Vous êtes sur la page 1sur 18

MAKALAH

KONSEP LANSIA DAN PENUAAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik

Dosen pengampu : Sri Hazanah, S.ST.,S.KM.,M.PH

Disusun oleh:

Kelompok 2

Anita Cintya Rahayu P07220116083

Fanny Fatmawaty P07220116095

Hernita Ajeng Cahyarini P07220116099

Manda Pingki Halenia P07220116100

Sarmila P07220116115

Siti Normah P07220116116

Yulpianti Annisa P07220116120

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PRODI D-III KEPERAWATAN
KELAS BALIKPAPAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang membahas tentang “KONSEP
LANSIA DAN PENUAAN” dapat selesai tepat pada waktunya sebagai salah satu
tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik.

Terimakasih kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam


proses penyusunan makalah ini, baik yang terlibat secara langsung maupun yang
tidak.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena
keterbatasan yang kami miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari para pembaca sangat kami harapkan agar terciptanya makalah yang
lebih baik lagi.

Balikpapan, 31 Agustus 2018

Kelompok

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ 1

DAFTAR ISI ............................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 3

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 3

B. Tujuan ............................................................................................................ 5

C. Sistematika Penulisan .................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN TEORI ...................................................................................... 6

A. Definisi Lansia .............................................................................................. 6

B. Batasan Lansia ............................................................................................... 7

C. Permasalahan Lansia di Indonesia................................................................. 8

D. Tipe – Tipe Lansia ......................................................................................... 8

E. Teori Penuaan ................................................................................................ 9

1. Teori – Teori Proses Menua....................................................................... 9

F. Proses Penuaan ................................................................................................ 14

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 16

A. Kesimpulan .................................................................................................. 16

B. Saran ............................................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 17

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lansia merupakan proses penuaan dengan bertambahnya usia individu


yang ditandai dengan penurunan fungsi organ tubuh seperti otak, jantung, hati
dan ginjal serta peningkatan kehilangan jaringan aktif tubuh berupa otot-otot
tubuh. Penurunan fungsi organ tubuh pada lansia akibat dari berkurangnya
jumlah dan kemampuan sel tubuh, sehingga kemampuan jaringan tubuh untuk
mempertahankan fungsi secara normal menghilang, sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Fatmah,
2010). Populasi lansia berusia ≥ 60 tahun sebanyak 10% dan diperkirakan akan
meningkat pada tahun 2050 di dunia. sedangkan lansia berusia ≥ 85 tahun
meningkat 0,25 % (Holdsworth, 2014).
Populasi lansia berusia ≥ 60 tahun sebanyak 10% dan diperkirakan akan
meningkat pada tahun 2050 di dunia. sedangkan lansia berusia ≥ 85 tahun
meningkat 0,25 % (Holdsworth, 2014). Lansia adalah sekelompok orang yang
mengalami suatu proses perubahan secara bertahap dalam jangka waktu tertentu.
Jumlah lansia di dunia, termasuk negara Indonesia bertambah tiap tahunnya.
Pada tahun 2012 persentase penduduk usia 60 tahun keatas adalah 7,58%,
sedangkan pada tahun 2013 meningkat menjadi 8 %, pada tahun 2014 meningkat
menjadi 8,2% dan tahun 2015 meningkat menjadi 8,5% (BPS 2015).
Peningkatan taraf hidup dan Umur Harapan Hidup (UHH)/Angka Harapan
Hidup (AHH) merupakan rata-rata tahun hidup yang dijalani 2 seseorang yang
telah mencapai usia tertentu dan pada tahun tertentu, dalam situasi mortalitas
yang berlaku di lingkungan masyarakat. Peningkatan UHH mengakibatkan
terjadinya transisi epidemiologi dalam bidang kesehatan yang merupakan akibat
dari peningkatan jumlah angka kesakitan penyakit degeneratif (Kemenkes RI,
2013). Upaya untuk mempertahankan status gizi atau status kesehatan lansia
merupakan dampak meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Kondisi
kesehatan lansia ditentukan oleh asupan makanan baik secara jumlah dan nilai
gizi yang terkandung dalam makanan, dengan bertambahnya usia dan proses

