visi, Misi Tujuan
dan Sasaran Strategis )
 Dimana kita saat ini ? Analisis organisasi tentang nilai - nilai luhur yang dimiliki, kekuatan, kelemahan,
kesempatan dan kendala organisasi (SWOT analysis) serta tugas pokok dan fungsi utama organisasi yang
menunjukkan alasan utama keberadaan organisasi (Misi)
 Bagaimana caranya menuju kesana ? Merupakan langkah - langkah strategis yang dilakukan oleh
organisasi dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan. langkah - langkah ini biasanya
dituangkan dalam kebijakan, program dan kegiatan organisasi.
 Bagaimana mengukur kemajuan kita ? Berkaitan dengan carta organisasi menetapkan ukuran - ukuran
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi dalam mencapai tujuan dan sasaran organisasi. karenanya
setiap tujuan dan sasaran yang ditetapkan harus dapat terukur dengan seperangkat indicator kinerja
outcome atau setidaknya output
Perencanaan strategis Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Kabupaten Malang merupakan
dokumen perencanaan taktis strategis organisasi. Dokumen ini menjabarkan potret permasalahan organisasi ( Dinas
Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ) serta indikasi daftar program dan kegiatan dalam upaya
memecahkan permasalahan secara berencana dan bertahap untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, dengan
mengutamakan kewenangan wajib disusul dengan bidang kewenangan lainnya sesuai dengan prioritas dan
kebutuhan daerah.

Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan penyusunan Perencanaan Strategis Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah Kabupaten Malang adalah sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan selama 3 (tiga) tahun dan
dijadikan acuan dalam penyusunan Rencana Kerja ( Renja ) yang dilaksanakan setiap tahun

Landasan Hukum
Dasar Hukum penyusunan Perencanaan Strategis Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Kabupaten
Malang 2008 - 2010 adalah :

1. Undang - undang RI Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian


2. Undang - undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Penjabarannya
3. Undang - undang RI Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
4. Undang - undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
5. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah
6. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat
Daerah
7. Keputusan Bupati Malang Nomor 15 Tahun 2008 Tentang Organisasi Perangkat Daerah Dinas Koperasi
dan Usaha Mikro, Kecil dan Menenga

STRATEGI PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH ANTARA


LAIN :
1. Pemberdayaan Usaha Produktif berskala Mikro, Kecil dan Menengah dalam wadah Koperasi Pengayoman,
baik dibidang peningkatan SDM, Fasilitas Perkuatan Permodalan, menampung dan pemasaran hasil
produknya.
2. Pengembangan Pemasaran Usaha Mikro
3. Peningkatan kwalitas SDM Pengelola Koperasi dan UMKM
4. Fasilitasi pengembangan dan legalitas usaha bagi Wira Usaha Baru
5. Peningkatan Akses Permodalan bagi Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah baik dari
Pemerintah Pusat, Propinsi dan Kabupaten serta dengan Lembaga Perbankan maupun Lembaga Non Bank
6. Penguatan dan Perluasan Akses Usaha dan jaringan pasar Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
7. Pengembangan Jaringan Kemitraan
8. Fasilitasi Perkuatan Hukum dan Advokasi bagi Pengembangan Koperasi

Kepemimpinan Koperasi
POSTED BY KPRI "SEHAT" RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO POSTED ON 11.06 WITH 1 COMMENT

Organisasi Koperasi merupakan lembaga yang bergerak dalam bidang bisnis (ekonomi) yang
pembentukkannya secara esensi didasarkan pada self help(menolong diri sendiri)
melalui kesamaan (solidaritas), effort (usaha) dan individualitas. Dalam menjalankan organisasi
dan perusahaan Koperasi, fungsi-fungsi pelaksanaan dan pengawasan perlu dilimpahkan kepada
para anggota (yang dipilih). Para anggota yang terpilih tersebut atas nama seluruh anggota
diberikan wewenang untuk mengelola organisasi Koperasi termasuk perusahaan Koperasi, dan
untuk mengawasi pelaksanaan fungsi-fungsi eksekutif.

Kepemimpinan Koperasi ada 3 (tiga) jenis, sebagai berikut.

1. Pengurus yang mengelola kegiatan organisasi Koperasi dan perkoperasian ;

2. Pengawas yang melaksanakan fungsi pengawas terhadap pengawasan pengurus dalam


melaksanakan fungsi-fungsi pelaksanaannya ;

3. Manajer yang mendapatkan pelimpahan wewenang untuk melakukan fungsi pelaksanaan


perusahaan Koperasi dari pengurus secara lebih operasional.
Seorang pemimpin pada Koperasi adalah juga seorang wirausaha. Disatu pihak mereka berfungsi
mengembangkan perusahaan Koperasi sebagai lembaga ekonomi yang berhasil, dan disisi lain
merekapun bertugas menunjang usaha para anggota secara efisien dalam kaitan dengan tugas
peningkatan pelayanan Koperasi, sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah diputuskan dan ditetapkan
oleh kelompok-kelompok anggota Koperasi. Karena itulah, para pemimpin organisasi Koperasi
sepanjang menyangkut keberhasilan perusahaan Koperasi, sekurang-kurangnya mempunyai
tanggungjawab dan kewajiban ganda, yaitu.

1. Mengembangkan perusahaan Koperasi sebagai lembaga ekonomi/bisnis yang efisien, yang


berhasil dalam persaingan pasar (dan dengan demikian, sekurang-kurangnya mempunyai
kemampuan usaha yang juga dimiliki oleh para pemimpin dari organisasi-organisasi bisnis serupa) ;
dan

2. Menunjang kegiatan usaha para anggota secara efisien (dan sehubungan dengan itu, bertindak
sebagai pengusaha yang melaksanakan peningkatan pelayanan).

TUGAS PENGURUS SEBAGAI PEMIMPIN

Pengurus sebagai perangkat organisasi Koperasi yang dipilih oleh para anggota melalui Rapat
Anggota Tahunan (RAT) dan berasal dari anggota mendapat pelimpahan tugas untuk
melaksanakan fungsi-fungsi pelaksanaan kegiatan didasarkan pada program kerja yang telah
ditetapkan RAT, yang terdiri dari minimal 3 (tiga) orang yaitu Ketua, Sekretaris, dan Bendahara.
Pengurus merupakan The Leadership Team, artinya kepemimpinan yang bersifat kolektif dimana
dalam pelaksanaan tugas-tugas serta pengambilan keputusan untuk kebijakan-kebijakan organisasi
maupun perusahaan Koperasi tidak dilakukan sndiri-sendiri, tetapi secara bersama-sama yang
didasarkan pada fungsi masing-masing pengurus. Pengurus Koperasi hakekatnya adalah anggota
Koperasi. Ada beberapa anggota yang memperoleh kepercayaan dari sebagian besar atau seluruh
anggota perorangan untuk melaksanakan kegiatannya didasarkan pada kebersamaan sesuai
dengan etika dasar dan prinsip dasar Koperasi.

Sasaran kegiatannya dapat dibagi menjadi 2 (dua) kegiatan.

1. Keorganisasian dan

2. Usaha.
Kegiatan keorganisasian adalah upaya-upaya untuk mencapai harmoni yang dinamik (konstruktif),
sesuai dengan keyakinan berkoperasi dan harmoni yang kontributif, yaitu kebersamaan dalam
berbagai bentuk partisipasi anggota. Tugas utama pengurus di bidang keorganisasian adalah
menjalankan organisasi sesuai dengan prinsip-prinsip Koperasi, agar transparansi manajemen,
efisiensi usaha, dan keterpaduan untuk mencapai kekuatan yang pasti berguna untuk bersaing,
serta benar-benar dapat diwujudkan dalam kenyataan.

Tugas pengurus dalam kegiatan usaha sebaiknya disesuaikan dengan tingkat kerumitan dalam
mengelola serta skala usaha. Pengurus pada umumnya dipilih berdasarkan kredibilitas sosial,
bukan berdasarkan kriteria professional. Sekalipun demikian tetap saja jabatan pengurus bukan
jabatan professional, karena diangkat dalam jangka waktu terbatas (3 – 5 tahun).

Dalam upaya mengoptimalkan tugasnya, pengurus harus memperhatikan 4 (empat) arah hubungan
(interaksi) yang harus selalu menjadi perhatian pengurus, yaitu dengan.

1. Anggota ;

2. Karyawan ;

3. Koperasi Skunder ;

4. Lingkungan makro.

Adapun tugas secara umum yang harus dijalankan pengurus berdasarkan pasal 30 UU No. 25
tahun 1992, tentang Perkoperasian sebagai berikut.

