Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
HASIL PENELITIAN
1. LETAK GOEGRAFIS
daya Provinsi Aceh, berjarak 105 Mil laut dari Meulaboh Kabupaten Aceh Barat
dan 85 Mil Laut dari Tapak Tuan Kabupaten Aceh Selatan serta berada pada
koordinat 2°15’ - 2°55’ Lintang Utara dan terbentang dari 95°40’ sampai dengan
96°30’ Bujur Timur (Peta Rupa Bumi Skala 1 : 250.000 oleh Bakorsurtanal).
buah pulau besar dan kecil. Pulau yang terbesar adalah Pulau Simeulue yang
secara keseluruhan.
terendah Pulau Simeulue terletak pada nol meter dari permukaan laut (mdpl),
sedangkan titik tertinggi adalah 485 mdpl. Sebagian besar wilayah Pulau
India – Australia dan Eurasia yang terjadi pada Oligo – Miosen, dengan struktur –
struktur lipatan dan kekar yang berkembang baik. Dua pola arah sesar yang utama
61
62
adalah Timur Laut - Barat Daya dan Barat Laut - Tenggara. Sesar besar terdapat
di Pulau Simeulue adalah sesar Pegaja yang berarah Barat Laut – Tenggara.
2. IKLIM
hujan 2.828 mm/tahun dan merata di setiap pulau. Keadaan cuaca ditentukan oleh
penyebaran musim. Pada musim barat yang berlangsung sejak bulan September
hingga Februari, sering terjadi hujan yang disertai badai dan gelombang besar
sehingga sangat berbahaya bagi pelayaran. Sedangkan pada musim timur yang
berlangsung sejak bulan Maret hingga Agustus, biasanya terjadi kemarau yang
diselingi hujan yang tidak merata serta keadaan laut yang relatif tenang. Suhu
harian berkisar antara 25° - 33° C. Dengan kelembaban udara relatif berkisar
diantara 60% - 75% yang berlangsung sepanjang tahun. Kecepatan angin rata-
3. TANAH
curah hujan yang tinggi karena dikelilingi samudera yang luas. Tanahnya
umumnya memiliki tingkat keasaman yang tinggi, seperti podsolik merah kuning,
podsolik merah coklat, alluvial, orgonosol batu kapur dan tanah bergambut.
Pulau Simeulue terletak pada nol meter di atas permukaan laut, sedangkan titik
tertingginya terletak pada 600 meter di atas permukaan laut. Sebahagian besar
wilayahnya terletak pada ketinggian 0 – 300 meter diatas permukaan laut dan
63
sisanya merupakan daerah berbukit – bukit dengan kemiringan di bawah 18° yang
Desa, 409 Dusun, rata - rata pertumbuhan penduduk 3,98 % pertahun dengan
kepadatan penduduk rata – rata 0,5 jiwa per km². Kepadatan penduduk.
Kecamatan Simeulue Timur dengan tingkat kepadatan tertinggi yaitu 1,38 jiwa
Sinabang yang juga sebagai ibu kota Kabupaten Simeulue, sedangkan yang paling
Simeulue, kelima wilayah ini dipilih oleh karena jumlah dukun malanak/paraji
masih ada, masih ada ibu hamil yang melakukan persalinan di rumah yang
ditolong oleh dukun malanak/paraji, serta masih ada dukun malanak/paraji yang
tidak bermitra dengan bidan. Adapun wilayah puskesmas yang diteliti adalah:
yaitu 55%, pegawai negeri sipil sebanyak 20%, pekebun sebanyak 10%, nelayan
4. AKTIVITAS EKONOMI
berbagai faktor, seperti faktor sosial ekonomi, yang bersifat menunjang sektor
belum begitu berkembang, hanya berpusat pada Ibu Kota Kabupaten yang jumlah
tetangga.
Pada tahun 2005 prasarana penting lainnya mulai merambah dan berfungsi
Perbankan yang sudah online serta adanya jaringan internet. Untuk sarana
Kabupaten Simeulue yang menuju Medan dan Banda Aceh, untuk sarana
65
transportasi laut sudah adanya kapal Ferri, untuk sarana transportasi darat telah
untuk jaringan internet dan speedy masih terbatas pada daerah tertentu saja.
5. KELUARGA MISKIN
atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak – hak dasarnya untuk
yang sangat luas ini menunjukkan bahwa kemiskinan merupakan masalah multi
memenuhi kebutuhan dasar makanan maupun non makanan yang diukur dari
kemiskinan.
kesehatan dasar dan pelayanan rujukan tanpa dipungut biaya (gratis) melalui
program JKN dan dilengkapi dengan program JKRA (Jaminan Kesehatan Rakyat
tahun 2011 sebesar 63,05, pada tahun 2012 UHH sebesar 63,12 tahun dan pada
tahun 2013 UHH sebesar 63,32 tahun. Pada ada tahun 2014 sebesar 64,24 dan
tahun 2015 masih mengacu pada umur harapan hidup tahun 2014.
Angka kematian ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting dari
meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau
kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa
terdapat jumlah AKI tahun 2013 jumlah kematian ibu tidak ada atau nihil (Akino),
tahun 2014 kematian ibu sebanyak 2 kasus kematian ibu, tahun 2015 sebanyak 7
kematian ibu, tahun 2016 sebanyak 5 kematian ibu, dan tahun 2017 jumlah
kematian ibu di Kabupaten Simeulue pada Tahun 2015 adalah pre eklampsia
dan 14 % akibat pre eklamsi + Kelainan katup jantung + Edema paru (1 kasus),
jantung 14% (1 kasus). Tahun 2016 dan 2017 jumlah kematian ibu tidak ada atau
nihil (Akino).
sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup
pada tahun yang sama. Usia bayi merupakan kondisi yang rentan baik terhadap
Puskesmas Kecamatan dalam tahun 2015. AKB pada tahun 2010 sebesar 40/1000
KH, 2011 sebesar 41/1000 KH dan pada tahun 2012 terjadi penurunan menjadi
sebesar 22/1000 KH. Pada tahun 2013 kembali terjadi peningkatan sebesar
29/1000 KH dan AKB pada tahun 2014 juga terjadi peningkatan sebesar 32/1000
KH, sedangkan pada tahun 2015 terjadi penurunan sebesar 22/1000 KH dari
sebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1000 kelahiran
kelahiran dan sebelum umur 5 tahun yakni jumlah kematian bayi dan jumlah
kematian balita pada tahun 2012 yang tercatat sebanyak 3/1000 Balita dan pada
tahun 2013 terjadi penurunan kasus yaitu sebanyak 33/1000 KH, Pada tahun 2014
AKABA sebanyak 36/1000 KH, sedangkan pada tahun 2015 AKABA sebanyak
5/1000 KH.
