Vous êtes sur la page 1sur 14

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang [..........] yang tercangkup dalam Akhlak dan
Tasawuf. Dan juga penulis berterima kasih kepada Bapak [........] selaku Dosen
mata kuliah Akhlak dan Tasawuf yang telah memberikan bimbingan berupa
materi kepada penulis.

Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi para pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman penulis, penulis yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini,
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, [..] November 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 2

A. TARBIYAH DZATIYAH

1. Pengertian Tarbiyah Dzatiyah ............................................... 2

2. Sarana Tarbiyah Dzatiyah ...................................................... 2

3. Manfaat Tarbiyah Dzatiyah ................................................... 4

4. Aspek-aspek Tarbiyah Dzatiyah ............................................ 5

B. HALAQAH TARBAWIYAH

1. Pengertian Halaqah Tarbawiyah ............................................ 7

2. Manfaat Halaqah Tarbawiyah ............................................... 8

3. Sarana Halaqah Tarbawiyah .................................................. 8

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 9

A. Kesimpulan ................................................................................... 9

BAB IV DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN

Tidak ada manusia yang melakukan kesalahan dalam hidupnya demi


mencapai kesengsaraan. Semua kesalahan yang dilakukan adalah proses mencari
kebahagiaan, karena jalan dan metode yang dilalui berbeda-beda. Dengan
melakukan kesalahan orang bisa belajar untuk memperbaiki kesalahan tersebut
(menjadi sebuah kebenaran).
Terkadang kita bisa memberikan solusi terhadap masalah orang lain, kita
bisa menyampaikan tausiyah diatas mimbar, kita bisa mengajar murid-murid kita
dengan baik, tapi apakah kita bisa mengajar diri kita sendiri?, apakah kita bisa
mentausiyahi diri kita sendiri untuk mencapai kebenaran (untuk menuju tuhan)?
Didalam ajaran agama islam telah diatur secara elegan bagaimana mendidik diri
sendiri. Metode apa saja yang harus dilakukan dalam mendidik diri sendiri.
Dalam makalah singkat ini, akan membahas cara mendidik diri
sendiri(tarbiyah dzatiyah). Kalau kita tidak bisa melakukannya kita juga bisa
melakukan mendidik diri sendiri dengan bantuan orang lain (halaqah tarbawiyah).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian tarbiyah dzatiyah?
2. Apa saja sarana tarbiyah dzatiyah?
3. Apa manfaat tarbiyah dzatiyah?
4. Apa saja aspek-aspek tarbiyah dzatiyah?
5. Apa pengertian halaqah tarbawiyah?
6. Apa saja sarana halaqah tarbawiyah?
7. Apa manfaat halaqah tarbawiyah?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. TARBIYAH DZATIYAH

1. Pengertian Tarbiyah Dzatiyah


Tarbiyah dzatiyah adalah sarana yang diberikan orang muslim atau
muslimah kepada dirinya, untuk membentuk kepribadian islami yang
sempurna diseluruh sisinya; ilmiah, iman, akhlak, sosial dan lain
sebagainya, dan naik tinggi ketingkatan tinggi kesempurnaan
manusia.Pengertian konkritnya adalah pembinaan atau pendidikan
seseorang terhadap dirinya sendiri. Tarbiyah dzatiyah sudah pernah
dilakukan oleh sahabat-sahabat Rasulullah. Bisa dilihat dari sejarah
keberhasilan sahabat-sahabat Rasulullah, dimana mereka mampu tampil
menjadi figur-figur hebat , dengan ciri khas dan kelebihannya masing-
masing. Salah satu kuncinya adalah masing-masing dari mereka mampu
mentarbiyahi dirinya sendiri dengan optimal , meningkatkan kualitas diri
menuju tingkatan seideal mungkin, mengadakan perbaikan diri secara
konsisten dan kontinu serta meningkatkan semua potensi diri mereka
sehingga tidak ada satupun potensi mereka yang terabaikan.