3
penuaan, timbul masalah yang berkaitan dengan masalah fisik, biologik,
psikologik, sosial, maupun penyakit degeneratif (Safithri, 2005). Jumlah orang
usia lanjut setiap tahun bertambah, hal ini dipengaruhi oleh pendidikan,
lingkungan dan pola hidup yang sehat. Pola hidup sehat pada lansia seperti
membiasakan melakukan aktivitas fisik, mengkonsumsi makanan dengan gizi
seimbang, tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan
kesehatan, status gizi dan penurunan fungsi organ tidak berlangsung secara cepat
(Deiby, 2013). Status gizi adalah suatu keadaan tubuh akibat dari konsumsi
makanan dan zat gizi yang digunakan. Status gizi pada lansia dipengaruhi oleh
asupan makan, penyakit degeneratif dan infeksi, usia, tingkat pendidikan,
pendapatan dan pengetahuan. Sebagian besar status gizi lansia dipengaruhi oleh
perubahan saluran pencernaan yang meliputi rongga mulut, esofagus, lambung,
dan usus (Harinda, 2012).
Penurunan fungsi alat pencernaan khususnya pada usus dapat
menyebabkan konstipasi. Konstipasi dapat diartikan sebagai kesulitan buang air
besar, yang disebabkan karena berkurangnya fungsi pergerakan usus dan
kesulitan pergerakan feses. Konstipasi pada lansia selain menurunnya fungsi
gastrointestinal juga dipengaruhi oleh asupan makanan. Makanan yang dapat
mempengaruhi terjadinya proses konstipasi adalah makanan yang mengandung
kalsium, tinggi lemak dan makanan yang tinggi gula. Selain itu juga dipengaruhi
oleh tidak ada zat gizi tertentu yang mendukung penyerapan kalsium sehingga
dapat menyebabkan konstipasi. Kadar kalsium yang tinggi dalam tubuh
menurunkan kontraktilitas otot, dengan demikian mengurangi reabsorpsi air
(Endyarni dkk, 2004). Konsumsi kalsium yang tinggi dapat menyebabkan
lamanya transit feses dalam usus besar disebabkan karena menurunnya gerak
peristaltik usus serta mengalami penurunan absorbsi elektrolit (William,2008).
Konstipasi dapat ditangani dengan asupan tinggi vitamin C. Vitamin C dosis
tinggi berfungsi sebagai pencahar. Asam askorbat yang berlebih akan
menyebabkan tekanan osmotik pada usus dan mengakibatkan penurunan
absobrsi air, sehingga feses menjadi lebih lembek (Gall, 1992). Jumlah lansiadi
Panti Wreda Bhakti Dharma, Surakarta yaitu 80 orang lansia, dengan 56,25%
lansia wanita dan 43,75% lansia pria. Masalah kesehatan yang dialami lansia di
Panti Wreda Bhakti Dharma adalah hipertensi, konstipasi, penglihatan kabur dan
pelupa. Pemberian makanan sudah di laksanakan di Panti Wreda Bhakti

4
Dharma, namun 4 beberapa lansia kadang tidak mengkonsumsi menu yang telah
disediakan namun ada yang membeli makan di luar Panti. Pemberian asupan
kalsium seperti susu pada lansia hanya 1 kali dalam seminggu.

B. Tujuan

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui tentang definisi lansia.


b. Untuk mengetahui tentang batasan lansia.
c. Untuk mengetahui tentang permasalahan lansia di Indonesia.
d. Untuk mengetahui tentang tipe-tipe lansia.
e. Untuk mengetahui tentang teori penuaan.
f. Untuk mengetahui tentang proses penuaan.

C. Sistematika Penulisan

Kami membagi penulisan makalah ini menjadi 3 bab, yang terdiri dari :

BAB I : PENDAHULUAN

Terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, serta sistematika


penulisan.

BAB II : TINJAUAN TEORI

Terdiri dari definisi lansia, batasan lansia, permasalahan lansia di


Indonesia, tipe-tipe lansia, teori penuaan, serta proses penuaan.