1. Mengelola Koperasi dan usahanya .

2. Mengajukan rancangan program kerja dan rancangan rencana anggaran pendapatan dan belanja
Koperasi (RAPBK).

3. Menyelenggarakan rapat anggota.

4. Mengajukan laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas.

5. Menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib.


6. Memelihara daftar buku anggota, buku pengurus, dan pengawas.

7. Memberikan pelayanan kepada anggota Koperasi dengan masyarakat.

8. Pendelegasian tugas kepada manager.

9. Meningkatkan pengetahuan perangkat pelaksanaan dengan anggota.

10. Meningkatkan penyuluhan pendidikan pada anggota.

11. Mencatat mulai sampai dengan berakhirnya masa kepengurusan pengurus dan pengawas.

12. Mencatat masuk dan keluarnya anggota.

KUALIFIKASI PEMIMPIN KOPERASI

Salah satu persyaratan minimum dalam pembentukan dan berlangsungnya kegiatan organisasi
Koperasi adalah harus adanya pemimpin, yaitu orang-orang yang siap dan dapat bekerja untuk
mengintegrasikan keinginan-keinginan maupun kebutuhan anggota Koperasi, memotivasi dan
mengorganisir kelompok serta mengarahkan kegiatan-kegiatannya agar dapat mencapai sasaran
dan organisasi Koperasi.

Pemilihan pemimpin Koperasi harus berkaitan dengan criteria khusus untuk memilih seseorang
sebagai berikut.

1. Kemauan untuk bekerja bagi kepentingan semua anggota.

2. Kemampuan untuk bekerja di organisasi.

3. Pengetahuan tentang masalah-masalah ekonomi.

4. Kesiapan untuk bekerja atas dasar kehormatan, bukan untuk mencari keuntungan.

Secara khusus UU No. 25 tahun 1992, tentang Perkoperasian, bahwa persyaratan pengurus yang
dipilih dan diangkat dalam RAT ditetapkan dalam anggaran dasar Koperasi masing-masing.

MENINGKATKAN EFEKTIFITAS KEPEMIMPINAN DALAM KEWIRAKOPERASIAN

Bagaimana meningkatkan keefektifan kepemimpinan dalam kewirakoperasian? Pertanyaan ini


berpokok pada peningkatan, maka keharusan (harapan). Jika masih ada kesenjangan antara apa
yang telah dilakukan dengan keharusan (harapan) itu, maka harus ada upaya peningkatan. Jadi
peningkatan adalah perubahan.
EFEKTIFITAS KEPEMIMPINAN

Efektif artinya sesuatu yang dilakukan atau digunakan dapat mencapai tujuannya (berhasil).
Sejauh mana dapat mencapai tujuannya (keberhasilannya) itu adalah keefektifan atau efektifitas.
Jadi jika demikian, yang menjadi persoalan dari efektifitas kepemimpinan adalah bagaimana
melakukan atau menggunakan sesuatu untuk mempengaruhi orang-orang agar mereka mau dan
mampu melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan.

Jika persoalan itu ditelaah, ada 4 (empat) hal yang menjadi perhatian, yaitu.

1. Apa yang harus dilakukan dan atau digunakan untuk mempengaruhi orang-orang itu ?

2. Orang-orang macam apa dan berapa banyaknya orang-orang yang akan dipengaruhi itu ?

3. Bagaimana membangkitkan kemauan dan kemampuan orang-orang semacam itu dan sebanyak
tadi agar melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan.

4. Tujuan apa yang hendak dicapai itu, dan bagaimana supaya dapat tercapai oleh orang-orang
yang mempengaruhi itu.

Pertanyaan tersebut dapat dijawab, jika pertanyaan yang lainnya dapat dijawab secara analisis.
Ketiga hal tersebut dirinci pasal demi pasal seperti di bawah ini.

1) Orang-orang yang akan dipengaruhi

Seperti telah dikatakan bahwa kepemimpinan adalah kejadian atau fenomena hubungan orang
dengan orang dalam kelembagaan. Kelembagaan Koperasi adalah kumpulan orang-orang bukan
kumpulan modal. Kumpulan orang-orang dalam system Koperasi terbagai kedalam 3 (tiga)
subsistem, yaitu sub system keanggotaan, kepengurusan organisasi, dan karyawan usaha.
Meskipun secara konsepsional rapat anggota (subsistem keanggotaan itu) merupakan badan
tertinggi dalam Koperasi namun secara operasional, ketua pengurus organisasi itulah yang
merupakan pemimpin, yang memainkan kepemimpinannya. Pimpinan Koperasi menghadapi 2
(dua) golongan kumpulan orang-orang, satu golongan bersifat formal (karyawan Koperasi), dan satu
golongan bersifat informal (anggota).

Pemimpin Koperasi (Ketua organisasi) tentu saja akan berbeda menghadapi karyawan Koperasi,
karena golongan ini jumlahnya terbatas, dan strukturnya jelas (formal) bahkan untuk mempengaruhi
golongan ini ada pimpinan lain yang disebut manajer. Lain halnya dengan menghadapi golongan
anggota yang juml;ahnya lebih banyak tetapi strukturnya tidak jelas (informal), bahkan mungkin tidak
berstruktur (structureless). Makin banyak jumlah anggota, makin heterogen sifat dari anggota itu,
makin sulit pula membentuk kesatuan anggota (members unity).

2) Membangkitkan Kemauan dan Kemampuan

Bagaimana membangkitkan kemauan dan kemampuan supaya mau dan mampu melakukan
sesuatu untuk mencapai tujuan. Membangkitkan kemauan berarti memotivasi/mendorong. Tetapi
mendorong saja belum tentu mau jika tidak tahu dan tidak mampu. Mendorong memberikan
pengetahuan dan meningkatkan kemampuan orang-orang, ini mempengaruhi orang-orang.
Memberikan pengetahuan tentang tujuan dan cara-cara mencapainya, akan mengubah sikap-sikap
ke arah kesamaan terhadap tujuan dan cara-cara pencapaiannya, ditambah dengan kemampuan
peningkatan kemauan untuk itu, maka orang-orang akan melakukan apa yang diminta untuk
mencapai tujuan. Jika setelah tahu dengan mampu tidak mau, ini mungkin ada factor lain. Faktor
ini harus ditemukan untuk meningkatkan kemampuan mempengaruhi orang-orang itu.

Dalam hal tahu dan mampu tetapi tidak mampu melakukan pencapaian tujuan itu, perlu dilihat dari
aspek mentalitas dan hubungan social orang- orang itu terutama hubungan dengan yang
memimpinnya itu.

Aspek mentalitas itu menyangkut beberapa hal, antara lain.

a. Mungkin tidak merasa bahwa ia merupakan bagian/sebagian dari organisasinya (belum


menyadarinya) ;

b. Mungkin ia merasa lebih tinggi kemampuannya, sehingga merasa tidak takut atau tidak mau oleh
pemimpinnya ;

c. Mungkin ia antipati terhadap pemimpinnya, karena bekas rivalnya

d. Mungkin ia merasa benar sendiri.

Sedangkan aspek hubungan social, merupakan akibat dari mentalita tadi. Biasanya untuk
mengatasi hal-hal semacam itu, pemimpin harus mengubah gaya kepemimpinannya ;
tidak otoriter juga tidak laissefaire, mungkin harus demokratis.

3) Tujuan yang hendak dicapai


Tujuan yang hendak dicapai itu sangat menentukan perilaku tindakan apa yang harus dilakukan,
baik oleh pemimpin maupun oleh yang dipimpin. Hal ini bersangkutan dengan 3 (tiga) hal, yaitu :

a. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai ;

b. Relevansi tujuan dengan tujuan orang-orang yang dipimpin ;

c. Diketahuinya tujuan yang hendak dicapai itu oleh orang yang dipimpinnya.

Bagaimana tujuan itu dapat dicapai jika tidak jelas, apalagi jika tidak relevan dengan tujuan mereka
yang hendak diajak melakukan pencapaiannya ; demikian pula dapat dibayangkan bagaimana
orang mau bertindak bersama- sama, jika tujuan yang hendak dicapainya itu tidak mereka ketahui.

Oleh karena itu para pemimpin biasanya merumuskan tujuan yang hendak dicapai itu sejelas-
jelasnya dan sekonkrit-konkritnya atau operasional. Terbayangkan bagaimana wujud yang hendak
dicapainya dan sekaligus terbayangkan pula bagaimana perilaku untuk mencapainya.

Selain itu dalam merumuskan tujuan, relevansi tujuan yang hendak dicapai dengan tujuan orang-
orang yang hendak diajak mencapainya harus menjadi perhatian. Dalam hal ini bukan berarti
seluruh tujuan orang-orang itu harus pula tercapai, karena mustahil. Paling tidak tujuan pokoknya
saja tercapai, artinya jika tujuan bersama tercapai, tujuan pokok masing-masing pun akan tercapai
pula. []

Sebelumnya artikel ini pernah dipublikasikan di www.dekopindki.com. Dimuat ulang untuk keperluan
pendidikan.