2. Sarana Tarbiyah Dzatiyah


a) Muhasabah
Muhasabah adalah penyucian atau pembersihan diri sebagai alat
untuk mengintrospeksi dirinya sendir. Berarti dalam proses mendidik
diri sendiri, yang pertama sekali kita harus melakukan introspeksi
(evaluasi) terhadap diri kita sendiri. Yang paling utama kita koreksi
tentunya masalah akidah, sejauh mana akidah kita? Seberapa sering
kita melakukan kesyirikan, baik sirik kecil maupun syirik besar atau
perbuatan-perbuatan syirik yang kita lakukan tanpa kita sadari.

2
Kemudian tentang kewajiban-kewajiab kita, sholat, puasa zakat,
mentaati orang tua, hubungan sosial kita (hablum minan nas),
kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan yan pernah kita
lakukan.
Kita melakukan spekulasi dengan pertanyaan-pertanya tentang
apa yang telah kita lakukan selama ini, guna untuk meminimalisir,
bahkan meninggalkan segala perbuatan buruk yang telah kita lakukan
selama ini dan mengggantinya dengan perbuatan baik dan amalan-
amalan sholeh.
b) Taubat dari Segala Dosa
Taubat adalah menyesali seluruh perbuatan dosa, baik kecil
maupun besar yang telah kita lakukan dan merjanji dengan sepenuh
hati untuk tidak mengulangi lagi perbuatan tersebut. Dalam al-qur’an
diterang bahwa taubat yang bebenar hakiki telah dilakukan oleh
seorang hamba yang bernama Nasyuha, itu makanya kalau taubat
yang benar-benar itu disebut taubat nasyuhah.
Taubat ini merupakan salah satu cara untuk mentarbiyah diri.
Setelah kita melakukan muhasabah (introspeksi), karena kita telah
menyadari bahwa betapa sering kita melakukan perbuatan dosa, maka
kita menyesali perbuatan dosa yang telah kita lakukan tersebut dan
berjanji sepenuh hati untuk tidak melakukannya lagi.
Allah sangat menyukai orang-orang yang bertaubat. Dalam
hadits yang diriwayatka oleh Abu Al Mudhaffar As Sam’ani
dikatakan bahwa “tidak ada sesuatu yang lebih baik bagi Allah dari
pada seorang pemuda yang taubat.
c) Mencari Ilmu Dan Memperluas Wawasan
Mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim dan
muslimah, sebab tanpa ilmu umat islam akan buta dalam menjalani
ibadah, dan ibadah yang dikerjakan tanpa ilmu maka hasilnya (pahala)
akan tertolak. Bagai mana mungkin seorang muslim bisa membedakan

3
haram, halal, wajib, sunah dan mubah tanpa menuntut ilmu.
Bagaimana mentarbiyah diri sendiri tanpa ilmu?
d) Mengerjakan Amalan-Amalan Iman
Mengerjakan amalan-amalan iman merupaka sarana penting
juga dalam mentarbiyah diri. Kita melatih diri kita sejauh mana
keikhlasan kita untuk melakukan amalan-amalan iman (ibadah)
kepada Allah Swt. Dengan amalan-amalan imanlah kita bisa menutupi
perbuatan-perbuatan dosa yang pernah kita lakukan dahulu. Dapun
amalan-amalan iman yang bisa kita lakukan yaitu memaksimalkan
ibadah-ibadah wajib, membiasakan melakukan amalan-amalan sunat
(sholat sunat, puasa sunat dan lain-lain) secara kontinyu, berdzikir,
baca Al-qur’an dan lain-lan.
e) Memperhatikan Aspek Akhlak (Moral)
Biasanya orang yang religius, sudah melakukan muhasabah,
sudah berilmu dan berwawasan yang luas dan rutin mengerjakan
amalan-amalan iman, implementasinya dalam kehidupan sosial
(hablum minan nas) biasanya ia mampu menjadi teladan bagi individu
lain. Prilakunya dalam kehidupan sosial tidak akan betentangan
dengan akhlak maupun moral, artinya kalau seseorang mempunyai
tinggkat religiusitas yang tinggi akan terceminkan dalam prilakunya
keseharian.
Sarana mentarbiyah diri dengan cara memperhatikan aspek
akhlak ini, akan menuntut kita untuk tampil selalu baik, karena prilaku
kita akan dibatasi oleh nilai-nilai akhlak dan moral.