BAB III : PENUTUP

Terdiri dari kesimpulan dan saran.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Lansia

Lansia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia


dan ditandai oleh gagalnya seorang untuk mempertahankan kesetimbangan
kesehatan dan kondisi stres fisiologis nya. Lansia juga berkaitan dengan
penurunan daya kemampuan untuk hidup dan kepekaan secara individual. Selain
pengertian lansia secara umum diatas, terdapat juga beberapa pengertian lansia
menurut para ahli. Usia lanjut juga dapat dikatakan sebagai usia emas karena
tidak semua orang dapat mencapai usia lanjut tersebut, maka jika seseorang telah
berusia lanjut akan memerlukan tindakan keperawatan yang lebih, baik yang
bersifat promotif maupun preventif, agar ia dapat menikmati masa usia emas
serta menjadi usia lanjut yang berguna dan bahagia.

Selain pengertian tadi, ada juga beberapa pengertian lansia menurut para
ahli. Berikut ini beberapa pengertian lansia menurut beberapa ahli:

1. Pengertian Lansia Menurut Smith (1999): Lansia terbagi menjadi tiga,


yaitu:young old (65-74 tahun); middle old (75-84 tahun); dan old old
(lebih dari 85 tahun).
2. Pengertian Lansia Menurut Setyonegoro: Lansia adalah orang yang berusia
lebih dari 65 tahun. Selanjutnya terbagi ke dalam 70-75 tahun (young old);
75-80 tahun (old); dan lebih dari 80 tahun (very old).
3. Pengertian Lansia Menurut UU No. 13 Tahun 1998: Lansia adalah
seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.
4. Pengertian Lansia Menurut WHO: Lansia adalah pria dan wanita yang
telah mencapai usia 60-74 tahun.
5. Pengertian Lansia Menurut Sumiati AM: Seseorang dikatakan masuk usia
lansia jika usianya telah mencapai 65 tahun ke atas.

6
B. Batasan Lansia
Seperti yang telah di sebutkan tadi di atas, ada beberapa standar atau
batasan orang di katakana lansia. Di sini kami menyebutkan batasan usia dari
WHO, batasan lansia di indonesia dan menurut ahli :

Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) lanjut


usia meliputi:

1. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.


2. Lanjut usia (elderly) = antara 60 sampai 74 tahun.
3. Lanjut usia tua (old) = antara 75 sampai 90 tahun.
4. Sangat tua (very old) = diatas 90 tahun.

Menurut Setyonegoro, batasan lansia adalah sebagai berikut :


1. Usia dewasa muda (elderly adulthood) usia 18/20-25 tahun.
2. Usia dewasa penuh (medlle years) atau maturitas usia 25-60/65 tahun.
3. Lanjut usia (geriatric age) usia > 65/70 tahun, terbagi atas :
a. Young old (usia 70-75)
b. Old (usia 75-80)
c. Very old (usia >80 tahun)

Menurut Bee (1996) bahwa tahapan masa dewasa adalah sebagai berikut :

1. Masa dewasa muda (usia 18-25 tahun).


2. Masa dewasa awal (usia 26-40 tahun).
3. Masa dewasa tengah (usia 41-65 tahun).
4. Masa dewasa lanjut (usia 66-75 tahun).
5. Masa dewasa sangat lanjut (usia > 75 tahun).

Batasan umur lansia di Indonesia :

Di Indonesia, batasan mengenai lanjut usia yaitu 60 tahun ke atas, dimana ini
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan
Lanjut Usia pada Bab1 Pasal 1 Ayat 2. Menurut Undang-Undang tersebut di atas
lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas, baik pria
maupun wanita.

7
C. Permasalahan Lansia di Indonesia
Di jaman modernisasi, interaksi orang belia dan orang tua semakin
renggang. Kesibukan yang melanda kaum muda hampir menyita seluruh
waktunya, sebagai akibatnya mereka hanya memiliki sedikit saat buat
memikirkan orang tua. Kondisi perkotaan yang besifat individualisme
menyebabkan hubungan sosial sebagai longgar sehingga penduduk merasa nir
kondusif, kesepian dan ketakutan buat memperbaiki kualitas asal daya insan
lanjut usia perlu mengetahui kondisi lanjut usia di masa lalu & masa kini
sehingga beberapa perubahan yang terjadi pada lansia yaitu :

1. Perubahan yang terjadi pada penampilan dalam bagian paras, tangan, dan
kulit.
2. Perubahan bagian dalam tubuh misalnya sistem saraf : otak, isi perut :
limpa, hati,
3. Perubahan panca indra : penglihatan, indera pendengaran, penciuman,
perasa, dan
4. Perubahan motorik antara lain berkurangnya kekuatan, kecepatan & belajar
keterampilan baru.Perubahan-perubahan tadi pada umumnya menunjuk
pada kemunduruan kesehatan fisik dan psikis yg akhirnya akan berpengaruh
jua pada kegiatan ekonomi & sosial mereka. Sehingga secara umum akan
berpengaruh dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.

