Vous êtes sur la page 1sur 13

ASKEP ANAK DENGAN TETRALOGI FALLOT

I. Pengertian
Tetralogi fallot (TF) adalah kelainan jantung dengan gangguan sianosis yang ditandai dengan kombinasi 4 hal yang abnormal
meliputi defek septum ventrikel, stenosis pulmonal, overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan.
Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat beratnya penyakit adalah stenosis pulmonal dari sangat ringan sampai
berat. Stenosis pulmonal bersifat progresif , makin lama makin berat.

II. Etiologi
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaa tidak diketahui secara pasti. diduga karena adanya faktor endogen
dan eksogen. Faktor –faktor tersebut antara lain :
Faktor endogen
• Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom
• Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
• Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan

Faktor eksogen
 Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau suntik,minum obat-obatan tanpa resep dokter,
(thalidmide,dextroamphetamine.aminopterin,amethopterin, jamu).
 Ibu menderita penyakit infeksi : rubella.
 Pajanan terhadap sinar -X
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan.
Diperkirakan lebih dari 90% kasus penyebab adaah multifaktor. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab harus ada
sebelum akhir bulan kedua kehamilan , oleh karena pada minggu ke delapan kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai.

III. Pemeriksaan diagnostik


a. Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya
hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial
karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.pasien dengan Hn dan Ht normal atau
rendah mungkin menderita defisiensi besi.
b. Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada pembesaran jantung . gambaran khas jantung
tampak apeks jantung terangkat sehingga seperti sepatu.
c. Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai
P pulmonal
d. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel kanan,penurunan ukuran arteri pulmonalis &
penurunan aliran darah ke paru-paru
e. Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri
koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan
ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah.

IV. PATHWAY TETRALOGI FALLOT


untuk melihat pathway anda klik DISINI
V. Komplikasi
a. Trombosis pulmonal
b. CVA trombosis
c. Abses otak
d. Perdarahan
e. Anemia relatif

VI. Proses keperawatan


a. Pengkajian keperawatan
1. Riwayat kehamilan : ditanyakan sesuai dengan yang terdapat pada etiologi (faktor endogen dan eksogen yang mempengaruhi).
2. Riwayat tumbuh
Biasanya anak cendrung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori
sebagai akibat dari kondisi penyakit.
3. Riwayat psikososial/ perkembangan
3.1 Kemungkinan mengalami masalah perkembangan
3.2 Mekanisme koping anak/ keluarga
3.3 Pengalaman hospitalisasi sebelumnya
4. Pemeriksaan fisik
4.1 Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan sianotik,bayi tampak biru setelah tumbuh.
4.2 Clubbing finger tampak setelah usia 6 bulan.
4.3 Serang sianotik mendadak (blue spells/cyanotic spells/paroxysmal hiperpnea,hypoxic spells) ditandai dengan dyspnea, napas
cepat dan dalam,lemas,kejang,sinkop bahkan sampai koma dan kematian.
4.4 Anak akan sering Squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan, setelah berjalan beberapa lama anak akan berjongkok
dalam beberapa waktu sebelum ia berjalan kembali.
4.5 Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras didaerah pulmonal yang semakin melemah dengan bertambahnya derajat
obstruksi
4.6 Bunyi jantung I normal. Sedang bunyi jantung II tunggal dan keras.
4.7 Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih besar tampak menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan
4.8 Ginggiva hipertrofi,gigi sianotik