68
1. Wilayah kerja Puskesmas Simeulue Timur yang ber ibu kota sinabang
terdekat ibu kota. Jumlah PNS 35 orang, bakti murni 18 orang dan bakti
dilihat dari keadaan dan kondisi geografis wilayah tersebut, Secara umum
hubungan kekota kecamatan dari 7 desa dapat dilalui dengan roda 2 dan
roda 4, Namun terdapat satu desa yang hanya dapat dilalui Via Laut yaitu
minim, dengan jumlah penduduk 5.878 jiwa, terdiri dari laki-laki 2.963
lainnya.
penduduk 9.539 jiwa, dan terdiri laki-laki 4.848 jiwa, perempuan 4.691
diantara simeulue timur dan teupah barat dengan luas wilayah 370 Ha
desa, desa kota dianggap desa dekat karena memiliki jarak tempuh ke
penduduk 6.560 jiwa, dan KK. 1.879 terdiri laki-laki 3.365 jiwa,
5. Wialayah kerja Puskesmas Teupah Barat ber ibu kota salur dengan luas
Tengah dengan jumlah penduduk 8.325 jiwa terdiri laki-laki 4.291 jiwa,
1. Tingkat pendidikan
2. Agama
islam.
3. Pekerjaan
bengkel/montir
ditolong oleh tenaga kesehatan. Alasan yang lain sebagian dukun sudah
lanjut usia.
5. Sosial Budaya
banyak suku dari berbagai daerah. Pulau ini memiliki tiga bahasa yaitu
kesenian yang diadopsi dari berbagai suku seperti Aceh, Nias, Batak, Minang, dan
penyakit yang lain nya. Budaya yang lain sangat mempengaruhi pemamfaatan
fasilitas kesehatan oleh masyarakat adalah keyakinan bahwa hidup dan mati ada
cendrung untuk pasrah pada ALLAH SWT dan dalam budaya Simeulue
“Manyarah”
73
klinik bersalin. Sarana dan prasarana ini kuat mendukung proses berlangsungnya
kemitraan dukun malanak/paraji dan bidan. Berikut merupakan tabel sarana dan
Tabel 4.1
Sarana dan Prasarana Kesehatan di Lokasi Penelitian
Pada penelitian ini, partisipan terdiri dari dua yaitu partisipan dan
partisipan kunci. Proses pengumpulan data pada kedua partisipan ini dilakukan
Tabel 4.2
Karakteristik Partisipan dan Partisipan Kunci
Kode
NO Umur Pendidikan Alamat Status Partisipa
Partisipan
1. BD1 32 AMd Keb P.Kota batu Bides
2. BD2 30 AMd Keb P.Air pinang Bides
3. BD3 28 AMd Keb P.Sneubok Bides
4. BD4 25 AMd Keb P.Matan urung Bides
5. BD5 24 AMd Keb P.Angkeu Bides
6. DK1 65 SD DS.Kolok Dukun
7. DK2 61 SD DS.Air pinang Dukun
8. DK3 59 SD DS.Sneubok Dukun
9. DK4 57 SD DS.Matan urung Dukun
10. DK5 55 SD DS.Angkeu Dukun
11. NF1 43 SLTA DS.Angkeu Nifas
12. NF2 24 SLTA DS.Sneubok Nifas
13. TOMA 63 SLTA DS.Sinabang Tokoh Masyarakat
14. TODA 58 SLTA SK.Karya Tokoh Adat
etnografi melibatkan aktivitas belajar mengenai dunia orang yang telah belajar
melihat, mendengar, berbicara, berpikir dan bertindak dengan cara yang berbeda.
Inti etnografi adalah upaya memperhatikan makna tindakan dari kejadian yang
menimpa orang yang ingin kita pahami. Beberapa makna ini terekpresikan secara
langsung dalam bahasa dan banyak yang diterima dan disampaikan hanya secara
tidak langsung melalui kata dan perbuatan tetapi dalam setiap masyarakat orang
tetap menggunakan sistim makna yang kompleks ini untuk mengatur tingkah laku
mereka untuk memahami diri mereka sendiri untuk memahami orang lain, serta
untuk memahami dunia di mana mereka hidup. Sistem makna ini merupakan
75
segala sesuatu yang mendukung proses kemitraan. Adapun sumber daya yang
sarana-prasarana seperti ruang bersalin yang sehat dan alat-alat kesehatan yang
rujukan.
malanak/paraji dan bidan dalam pertolongan persalinan. Dana ini digunakan untuk
bahwa tidak ada dana khusus dari pemerintah untuk mendanai program kemitraan
ini. Pernyataan dari dukun malanak/paraji, bidan dan pemegang program dapat
(wawancara mendalam,DK1.BD1)
dipersiapkan untuk mendanai kemitraan ini. Hasil penelitian ini berbeda dengan
persalinan oleh tenaga kesehatan mencapai 99,34% dan angka kematian ibu dan
malanak/paraji dijelaskan bahwa ada dana yang disiapkan oleh pemerintah, yang
berasal dari APBD (melalui dinas kesehatan dan puskesmas), dana Jaminan
Persalinan (jampersal), sumber dana dari pihak ketiga, atau pun dana dari swadaya
masyarakat desa atau swadaya bidan setempat untuk mendanai program kemitraan
ini. Dana tersebut digunakan untuk pendataan kesehatan ibu dan anak, pertemuan-
transport bagi dukun malanak/paraji setiap kali mengantar ibu hamil ke fasilitas
persalinan, Hal ini tentu menjadi salah satu hambatan dalam pelaksanaan
kemitraan bidan dan dukun malanak/paraji selama ini. Dapat di prediksi juga
bahwa kedepannya kemitraan ini tidak akan berkembang dan berhasil tanpa
Sarana dan prasarana merupakan salah satu sumber daya yang sangat
posyandu dan puskesmas, ruang bersalin dan alat-alat yang menunjang persalinan
yang sehat, akses jalan yang baik serta dukungan sarana transportasi.
belum memadai. Pernyataan dari kedua bidan tersebut dapat dilihat dari kutipan
berikut.
“ Alat partus dan ruang untuk bersalin. Karena apabila tidak lengkap alat
dan tidak tersedia ruangan bagaimana kami menolong pasien, karena kami punya
ibu hamil untuk bersalin kami dapat menolong, Yang paling utama dibutuhkan
lengkap alek adu tasadio ruangan eben ami manolong pasien, Karano inambo
manelon ibuk singa maida malelai jama’i dapek manolong, Singa paleng utamo
ini yang lengkap satu set alat partus, ruangan bersalin hanya satu, lampu juga
salamo ere singa lengkap sao set alat malelai, ruangan malelai sao dul, lampu
ambulance desa untuk merujuk ibu hamil yang akan bersalin,. Hal ini tentunya
menghambat proses rujukan ibu hamil oleh dukun malanak/paraji. Dalam panduan
bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara ketersediaan fasilitas dengan
ada dalam pemberian pelayanan oleh bidan adalah puskesmas, pustu, poskesdes,
rumah tunggu kelahiran, posyandu, yang dilengkapi listrik dan air bersih.
(Kemendagri,2014).
peningkatan rujukan persalinan oleh dukun malanak/paraji bila sulit diakses dan
dijangkau.