3. Manfaat Tarbiyah Dzatiyah


a) Keridhaan Allah SWT dan Surganya
Kalau kita sudah maksimal dalam mentarbiyah diri, tentunya
kita meninggalkan perbuatan-perbuatan jahat (dosa) dan menabur
perbuatan-perbuatan baik. Jika ibadah-ibadah wajib sudah dilakukan
secara optimal dan ibadah-ibadah sunat juga sudah menjadi rutinitas,

4
dilakukan dengan ilmu dan penuh keikhlasan tentunya maka
ganjarannya adalah Ridho dan sorganya Allah Swt.
b) Kebahagiaan dan Ketentraman
Banyak orang yang beranggapan bahwa kebahagiaan dan
ketentraman itu diukur dengan harta kekayaan, istri yang cantik dan
lain-lain yang bersifat materil. Namun sebernarnya kebahagiaan yang
hakiki itu adalah berada dalam agama dan menjalankan nilai-nilai
agama secara maksimal.
c) Terjaga dari Keburukan
Setelah kita memuhasabah diri dan melakukan taubatan nasuhah
secara otomatis kita akan terhindar dari perbuatan-perbuatan buruk,
karena pola tingkah laku kita akan dibatasi oleh nilai-nilai religiusitas
(akhlak) dan moral.
d) Jiwa Merasa Aman
Setelah kita mentarbiyah diri, melakukan muhasabah, taubat,
berilmu dan melakukan amalan-amalan iman tentunya jiwa kita akan
merasa aman, karena kita terhidar dari perbuatan buruk, maksiat dan
otomatis kita merasa tidak punya musuh. Mungkin teman-teman bisa
melakukan komparasi bagaimana rasanya tidak sholat satu bulan
misalnya, dengan melakukan sholat secara khusuk selama satu bulan,
yang jelas diri saya pribadi merasakan bagaiman rasanya jiwa ini
setelah melakukan sholat pikiran fresh dan perasaan terasa nyaman.
e) Dicintai dan Diterima Allah
Allah swt menjanjikan barangsiapa memperbaiki dan
mentarbiyah dirinya untuk beriman, bertaqwa dan beramal sholeh, ia
mendapat kan cinta Allah swt.

4. Aspek-aspek Tarbiyah Dzatiyah


a. Rohaniah (Ruhiyah)
1) Perlu merancang untuk membentuk ruhiyah dengan cara
merutinkan qiam, puasa sunat, sedekah dan sebagainya.

5
2) Tidak cukup dengan amalan wajib kerana amalan wajib itu hanya
melayakkan kita untuk menjadi muslim sahaja.
3) Perlu sentiasa ikhlas hanya semata-mata Allah.
4) Perlu peka dan cermat serta perhatikan perubahan rohani.
b. Pemikiran (Fikriah)
1) Jangan biarkan fikiran terhad pada halaqah-halaqah tertentu
sahaja.
2) Perlu cari pelbagai sumber ilmu untuk berfikir.
3) Perlu juga mencari ruang dan peluang menghadiri kajian
ilmiah (pengurusan, kaunseling dll).
4) Perlu rajin membaca buku mahupun bahan bacaan lain yang
bermanfaat setiap hari untuk mengembangkan pemikiran.
c. Material/Kebendaan
1) Islam menuntut juga kepada kebendaan. Jadi perlu juga berusaha
mendapatkannya.
2) Tapi jangan sampai kekayaan merosakkan kita.
3) Jadikan harta sebagai tool untuk memajukan agama Allah.
4) kata-kata Imam Hasan Al-Banna: setiap dari kita perlu ada bisnes
sendiri walaupun kecil-kecilan supaya tidak bergantung pada
orang lain.