5. Pengetahuan anak dan keluarga :


5.1 Pemahaman tentang diagnosis.
5.2 Pengetahuan/penerimaan terhadap prognosis
5.3 Regimen pengobatan
5.4 Rencana perawatan ke depan
5.5 Kesiapan dan kemauan untuk belajar
Tatalaksana pasien tetralogi fallot
Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan untuk memutus patofisiologi serangan tersebut, antara
lain dengan cara :
1. Posisi lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah
2. Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC, IM atau Iv untuk menekan pusat pernafasan dan mengatasi takipneu.
3. Bikarbonas natrikus 1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis
4. Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian disini tidak begitu tepat karena permasalahan bukan karena kekuranganoksigen,
tetapi karena aliran darah ke paru menurun. Dengan usaha diatas diharapkan anak tidak lagi takipnea, sianosis berkurang dan
anak menjadi tenang. Bila hal ini tidak terjadi dapat dilanjutkan dengan pemberian :
5. Propanolo l 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut jantung sehingga seranga dapat diatasi. Dosis total
dilarutkan dengan 10 ml cairan dalam spuit, dosis awal/bolus diberikan separohnya, bila serangan belum teratasi sisanya
diberikan perlahan dalam 5-10 menit berikutnya.
6. Ketamin 1-3 mg/kg (rata-rata 2,2 mg/kg) IV perlahan. Obat ini bekerja meningkatkan resistensi vaskuler sistemik dan juga
sedatif
7. penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif dalam penganan serangan sianotik. Penambahan volume
darah juga dapat meningkatkan curah jantung, sehingga aliran darah ke paru bertambah dan aliran darah sistemik membawa
oksigen ke seluruh tubuh juga meningkat.

Lakukan selanjutnya
1. Propanolol oral 2-4 mg/kg/hari dapat digunakan untuk serangan sianotik
2. Bila ada defisiensi zat besi segera diatasi
3. Hindari dehidrasi

b. Diagnosa keperawatan
Setelah pengumpulan data, menganalisa data dan menentukan diagnosa keperawatan yang tepat sesuai dengan data yang
ditemukan, kemudian direncanakan membuat prioritas diagnosa keperawatan, membuat kriteria hasil, dan intervensi
keperawatan.
1. Gangguan pertukaran gas b.d penurunan alian darah ke pulmonal
2. Penurunan kardiak output b.d sirkulasi yang tidak efektif sekunder dengan adanya malformasi jantung
3. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan sirkulasi (anoxia kronis , serangan sianotik akut)
4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori,penurunan nafsu
makan
5. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan
6. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
7. Koping keluarga tidak efektif b.d kurang pengetahuan klg tentang diagnosis/prognosis penyakit anak
8. Risti gangguan perfusi jaringan serebral b.d peningkatan tekanan intrakranial sekunder abses otak, CVA trombosis

Contoh rencana keperawatan


1. Penurunan kardiac output b.d sirkulasi yang tidak efektif sekunder dengan adanya malformasi jantung
Tujuan
Anak dapat mempertahankan kardiak output yang adekuat.
Kriteria hasil
Tanda-tanda vital normal sesuai umur
Tidak ada : dyspnea, napas cepat dan dalam,sianosis, gelisah/letargi , takikardi,mur-mur
Pasien komposmentis
Akral hangat
Pulsasi perifer kuat dan sama pada kedua ekstremitas
Capilary refill time < 3 detik
Urin output 1-2 ml/kgBB/jam

Intervensi
1) Monitor tanda vital,pulsasi perifer,kapilari refill dengan membandingkan pengukuran pada kedua ekstremitas dengan posisi
berdiri, duduk dan tiduran jika memungkinkan
2) Kaji dan catat denyut apikal selama 1 menit penuh
3) Observasi adanya serangan sianotik
4) Berikan posisi knee-chest pada anak
5) Observasi adanya tanda-tanda penurunan sensori : letargi,bingung dan disorientasi
6) Monitor intake dan output secara adekuat
7) Sediakan waktu istirahat yang cukup bagi anak dan dampingi anak pada saat melakukan aktivitas
8) Sajikan makanan yang mudah di cerna dan kurangi konsumsi kafeine.
9) Kolaborasi dalam: pemeriksaan serial ECG, foto thorax, pemberian obat-obatan anti disritmia
10)Kolaborasi pemberian oksigen
11)Kolaborasi pemberian cairan tubuh melalui infus

2. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen


Tujuan:
Anak menunjukan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas (tekanan darah, nadi, irama dalam batas normal) tidak
adanya angina.
Kriteria hasil :
• Tanda vital normal sesuai umur
• Anak mau berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang dijadwalkan
• Anak mencapai peningkatan toleransi aktivitas sesuai umur
• Fatiq dan kelemahan berkurang
• Anak dapat tidur dengan lelap