80
karakteristik ke dalam dua tema besar yaitu ketrampilan dan keahlian serta
motivasi.
untuk bersalin saya selalu mengamati dan mereka sangat pintar-pintar menolong
salalu u simak lakik siya sebu-sebu ne manolong singamalelai iya alek sa’a
Kalau ada pertemuan di puskesmas saya selalu diajak ikut jadi pengalaman saya
“ Caro manolong malelai alek sia marepon lakek de’enne, Nga alek pakat
ek puskesmas salalu a o daajak mae sa’a pangalaman o betemi mangko sa’a gera
“Ketrampilan menjaga ibu hamil dari gangguan roh jahat, dan memberi air
disini sangat percaya pada dukun malanak/paraji masyarakat disini masih panggil
kesehatan melahirkan.”
“Caro manjago sifeselan tek gangguan roh jahek, alek mangeba uek dak
paleng sia picayo mek dokun malanak/paraji, masyarakat ek ere ngahai daongan
suci Al- Qur’an lalu dikasih minum air putih saja supaya untuk meluncurkan
proses persalinan mereka, tidak pernah bertindak langsung dengan pasien tetapi
82
memberikan air putih yang sudah di do’a-do’a saja dengan istilah salusu yang
ayat suci Al-Qur’an sa’a daba dainom uek odeng mawi supayo mamba
mamenang jalanne malelai isira, aduon sia nehu manolong lanjar mek singa
akoik tapi maba uek odeng singang diba rok’a-rok’a mawi alek istilah salusu
yang telah mereka tempuh. Hal inilah yang mendorong para dukun malanak/paraji
yang bermitra di Kabupaten Simeulue selalu merujuk ibu bersalin agar ditangani
oleh para bidan. Sementara itu pada bagian lain, para bidan mengakui bahwa
ketrampilan dan keahlian ini akan memudahkan dalam pembagian peran dan tugas
mitra sesuai dengan landasan kemitraan yang menyebutkan bahwa para pihak
memiliki kemampuan teknis dan tugas utama dalam membantu persalinan ibu
4.3.2.2. Motivasi
dorongan dari dalam diri sesorang yang menyebabkan individu itu untuk
terdorong untuk bekerjasama dengan para bidan. Sementara itu para bidan
yang sangat dekat dengan ibu hamil dan masyarakat masih menaruh kepercayaan
persalinan.
84
berikut.
Kabupaten Simeulue Nomor 12 tahun 2013. setiap ibu hamil harus bersalin di
fasilitas kesehatan dan di tolong oleh bidan, Makanya saya setiap ada ibu hamil
yang akan bersalin saya selalu antar kefasilitas kesehatan (PUSTU) dan terlebih
dahulu melapor ke bidan. Masa sebelum adanya peraturan tersebut. saya ini
masih aktif menolong persalinan di rumah bila dipanggil oleh ibu yang mau
Simeulue 12 taun 2013. Satiok sifeselan harus malelai ek fasilitas kesehatan sa’a
nitolong alek bidan, Makone dek o satiok alek sifeselan singang maida malelai
salalu u selon mek fasilitas kesehatan/PUSTU alek lanjar malapor mek bidan.
Maso fahai kaluar peraturan iya. Dek o ere ngahai teher a o manolog malelai ek
diajak terus bekerjasama suka tidak suka harus saya ikut. Saya juga berfikir setiap
ibu yang mau melahirkan tidak selamanya lancar dalam persalinan sewaktu-
waktu terjadi kesulitan saya tidak bisa mengatasinya sendiri sudah ada bidan
daajak a o lanjar bekarajosamo gera bak gera harus u afen. Pekeran o satiok
singa maidah malelai adu salamone lancar ek bahak iya malelai, sawaktu-waktu
takeder sulet aduagak mangatasine mesa ngang alek bidan mangeba tindakan
untuk menolong persalinan, Nah dengan adanya kerjasama ini harapan kami
ini mereka lebih sering periksa hamil ke dukun malank/paraji. Masyarakat lebih
dekat dengan dukun malanak/paraji dari pada petugas kesehatan, sehingga kami
melaporkan ibu hamil baru dan mengantarkan ibu yang bersalin ke bidan/fasilitas
kesehatan.”
“Wi ere karano dokun malanak/paraji paleng aken mek isira salamo ere
lebinan sia aken mek dokun malanak/paraji dari pado mek petugas kesehatan,
malanak/paraji mangatuk ibuk singa feselan baro alek manelon ibuk singa
(wawancara mendalam,BD3)
kabupaten Simeulue bekerjasama dengan para bidan, karena para bidan mengajak
oleh para bidan. Dengan kata lain, para dukun malanak/paraji yakin dengan
mendorong mereka untuk bekerjasama dengan para bidan. Sementara itu pada
bagian lain, para bidan di Kabupaten Simeulue juga melihat adanya kualitas
kepercayaan yang tinggi antara partner menandakan baiknya relasi yang dibangun
antara mereka. Penghargaan antara partner juga menunjukan atau buruknya relasi
antara partner dalam bermitra. Demikian pun halnya dengan konflik dan
mekanisme penyelesaian konflik juga menandakan relasi antara bidan dan dukun
sejauh ini relasi mereka dengan para bidan tidak mengalami persoalan. Bukti nya
mereka selalu mengantar pasien untuk di tangani oleh para bidan.Pernyataan para
“Boleh buk bidan karena setiap ada ibu hamil yang akan bersalin saya
selalu antar kepustu dan kalau pun ada yang melahirkan dirumah saya akan
“Dai buk bidan karano satiok alek ibu hamil singa maida malaherkan
salalu u selon mek pustu dan kalau pun nga singa maida malaherkan ek luma O,
(wawancara mendalam,DK3)
“ Boleh buk bidan tidak pernah ada perbedaan pendapat karena saya
selaluh ikut apa yang merekah mintak. Kalau mereka suruh ini itu saya selalu ikut
seperti kalau merujuk ibuk hamil saya selalu di mintak ikut bersama bidan.”
“Dai buk bidan ado nehu nga perbedaan pandapek karano dek o salalu
malafen araya singa ra tidau. Kalau da ruon so’i so’ode dek o salalu malafen. Wi
maru kalau manelon ibuk hamil dek o salalu datidau malafen samo alek bidan”.
“Boleh buk bidan saya ini biasa dipanggil kalau ada posyandu dan tidak
“Dai buk bidan de’o ere biaso da ongan, kalau alek posyandu adou
(wawancara mendalam,DK5)
mengenai relasi mereka dengan para bidan sejauh ini. Pernyataan mereka dapat
“Lumayan baik hanya ada satu dukun malanak/paraji yang belum berhasil
kerjasamanya padahal kami sudah memberikan perhatian yang lebih pada dia.
