Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Syariah merupakan ketentuan hukum islam yang mengatur aktifitas umat manusia
yang berisi perintah dan larangan, baik yang menyangkut hubungan interaksi vertikal
dengan tuhan maupun interaksi horizontal dengan sesama makhluk. Prinsip syariah
yang berlaku umum dalam kegiatan muamalah mengikat secara hukum bagi semua
pelaku dan pemangku kepentingan entitas yang melakukan transaksi syariah.
Persaudaraan (ukhuwah);
Keadilan (‘adalah);
Kemaslahatan (masalah);
Keseimbangan (tawazun);
Universalisme (syumuliyah).
1. Karateristik hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling rida,
2. Prinsip kebebasan transaksi diakui sepanjang objeknya hal dan baik (toyyib),
3. Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan
sebagai komoditas,
4. Tidak mengandung unsur riba,
5. Tidak mengandung unsure kezaliman,
6. Tidak mengandung unsur maysir,
7. Tidak mengandung unsure gharar,
8. Tidak mengandung unsure haram,
9. Tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value of money) karena
keuntungan yang didapat dalam kegiatan usaha terkait dengan resiko yang
melekat pada kegiatan usaha tersebut sesuai dengan prinsip al-ghunmu bil
ghurmi (no gain without accompanying risk),
10. Transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar serta
untuk keuntungansemua pihak tanpa merugikan orang lain sehingga tidak
diperkenenkan menggunakan standar ganda harga untuk satu akad serta tidak
menggunkan dua transaksi bersmaan yang berkaitan(ta’alluq) dalam satu
akad,
11. Tidak ada distori harga melalui rekayasa permintaan(najasy), mupun melalui
rekayasa penawaran, dan
12. Tudak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap(risywah).
Menurut Standar Akuntansi Keuangan Syariah (SAK Syariah) dalam Kerangka Dasar
Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah (KDPPLKS) yang dikeluarkan
oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) tujuan laporan keuangan syariah adalah
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan
posisi keuangan suatu entitas syariah yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna
dalam pengambilan keputusan ekonomi. Disamping itu, tujuan lainnya adalah:
Dari pernyataan diatas, tujuan laporan keuangan syariah dapat dibagi kedalam 3 tujuan
utama, yaitu sebagai berikut:
1. Menyediakan informasi keuangan. Ini merupakan tujuan yang paling pokok dari
laporan keuangan, yaitu menyediakan informasi keuangan entitas syariah pada satu
periode akuntansi. Dari informasi keuangan, para pengguna dapat menjadikan
laporan keuangan sebagai rujukan atau bahan dalam pengambilan keputusan
ekonomi, seperti keputusan investasi oleh investor, keputusan ekspansi oleh
manajemen, dll. Informasi keuangan ini tersaji pada laporan posisi keuangan,
laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas.
2. Menyediakan informasi kepatuhan terhadap prinsip syariah (sharia
compliance). Selain menyediakan informasi keuangan, laporan keuangan syariah
juga menyediakan informasi kepatuhan terhadap prinsip syariah. Jadi, dari laporan
keuangan syariah dapat dilihat apakah aktivitas entitas syariah telah sesuai dengan
prinsip syariah atau belum. Contoh, perlakuan pendapatan bunga yang diperoleh
entitas syariah, apakah diakui sebagai pendapatan bunga atau dana sosial.
Informasi ini sangat dibutuhkan oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS) untuk proses
pengawasan.
3. Menyediakan informasi mengenai pemenuhan tanggungjawab sosial. Sebagai
bentuk pemenuhan tanggung jawab sosial, entitas syariah juga menyediakan
informasi sosial dalam laporan keuanganya. Informasi ini disajikan pada laporan
sumber dan penyaluran dana zakat, dan laporan sumber dan penggunaan dana
kebajikan. Laporan keuangan syariah wajib menyediakan informasi sosial, walaupun
secara pelaksanaan belum dilakukan.
1. Aset (Assets), adalah sumber daya yang dikuasai entitas syariah masa kini yang
timbul dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat eknomi masa depan
diharapkan akan diperoleh entitas syariah.
2. Liabilitas (Liabilities) adalah utang entitas syariah masa kini yang timbul dari
peristiwa masa lalu, penyelesiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar sumber
daya entitas syariah yang mengandung manfaat ekonomi.
3. Dana Syirkah Temporer (Temporary Syirkah Funds) – DST adalah dana yang
diterima sebagai investasi dengan jangka waktu tertentu dari individu dan pihak
lainnya di mana entitas syariah mempunyai hak untuk mengelola dan
menginvestasikan dana tersebut dengan pembagian hasil investasi berdasarkan
kesepakatan. Contoh DST adalah investasi mudharabah muthlaqah, mudharabah
muqayyadah, dan Dana syirkah temporer tidak dapat digolongkan liabilitas karena
entitas syariah/pengelola dana tidak berkewajiban mengembalikan dana jika terjadi
kerugian, kecuali kerugian tersebut karena kelalaian dan wanprestasi entitas
syariah/pengelola dana. Sedang karakter liabilitas adalah kewajiban yang harus
dikembalikan baik dalam kondisi untung atau rugi. Dana syirkah temporer tidak
dapat digolongkan ekuitas karena memiliki jangka waktu/jatuh tempo dan pemilik
dana syirkah temporer tidak memilik hak kepemilikan seperti pemegang saham.
Sedang karakter modal adalah tidak memiliki jatuh tempo dan pemilik modal
memiliki hak kepemilikan.
4. Ekuitas (Equity) adalah hak residual atas aset entitas syariah setelah dikurangi
semua liabilitas dan dana syirkah temporer.