Intervensi
1. Catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama dan sesudah melakukan aktivitas.
2. Anjurkan pada pasien agar lebih banyak beristirahat terlebih dahulu.
3. Anjurkan pada pasien agar tidak “ngeden” pada saat buang air besar.
4. Jelaskan pada pasien tentang tahap- tahap aktivitas yang boleh dilakukan oleh pasien.
5. Tunjukan pada pasien tentang tanda-tanda fisik bahwa aktivitas melebihi batas
6. Bantu anak dalam memenuhi kebutuhan ADL dan dukung kearah kemandirian anak sesui dengan indikasi
7. Jadwalkan aktivitas sesuai dengan usia, kondisi dan kemampuan anak.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori,penurunan nafsu
makan
Tujuan : anak dapat makan secara adekuat dan cairan dapat dipertahankan sesuai dengan berat badan normal dan pertumbuhan
normal.
Kriteria hasil :
• Anak menunjukkan penambahan BB sesuai dengan umur
• Peningkatan toleransi makan.
• Anak dapat menghabiskan porsi makan yang disediakan
• Hasil lab tidak menunjukkan tanda malnutrisi. Albumin,Hb
• Mual muntah tidak ada
• Anemia tidak ada.

Intervensi :
1. Timbang berat badan anak setiap pagi tanpa diaper pada alat ukur yang sama, pada waktu yang sama dan dokumentasikan.
2. Catat intake dan output secara akurat
3. Berikan makan sedikit tapi sering untuk mengurangi kelemahan disesuaikan dengan aktivitas selama makan ( menggunakan
terapi bermain)
4. Berikan perawatan mulut untuk meningktakan nafsu makan anak
5. Berikan posisi jongkok bila terjadi sianosis pada saat makan
6. gunakan dot yang lembut bagi bayi dan berikan waktu istirahat di sela makan dan sendawakan
7. gunakan aliran oksigen untuk menurunkan distress pernafasan yang dapat disebabkan karena tersedak
8. berikan formula yang mangandung kalori tinggi yang sesuaikan dengan kebutuhan
9. Batasi pemberian sodium jika memungkinkan
10.Bila ditemukan tanda anemia kolaborasi pemeriksaan laboratorium

VII. Penutup
Tepatnya penganan dan pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan kelainan jantung bawaan sianotik : tetralogi fallot
sangat menentukan untuk kelansungan hidup anak mengingat masalah yang komplit yang dapat terjadi pada anak TF bahkan
dapat menimbulkan kematian yang diakibatkan karena hipoksia , syok maupun gagal. Oleh karena itu perawat harus memiliki
keterampilan dan pengetahuan konsep dasar perjalanan penyakit TF yang baik agar dapat menentukan diagnosa yang tepat bagi
anak yang mengalami tetralogi fallot sehingga angka kesakitan dan kematian dapat ditekan.

VIII.Daftar Pustaka
1. A.H Markum,1991,Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak,jilid 1,Jakarta,Fakultas kedokteran UI
2. Bambang M,Sri endah R,Rubian S,2005,Penanganan Penyakit Jantung pada Bayi dan Anak
3. Carpenito J.Lynda,2001,Diagnosa Keperawatan,edisi 8,Jakarta,EGC
4. Colombro Geraldin C,1998,Pediatric Core Content At-A- Glance,Lippincott-Philladelphia,New York
5. Doengoes, Marylin E. (2000). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3 EGC. Jakarta
6. Ngastiah.1997.Perawatan Anak Sakit, Jakarta,EGC
7. Nelson, 1992. Ilmu Kesehatan anak,Jakarta, EGC
8. Sacharin,Rosa M, 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi II, Jakarta,EGC
9. Samik Wahab, 1996. Kardiologi anak Nadas, Gadjah Mada Ununiversity Press, yogyakarta,Indonesia
10.Sudigdo & Bambang.1994,Buku Ajar kardiologi Anak,Jakarta,IDAI
11.Sharon,Ennis Axton (1993), Pediatric care plans,Cumming Publishig Company,California
12.Whaley and Wong, 1995, Essential of Pediatric Nursing,Cv.Mosby Company,Toronto