Kami sudah angkat dia jadi kader tapi sama saja tidak ada perubahan.”
karajosamo alek ise , padohal jama’i ngang mamba paratian singa lebih mek ise,
ngang ya ma’i angkek manjadi kader tapi samo mang aduo perubahan”
(wawancara mendalam,DK4)
semuanya baik-baik saja karena mereka tiap ada yang akan bersalin mereka selalu
antar ke kami.”
masarek mare’en de’en mawi karano isira tiok alek singa maida masancal isira
malanak/paraji ini terlibat dalam jawaban mereka bahwa sejauh ini mereka hampir
dukun malanak/paraji yang bermitra, mereka mengatakan bahwa sejauh ini tidak
ada konflik yang terjadi antara mereka dengan bidan, karena mereka sudah saling
“ Tidak pernah ada masalah selama ini dengan bidan. Mereka semua baik-
baik saja kalau ada yang mau diruujuk, saya sering diminta ikut juga oleh bidan
“Aduon pernah alek masalah salamo ere alek bidan. Isira masarek
mare’en-de’en mawi kalau alek singa maida dirujuk, dek o sering datidauo
(wawancara mendalam,DK5)
“tidak pernah ada masalah karena saya selalu menuruti apa yang mereka
inginkan.”
“aduon pernah alek masalah karano dek o salalu malafen araya singa
rada.”
(wawancara mendalam,DK5)
“ Tidak pernah ada masalah, kalau posyandu saya biasanya ikut juga
dengan mereka.”
“Aduon pernah alek masalah, kalau posyandu dek o biasone malafen a’o”
(wawancara mendalam,DK5)
Pernyataan yang sama juga diberikan oleh para bidan terkait dengan relasi
mereka dengan para dukun malanak/paraji sejauh ini. Sebagian besar dari mereka
mengatakan bahwa sejauh ini antara mereka dengan para dukun malanak/paraji
91
tidak pernah terjadi konflik yang menyebabkan buruknya relasi antara mereka.
Berikut adalah pernyataan dari pada bidan mengenai relasi mereka dengan para
dukun malanak/paraji.
“ Tidak ada, sejauh ini tidak ada masalah semuanya baik-baik saja.”
(wawancara mendalam,BD4)
“Tidak pernah ada masalah, Kalau yang kerjasama dengan kami semuanya
baik-baik saja karena mereka tiap ada yang akan bersalin mereka selalu antar ke
bidan.”
masarek mare’en-de’en mawi karano isiraya satiok alek singa maida masancal
(wawancara mendalam,BD4)
Relasi yang terjalin baik antara bidan dengan dukun malanak/paraji ini
juga terlihat dari rasa saling menghargai di antara mereka. Para dukun
formal dalam menolong persalinan, dan sebaliknya para bidan menghargai para
wawancara berikut:
kalau ada ibu hamil saya selalu antar ke pustu itu saja bentuk penghargaan saya.
92
Bu bidan tau kan kami yang di kampong ini tidak punya apa-apa untuk kasih
mereka.”
“Paleng siya uhargai bu bidan, bantuk ne siya uhargai alek singa hamil
salalu u selon mek pustu soiye mawi bantukne penghargaan o ya. Kan muillah
jama’i diak kampong ere ado sahuk singa-nga singa maiba mek isira”
(wawancara mendalam,DK1)
“Iya ibu kenapa tidak, Bagaimana kerjasama ini ke depannya kalau tidak
“Dise ibuk anado aduon, ebeen karajosamo ere mek amon kalau akduon
saleng ita manghargoi, Bantok karajosamo o mek isira dek o ere malafen mawi
(wawancara mendalam,DK1)
tingkat puskesmas kami selalu diundang mereka untuk hadir dan mereka
mendapatkan uang transport. Kalau untuk tingkat desa tidak ada hanya ucapan
terimakasih saja”
93
tingkek puskesmas jama’i ere salalu maiundang siya sa’a isiraya mandapek siya
kepeng perjalanan. Nga tingkek desa ade ere dahan tarimokasih mawi”
(wawancara mendalam,BD1)
“Tidak ada penghargaan, Sekarang ini dana persalinan untuk petugas tidak
ada. Semua persalinan gratis jadi kami tidak ada uang untuk bayar dukun
malanak/paraji. Bentuk penghargaan lain juga tidak ada. Paling kami ngomong-
ngomong baik-baik saja dengan mereka karena komunikasi ini yang paling
penting.”
“Ade ere panghargoine dumaar ere biaya malaherkan mek petugas ade
ere. Masarek malaherkan gratis jadine ade ere kepeng mamayar dukun
mareen-reen mawi alek isira karano depon ere singa paleng penting”
(wawancara mendalam,BD2)
antara dukun malanak/paraji dengan bidan berjalan dengan baik. Buktinya bahwa
para dukun malanak/paraji selalu bersedia untuk merujuk ibu hamil kepada bidan
bukan karena terpaksa tetapi karena mereka merasa dihargai dan diterima baik
oleh para bidan. Bukti dari relasi yang baik ini juga terlihat dari data penelitian di
atas bahwa sejauh ini antara bidan dengan dukun malanak/paraji di Wilayah
ada pihak yang merasa tidak dihargai keberadaannya dalam kemitraan ini. Relasi
94
yang baik ini juga terlihat dari adanya komitmen dari kedua belah pihak untuk
Pangkep membuktikan bahwa ada koefisien relasi yang begitu kuat antara sikap
partner dengan proses berjalannya suatu kemitraan. Dalam penelitian ini kedua
peneliti ini mensyinyalir bahwa para bidan dan dukun malanak/paraji menaruh
rasa saling menghormati yang pada gilirannya memberi efek yang positif
terhadap kemitraan.
beberapa landasan yang harus dipenuhi para pihak yang bermitra, salah satu
perlu menghargai perkembangan ilmu dan teknologi kebidanan yang dimiliki dan
baik apabila antara anggota mitra saling menghargai, seberapa kecilpun peran atau
kontribusi anggota suatu kemitraan, perlu dihargai oleh anggota mitra yang lain.
Oleh karena itu, para anggota suatu kemitraan harus saling menghargai.