Lampiran

Tabel : Perbedaan Seorang Manajer dari Seorang Pengurus

MANAJER PENGURUS

Perbedaan Fungsional :

Perencanaan Bersifat Rutin dan terbatas pada Perencanaan yang berwawasan luas dan
bidang tugasnya menjangkau jauh kedepan
Mengatur Penempatan Staf Untuk Mengisi Menemukan dan mengembangkan talentan
Lowongan di dalam Struktur Organisasi Profesional dalam rangka membangun Institusi

Menugaskan apa yang harus di kerjakan Menjelaskan apa yang perlu dicapai
bawahan

Mengendalikan pekerja agar mereka Memberi kebebasan pada pengikut untuk


mengerjakan apa yang ditugaskan sesuai mencari cara yang terbaik untuk mencapai
peraturan yang berlaku tujuan secara bertanggung jawab

Perbedaan Perilaku Manajerial

Bekerja didalam batas – batas ruang lingkup Lebih tertarik untuk memenuhi kebutuhan
tanggung jawabnya dan memenuhi peraturan perusahaan yang lebih besar dan merealisasikan
dan ketentuan yang berlaku tanggung jawab sosial

Lebih tertarik untuk mengerjakan tugas dengan Memusatkan perhatian pada pelaksaan tugas
baik sesuai dengan cara – cara yang sudah yang benar, memilih apa yang perlu dikerjakan
ditetapkan dan mengapa hal itu perlu dilakukan

Perbedaan Minat

Perhatian lebih banyak ke dalam (Internal) Berminat pada penggalangan dukungan dari
pada konstituen dan mendapatkan sumber daya

Lebih tertarik pada hal – hal teknikal dari Lebih tertarik pada aspek – aspek sosio political
kegiatan bisnis dan psikologikal dari kegiatan bisnis

Menjual produk dan jasa yang konkrit Menjual gagasan, pemikiran dan perasaan, dan
emosi yang dikaitkan dengan tindakan yang
konkrit

Menghindarkan Konflik Konflik adalah hal yang wajar

Pemecahan persoalan jangka panjang dengan Membangun consensus tentang visi masa depan
tindakan yang beencana dan tindakan konkrit untuk mewujudkannya

Perbedaan Dalam Membangun Pengaruh

Memiliki bawahan Memiliki pengikut

Besar kekuasaan ditentukan oleh posisinya Kekuasaan terbentuk dari visi pemimpin dan
dalam perusahaan kemampuannya untuk mengkomunikasikan visi
itu kepada pengikutnya
Mencari stabilitas, kepastian, dan kemampuan Mencari fleksibilitas dan perubahan
untuk mengontrol

Perubahan perlu dihindarkan, dikelola atau Perubahan dianggap biasa dan perlu
dikendalikan dimanfaatkan

Kegagalan perlu dihindarkan dan dicegah dengan Kegagalan adalah Konsekuensi logical dari usaha
sekuat tenaga menjajaki wilayah yang tidak deketahui dan
dapat menjadi pengalaman yang berharga

Perbedaan dalam Pola Pikir

Analitikal dan Konvergen Intuativ dan divergen

Mengambil keputusan dan memecahkan Memberi pengarahan dan kebebasan kepada


persoalan bagi mereka para pengikut untuk mengambil keputusan dan
memecahkan persoalan mereka sendiri secara
bertanggung jawab

Menekankan hal – hal yang rasional dan konkrit Menekankan hal – hal yang kurang konkrit
seperti visi, wawasan, tata nilai dan motivasi

Berpikir dan bertindak untuk jangka pendek Berpikir dan bertindak untuk jangka panjang

Menerima dan memenuhi secara ketat struktur Selalu mencari cara – cara yang lebih baik
organisasi, kebijakan, prosedur, dan metodologi
yang berlaku.

PENGENDALIAN INTERN KOPERASI JASA KEUANGAN (KJK)

PENGENDALIAN INTERN KOPERASI JASA KEUANGAN (KJK)

ZULKIFLI

Untuk mengelola KJK yang sehat, harus didukung oleh seperangkat peraturan dan kebijakan
yang reasinable dan implemented yang didukung dengan penerapan sistem pengendaliain intern,
sehingga semua transaksi kegiatan jasa keuangan harian, bulanan dan tahunan terkendali secara
sistemik, artinya apabila terjadi kesalahan catatan dan atau penyimpangan segera dapat diketahui
dan diluruskan secara dini melalui SISTEM PENGENDALIAN INTERN (SPI). yang berfungsi untuk
mengendalikan kegiatan dalam KJK. Kegiatan pengendalian intern harus dilakukan secara rutin
agar tujuan KJK yang telah ditetapkan oleh rapat anggota dapat tercapai dengan baik.
ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1 Merancang sistem pengendalian1.1 Peraturan, kebijakan, sistem dan prosedur organisasi


intern diidentifikasi.

1.2 Sistem pengendalian intern disusun

1.3 Instrumen pengendalian intern dibuat

2 Menerapkan sistem pengendalian


2.1 SDM pelaksana disiapkan dan dilatih
intern
2.2 Sistem pengendalian intern diterapkan

2.3 Hasil penerapan Sistem pengendalian intern dievaluasi

2.4 Kelemahan-kelemahan sistem pengendalian intern diperbaiki

3. Melaporkan hasil penerapan sistem


4.1 Format laporan disiapkan.
pengendalian intern
4.2 Hasil penerapan Sistem pengendalian intern dibuat dan
dilaporkan.

BATASAN VARIABEL:

a. Pengendalian Intern KJK

KSP/USP-Koperasi, Koperasi Kredit dan Koperasi Jasa Keuangan Syariah (istilah generiknya
adalah Koperasi Jasa Keuangan) yang bergerak di sektor jasa keuangan mempunyai kedudukan
sangat sentral dalam menunjang pemberdayaan ekonomi rakyat di sektor riil dengan tujuan untuk
meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan para anggota/calon anggota. Koperasi Jasa Keuangan
(KJK) berperan sebagai penghimpun, pengelola dana untuk disalurkan guna membiayai dan
mengembangkan usaha ekonomi anggota/calon anggota di semua sektor dan kebutuhan lainnya.
Untuk dapat melakukan ekspansi penyaluran pinjaman/pembiayaan kepada anggota/calon anggota,
di samping memupuk permodalan sendiri dapat melakukan penghimpunan dana dalam bentuk
produk tabungan dan simpanan berjangka serta dapat memupuk dana yang berasal dari modal
penyertaan.

Usaha penghimpunan simpanan anggota hanya dapat berhasil apabila penyimpan dan calon
penyimpan mempunyai kepercayaan yang tinggi terhadap keamanan dananya yang tersimpan pada
KJK. Untuk itu pengelolaan KJK harus dikelola secara kompeten dengan berpegang teguh pada
prinsip-prinsip koperasi dan prudential (kehati – hatian) serta pengelolaan yang sehat, sehingga KJK
senantiasa dapat memenuhi layanan terbaiknya sekaligus memberikan keuntungan yang lebih
menarik.

Dalam melaksanakan pengendalian intern, seorang manager harus memiliki keterampilan, sikap
kerja dan pengetahuan yang harus dikuasainya, yaitu meliputi :

 Dasar-dasar akuntansi, sistem dan prosedur serta sistem komputerisasi akuntansi yang digunakan
KJK dalam menerapkan pembukuan.

 Dasar-dasar perkoperasian, dengan pertimbangan bahwa lembaga yang menjalankan kegiatan


usaha jasa keuangan adalah menggunakan entitas ”Koperasi”.

 Manajemen audit, merupakan modal dasar dan sebagai alat yang dapat digunakan untuk
melaksanakan kegiatan pengendalian dan pemeriksaan transaksi – transaksi laporan keuangan.

 Interpersonal skill sangat menunjang dalam pelaksanaan pengendalian, karena interpersonal skill
merupakan suatu keahlian khusus yang dikuasai seseorang yang dapat menunjang percepatan
perolehan data yang dibutuhkan dari pihak – pihak terkait.

Keterkaitan dasar-dasar manajemen KJK terhadap pengendalian intern pada KJK, sebagai berikut :

a. Perencanaan pengelolaan organisasi dan manajemen KJK

b. Pengorganisasian struktur organisasi KJK

c. Pengarahan sumber daya organisasi KJK

d. Pengawasan penyelenggaraan organisasi KJK

Keterkaitan unit kompetensi ”melaksanakan prinsip-prinsip manajemen SDM” dengan unit


kompetensi ”melaksanakan pengendalian intern” pada Koperasi Jasa Keuangan ini adalah terletak
pada pekerjaan yang saling mendukung (terkait) dan bersifat langsung, yaitu : elemen ”pengawasan
penyelenggaraan organisasi KJK”. Pada pekerjaan / elemen di atas mengandung maksud bahwa
pengelolaan operasional KJK harus didukung dengan suatu sistem dan prosedur yang dapat
mencegah kemungkinan terjadinya penyimpangan pada KJK.