TINJAUAN TEORI

A. Atherosklerosis
Pengertian
Atherosklerosis merupakan suatu proses dimana terdapat suatu penebalan dan pengerasan arteri besar dan menengah, seperti
koronaria, basilar, aorta dan arteri iliaka, lesi – lesi pada arteri menyumbat aliran darah kejaringan dan organ-organ utama yang
dimanifestasikan seebagai penyakit arteri koroner, miokard infark penyakit vaskular perifer , aneurisma dan cerebro vaskuler
accident.
Atherosklerosis adalah suatu keadaan untuk menggambarkan beberapa penyakit pada sistem cardiovaskuler dan beberapa arteri
serta pembuluh darah yang ada. Atherosklerosis menyerang permukaan dan bagian dalam dari dinding pembuluh darah.
Atherosklerosis biasanya menunjukkan adanya “ pengerasan dari arteri “. Pada dasarnya kata-kata Atherosklerosis adalah dari
bahasa Yunani yang artinya ”pengerasan dari arteri”. Atherosklerosis terjadi dalam periode beberapa tahun dimana arteri dalam
perkembangan sistem cardiovaskuler menjadi mengeras dan rapuh. Pembuluh darah menjadi tebal. Mereka kehilangan sifat
elastisitasnya. Hal tersebut dapat terjadi pada arteri-arteri dari sistem cardiovaskuler, otak, ginjal, ekstrimitas atas dan bawah. Hal
ini dapat terjadi karena adanya deposisi calsium di dinding pembuluh darah arteri. Ketika Atherosklerosis mengenai pada daerah
pertengahan dan bagian kecil dari tubuh, maka sering disebut sebagai Monckeberg’s Atherosklerosis. Hal ini disebabkan oleh
deposisi kalsium pada bagian internal dari arteri pada ekstrimitas bawah. Yang sering ditandai dengan adanya peningkatan
tekanan darah.

Faktor resiko
a. Dapat diubah
1) Usia
2) Jenis kelamin
3) Ras
4) Rwayat keluarga
b. Tidak dapat diubah
1) Mayor
· Peningkatan lipid serum
· Hipertensi
· Merokok
· Gangguan toleransi glukosa
· Diet tinggi lemak jenuh, kolesterol dan kalori
2) Minor
· Gaya hidup yang kurang gerak
· Stress psikologik
· Tipe kepribadian
3. Patofisiologi
Timbul endapan lemak pada tunika intima yang tampak sebagai garis lemak

Penimbunan lemak ( beta lipoprotein ) pada tunika intima dan tunika media dalam

Lesi dengan jaringan fibrosa plak fibrosa


Timbul ateroma ( komplek plak fibrosa )

Perubahan degeneratif dinding arteria

Penyempitan lumen progresif karena pembesaran plak

Perdarahan pada plak ateroma

Agregasi trombosis

Pembentukan trombus

Embolisasi trombus / fragmen plak

Spasme arteri koroner

Oklusi

Penyakit sumbatan arteri adalah gangguan aliran arteri yang kronik yang sering ditemukan dan biasanya memerlukan tindakan
bedah. Penggolongannya didasarkan pada letak, luasnya sumbatan serta ukuran arteri. Beratnya insuffisiensi aliran darah diarteri
ektrimitas bawah dibedakan dalam stadium menurut Fontaine.
Pada stadium I perfusi jaringan masih cukup, walaupun terdapat penyempitan arteri. Pada stadium II perfusi ke otot tidak
memadai pada aktivitas tertentu. Timbulnya klaudikasio intermiten yaitu nyeri pada otot ekstremitas bawah yang timbul ketika
berjalan yang memaksakan behenti berjalan. Nyeri hilang bila penderita istirahat. Gejala ini mengurangi penggunaan otot
sehingga jarak tempuh dalam berjalan tidak dapat melebihi jarak tertentu. Pada stadium III perfusi sudah tidak memadai saat
istirahat. Pada stadium IV telah terjadi iskemia yang mengakibatkan nekrosis, kelainan tropik kulit, atau gangguan penyembuhan
lesi kulit.
Stadium menurut Fontaine

