Vous êtes sur la page 1sur 3

1.

NAMA PEKERJAAN
Persiapan Resusitasi Bayi Baru Lahir
2. TUJUAN
Sebagai acuan dalam melaksanakan tindakan Resusitasi Neonatus dengan Asfiksia
3. RUANG LINGKUP
Semua Neonatus dengan Asfiksia
4. KETERAMPILAN PETUGAS
Dokter dan Bidan yang akan melaksanakan tindakan Resusitasi Neonatus dengan Asfiksia
5. ALAT DAN BAHAN
5.1. Alat.
5.1.1. 2 helai kain/handuk
5.1.2. Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang, handuk kecil,
digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi.
5.1.3. Alat pengisap lendir DeLee atau bola karet
5.1.4. Meja kering, bersih dan hangat
5.1.5. Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal
5.1.6. Pemotong dan pengikat tali pusat : 1 set
5.1.7. Kotak alat resusitasi.
5.1.8. Timer ( jam tangan yang ada detiknya )
6. INSTRUKSI KERJA
6.1. Penilaian Segera
Segera setelah lahir, letakkan bayi di perut bawah ibu atau dekat perineum (harus bersih dan kering).
Cegah kehilangan panas dengan menutupi tubuh bayi dengan kain/handuk yang telah disiapkan sambil
melakukan penilaian dengan menjawab 2 pertanyaan:
1. Apakah bayi menangis kuat, tidak bernapas atau megap-megap?
2. Apakah bayi lemas?
6.1.1. PENILAIAN
Sebelum bayi lahir, sesudah ketuban pecah:
Apakah air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) pada presentasi kepala.
Segera setelah bayi lahir, apakah bayi menangis, bernapas spontan dan tertatur, bernapas
megap-megap atau tidak bernapas, apakah bayi lemas atau lunglai.
6.1.2. KEPUTUSAN
Putuskan perlu dilakukan tindakan resusitasi apabila:
1. Air ketuban bercampur mekonium.
2. Bayi tidak bernapas atau bernapas megap-megap.
3. Bayi lemas atau lunglai
6.2. Penanganan Umum
6.1.1. Jika belum dilakukan, segera klem & potong tali pusat
6.1.2. Letakan bayi ditempat keras dan hangat ( dibawah radiant – heater ) untuk resusitasi
6.1.3. Kerjakan pedoman pencegahan infeksi dalam melakukan tindakan perawatan dan resusitasi
6.3. Resusitasi
Perlunya resusitasi harus ditentukan sebelum akhir menit pertama kehidupan . Indikator terpenting
bahwa diperlukan resusitasi adalah kegagalan nafas setelah bayi lahir. Langkah awal resusitasi perlu
dilakukan secara cepat (dalam waktu 30 detik). Secara umum, 6 langkah awal di bawah ini cukup untuk
merangsang bayi baru lahir untuk bernapas spontan dan teratur.
6.4. Langkah Awal Resusitasi :
6.4.1. Jaga bayi tetap hangat
6.4.2. Atur posisi bayi
 Kepala lurus dan sedikit tengadah / ekstensi ( posisi mencium bau )
 Baringkan bayi terlentang dengan kepala di dekat penolong.
 Ganjal bahu agar kepala sedikit ekstensi.
 Bayi diselimuti, kecuali muka dan dada
6.4.2. Isap lendir
 Bersihkan jalan nafas dengan menghisat mulut lalu hidung, jika terdapat darah/ meconium
dimulut atau hidung, hisap segera untuk menghindari aspirasi. Bila menggunakan pengisap
lendir DeLee, jangan memasukkan ujung pengisap terlalu dalam (lebih dari 5 cm ke dalam
mulut atau lebih dari 3 cm ke dalam hidung) karena dapat menyebabkan denyut jantung bayi
melambat atau henti napas bayi.
6.4.5. Keringkan dan Rangsang taktil
 Keringkan dan rangsang bayi : Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya dengan sedikit tekanan. Rangsangan ini dapat memulai pernapasan bayi atau
bernapas lebih baik. Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara seperti menepuk atau
menyentil telapak kaki, menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi dengan telapak
tangan
6.4.6. Reposisi
 Ganti kain yang telah basah dengan kain bersih dan kering yang baru (disiapkan)
 Selimuti bayi dengan kain tersebut, jangan tutupi bagian muka dan dada agar pemantauan
pernapasan bayi dapat diteruskan
 Atur kembali posisi terbaik kepala bayi (sedikit ekstensi)
6.4.7. Penilaian apakah bayi menangis atau bernapas spontan dan teratur
 Lakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, megap-megap atau tidak bernapas.
Bila bayi bernapas normal, berikan pada ibunya : Letakkan bayi di atas dada ibu dan selimuti
keduanya untuk menjaga kehangatan tubuh bayi melalui persentuhan kulit ibu-bayi, Anjurkan
ibu untuk menyusukan bayi sambil membelainya.
 Jika bayi tetap tidak bernafas lanjutkan dengan ventilasi
6.5. Ventilasi bayi baru lahir.
6.5.1. Cek kembali posisi bayi ( kepala sedikit ekstensi )
6.5.2. Posisi sungkup dan cek perlekatannya
6.5.3. Pasang sungkup diwajah, menutupi pipi, mulut dan hidung
6.5.4. Rapatkan perlekatan sungkup dengan wajah
6.5.5. Remas balon dengan 2 jari atau seluruh tangan tergantung besarnya balon.
6.6. Ventilasi bayi jika perlekatan baik dan terjadi pengembangan dada. Pertahankan frekuensi ( sekitar
40x/menit ) dan tekanan ( amati dada mudah naik dan turun ).
6.6.1. Jika dada naik maka kemungkinan tekanan adekuat.
6.6.2. Jika dada tidak naik :
Cek kembali dan koreksi posisi bayi
Reposisi sungkup untuk pelekatan lebih baik
Remas balon lebih kuat untuk mukus, darah / mekonium