Keterkaitan mengerjakan buku besar dan buku pembantu terhadap pengendalian intern pada KJK,
sebagai berikut :

a. Menyiapkan pekerjaan buku besar dan buku pembantu

b. Menyusun buku besar dan buku pembantu


c. Melaporkan hasil pengerjaan buku besar dan buku pembantu

Keterkaitan unit kompetensi ”mengerjakan buku besar dan buku pembantu” dengan unit kompetensi
”melaksanakan pengendalian intern” pada koperasi jasa keuangan ini adalah terletak pada
pekerjaan yang saling mendukung (terkait) dan bersifat langsung, yaitu : elemen ”menyusun buku
besar dan buku pembantu” Pada pekerjaan / elemen tersebut mengandung maksud bahwa semua
transaksi keuangan yang dicatat melalui kas dan non kas, secara prosedural ditindaklanjuti dengan
memasukkannya ke dalam buku besar dan buku pembantu. Kebenaran data terjadinya pemindahan
kas dan non kas ke dalam.buku besar dan buku pembantu hanya dapat dibuktikan oleh unit
kompetensi melaksanakan pengendalian intern pada KJK.

Setelah mempelajari modul melaksanakan pengendalian intern peserta mampu :

 Menyusun perencanaan Pengendalian Intern

 Melaksanakan Pengendalian Intern


 Menangani Tindakan Penyimpangan

b. Beberapa Pengertian dalam Pengendalian Intern

 Koperasi Jasa Keuangan disingkat KJK adalah koperasi yang dalam kegiatan usahanya
menghimpun dana dari anggota dan calon anggota dan menyalurkannya kembali dalam bentuk
pinjaman kepada anggota dan calon anggota serta masyarakat yang memenuhi persyaratan
tertentu

 Pengendalian intern dapat mempunyai arti sempit dan luas :

a) Dalam arti sempit pengendalian intern merupakan pengecekkan, penjumlahan baik jumlah
mendaftar (cross footing) maupun penjumlahan menurun (footing).

b) Dalam arti luas, pengendalian intern tidak hanya meliputi pengecekkan tetapi meliputi semua alat-
alat yang digunakan manajemen untuk mengadakan pengawasan.

 Sistim Pengendalian Intern disingkat SPI, merupakan rencana organisasi serta semua metode dan
ketentuan – ketentuan yang terkoordinir yang diatur dalam perusahaan untuk melindungi harta
miliknya, memeriksa kecermatan dan seberapa jauh data akuntansi dapat dipercaya, meningkatkan
efesiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijaksanaan perusahaan yang telah digariskan

 Program Pemeriksaan adalah rangkaian yang sistimatik dari langkah-langkah pemeriksaan untuk
mencapai tujuan pemeriksaan. Program pemeriksaan hendaknya disusun sesuai dengan tujuan
yang ditetapkan dan keadaan obyek pemeriksaan, luas sempitnya suatu program pemeriksaan
tergantung dari tujuan tersebut dan kondisi-kondisi yang ada.
 Tanggung jawab adalah tanggungjawab untuk menyusun suatu sistem pengendalian intern itu
terletak pada manajemen, begitu juga halnya dengan kegiatan mengawasi sistem pengendalian
intern itu sendiri

BAB I

MERANCANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN

1.1. Peraturan, Kebijakan, Sistem dan Prosedur Organisasi Diidentifikasi

Sistem pengendalian intern itu meliputi : struktur organisasi dan semua cara-cara serta alat-alat
yang digunakan dengan tujuan untuk melindungi harta milik KJK, pemeliharaan, ketelitian dan
kecermatan data akuntansi, informasi keuangan serta laporan-laporan, menanamkan dan
meningkatkan efisiensi di dalam operasional dan membantu menjaga dipatuhinya kebijakan
manajemen yang telah ditetapkan oleh pengurus KJK.

Tujuan "Pengendalian intern" adalah untuk memastikan bahwa KJK menerima seluruh
pendapatannya tanpa ada yang hilang akibat pemborosan, penipuan, karyawan yang tidak jujur,
atau hanya karena kesembronoan. Bahkan sebuah KJK yang sehat dalam segala aspek dapat
sangat rentan terhadap kegagalan dari dalam karena kurangnya pengendalian intern.

Mengapa di KJK perlu SPI ?

Sistem Pengendalian Intern merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengendalikan
manajemen dari penyalahgunaan wewenang dan prosedur sehingga tingkat resiko yang mungkin
terjadi dapat diminimalisir seefisien mungkin, hal ini bisa terjadi karena dinamika personil dalam
menjalankan proses manajemen dan media akuntansi sewaktu-waktu dapat disalahgunakan oleh
siapapun yang terlibat dalam kegiatan dimaksud, oleh karenanya penerapan kebijakan manajemen
KJK harus didukung dengan sistem akuntansi yang accountable dan responsible.

Sistem pengendalian intern yang baik mempunyai manfaat untuk :

1. Melindungi harta kekayaan perusahaan.

2. Pemeliharaan kecermatan dan ketelitian data akuntasi, informasi keuangan serta laporan-laporan.

3. Menanamkan dan meningkatkan efisiensi dalam operasi.

4. Mendorong dipatuhinya peraturan kebijakan manajemen yang telah ditetapkan untuk memenuhi
tujuan di atas terdapat beberapa elemen yang merupakan ciri-ciri pokok dari suatu sistem
pengendalian intern
Kegiatan usaha apapun jenisnya pasti mempunyai titik kerawanan. Titik kerawanan tersebut dapat
bersumber dari unsur intern maupun ekstern.

Unsur–unsur Intern

1. Adanya sifat manusia yang curang, ambisi, malas, ceroboh, mau menang sendiri, sekongkol (kolusi)

2. Organisasi melibatkan banyak orang yang mempunyai karakter berbeda; otoriter,


demokratis, independen, laizes faire.

3. Harta kekayaan/ KJK relatif besar kecilnya nilai, tetap harus diamankan.

4. Kegiatan Usaha yang semakin kompleks, perlu diatur prosedur, pelaksanaan dan otoritasnya.

Unsur-Unsur Ekstern

1. Adanya oknum yang selalu mencari keuntungan dengan memanfaatkan kelemahan manajemen
atau faktor-faktor lain.

2. Adanya kecenderungan dari oknum yang ingin mendahulukan kepentingannya, antara lain :

a. Memperoleh haknya

b. Menolak tanggung jawab dan mengabaikan kewajibannya,

c. Prosedurnya mudah / cepat.

d. Harga murah.

e. Menolak dikenai sanksi dan lain sebagainya.

Ruang Lingkup SPI dapat dibagi menjadi dua bidang yakni SPI Manajemen dan SPI Akuntansi :

1. Bidang SPI Manajemen : Tujuannya untuk memastikan apakah pelaksana mentaati semua prosedur
yang ada dengan benar?, apakah prosedur yang ada telah menjamin
efisiensi?. Sasarannya adalah “Tiga Tepat”, yakni :

1) Tepat Prosedur, dan juga dinilai dari kecepatan menyelesaikan pekerjaan dan biaya lebih murah.

2) Tepat Pelaksana, berpengetahuan dan trampil, dapat dinilai dari tingkat kerajinan,
ketelitian/kesalahan, kejujuran, jumlah pekerjaan yang diselesaikan.
3) Tepat Otoritas, pemisahan wewenang, delegasi, tanggung jawab, dapat dinilai dari tingkat
kepemimpinan, tanggung jawab terhadap pekerjaannya (dirinya) maupun pekerjaan bawahannya

2. Bidang SPI Akuntansi : Tujuannya untuk memastikan apakah semua transaksi telah dicatat dengan
benar sesuai PAI?, apakah Laporan Keuangan telah disusun sesuai PAI? Sasarannya adalah “Lima
Tepat” yakni :

1) Tepat Prosedur,

2) Tepat Jumlah/Nilai,

3) Tepat Waktu,

4) Tepat Pencatatannya, dan

5) Tepat Otoritasnya.

Perlu diketahui bahwa dalam penyusunan dan penerapan SPI pada KJK harus didukung dengan
kebijakan pengurus KJK yang ditetapkan dan disyahkan rapat anggota. Mengapa SPI perlu dibuat
secara tertulis ?

Sebab ada : TIDAK ADA KESALAHAN, TIDAK ADA SANKSI, TANPA ADANYA SUATU
PERATURAN YANG MENDAHULUI, HARUS ADA KATA SEPAKAT DARI ORANG YANG
BERWENANG, dalam hal ini dapat diputuskan oleh Rapat Anggota, Pengurus, Pengawas atau oleh
orang yang ditunjuk untuk itu.

Prinsip-prinsip Penyusunan SPI, merupakan ciri pokok dari suatu sistem pengendalian intern. Suatu
sistem pengendalian intern yang baik, harus memiliki prinsip-prinsip penyusunan SPI, yakni :

1. Perencanaan Organisasi yang baik,

2. Penetapan tanggung jawab perseorangan,

3. Sistem otorisasi dan prosedur akuntansi,

4. Praktek yang sehat,

5. Pegawai yang cakap dan penempatan yang tepat

6. Pengawasan oleh atasan

7. Penciptaan situasi dan kondisi kerja yang kondusif / positif


Sebelum melaksanakan pengendalian intern perlu diketahui kendala yang harus di atasi dengan
syarat setiap pimpinan harus menyadari pentingnya pengawasan sebagai salah satu fungsi
manajemen yang dalam pelaksanaannya telah membudaya pada semua lapisan /jenjang.