dukun malanak/paraji yang terjadi dalam pertemuan yang sudah terjadwal dengan
baik, mekanisme koordinasi dalam merujuk pasien dan sejauh mana keduanya
kemitraan, masing-masing pihak memiliki tugas dan tanggung jawab yang harus
para dukun malanak/paraji yang bermitra mereka mengatakan bahwa peran atau
tugas mereka dalam kemitraan ini adalah mengantar pasien ke pustu dan
untuk diminum oleh ibu yang hendak bersalin. Berikut pernyataan dari para dukun
malanak/paraji:
“Kalau ada yang melahirkan saya antar ke pustu, sampai disana saya bantu
pijat-pijat dengan bantu memberikan air minum yang sudah dibacakan ayat-ayat
suci Al-Qur’an bila dibutuhkan ibu hamil sedangkan yang menolong persalinan
sampai selesai bidan. Nanti setelah selesai semua saya bantu bersih/lap ibu
“kalau nga singa malaherkan u selon mek pustu, lentuk do’i u orut-orut u
tolong ubah uek dak singa ubacokan ayat-ayat suci Al-Quran supayo maheya
tuhu anak neya nga nitidau singa malaherkan iya sedangkan singa manolong
malaherkan iya sampai matuaik bidan, Siuk maktuaik masarek baro u tolong
iya”
campur, kalau dipustu di sini saya biasanya memberi tahu ibu pada saat proses
persalinan dengan cara mengelus-elus perut ibu sambil berzikir untuk mengurangi
rasa sakit dan nyeri memberikan air minum yang sudah di bacakan ayat-ayat suci
“ Jama’i ere samo-samo mai faal, Kalau ek luma sakit dek o ere ado u
campuri, kalau ek pustu ek ere dek o biaso ne mangatu’an mek singa malaherkan
iya beteng saat malelai iya u salai-salai besel ne ya alek a’o berzikir supayo
mangurangi sekoik ne ya, u ba uek dak singang utawar alek ayat-ayat suci Al-
Qur’an, alek ma rok’a supayo maheya tuhu anak ne ya dan salamat bilok alek
lohan”
(wawancara mendalam,DK2)
Terkadang ada bidan yang menyuruh saya keluar maka saya keluar dan mengintip
alek bidan singa maruon dek o kaluar saa kaluar a o saa usehe tek jandela mawi”
(wawancara mendalam,DK3)
Pernyataan para bidan mengenai tugas mereka dalam membantu proses persalinan
ayat suci Al-Qur’an, mengelus-elus perut ibu hamil sambil berzikir dan kadang
malanak/paraji manolong mamba uek dak singang nibaco ayat-ayat suci Al-
Qur”an, manalai-nalai besel singa malaherkan iya alek iya berzikir. Kadang-
kadang maru mai ruon siya mangade’en susu mek singa malaherkan iya”
(wawancara mendalam,BD3)
mandampingi mawi”
peran yang sudah mereka jalankan selama ini sudah sesuai dengan kompetensi
pembagian peran mereka selama ini. Dapat di lihat pada kutipan wawancara
berikut:
dokumen tertulis. yang paling saya bantu pijit dan kasih minum bila dibutuhkan.”
perjanjian singa ditules. Paleng u tolong mangurut urut alek mamba uek dak nga
nitidau”
(wawancara mendalam,DK4)
“Ngang sasuai ibuk bidan karano masarek karajo u serahkan mek dio ibu
(wawancara mendalam,DK4)
“Iya bu bidan sudah sesuai karena biasanya saya antar ke puskesmas kalau
ibu hamilnya yang minta melahirkan di puskesmas tapi kalau tidak saya tolong
disini saja.”
99
“Dise buk bidan ngang sasuai karano biasone u selon mek puskesmas alek
singa feselan singa manidau masancal mek puskesmas tapi kalu akduon u tolong
ek ere mawi”
(wawancara mendalam,DK4)
para dukun malanak/paraji dalam kemitraan yang telah berjalan selama ini, dapat
persalinan. Kami tidak punya dokumen tertulis paling kami jalankan seperti biasa
singa malelai iya jama’i ere ado ami surat singa tatules paleng mai jalankan
(wawancara mendalam,DK5)
minum saja yang sudah di bacakan ayat-ayat suci Al-Qur’an sedangkan semua
(wawancara mendalam,DK5)
100
Pembagian peran selama ini yang dirasa oleh para dukun malanak/paraji
dan bidan sudah berjalan baik. Dinilai sangat mendukung proses kemitraan
“Iya bu bidan sudah mendukung kami ini tinggal ikut saja apa yang bidan
suruh.”
“Dise buk bidan ngang mai dukung jama’i ere malafen mawi araya singa
di ruon”
(wawancara mendalam,DK5)
do’a do’a ayat suci Al-qur ‘an untuk menjaga ibu hamil dari gangguan-gangguan,
itu yang bisa kami bantu, Kalau menolong persalinan itu tanggung jawab bu
do’a-do’a ayat suci Al-qur’an supayo manjago ibu singa beteng mangandung tek
malaherkan kan iya so ede tanggungjawab buk bidan. Saa samo malengkapi”
(wawancara mendalam,DK5)
“Ngang mandukung buk bidan, tapi kadang nga a o mek puskesmas bidan
(wawancara mendalam,DK4)
101
“Ya mendukung, Sebenarnya dari segi ilmu kesehatan yang paling penting
kan petolongan persalinannya, Untuk jaga badan dari roh jahat dan lain-lain tidak
penteng kan manolong singa malelai, Singa manjago gangguan roh jahat alek
bukan-bukan ne iye ado penting laon karano masyarakat mawi singa te picayo”
umumnya berperan dalam aspek non teknis kesehatan. Dengan kata lain, para
memberi air, memijit ibu bersalin dan juga menangani hal-hal yang berkaitan
tidak menyatakan keberatan terkait dengan pembagian peran ini. Hal ini tampak
ini tugas mereka hanyalah merujuk ibu hamil, sedangkan yang dominan berperan
memberikan pengakuan bahwa pembagian peran yang terjadi selama ini, sudah
serupa berkaitan dengan pembagian peran ini. Menurut para bidan pembagian
peran antara mereka dengan dukun malanak/paraji yang sudah berjalan selama ini
102
sudah sesuai dengan apa yang digariskan dalam pedoman kemitraan antara bidan
penuh dalam menangani persalinan, Namun pembagian peran ini tidak tertulis
sedangkan yang menolong persalinan adalah bidan. Penelitian lain juga dilakukan
bahwa tugas dukun malanak/paraji bukan lagi sebagai penolong utama dalam
persalinan tetapi hanya mendampingi bidan dan ibu hamil dalam persalinan.
pelaksanaan kemitraan telah dibagi sejak periode kehamilan, persalinan dan nifas.
bidan dan dukun hendaknya saling memahami kedudukan tugas dan fungsi dalam
bermitra, dimana bidan memiliki tugas dan fungsi utama dalam membantu
persalinan ibu hamil. dukun tidak melakukan tugas dan fungsi dalam membantu
persalinan secara langsung melainkan mendorong agar proses rujukan ibu bayi
proses alih peran dan pembagian tugas antara dukun malanak/paraji dan bidan
ada beberapa hal penting yang harus disepakati (dituangkan secara tertulis dalam
persalinan sudah jelas walaupun tidak ada dokumen tertulis. Masing-masing pihak
ditangani dan kematian ibu dan bayi akibat persalinan dapat ditekan.
4.3.4.2. Komunikasi
Komunikasi antara partner adalah hal yang sangat penting di dalam sebuah
komunikasi antara keduanya adalah sesuatu hal yang perlu untuk kepentingan
“Kalau dengan bidan tidak pernah ada pertemuan. Paling dulu dokter dari
di rumah dan dulu juga pernah ada paratamuan dengan dokter tapi saya tidak
ikut.”
“Nga alek bidan ado nehu nga paratamuan, nehu inang ere alek dokter
tek puskesmas fesang, saa makleko ami ek puskesmas mamfakati hal malelai ek
luma nang ere maru nga alek paratamuan alek dokter tapi fa ado nga a o
malafen”
(wawancara mendalam,DK1)
“Kalau dengan bidan yang disini tidak pernah tetapi kalau di Dinas
Kesehatan Kabupaten Simeulue pernah diundang 1 kali ibu. Bila ada pertemuan
saya biasanya pergi dengan bidan 1 kali di puskesmas kami di beri pengarahan
kesehatan jangan paksa untuk tolong sendiri di rumah, nanti kalau ada
ibu.”