Stadium Tanda dan gejala


I Asimptomatik atau gejala tidak khas (semutan, geringgingan)
II Klaudikasio intermiten (sehingga jarak tempuh memendek)
III Nyeri saat beristirahat
IV Manifestasi kerusakan jaringan karena anoksia (sekresi, ulkus)
4. Tanda dan gejala
Klaudikasio intermiten
Impotensi atau gangguan ereksi
Nyeri istirahat (sewaktu malam)
Denyut arteri kurang kuat, dinding keras
Bising
Hipotrofia otot tungkai
Ujung ekstremitas pucat, sianosis, dingin, kelainan trofik, hilang bulunya, atrofi kulit
Nekrosis atau gangren
6. Penanganan konservatif
Hindarkan atau tiadakan faktor risiko
Stimulasi pembuluh kolateral (latihan atau gerak badan)
Antikoagulan atau penghambat agregasi trombosit
Trombolisis
Angioplasti balon transluminal perkutan (PTA = Percutaneous Transluminal Angioplasty)
Perawatan kaki
Pencegahan cedera

7. Pengobatan
Pengobatan ini pada dasarnya untuk mengurangi gejala dan penyebab
Pengobatan diabetes
Berhenti merokok
Mengurangi kalsium
Meningkatkan konsumsi Mg
Pemberian vasodilator
Pengurangan berat badan.

8. Tindakan bedah
Trombektomi
Angioplastik
Rekonstruksi atau pintas bedah
Amputasi
Simpatektomi
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian data dasar
Riwayat kesehatan atau adanya faktor resiko
· Peningkatan kadar lemak dalam darah
· Hipertensi
· Merokok
· Stress
· Riwayat keluarga positif
· Obesitas
· Gaya hidup monoton
· Terapi hormon estrogen
· Penggunaan kontrasepsi hormonal
· Diabetes mellitus
Pemeriksaan fisik didasari pada pengkajian kardio vaskuler
· Angina pektoris ( nyeri dada ) diikuti oleh
· Dorongan untuk berkemih
· Diaphoresis
· Mual
· Dispneu
· Ektremitas dingin
Kaji rasa sakit untuk mengidentifikasi angina
Angina stabil, nyeri dada intermitten dengan pola serangan yang dapt diprediksi , lamanya, intensitasnya.
Angina tak stabil nyeri dada tidak dapat diprediksi, dapat terjadi kapan saja, bahkan pada saat istirahat atau selama tidur.
Serangan berakhir pada umumnya setelah 20 menit dan frekwensi, intensitas dan durasinya meningkat.
Angina nocturnal , nyeri dada terjadi pada malam hari biasanya terjadi selama tidur hal ini dapat beerjurang selama duduk.
Angina decubitus nyeri dada cepat terjadi saat berbaring dan berkurang ketika duduk.
Angina prinzmetal nyeri dada terjadi pada saat istirahat dengan serangan tiba- tiba.
Kaji nyeri dada sehubungan dengan :
Faktor – faktor pencetus tanyakan pada pasien, apa yang mencetuskan timbulnya nyeri atau apa yang sedang anda kerjakan
sebelum nyeri mulai terjadi.
o Merokok
o Aktifitas berlebihan
o Makanan berat berlebihan
o Stress emosional
o Aktifitas sexual
o Minuman terlalu dingin
Kualitas sakitnya bagaimana : seperti rasa terbakar , perasaan tertekan, atau tercekik.
Lokasi nyeri : terjadi pada substernal atau pada dada mid anterior dan sekitar leher, rahang , tulang belikat atau lengan kiri
bawah.
Hebatnya serangan : ringan , sedang atau berat.
Waktu : lamanya sakit, frekwensinya.
Yang khas pada saat serangan : mengepalkan tangan diataas dada atau menggosok lengan kiri.
Serangan nyeri terjadi perlahan lahan atau tiba- tiba selama 15 menit atau lebih.
Kaji perasaan pasien tentang kondisi dan pengaruh yang dirasakan dari gaya hidupnya
Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan EKG menunjukkan penurunan segment ST selama serangan yang sangat sakit, sebaiknya EKG norrmal ketika
pasien terbebas rasa sakitnya.
Toraks foto dilakukan jika ada pembesaran jantung atau sumbatan pada paru – paru.
Enzim jantung ( CK- MB, AST, LDH ) mengenyampingkan adanya IM. Biasanya normal.
Kadar lemak serum biasanya meningkat .
Kolesterol dan trigliserida mendominasi peningkatan lemak pada penyakit arteri koroner.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien yang menderita sumbatan arteri antara lain :
a. Perubahan kenyamanan nyeri berhubungan dengan iskemia, ketidakseimbangan suplay O2
b. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan klaudikasi.
c. Koping individual inefektif berdasarkan krisis situasional
d. Perubahan pola seksual berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke organ reproduksi
e. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, rencana pengobatan yang berdasarkan keterbatasan kognitif.