Sarana / prasarana yang terkait dengan peraturan KJK harus diidentifikasi, antara lain :

a. Peraturan

Semua peraturan-peraturan tertulis yang diterbitkan KJK harus diidentifikasi dan dipelajari sampai
kepada SDM Pengelola dapat memahami, mengetahui semua peraturan yang berlaku sehingga
mereka dalam menjalankan tugasnya secara efektif dan efisien.

b. Kebijakan

Kebijakan yang dibuat KJK hendaknya :

 Tertulis dengan jelas

 Tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi

 Harus dikomunikasikan kepada fihak-fihak yang berkepentingan.

 Secara periodik harus direview

c. Sistem dan prosedur organisasi

 Sistem akuntansi telah dijalankan sesuai dengan PSAK No. 27 tentang akuntansi koperasi.

 Prosedur organisasi, meliputi :

a) Struktur organisasi meliputi :

- Pemisahan fungsi dan tugas (jobs)

- Pemberian wewenang dan tanggung jawab

b) Rencana kerja dan biaya

c) Prosedur kerja

d) Pencatatan hasil kerja serta pelaporan

e) Pembinaan personil :
- Kursus

- Informasi yang jelas mengenai tugas dan tanggung jawab

- Supervisi oleh atasan

Peraturan untuk melaksanakan pengendalian intern pada Koperasi Jasa Keuangan adalah :

 Undang-undang nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian.

 PP. Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam oleh koperasi.

 Keputusan Menteri Koperasi dan PKM nomor 351/Kep/M/XII/1998 tentang Petunjuk pelaksanaan
kegiatan usaha simpan pinjam oleh koperasi.

 Keputusan Menteri Koperasi dan UKM nomor 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk


pelaksanaan kegiatan usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah.

 Keputusan Menteri Koperasi dan UKM nomor 96/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Pedoman Standar
Operasional Manajemen Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi.

 Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan ketentuan khusus lain yang berlaku di masing-
masing KJK.

Sruktur Pengendalian Intern terdiri dari 5 (lima) komponen, yaitu :

(1). Lingkungan Pengendalian

Merupakan dasar dari komponen pengendalian yang lain yang secara umum dapat memberikan
acuan disiplin. Meliputi : Integritas, Nilai Etika, Kompetensi personil perusahaan, Falsafah
Manajemen dan gaya operasional, cara manajemen di dalam mendelegasikan tugas dan tanggung
jawab, mengatur dan mengembangkan personil, serta, arahan yang diberikan oleh dewan direksi.

(2). Penilaian Resiko

Identifikasi dan analisa atas resiko yang relevan terhadap pencapaian tujuan yaitu mengenai
penentuan “bagaimana resiko dinilai untuk kemudian dikelola”. Komponen ini hendaknya
mengidentifikasi resiko baik internal maupun eksternal untuk kemudian dinilai. Sebelum melakukan
penilain resiko, tujuan atau target hendaknya ditentukan terlebih dahulu dan dikaitkan sesuai
dengan level-levelnya.

(3). Aktivitas Pengendalian

Kebijakan dan prosedur yang dapat membantu mengarahkan manajemen hendaknya dilaksanakan.
Aktivitas pengendalian hendaknya dilaksanakan dengan menembus semua level dan semua fungsi
yang ada di perusahaan. Meliputi : aktifitas-aktifitas persetujuan, kewenangan, verifikasi,
rekonsiliasi, inspeksi atas kinerja operasional, keamanan sumberdaya (aset), pemisahan tugas dan
tanggung jawab.

(4). Informasi dan Komunikasi

Menampung kebutuhan perusahaan di dalam mengidentifikasi, mengambil, dan


mengkomunikasikan informasi-informasi kepada pihak yang tepat agar mereka mampu
melaksanakan tanggung jawab mereka. Di dalam perusahaan (organisasi), Sistem informasi
merupakan kunci dari komponen pengendalian ini. Informasi internal maupun kejadian eksternal,
aktifitas, dan kondisi maupun prasyarat hendaknya dikomunikasikan agar manajemen memperoleh
informasi mengenai keputusan-keputusan bisnis yang harus diambil, dan untuk tujuan pelaporan
eksternal.

(5). Pengawasan

Pengendalian intern seharusnya diawasi oleh manajemen dan personil di dalam perusahaan. Ini
merupakan kerangka kerja yang disosialisasikan dengan fungsi internal audit di dalam perusahaan
(organisasi), juga dipandang sebagai pengawasan seperti aktifitas umum manajemen dan aktivitas
supervise. Adalah penting bahwa defisiensi pengendalian intern hendaknya dilaporkan ke atas. Dan
pemborosan yang serius seharusnya dilaporkan kepada manajemen puncak dan dewan direksi.

Bagaimana peranan SPI berinteraksi dengan unit-unit yang terdapat dalam KJK, sebagaimana
digambarkan dalam bagan berikut ini:
PERANAN
SPI
Tanggung jawab untuk menyusun suatu sistem pengendalian intern itu terletak pada manajemen,
begitu juga halnya dengan kegiatan mengawasi sistem pengendalian intern itu sendiri.

Suatu sistem pengendalian intern yang memuaskan, harus meliputi:

 Suatu struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tepat.

 Suatu sistem wewenang dan prosedur pembukuan baik yang berguna untuk melakukan
pengawasan cukup terhadap harta milik, hutang , pendapatan dan biaya

 Penerapan dilaksanakan sesuai dengan tugas fungsi dan tanggung jawab setiap bagian.

 Kecakapan karyawan sesuai dengan tanggung jawabnya.

Keempat element tersebut di atas merupakan ciri pokok dari suatu sistem pengendalian intern.
Disamping itu ciri-ciri tersebut ada cara pengawasan yang menambah ciri-ciri pokok SPI.
Pengawasan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan dokumen anggaran (budget) dan
laporan auditing intern.

Tujuan penyusunan sistem sistem akuntansi mempunyai beberapa prinsip yaitu:

1. ‘Cepat” artinya mampu menyediakan data yang diperlukan tepat pada waktunya dan dapat sesuai
dengan kebutuhan.

2. “Aman” yaitu bahwa sistem akuntansi harus dapat menjaga keamanan harta milik koperasi. Agar
dapat menjaga harta milik koperasi maka sistem akuntansi harus disusun dengan
mempertimbangkan prinsip-prinsip pengawasan intern (internal control)

3. ‘Murah” yang berarti bahwa biaya yang dikeluarkan untuk menyelenggarakan sistem akuntansi
relatif tidak mahal.

4. “Mudah” maksudnya dengan sistem ini pekerjaan pencatatan akan menjadi semakin mudah.
1.2. Menyiapkan Program dan Kertas Kerja Pengendalian Intern

Pengelola yang bertanggungjawab terhadap pengendalian intern, sebelum pelaksanaan


pengendalian intern harus disiapkan terlebih dahulu: ketentuan, kebijakan dan Standar Operasional
Prosedur serta peralatan seperti ATK, dll. Peraturan khusus dalam rangka menunjang program
pengendalian kegiatan operasinal KJK harus ada. Berdasarkan Prinsip-prinsip Penyusunan SPI,
pihak manajemen KJK berkewajiban untuk membuat aturan tertulis, yang formatnya dapat disusun
sebagai berikut :

Contoh : Surat Keputusan Pengurus tentang Sistim Pengendalian Intern di bidang pinjaman

KJK ”MAJU BERSAMA”

-------------------------------------------------------------------------------

Keputusan Pengurus KJK Maju Bersama

Nomor : 03/KEP/MB /III/ 2007

Tentang :

Sistim Pengendalian Intern Bidang Simpan Pinjam

IMBANG : reason perlunya SPI Bidang Simpan Pinjam.

GINGAT : Payung hukum yang menddukung SPI Bidang Simpan Pinjam.

MEMUTUSKAN :

MENETAPKAN :

-------Dengan ketentuan sebagai berikut :

terdiri dari : bab ---> pasal ---> ayat :


------ 1.obyek yang ditetapkan,

------ 2.isi, rincian keputusan,

------ 3.mengenai prosedur - prosedur,

------ 4.persyaratan pengelola

---- 5.uraian tugas / otoritas,

------ 6.persyaratan pinjaman

------ 7.jenis pinjaman dan plafond pinjaman,

------ 8.jaminan (agunan) pinjaman,

------ 9.ketentuan bunga/jasa pinjaman,

-----10.persyaratan simpanan dan tabungan

-----11 ketentuan bunga simpanan dan tabungan

-----12.ketentuan jangka waktu dan tatacara pengembalian, etc.

-----13.klausula khusus,

-----14.sanksi - sanksi. dan lain sebagainya.

----- 15 penutup

Ditetapkan di : ..............

Pada tanggal : ..............

KJK Maju Bersama

Ketua, Sekretaris

................................. ..............................................

Menyusun Program dan Kertas Kerja Pengendalian Intern


Program pengendalian adalah suatu rangkaian sistimatik dari langkah-langkah pengendalian untuk
mencapai tujuan. Program pengendalian hendaknya disusun sesuai dengan tujuan yang ditetapkan
dan keadaan obyek pemeriksaan. Jadi cakupan atau ruang lingkup yang menjadi obyek
pengendalian sangat tergantung dari tujuan dan kondisi-kondisi yang ada.