“Nga alek bidan singa e ere ado nehu tapi nga ek Dinas Kesehatan
Kabupaten Simeulue nehu da undang sakali ibuk. Nga alek paratamuan dek o
biaso ne mae alek bidan sakali mek puskesmas. Ami di ba pengarahan bahak hal
manolong malelai. Satiok singa feselan harus malelai ek fasilitas kesehatan aefak
dipakso manolong mesa-mesa ek lumah, karano edong alek sidang bela bahayo.
(wawancara mendalam,DK1)
Dokter bilang kalau ada yang melahirkan harus melahirkan di fasilitas kesehatan
105
jangan paksa untuk bersalin di rumah, dua kali saya di undang dari Dinkes dan
malelai dokter mangahan edong nga singa malelai harus mek malelai ek fasilitas
bertanggungjawab kesehatan ibu alek anak.ai nau tek dinas kesehatan ai nau tek
(wawancara mendalam,DK1)
“Kalau pertemuan rutin tingkat desa tidak ada. Pertemuan biasanya untuk
tingkat puskesmas dilakukan setiap akhir tahun untuk membahas hal apa saja yang
tingkek puskesmas nikarajokan satiok akhir tahun mek mambahas hal araya singa
(wawancara mendalam,BD2)
“Kalau pertemuan rutin tidak ada. Paling setahun sekali ada semacam
hanya sebatas mendampingi, mengajak pasien dan mengantar pasien ke pustu atau
puskesmas.”
“Nga mufakat sabe ado nehu, Paleng sataun sahuli wi singa beguru ya
afa’i wi arahan iya mawi mek dukun malanak/paraji, singa dibahas masalah
mandampingi mawi maongan singa akoik alek manelon singa akoik mek pustu
(wawancara mendalam,BD2)
frekuensi pertemuan yang dilakukan oleh para bidan dengan dukun malanak/paraji
di tingkat desa, kecamatan, ataupun juga kabupaten. Berdasarka data diatas, jelas
terlihat bahwa menurut para dukun malanak/paraji selama ini mereka kurang
bidan dan dokter di tingkat puskesmas, Dalam pertemuan ini, para dukun
tenaga professional kesehatan yaitu bidan. Pengakuan yang sama juga di utarakan
oleh para bidan yaitu bahwa selama ini tidak pernah diadakan pertemuan rutin
tingkat desa tetapi hanya diadakan pertemuan tingkat puskesmas pada akhir tahun
pengetahuan dalam bidang kesehatan ibu dan bayi yang baru lahir, terutama juga
tentang tanda bahaya pada kehamilan, persalinan, dan nifas, serta Persiapan yang
harus dilakukan oleh keluarga dalam menyongsong kelahiran bayi, Penelitian lain
yang dilakukan oleh Budiyono dkk, (2011). Mengungkapkan bahwa bidan desa
kurang bisa diterima oleh dukun malanak/paraji karena faktor komunikasi dan
pula dalam kemitraan, diperlukan komunikasi yang efektif diantara anggota mitra.
Salah satu saluran komunikasi diantara mitra adalah adanya pertemuan atau rapat
rutin kemitraan. Pertemuan rutin dan terjadwal antar mitra sangat diperlukan
4.3.4.3. Koordinasi
yang jelas antara pimpinan dengan bawahan atau antara sesama bawahan terkait
dengan pelaksanaan tugas. Dalam konteks kemitraan antara bidan dengan dukun
sebagaian besar dari mereka menjawab bahwa selama ini bidan yang berinisiatif
108
yang sering kali digunakan oleh para bidan untuk berkoordinasi dengan para
“Koordinasi lewat posyandu dan bila bertemu secara tidak sengaja di jalan.
Bila ada posyandu saya terkadang ikut akan tetapi bila tidak ibu hamilnya sendiri
yang melaporkan. Biasanya juga saat posyandu bidan langsung menanyakan pada
ibu hamil .”
beteng posyandu mae a o maru tapi nga aduon ado a o ma e ibuk singa feselan
iya mawi malaporkan. Biasone maru beteng posyandu bidan langsung manutoan
(wawancara mendalam,DK3)
untuk selalu ikut posyandu, Kalau koordinasi langsung dengan bidan tidak pernah
salalu mae mek posyandu. Nga mufakat langsung alek bidan ado nehu karano
secara tidak sengaja bertemu di jalan biasanya kami Tanya mungkin ada lagi ibu
yang hamil. Kadang mereka yang Tanya “ Ibu bagaimana dengan ibu A apa dia
sudah pergi periksa ke ibu karena disini ibu hamil lebih sering ke dukun.”
maundang isira besang mek posyandu dan maru mancikbuha ado sangajo ek
dalan biasone ma’i totok kadang ngahai ibuk singa tot feselan. Kadang maru
isira mawi manutok ebeen alek ibuk sipulan ede araya ngang iya pareso mek
dio ibuk, karano ibuk singa tot feselan lebihnan sia sereng pareso mek dukun
malanak/paraji”
(wawancara mendalam.DK4)
“Kalau kami punya di kantor bagi per wilayah posyandu, Setiap posyandu
nga penanggung jawab ne, nga posyandu harus aken alek dukun malanak/paraji
ditotok araya nga singa mangida mangurut alek dukun malanak/paraji, jadine ek
fungsi koordinasi yang telah dijalankan selama ini sudah cukup membantu proses
110
ibu hamil bisa terdata dengan baik oleh bidan. Dan para dukun malanak/paraji
yang telah mereka jalankan selama ini dalam hubungannya dengan kemitraan,
“ Sudah cukup bu bidan dari pada saya harus kepustu untuk melaporkan
semua ibu hamil. Cukup pada saat mengantarkan mereka untuk melahirkan saya
bertemu bidan. Tetapi bila ada yang bersalin pada malam hari di rumah maka
ibu singa tot feselan, cokup mawi saat ne manelon me malelai mancikbuha alek
dio bidan. Tapi nga alek singa malelai tengah bengi ek luma deman me lafek di
ruon lae ne mangatuk an ngang iya malelai mek dio bidan supayo mu illah “
(wawancara mendalam,DK5)
“Sudah cukup ibu karena ada posyandu juga, jadi semua ibu hamil bisa
terdata oleh bidan. Memang selama ini semua ibu hamil yang datang untuk pijit
“Ngang cokup ibuk karano alek posyandu maru, jadine masarek singa
feselan dai nidata bidan, Memang ba salamo ne iye masarek singa feselan singa
fesang besang sia mek luma memangorot saa u ruon si ya mek posyandu”
111
(wawancara mendalam,DK5)
koordinasi yang telah dijalankan selama ini. Bidan menambahkan bahwa fungsi
Juga didukung oleh para dukun malanak/paraji yang aktif. Berikut adalah
“Ya sudah baik karena dukunnya juga sangat aktif hanya yang di wilayah
puskesmas teupah barat yang masih kurang kalau di wilayah puskesmas lain
sudah berjalan.”