Perencanaan
a. Perubahan kenyamanan nyeri berhubungan dengan iskemia, ketidakseimbangan suplay o2
Tujuan :
· Pasien merasa nyaman
· Pasien tidak mengeluh nyeri
Kriteria standaart :
Pasien melaporkan nyeri berkurang dan tidak menjalar
Pasien tenang
Intervensi :
1. Monitor karakteristik nyeri melalui respon verbal dan hemodinamik ( menangis, kesakitan, meringis, tidak bisa istirahaat,
irama pernafasan, tekanan darah dan perubahan heat rate )
Rasional :
Masing-masing pasien mempunyai respon yang berbeda terhadap nyeri, perubahan respon verbal dan hemodinamik dapat
mendeteksi adanya perubahan kenyamanan
2. Kaji aadanya gambaran nyeri yang dialami pasien meliputi tempatnya, intensitas, durasi, kualitas dan penyebarannya
Rasional :
Nyeri merupakan perasaan subyektif yang dialami dan digambarkaan sendiri oleh pasien dan harus dibandingkan dengan gejala
penyakit lain sehingga didapatkan data yang akurat
3. Ciptakan lingkungan yang nyaman, kurangi aktivitas, batasi pengunjung
Rasional :
Membantu mengurangi rangsangan dari luar yang dapat menambah ketenangan sehingga pasien dapat beristirahat dengan tenang
dan daya kerja jantung tidak terlalu keras
4. Ajarkan teknik relaksasi dengan menarik nafas panjang
Rasional :
Membantu mengurangi rasa nyeri yang dialami pasien secara psikologis dimana dapat mengalihkan perhatian pasien sehingga
tidak terfokus pada nyeri yang dialami
5. Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian obat narkotik
Rasional :
Obat jenis narkotik dapat menyebabkan depresi pernafasan dan hipotensi

b. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan klaudikasi.


Kriteria :
Mengidentifikasi aktivitas yang menyebabkan klaudikasi
Menyatakan mengapa nyeri terjadi saat aktivitas
Mengembangkan rencana untuk meningkatkan aktivitas dan menurunkan klaudikasi.
Intervensi :
Ajarkan klien tentang fisiologi suplay darah dalam hubungannya dengan aktivitas dan tentang klaudikasi.
Rasional : pemahaman klien tentang kondisi dapat meningkatkan kepatuhan pada pembatasan dan program latihan.
Yakinkan klien bahwa aktivitas tersebut tidak membahayakan jaringan yang mengalami klaudikasi.
Rasional : klien munkin tergoda untuk menghentikan aktivitas bila terjadi nyeri dalam upaya untuk menghindari cedera lanjut.
3. Rencanakan aktivitas untuk mencakup waktu ambulasi yang telah di jadwalkan.
Lakukan resimen berjalan harian sedikitnya 30 menit
Ajarkan klien untuk menghadapi nyeri, untuk berhenti bila terjadi klaudikasi dan kemudian segera meneruskan setelah rasa tak
nyaman hilang
Mulai dengan perlahan
Tekankan pada pasien bukan kecepatan atau jarak yang penting, tetapi kerja berjalan.
Rasional : program latihan yang di anjurkan dapat membantu mengembangkan aliran darah kolateral dan memperbaiki
klaudikasi.
4. Bantu klien untuk menurunkan atau menghilangkan faktor resiko :
Merokok
Hipertensi
Pola hidup monoton
Berat badan berlebih (>10% dari ideal)
Rasional : pengendalian atau penghilangan faktor resiko tertentu dapat membantu mencegah klaudikasi.