Tahapan terakhir dalam perencanaan pengendalian intern adalah membuat Program Kerja
Pengendalian Intern sebagai panduan agar pelaksanaan pengendalian intern dapat lebih terarah.
Program kerja disusun berdasarkan tahapan-tahapan dalam perencanaan pengendalian intern yang
telah dilakukan sebelumnya.

Program kerja pengendalian intern harus memuat antara lain:

a. Langkah kerja pengendalian intern, yang merupakan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
melaksanakan pengendalian intern;

b. Teknik pengendalian intern, yang merupakan cara-cara yang dapat dilakukan dalam melaksanakan
langkah kerja pengendalian intern. Teknik pengendalian intern meliputi antara lain: wawancara,
pengisian kuesioner, prosedur analitis, dan teknik pengendalian intern lainnya yang dianggap perlu;

c. Sumber data, yang merupakan bahan-bahan yang diperlukan dalam melakukan teknik pengendalian
intern. Sumber data dapat berasal dari data yang disediakan oleh entitas pelaporan;

d. Pelaksana, yang merupakan nama tim pengendalian intern yang akan melakukan langkah-langkah
pengendalian intern;

e. Waktu pelaksanaan, yang menjelaskan kapan langkah-langkah pengendalian intern harus dilakukan.

Kertas kerja pengendalian intern disusun dengan berisikan langkah-langkah kerja yang dihubungkan
dengan tujuan pengendalian, yakni mengandung unsur – unsur dan tahapan kegiatan sebagai
berikut :

 Amati data

 Hitung

 Bandingkan

 Dapatkan

 Catat, dll.

Contoh : ”Hitung uang tunai dan kertas-kertas berharga lainnya yang ada dalam peti uang (brand
kas) dan bandingkan jumlahnya dengan yang tercantum pada saldo buku kas pada tanggal
pemeriksaan.” Dari contoh tersebut di atas tindakan mengetahui kondisi adalah dengan menghitung
uang yang ada dalam peti uang, sedangkan usaha menghadapkan dengan kriteria adalah tindakan
membandingkan uang itu dengan jumlah yang tercantum dalam buku kas.

BAB II

MELAKSANAKAN PENGENDALIAN INTERN

2.1. Bukti-bukti Transaksi Kas dan Non Kas

Pengendalian Intern harus memberi keyakinan bahwa seluruh transaksi telah mendapat otorisasi
dan dilaksanakan dengan benar sesuai kebijakan perusahaan, serta pencatatan transaksi tersebut
dengan benar. Dibawah ini terdapat 5 tujuan pengendalian Intern atas transaksi, yaitu :

1. Otoritas ( wewenang)

Setiap transaksi harus mendapat otorisasi semestinya berdasarkan struktur dan kebijakan
perusahaan. Dalam keadaan atau masalah-masalah tertentu sangat mungkin diperlukan otorisasi
khusus.

2. Pencatatan

Pencatatan atas transaksi harus dilaksanakan sebagaimana mestinya dan pada waktu yang tepat
dengan uraian yang wajar. Transaksi yang dicatat adalah transaksi yang benar-benar terjadi dan
lengkap.

3. Perlindungan

Harta fisik berwujud tidak boleh berada di bawah pengawasan/ penjagaan dari mereka yang
bertanggung jawab. Dalam hal ini Pengendalian Intern memperkecil resiko terjadinya kecurangan
oleh karyawan atau manajemen sekalipun.

4. Rekonsiliasi

Rekonsiliasi secara kontinu dan periodik antar pencatatan dengan harta fisik harus dilakukan
misalnya mencocokkan jumlah persediaan barang antara kartu persediaan dengan persediaan fisik
di gudang.

5. Penilaian

Harus dibuat ketentuan agar memberikan kepastian bahwa seluruh harta perusahaan dicatat
berdasarkan nilai yang wajar. Tidak boleh terjadi over maupun undervalued atas harta tersebut.
Dokumen transaksi keuangan diverifikasi secara rutin dan dapat diketahui keabsahannya dengan
cara mengecek kebenaran dari :

 Tanggal pembuatan harus ada

 Tanda tangan dari nasabah melalui slip penyetoran dan pengambilan

 Tanda tangan petugas kasir

 Paraf atau tandatangan manajer.

 Tanda validasi/posting

Dokumen transaksi tersebut diperiksa kebenarannya, dan diposting ke dalam buku besar masing-
masing. Verifikasi dalam transaksi kas dan non kas adalah sebuah proses yang sistematis dalam
mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti untuk menentukan bahwa pengelolaan transaksi
sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP). Contoh kertas kerja pengendalian intern
terhadap transaksi kas dan non kas, lihat lampiran - 2.

2.2. Penempatan dan Pelaksanaan Tugas Masing - Masing SDM

Sumber daya manusia merupakan aset KJK merupakan aset yang tak ada nilainya, namun jika
penempatan yang bukan pada tempatnya justru berpotensi menjadi kontra produktif. Pengendalian
intern harus memastikan bahwa penempatan dan pelaksanaan tugas masing-masing SDM dengan
cara membandingkan antara struktur organisasi dan job desk dengan job masing-masing SDM. Jika
terjadi ketidak sesuaian maka sebaiknya direkomendasikan agar dilakukan mutasi. Demikian pula
jika terjadi rangkapan harus menganut prinsip tetap memisahkan antara jabatan yang memegang
keuangan dengan yang mengadministrasikan, misalnya kasir tidak boleh dirangkap oleh bagian
pembukuan, demikian sebaliknya.

Melakukan pemeriksaan terhadap pengendalian sistem dan prosedur sumberdaya dengan


seksama, apakah evaluasi sistem dan prosedur di KJK telah dijalankan dengan baik sesuai dengan
aturan yang berlaku. Apakah sistem yang ada dapat memacu kinerja dan produktivitas, apakah
reward dan funishment dapat meningkatkan motivasi dan performance SDM.

Lakukan pemeriksaan atas sistim penempatan dan pelaksanaan kinerja SDM, apakah sudah
dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah dilakukan oleh kepala cabang / manajer terhadap
penempatan SDM Pengelola KJK ke posisi tugas yang tepat dengan jobnya.
Lakukan pengukuran terhadap kinerja SDM secara objektif dengan menggunakan pendekatan
secara kuantitatif (kinerja diukur sesuai past performance dari masing-masing SDM), dan secara
kualitatif dengan menggunakan metode penilaian kinerja 380 derajat, yakni SDM dinilai oleh
atasannya dan teman satu level serta bawahannya (jika ada).

SPI Keuangan juga mengatur pemisahan antara pemegang uang dengan pembuat pelaporan
(informasi) mengenai uang. Sebagai contoh pemegang uang (kasir) memiliki tugas untuk menerima
atau pun mendistribusikan uang dan mendokumentasikannya dalam buku yang tersedia.
Sedangkan bendahara bertanggung jawab atas pembuatan laporan keuangan yang berdasarkan
bukti-bukti dan informasi yang diperolehnya dari buku kas, buku jurnal serta perangkat akuntansi
lainnya yang lazim digunakan.

Mengapa perlu pemisahan tugas, padahal kedua fungsi tersebut bisa dilakukan oleh satu orang
saja? bayangkan saja seandainya seseorang diberi kewenangan mengatur lalu lintas keuangan,
mendistribusikan uang, mengambil keputusan atas segala hal mengenai keuangan, dan menyusun
laporannya, apa yang akan terjadi? Dalam kondisi normal oragnisasi tidak punya masalah
keuangan, dan orang yang diberi tugas pun secara pribadi tidak punya masalah keuangan mungkin
segala dapat berjalan dengan baik. Namun dalam kondisi tidak normal baik organisasi maupun
individu, atau individu yang diberi tugas tersebut saja dapat diduga terjadi kekacauan dalam
pengelolaan. Katakanlah orang yang diberi tugas keuangan tersebut sangat butuh uang, sementara
uang koperasi digenggamnya atau dalam lingkup kewenangannya, apapun hal yang tidak diinginkan
koperasi bisa terjadi. Dengan kata lain, pembagian tugas dan prosedur yang jelas dan tegas dalam
mengelola keuangan salah satu fungsi kontrol untuk mengontrol diri sendiri maupun interaksi antar
mereka yang terlibat langsung dengan perihal keuangan.

Jadi yang diinginkan oleh SPI Keuangan dalam hal ini bukan hanya melihat keluar masuknya uang
dengan benar dan bukti-bukti yang dapat dipertanggung jawabkan tetapi juga kebenaran itu bisa
transparan, dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan bahkan anggota pun dapat
mengaksesnya dengan mudah.