B. HALAQAH TARBAWIYAH
Saat ini halaqah menjadi sebuah alternatif pendidikan keislaman
yang masif dan merakyat. Tanpa melihat latar belakang pendidikan,
ekonomi, sosial atau budaya pesertanya. Bahkan tanpa melihat apakah
seseorang yang ingin mengikuti halaqah tersebut memiliki latar belakang
pendidikan agama Islam atau tidak. Sehingga Halaqah telah menjadi
sebuah wadah pendidikan Islam (tarbiyah Islamiyah) yang semakin
inklusif. Yang terpenting adalah halaqah dirasakan sangat bermanfaat bagi
pengembangan pribadi (self development) para pesertanya. Halaqah yang

6
berlangsung secara rutin dengan peserta yang tetap berlangsung dengan
semangat kebersamaan (ukhuwah Islamiyah). Dengan nuansa semacam
itu, peserta belajar bukan hanya tentang nilai-nilai Islam, tapi juga belajar
untuk bekerjasama, saling memimpin dan dipimpin, belajar disiplin
terhadap aturan yang mereka buat bersama, belajar berdiskusi,
menyampaikan ide, belajar mengambil keputusan dan juga belajar
berkomunikasi. Semua itu akan membentuk kematangan pribadi para
pesertanya.

1. Pengertian Halaqah Tarbawiyah


Halaqah secara lughawi artinya lingkaran dimana orang
menghimpun diri didalamnya dengan dipandu oleh seorang murabbi
bersama-sama membina diri mereka baik dari segi penambahan ilmu
maupun penganmalan. Berarti halaqah tarbawiyah itu adalah membina
diri sendiri melalui bantuan orang lain dengan cara membuat suatu
kelompok kecil, dengan tujuan mengadakan kegiatan-kegiatan yang
bisa memufuk spiritualitas. Kegiatan halaqah ini berbentuk pertemuan
rutin minimal sekali dalam seminggu dengan agenda kegiatan antara
lain:
a. Tadarus Al- Qur’an.
b. Pemberian materi.
c. Internalisasi materi dalam pengamalan.
d. Dialog permasalahan umat.
e. Evaluasi diri atau muhasabah.
f. Penutup.
Disamping itu kita bisa melakukan amalan-amalan lain secara
bersama-sama misalnya, qiyamul lail secara berjama’ah, renungan
suci, buka puasa senin dan kamis bareng-bareng dan lain-lain.
Pokoknya forum yang kita ciptakan itu bisa membantu kita dalam
proses pembinaan akhlak.

7
2. Manfaat Halaqah Tarbawiyah
a. Tertanamnya keyakinan keimanan kuat kepada aqidah dan kebenaran
islam.
b. Terbentuknya akhlakul karimah secara nyata dalam wujud perbuatan
baik dalam ruang lingkup individu, keluarga dan masyarakat termasuk
dalam lingkungan kampus.
c. Terciptanya ruh uhkuwah dalam kehidupan sosial.
d. Optimalisasi amal untuk mendakwah keislaman, khususnya melalui
qodwah dan tasawuf.
e. Terpeliharanya kepribadian dan amal dari berbagai pengaruh yang
merusak dan melemahkan.
f. Mengkoreksi dan memprbaiki berbagai bentuk kesalahan dan
penyimpangan melalui mauidzoh khasanah dan tausiyah.

3. Sarana Halaqah Tarbawiyah


Sarana halaqah tarbawiyah pada dasarnya sama dengan sarana
tarbiyah dzatiyah, cuman yang membedakannya adalah halaqah
membutuhkan forum untuk mentarbiyah diri, artinya halaqah melibatkan
orang lain dalam pembinaan akhlak dan tarbiyah dzatiyah dilakukan
sendiri tanpa melibatkan orang lain.

8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

9
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

10
11

Vous aimerez peut-être aussi