“ Dai ngang mare’en karano dukunne maru molo teher aktif , singa dol
ek wilayah puskesmas teupah barat singa ngahai kurang, kalau singa wilayah
(wawancara mendalam,BD5)
“Sudah sangat baik karna bidan sudah punya wilayah tanggung jawab masing-
“ Ngang sangat mare’en karano bidan ngang alek wilayah tanggung jawab
(wawancara mendalam,BD5)
seperti ketika berjumpa di jalan. Dari data ini dapat dikatakan bahwa selama ini
Hingga saat ini para dukun malanak/paraji dan bidan merasa bahwa fungsi
koordinasi yang berjalan selama ini sudah cukup mendukung kemitraan. Seorang
untuk mendata semua ibu hamil. Tentunya kemungkinan kendala yang dialami
adalah mendata ibu hamil yang tidak datang posyandu. Dalam hal ini koordinasi
yang tertata rapi an teratur antara bidan dengan dukun malanak/paraji bisa
suatu kerjasama organisasi dan merupakan kegiatan pada tingkat satu satuan yang
terpisah dalam suatu kerjasama organisasi untuk mencapai tujuan yang telah
sebab tanpa koordinasi akan tidak mempunyai pegangan[ mana yang harus diikuti,
kegiatan mencapai tujuan yang diharapkan, beban tiap anggota mitra menjadi
lebih yang insidentil dan tidak rutin serta pekerjaan yang tidak direncanakan
terlebih dahulu, juga bagi kerjasama yang menerapkan tujuan yang optimal. Oleh
karena itu fungsi koordinasi yang dilakukan oleh pihak yang bermitra merupakan
suatu keharusan.
keputusan adalah suatu hal yang penting, mengingat hal ini rentan menimbulkan
menangani persalinan.
bidan yang bermitra, sebagian besar dari mereka mengatakan bahwa yang
para bidan. Sedangkan para dukun malanak/paraji umumnya mengikuti apa yang
hanya mengikuti dan mendampingi saja. Jika mereka bilang harus rujuk saya
(wawancara mendalam,DK1)
mengikuti saja, Apakah bidan menyuruh untuk merujuk maka kami ikut
merujuk.”
alek malafen mawi, Arayakah bidan maruon memanelon makone mai selen”
keputusan, Tetapi kalau saya yang tolong sendiri kalau ada kesulitan maka saya
“Mek ibuk feselan singa malaherkan mek bidan isira singa mangabek
kaputusan, tapi kalau dek o singa manolong mesa nga alek singa mangol mako
(wawancara mendalam,DK3)
wawancara berikut:
115
“ Selama ini tidak ada, Paling kami bidan saja yang mengambil keputusan
untuk semua partus Dukun malanak/paraji tinggal ikut saja apa yang kami
putuskan,”
“ Salamo ere ade ere, Paleng jama’i bidan mawi singa mangabek
(wawancara mendalam,BD3)
mendampingi. Mau ambil tindakan apa semua bidan, dan tidak ada dokumen
molo malafen. Kalau ngang dok pustu ede bidan singa inambo tanggungjawab”
(Wawancara mendalam,BD3)
Bertolak dari pemaparan isi diatas, dalam kemitraan bidan dan dukun
Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh para bidan. Yaitu bahwa merekalah
selama ini, dukun malanak/paraji cenderung mengatakan bahwa itu sudah tepat,
karena penanganan persalinan merupakan tugas pokok dari pada bidan, sedangkan
116
para dukun malanak/paraji, hanya bertugas untuk mendampingi ibu hamil. Hal
yang sama juga disampaikan oleh bidan. Hingga saat in, tidak ada dokumen
Simeulue.
malanak/paraji karena pada dasarnya setiap orang yang terlibat dalam suatu
setara atau sama tingkatnya sehingga tidak ada anggota mitra yang memaksakan
kehendak karena merasa lebih tinggi dan tidak ada dominasi terhadap yang lain.
mempunyai hak dan suara yang sama. Sikap dukun malanak/paraji yang
rendah. Individu dengan tingkat pendidikan yang rendah pada umumnya lebih
cepat menerima dan mengikuti pengaruh dari luar khususnya dari orang yang
dipandang lebih tinggi dari mereka. Faktor lain juga karena dukun malanak/paraji
4.3.4.5. Komitmen
bermitra merupakan suatu syarat utama agar kemitraan ini terus berjalan dengan
untuk mereka kemitraan ini semata untuk membantu ibu hamil dalam bersalin.
mereka dalam menjalankan kemitraan ini dapat dilihat pada kutipan wawancara
berikut:
pekerjaan ini bersifat sosial saja, Kalau saya pribadi yang penting mereka selamat,
“Dise buk bidan karano jama’i maru ado mandapek kaontongan, bahak
karajo sok ere sifatne sosial mawi, nga dek o pribadi singa penteng isiraya
(wawancara mendalam,DK1)
“Iya ibu karena kami juga tidak mendapatkan keuntungan. Pekerjaan ini
sifatnya social saja, Kami bersedia keluar malam hari dan siang hari tanpa
118
dibayar. Bila ada ibu hamil yang memberikan uang syukur jika tidak juga tidak
karajo sok ere sifat ne sosial mawi, Jama’i besedio kaluar fengi alek falal adu
difayar. Nga alek singa feselan mamba kepeng syukur nga aduon adu mangapo
(Wawancara mendalam,DK2)
kan yang ada kartu BPJS gratis persalinannya dan dukun malanak/paraji tidak
dapat apa-apa mereka tetap semangat mengantar ibu hamil untuk bersalin disini."
malelai tu ek ere singa alek kartu BPJS adu mamayar (gratis) iya malelai sa’a
(wawancara mendalam,BD3)
kalau ada ibu yang sifatnya bandel biasanya langsung dijemput mobil
puskesmas/ambulance”
adu mamayar (gratis) , nga ise sifeselan iya sifat ne patangkar biasone langsung
Bataassssssssssssssssssssss
Simeulue bahwa angka kematian ibu (AKI) pada tahun 2016 dinyatakan nihil,
pegawai negeri sipil (PNS) sebanyak 17 orang, pegawai tidak tetap (PTT)
sebanyak 1 orang, dokter gigi sebanyak 1 orang, perawat 6 orang, dan bidan desa
sebanyak 9 orang.
bebas dan terikat yang diteliti serta membuat data frekuensi dalam bentuk
persentase dimana responden dalam penelitian ini adalah ibu yang bersalin dan
No Umur F %
diketahui umur responden terbanyak pada umur 20-35 tahun sebanyak 77 orang
(73,3%), diketahui dengan umur < 20 tahun sebanyak 15 orang (14,3%) dan
2017
No Pendidikan F %
1 SD 28 26,7
2 SMP 13 12,4
3 SMA 50 47,6
2017
No Pekerjaan F %
2 Pegawai 14 13,3
3 Petani 3 2,9
orang (83,8%), Pegawai sebanyak 14 orang (13,3%) dan sebagian kecil responden
SimeulueTahun 2017
No Jumlah Anak F %
{{{{{
bahwa sebagian besar responden memiliki anak 2-4 orang (multipara) sebanyak
Tahun 2017
sebanyak 74 orang (70,5%), namun masih ada responden yang memilih bersalin di
4.2.3. Pengetahuan
Jawaban
Total
No Pernyataan Ya Tidak
f % f % F %
komplikasi
digunakan untuk
menyelenggarakan upaya
disediakan pemerintah
Puskesmas
menolong persalinan
Jawaban
Total
No Pernyataan Ya Tidak
f % f % F %
persalinan
tahun
tahun
berisiko
pernyataan nomor 1 yaitu tempat persalinan yang ideal adalah fasilitas kesehatan
dengan perlengkapan dan tenaga kesehatan yang siap menolong bila sewaktu-
(43,8%).