2.3. Pelaksanaan Kebijakan, Perlakuan Akuntansi dan Laporan Keuangan

Lakukan pemeriksaan atas pelaksanaan kebijakan dan perlakuan akuntansi keuangan, apakah telah
dilaksanakan sesuai dengan PSAK No. 27 tentang akuntansi koperasi dan PSAK No. 59 untuk pola
syariah. Pemantauan terhadap kegiatan proses akuntansi harus dijalankan sesuai dengan
ketentuan, antara lain kebijakan dan perlakuan akuntansi yang menyangkut dengan :

a. Penyisihan pinjaman/pembiayaan.

b. Penyusutan Aktiva Tetap.

c. Amortisasi Aktiva Lain – lain.


d. Cadangan Risiko

e. Pendapatan yang masih harus dibayar dan atau diterima.

f. Biaya yang masih harus dibayar dan atau diterima.

g. Penghapusan pinjaman macet.

Lakukan pemeriksaan atas Laporan keuangan yang telah disusun oleh bagian akunting, apakah
telah sesuai dengan PSAK No. 27. Apakah Laporan keuangan yang meliputi : Neraca, Perhitungan
Hasil Usaha, Perubahan Kas (Modal) dan Laporan Promosi Ekonomi Anggota, datanya telah valid
dan dapat dipertanggung jawabkan. Pengecekan dilakukan dengan mencocokan jumlah-jumlah
saldo masing-masing rekening pada neraca, perhitungan hasil usaha dengan jumlah saldo yang
terdapat pada Buku Besarnya.

2.4. Pelaksanaan Program Kerja dan RAPB

Bandingkan secara berkala antara realisasi dengan program kerja dan RAPB - KJK tahun buku
yang sedang berjalan, seberapa jauh pencapaian hasil-hasilnya. Kemudian dilakukan tindak lanjut
dari hasil evaluasi dengan mendiskusikan kepada para Kepala Bagian atau bawahannya yang lain,
sehingga terhadap fokus untuk penyelesaian, misalnya jika pencapaian target pemberian pinjaman
belum berhasil, maka bagian pinjaman akan lebih giat meningkatkan kinerjanya.

Analisa laporan keuangan merupakan kewajiban untuk dikerjakan secara periodik yaitu bisa
dilakukan dengan cara bulanan, triwulanan, semesteran dan atau tahunan, hal ini dilakukan untuk
mengetahui keadaan / kondisi keuangan KJK yang sebesarnya. Jika terdapat hal-hal yang
merugikan lembaga KJK dengan cepat dapat ditanganinya.

Dengan digunakannya Sistem Informasi Akuntansi dan Keungan (SIAK), maka penyusunan laporan
keuangan secara otomatis dapat di cetak setiap saat, oleh karena itu periode dalam melakukan
analisis laporan keuangan hendaknya dilakukan secara konsisten. Analisis dilakukan dengan dua
pendekatan yakni analisis secara vertical, yakni dengan membandingkan elemen-elemen
neraca/SHU dalam satu periode, dan secara horizontal dengan membandingkan laporan keuangan
lebih dari dua periode.

2.5. Pengendalian Terhadap Pengelolaan Operasi

Salah satu kegiatan dalam pemeriksaan atas sistim pengendalian aset dari kegiatan penghimpunan,
pengelolaan dan penyaluran dana, apakah telah sesuai dengan sesuatu yang dilaksanakan sehari-
hari oleh kepala cabang/manajer pada kegiatan usaha KJK.

 Apakah aset telah memberikan pendapatan yang optimal


 Apakah resiko aset telah ada covernya (pencadangan, asuransi, dll)

 Apakah penghimpunan dana telah dilaksanakan sesuai ketentuan yang ada dan telah mencapai
target.

 Apakah pengelolaan dana telah optimal, dimana likuiditas minimum terjamin, disisi lain memberikan
pendapatan yang tinggi.

 Apakah penyaluran pinjaman telah dilaksanakan sesuai ketentuan yang ada dan menghasilkan
secara optimal dan aman (pinjaman bermasalah rendah) .

Perkembangan operasional usaha dan keuangan harus dipantau secara terus menerus, disamping
untuk tujuan pencapaian target, kepatuhan terhadap Standar Operasional Manajemen (SOM)
Usaha dan Keuangan menjadi perhatian khusus yang tidak boleh diabaikan oleh pengelola, karena
kalau kepatuhan tidak dipantau dan atau dikendalikan maka akan terjadi mismach dalam
pelaksanaannya, dan hal ini akan berdampak kepada ketidak berhasilan dalam menjalankan
kebijakan yang telah ditetapkan KJK.

Lakukan pemeriksaan rutin terhadap pengelolaan operasi usaha, dengan membandingkan apakah
penanganan transaksi-transaksi yang terjadi telah dilakukan sesuai dengan pelaksanaan tugas
sehari-hari yang dilakukan petugas atas kegiatan usaha KJK dengan SOP dan SOM Usaha dan
Keuangan.

SPI Simpan Pinjam. Dalam KJK SPI Simpan Pinjam sangat penting, karena kegiatan tersebut
merupakan ruh dari kelangsungan hidup suatu KJK. SPI Simpan Pinjam meliputi:

1. Pengeluaran uang

a. Ada surat permohonan piutang (SPP) yang harus disetujui oleh anggota atau pengajuan pinjaman
harus mendapat persetujuan anggota.

b. Besarnya pinjaman harus berdasar plafon yang dikaitkan dengan simpanan pokok dan simpanan
wajib.

c. Pelayanan pinjaman diutamakan untuk pinjaman tanggung renteng.

d. Penerimaan pinjaman harus diterima oleh angota sendiri tidak boleh diwakilkan.

e. Bagi anggota yang melakukan transaksi pinjaman khusus diatas wewenang manajer (jika ada
manajer) maka bukti KK harus ada persetujuan pengurus minimal satu orang.

f. Prosedur pinjaman khusus diatur sesuai dengan pinjaman biasa dengan pengesahan diketahui oleh
pengurus lain.

g. Pinjaman khusus harus disertai dengan jaminan yang disesuaikan dengan ketentuan yang ada.

2. Penerimaan uang
a. Anggaran pinjaman dibayar melalui kelompok masing-masing

b. Anggota harus tanda tangan di lembar tagihan kelompok.

c. Petugas harus menyetorkan ke koperasi paling lambat 1 x 24 jam setelah pertemuan.

d. Uang setoran harus dibuatkan bukti Km dan dibukukan pada hari yang sama.

e. Hasil penerimaan setoran harus disetorkan ke bank paling lama 1 x 24 jam.

(1) Menggunakan metode imprest semua hasil setoran disetorkan ke bank. (2) Menggunakan
metode fluktuasi sisa penerimaan disetorkan ke bank.

SPI Simpan Pinjam

1. Tujuan

Melayani anggota terhadap kebutuhan untuk menyimpan dan meminjam uang.

2. Simpanan

a. Jenis simpanan

Yang ada di koperasi bisa terdiri dari beberapa simpanan antara lain:

1) Simpanan Pokok. Simpanan yang harus dibayar pada waktu masuk menjadi anggota koperasi dan
tidak boleh diambil selama masih menjadi anggota.

2) Simpanan Wajib. Simpanan yang dibayar rutin setiap bulan selama menjadi anggota koperasi dan
tidak diambil selama yang bersangkutan, masih menjadi anggota.

3) Tabungan Koperasi. Tabungan yang didapat dari anggota maupun non anggota yang diambil
sewaktu-waktu jika dibutuhkan.

4) Simpanan Berjangka. Simpanan yang didapat dari anggota maupun non anggota yang dapat
diambil sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati bersama.

b. Bunga Simpanan

Untuk menentukan besarnya bunga simpanan pada prinsipnya harus lebih rendah dari bunga
pinjaman dan bersaing dengan tingkat suku bunga yang ada pada bank pemerintah.

3. Pinjaman

a. Jenis Pinjaman terdiri dari:


1) Pinjaman Anggota. Yang dimaksud pinjaman anggota yaitu pinjaman yang diberikan hanya kepada
anggota koperasi dan jumlah maksimal pinjaman sesuai simpanan anggota dan atau kelompok di
koperasi, dengan jaminan Tanggung Renteng (TR) di kelompok.

2) Pinjaman Khusus. Yang dimaksud pinjaman khusus yaitu pinjaman yang diberikan pada anggota di
atas maksimal pinjaman atau pinjaman yang diberikan kepada non anggota koperasi. Pinjaman
khusus ini boleh diberikan apabila pinjaman anggota sudah terlayani semua dan masih ada sisa
dana.

b. Bunga Pinjaman

Tingkat bunga simpanan hendaknya lebih rendah dari tingkat bunga pinjaman yang diberikan pada
anggota. Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menentukan tingkat bunga:

1) Bunga modal

2) Resiko pinjaman

3) Biaya operasional

4) SHU yang dibayar

c. Plafond Pinjaman

Dalam rangka menciptakan pengamanan terhadap dana maupun barang yang beredar, perlu dibuat
batasan-batasan khususnya mengenai besarnya pinjaman. Salah satu model yang dikembangkan
adalah ketentuan plafon pinjaman, baik untuk perorangan maupun kelompok.