6.7. Lakukan ventilasi selama 1 menit, berhenti dan nilai apakah terjadi nafas spontan
6.7.1. Jika pernafasan normal ( frekwensi 30 – 60 x / menit ), tidak ada tarikan dinding dada dan suara
merintih dalam 1 menit, resusitasi tidak diperlukan lanjutkan dengan asuhan awal bayi baru
lahir.
6.7.2. Jika bayi belum bernafas atau nafas lemah, lanjutkan ventilasi sampai nafas spontan terjadi.
6.8. Jika bayi mulai menangis, hentikan ventilasi dan amati nafas selama 5 menit setelah tangis berhenti.
6.8.1. Jika pernafasan normal (frekwensi 30 – 60 x / menit), tidak ada tarikan dinding dada dan suara
merintih dalam 1 menit resusitasi tidak diperlukan. Lanjutkan dengan asuhan awal bayi baru
lahir.
6.8.2. Jika frekwensi 30 x / menit, lanjujtkan ventilasi.
6.8.3. Jika terjadi tarikan dinding dada yang kuat, ventilasi dengan oxygen, jika tersedia, rujuk
kekamar bayi atau tempat pelayanan yangh dituju.
6.9. Jika nafas belum teratur setelah 20 menit ventilasi :
6.9.1. Rujuk ke pelayanan yang dituju.
6.9.2. Selama dirujuk, jaga bayi tetap hangat dan berikan ventilasi jika diperlukan.
6.10. Jika tidak ada usaha bernafas, megap – megap atau tidak ada nafas setelah 20 menit ventilasi,
hentikan ventilasi, bayi lahir mati, berikan dukungan psikologis kepada keluarga.

7. INDIKATOR KERJA
Neonatus yang mengalami asfiksia mendapat penangan yang sesuai protap

8. DOKUMEN TERKAIT
8.1. Kartu Anak
8.2. Surat rujukan
8.3. Buku Rujukan
8.4. Buku KIA

Vous aimerez peut-être aussi