No Pengetahuan F %
1 Baik 51 48,6
4.2.4. Sikap
Pilihan Jawaban
Jumlah
No Pernyataan SS S TS STS
f % f % f % f % F %
1 Ibu merasa nyaman dan aman bila 63 60,0 28 26,7 5 4,8 9 8,6 105 100
tenaga kesehatan
3 Bila terjadi komplikasi pada saat 38 36,2 20 19,0 20 19,0 27 25,7 105 100
kesehatan
4 Ibu percaya dukun bisa 13 12,4 36 34,3 33 31,4 23 21,9 105 100
komplikasi
130
Pilihan Jawaban
Jumlah
No Pernyataan SS S TS STS
f % f % f % f % F %
5 Persalinan oleh dukun bisa 18 17,1 23 21,9 40 38,1 24 22,9 105 100
nomor 1 yaitu ibu merasa nyaman dan aman bila melahirkan di fasilitas kesehatan
dan pernyataan nomor 4 yaitu ibu percaya dukun bisa menanggani persalinan
paling banyak dijawab “tidak setuju” adalah pernyataan nomor 5 yaitu persalinan
oleh dukun bisa menyebabkan infeksi dan kematian pada ibu sebanyak 40 orang
(38,1%), pernyataan yang paling banyak dijawab “sangat tidak setuju” adalah
pernyataan nomor 3 yaitu bila terjadi komplikasi pada saat melahirkan ibu tidak
perlu khawatir karena ibu melahirkan di fasilitas kesehatan dan ditolong oleh
2017
No Sikap F %
1 Positif 54 51,4
2 Negatif 51 48,6
Jawaban
Total
No Pertanyaan Ya Tidak
F % f % F %
132
Jawaban
Total
No Pertanyaan Ya Tidak
F % f % F %
pasien membutuhkannya
“tidak” adalah pertanyaan nomor 3 yaitu apakah setiap desa terdapat fasilitas
(25,7%).
Ketersediaan Fasilitas
No F %
Kesehatan
1 Lengkap 82 78,1
Jawaban
Total
No Pertanyaan Ya Tidak
F % f % F %
rumah sakit
berlangsung?
yaitu apakah bidan/ dokter memberikan konseling kepada ibu tentang persiapan
yang paling banyak dijawab “tidak” adalah pertanyaan nomor 3 yaitu apakah
135
bidan turut serta mendampingi ibu ketika dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit
(13,3%).
Tahun 2017
Dukungan Tenaga
No F %
Kesehatan
1 Mendukung 85 81
2 Tidak Mendukung 20 19
Jawaban
Total
No Pertanyaan Ya Tidak
f % f % F %
memeriksakan kandungan?
di fasilitas kesehatan?
ke fasilitas kesehatan?
fasilitas kesehatan?
orang (88,6%). Pertanyaan yang paling banyak dijawab “tidak” adalah pertanyaan
137
nomor 5 yaitu orang tua atau mertua yang memutuskan ibu untuk dirujuk ke
2017
No Dukungan Keluarga F %
1 Mendukung 88 83,8
(16,2%).
Kerja Puskesmas Simeulue Barat Kabupaten Simeulue dapat dilihat pada tabel
berikut :
f % F % F %
sebanyak 23 orang (21,9%). Hasil uji statistik dengan uji Chi-Square diperoleh
p-value sebesar 0,000 < 0,05 artinya terdapat hubungan yang signifikan antara
Puskesmas Simeulue Barat Kabupaten Simeulue dapat dilihat pada tabel dibawah
ini :
f % F % F %
memilih di non fasilitas kesehatan 8 orang (7,6). Untuk sikap ibu yang bersikap
orang (26,7%) dan di non fasilitas kesehatan sebanyak 23 orang (21,9%). Hasil
uji bivariat menggunakan Chi-Square diperoleh p-value sebesar 0,001 < 0,05
artinya terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan memilih tempat
140
tahun 2017.
Tempat Persalinan
f % f % F %
minoritas memilih di fasilitas kesehatan sebanyak 1 orang (1,0 %). Hasil uji
Persalinan
Memilih Tempat
Persalinan
Tenaga Jumlah
No Fasilitas Non Fasilitas p-value
Kesehatan
Kesehatan Kesehatan
f % f % F %
142
sebanyak 17 orang (16,2%) dan di fasilitas sebanyak 3 orang (2,9%). Hasil uji
Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Barat Kabupaten Simeulue dapat dilihat pada
Memilih Tempat
Persalinan
Dukungan Jumlah
No Fasilitas Non Fasilitas p-value
Keluarga
Kesehatan Kesehatan
f % f % F %
diperoleh p-value sebesar 0,000 < 0,05 artinya terdapat hubungan yang
2) Pada pemodelan ini variabel kandidat yang memiliki nilai P value < 0,05,
pada uji bivariat (uji chi-square) dimasukkan secara bersama-sama dalam uji
mutivariat. Dari uji bivariat, variabel yang dijadikan kandidat model pada uji
keluarga. Variabel yang masuk seleksi kandidat model dapat dilihat pada
Tabel 4.21. Seleksi Variabel Yang Menjadi Model dalam Uji Regresi
1 Pengetahuan 0,000
2 Sikap 0,001
tabel 4.22.
1,146-
Konstanta -13,227
28,551
2,196-
68,126
(p=0,006 < 0,05), ketersediaan fasilitas puskesmas (p=0,000 < 0,05), dukungan
tenaga kesehatan (p=0,033 < 0,05), dan dukungan keluarga (p=0,004 < 0,04),
Urutan variabel yang paling besar pengaruhnya dalam penelitian ini adalah
tidak lengkap.
yang mendapatkan dukungan dari keluarga memiliki peluang 12 kali lebih tinggi
ibu yang mendapatkan dukungan dari tenaga kesehatan memiliki peluang 5 kali
147
lebih tinggi memilih bersalin di fasilitas kesehatan dibandingkan dengan ibu yang
p 1
In =
1 P 1 e - (13,227 2,082 2,8801,744 2,504)
a. Pengetahuan (1, yaitu pengetahuan ibu tentang persalinan yang bersih dan
aman baik)
c. Dukungan nakes (1, yaitu dukungan tenaga kesehatan menurut ibu baik)
1
p = (13, 227 2, 082 2,8801, 744 2, 504)
1 e
= 0,9975 99,75%
yang bersih dan sehat, ketersediaan fasilitas kesehatan menurut ibu lengkap,
ibu baik maka ibu bersalin tersebut memiliki probabilitas atau kemungkinan