1) Plafon Perorangan. Kelipatan dari simpanan pokok atau simpanan, di mana nilai kelipatan
tergantung kebijaksanaan yang ada dimasing-masing koperasi primer. Misalnya plafon pinjaman 3
kali, berarti besarnya hak pinjaman anggota yang bersangkutan yaitu 3 X jumlah simpanan pokok
atau simpanan wajib yang dimiliki.

2) Plafon Kelompok. Kelipatan dari jumlah simpanan pokok dan simpanan wajib seluruh anggota di
kelompok tersebut. Hasilnya menunjukan besarnya hak pinjaman bagi kelompok yang
bersangkuutan. Umumnya plafon kelompok lebih kecil dari plafon perorangan. Misalnya: kalau
plafon perorangan 3X, plafon kelompok 2X.

4. Sistem pengendalian intern Simpan Pinjam

a. Prinsip Internal Control

1) Kasir tidak boleh merangkap mengerjakan buku pembukuan piutang atau sebaliknya.

2) Pemegang kas harus benar-benar terpisah dengan buku

3) Pelaksanaan (pembuatan rekonsiliasi bank) tidak boleh pemegang kas.


4) Bendahara dan kasir bertanggung jawab terhadap keaslian surat-surat berharga yang disimpan
dalam almari besi.

5) Kasir harus membubuhkan cap “lunas” pada bukti kas dokumen-dokumen pendukungnya jika
pembayarannya sudah selesai.

6) Kasir harus membubuhkan cap “Receipt” pada bukti kas dokumen-dokumen pendukungnya jika
uang diterima.

7) Semua cek harus urut nomor dan setiap nomor harus dipertanggung jawabkan, baik dipergunakan
atau tidak.

8) Dana kas kecil diisi dengan menggunakan sistem Imprest

9) Semua pengeluaran kas kecil harus disetujui oleh manajer (koperasi tertentu) selebihnya disetujui
oleh bendahara atau ketua.

10) Surat pengajuan pinjaman (SPP) harus ditandatangani oleh kelompok.

11) Pinjaman setiap anggota harus disesuaikan dengan plafon pokok, simpanan wajib dan simpanan
wajib khusus kalau ada

12) Pelayanan pinjaman diutamakan untuk pinjaman Tanggung Renteng

13) Penerimaan pinjaman harus dilakukan oleh anggota sendiri.

14) Setiap realisasi harus ditindak lanjuti dengan penandatanganan surat pengakuan hutang (SPH).

15) Penerimaan kas dicatat pada hari yang sama, saldo maksimal kas perharinya dan harus dimasukan
ke bank.

b. Dokumen

1) Buku-buku

- Buku simpan pinjam anggota

- Buku kas keluar (Harian kas)

- Kartu pinjaman anggota

2) Formulir-formulir

- Bukti Kas Keluar (KK)

- Surat Pengajuan Pinjaman (SPP)

- Surat Pengakuan Hutang (SPH)

- Kartu Hutang

- Surat Panggilan
BAB III

MENANGANI TINDAKAN PENYIMPANGAN

3.1 Pemeriksaan Kegiatan Penyimpangan

Suatu pengendalian intern bisa dikatakan efektif apabila ke tiga kategori tujuan KJK dapat dicapai,
yaitu dengan kondisi :

a) Pengelola KJK mendapat pemahaman akan arah pencapain tujuan KJK, dengan, meliputi
pencapaian tujuan atau target KJK, termasuk juga kinerja, tingkat profitabilitas, dan keamanan
sumberdaya KJK.

b) Laporan Keuangan yang dipublikasikan adalah handal dan dapat dipercaya.

c) Prosedur dan peraturan yang telah ditetapkan oleh KJK sudah ditaati dan dipatuhi dengan
semestinya.

Pihak-pihak yang bertanggungjawab terhadap Sistem Pengendalian Intern adalah semua pihak di
dalam KJK bertanggung jawab terhadap pelaksanaan sistem pengendalian intern. Namun demikian,
secara struktural pihak-pihak yang bertanggung jawab dan terlibat langsung dalam perancangan
dan pengawasan Sistem Pengendalian Intern meliputi : Manajer, Kabag dan Staf Pengawasan
Intern.

Atribut dalam Pengendalian Internal, meliputi:

• Pemisahan fungsi

• Autorisasi transaksi

• Dokumen dan sarana pencatatan yang memadai

• Keamanan fisik aset yang memadai

• Kualifikasi pegawai yang sepadan


• Rotasi tugas dan pemberian cuti

• Pemeriksaan mendadak

• Verifikasi internal

Mengidentifikasi Potensi Terjadinya Tindak Penyimpangan, dalam setiap melakukan pemeriksaan,


tidak menutup kemungkinan masih berpotensi terjadinya tindak penyimpangan sebagai akibat
dari kelemahan dan sifat manusia yang : kurang teliti, lalai, curang, tidak jujur dan lain-lain. Hal ini
diantara pengelola harus saling mengingatkan atas tugas pekerjaannya, sehingga dengan
berjalannya penerapan sistim pengendalian intern yang baik akan mengurangi kemungkinan
terjadinya kesalahan/kecurangan dimaksud. Jika terjadi tindak penyimpangan maka segera
diidentifikasi untuk selanjutnya dicari solusinya untuk segera diperbaiki. Laporan dan pengaduan
yang masuk segera ditindaklanjuti, demikian juga hasil pengendalian intern segera diteliti ulang,
sehingga kita dapat mengetahui hal-hal yang akan menjadi potensi terjadinya tidak penyimpangan.

Jika dalam pemeriksaan ditemukan adanya penyimpangan yang kemungkinan akan menimbulkan
kerugian bagi KJK, maka saat itu pula harus segera dilakukan pencegahan sesuai dengan akar
permasalahan yang sebenarnya, agar supaya tidak mengganggu kegiatan KJK lainnya.. Contoh :
Kasir tidak diperkenankan menyimpan buku tabungan anggota dengan alasan apapun.

3.2 Pemeriksaan dan Koreksi Terhadap Potensi Terjadinya Tindak Penyimpangan

Dengan terjadinya tindak penyimpangan, harus segera dilakukan koreksi sehingga tidak berlarut-
larut berdasarkan sistim yang berlaku. Jika sistem yang dipakai sudah tidak sesuai lagi dengan
kondisi yang ada, maka sistemnya harus diperbaharui. Lakukan pemeriksaan secara rutin dan
konsisten seperti melakukan cash opname secara rutin pada akhir hari kerja, jika terjadi selisih,
maka langsung dapat dikoreksi pada saat itu juga.

Contoh : Dalam hal manager memberi tugas kapada juru tagih untuk menagih tunggakan pinjaman
anggota, selama ini hanya diberi surat tugas dengan membawa slip setoran. Misalkan kepada 5
orang anggota penunggak, dan setelah selesai menagih yang disetor ke kasir hanya 1 orang
anggota sisanya 4 anggota yang sudah setor uangnya dipakai dahulu, dan akan disetorkan ke kasir
akhir bulan bertepatan dengan waktu gajihan juru tagih. Untuk mengatasi hal tersebut, terlebih
dahulu manager melakukan pemeriksaan khusus untuk mengetahui permasalahan yang
sebenarnya terjadi. Untuk mengatasi penyimpangan dimaksud manager selain memberi surat tugas
kepada juru tagih kepada 5 anggota penunggak sekaligus diberikan slip setoran yang
ditandatangani sebanyak 5 lembar rangkap dua. Setelah selesai menagih tanyakan berapa anggota
yang telah menyetor dengan meminta kembali ke lima slip setoran dimaksud, dengan demikian
maka tindak penyimpangan segera terdeteksi.

3.3 Evaluasi Tindakan Penyimpangan


Kelemahan-kelemahan dari sistem pengendalian intern yang ada seperti perangkapan jabatan,
perekrutan karyawan, perilaku Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN) karyawan yang diketahui
mempunyai sifat tidak jujur, mementingkan diri sendiri, ceroboh dan sebagainya, maka kelemahan
SPI harus segera di perbaiki sedini mungkin.

Hasil pengendalian internal harus dicatat dan dibuatkan laporan pelaksanaan kegiatan tersebut
sesuai format yang sudah ditentukan. Form dari laporan hasil pelaksanaan kegiatan pengendalian
intern memuat hal-hal yang ditemukan selama pemeriksaan termasuk didalamnya kesimpulan dan
rekomendasi,

Jika dari hasil pemeriksaan ditemukan tindak penyimpangan, maka manager harus melakukan
tindakan perbaikan sesuai dengan aturan KJK, dan kemudian melaporkannya kepada Pengurus
KJK, termasuk di dalamnya sikap yang harus ditempuh dalam mengambil tindakan dimaksud.

Laporan dimaksud termasuk kesimpulan dan rekomendasi merupakan wujud dari pelaksanaan
tugas pengendalian intern yang harus ditindak lanjut, dengan cara melaporkannya kepada
pengurus. Semua temuan, kesimpulan dan rekomendasi yang dilaporkan dicatat dalam :
Buku Monitoring Pengendalian Intern, sebagaimana contoh lampiran - 3

Vous aimerez peut-être aussi