c. Koping individual inefektif berdasarkan krisis situasional


Intervensi :
1. Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku,misal : kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian,
keinginan berpartisipasi dalam pengobatan.
Rasional : Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang menagatasi penyakitnya dan mengintegrasikan terapi
yang di haruskan ke dalam kehidupan sehari-hari.
2. Bantu pasien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya.
Rasional : Pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah respon seseorang terhadap stressor.
3. Libatkan pasien dalam perencanaan keperawatan dan beri dorongan partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan.
Rasional : Keterlibatan memberikan pasien kontrol diri yang berkelanjutan, memperbaiki keterampilan koping dan dapat
meningkatkan kerja sama resimen theroupik.
4. Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan
ketimbang membatalkan tujuan diri atau keluarga.
Rasional : Perubahan yang perlu harus di prioritaskan secara realistik untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya.

d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, rencana pengobatan yang berdasarkan keterbatasan kognitif.
Intervensi :
Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.
Rasional : Kesalahan konsep dan menyangkal konsep karena perasaan sejahtera yang sudah lama diminati mempengaruhi minat
pasien atau orang terdekat untuk mempelajari penyakit, kemajuan dan prognosis.
Tetapkan dan nyatakan tekanan darah normal. Jelaskan tentang hipertensi dan efek penyakitnya pada pembuluh darah, ginjal dan
mata ( pada organ tubuh lainnya ).
Rasional : memberikan dasar untuk pemahaman tentang peningkatan tekanan darah dan mengklarifikasi istilah medis yang sering
di gunakan. Pemahaman tentang penyakitnya memungkinkan pasien untuk melanjutkan pengobatan meskipun ketika masih
sehat.
Bantu pasien dalam mengidentifikasi faktor-faktor resiko yang dapat di ubah, misal : Obesitas, merrokok, pola hidup monoton .
Rasional : Faktor-faktor resiko ini telah menunjukkan hubungan dalam menunjang timbulnya arteriosklorosis.
Atasi masalah dengan pasien untuk mengidentifikasi cara di mana perubahan gaya hidup yang tepat dapat dibuat untuk
mengurangi faktor-faktor di atas.
Rasional : Faktor-faktor resiko dapat meningkatkan proses penyakit atau memperburuk gejala. Dengan mengubah pola prilaku
yang biasa atau memberikan rasa aman dapat sangat menyusahkan, dukungan, petunjuk dan empati dapat meningkatkan
keberhasilan pasien dalam menyelesaikan tugas ini.
Anjurkan pasien untuk memantau respon fisiologi sendiri terhadap aktivitas, laporkan penurunan toleransi terhadap aktivitas.
Rasional : keterlibatan pasien dalam memantau toleransi aktivitasnya sendiri penting untuk keamanan dan atau memodifikasi
aktivitas kehidupan sehari-hari.

5. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah
rencana tindakan disusun dan dilanjutkan pada Nursing Order untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh
karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor–faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan klien.

6. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaanya sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk
memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan dan pelaksanaan tindakan.
http://jarumsuntik.com/asuhan-keperawatan-pada-pasien-dengan-penyakit-jantung-bawaan-patent-ductus-arteriosus-pda/
http://4.bp.blogspot.com/_JpQOoZTiF3s/SlmQaqP6ZQI/AAAAAAAAALk/w5SqXp9r7Mw/s1600-
h/Pathway_Tetralogi_Fallot.jpg

Vous aimerez peut-être aussi