D. Tipe – Tipe Lansia


1. Tipe Konstruktif
Yaitu lansia yang tidak banyak mengalami gejolak atau perubahan
emosional dan psikisnya. Di mana lansia dalam tipe ini berintegritas baik,
dapat menikmati hidup, toleransi tinggi, humoris, tenang dan mantap sampai
sangat tua.
2. Tipe Ketergantungan (dependent)
Di mana lansia tipe ini sangat dipengaruhi oleh kehidupan
keluarganya, tidak berambisi dan tidak berinisiatif. "Terkadang tipe ini juga
suka makan, dan suka berlibur dan dikuasai istrinya," ujar dosen kesehatan
epidemiologi gizi usia lanjut tersebut.

8
3. Tipe Defensif atau bertahan
Lansia tipe ini cendrung menolak bantuan orang lain, emosi tidak
terkontrol, selalu memegang teguh pada kebiasaan. Dan biasanya lansia tipe
ini juga cendrung ingin mempertahankan kehidupannya dan takut akan
ketuaan dan tak menyenangin masa pensiun.
4. Tipe Bermusuhan (hostility)
Yaitu lansia yang merasa orang lain menjadi penyebab kegagalannya,
selalu mengeluh dan takut mati, curiga pada yang muda dan agresif.
5. Tipe Membenci dan Menyalahkan Diri (self haters)
Yaitu suka menyalahkan diri, tidak berambisi dan terjadinya
penurunan sosioekonomi, merasa menjadi korban, sulit dibantu sama orang
lain atau cendrung membuat susah sendiri.

"Tipe-tipe itu bergantung pada karakter, pengalaman hidup, prilaku,


lingkungan dan kondisi fisik lansia," ujarnya.

E. Teori Penuaan

1. Teori – Teori Proses Menua


Terdapat beberapa teori penuaan yang dimuat dalam buku ajar
keperawatan lansia. Donlon (2007 dalam Stanley dan Beare, 2007)
mengelompokkan teori-teori tersebut kedalam kelompok teori biologis dan
teori psikososiologis (lihat bagan 2).

a. Teori Biologis
Kelompok teori ini menjabarkan proses fisik penuaan dimana terjadi
perubahan fungsi dan struktur (sampai tingkat molekuler) hingga
kematian. Kelompok teori ini juga mencoba untuk menjelaskan pe-
nyebab terjadinya variansi dalam proses penuaan yang dialami oleh
setiap individu yang berbeda.
1) Teori Genetika
Menurut teori ini, penuaan adalah suatu proses yang secara
tidak sadar diwariskan yang berjalan dari waktu ke waktu untuk
mengubah sel atau struktur jaringan. Teori ini terdiri dari teori
asam deoksiribonukleat (DNA), teori ketepatan dan kesalahan,
mutasi somatic dan teori glikogen. Teori-teori ini menyatakan

9
bahwa proses replikasi pada tingkatan seluler menjadi tidak teratur
karena adanya informasi tidak sesuai yang diberikan dari inti sel.
Molekul DNA menjadi saling bersilangan (crosslink) dengan unsur
yang lain sehingga mengubah informasi genetik dan
mengakibatkan kesalahan pada tingkat seluler dan menyebabkan
system dan organ tubuh gagal untuk berfungsi.
2) Teori wear-tear (dipakai-rusak)
Teori ini menyatakan bahwa akumulasi sampah metabolic atau
zat nutrisi dapat merusak sintesis DNA sehingga mendorong
malfungsi molekuler dan akhirnya malfungsi organ tubuh. Radikal
bebas adalah contoh dari produk sampah metabolisme yang me-
nyebabkan kerusakan ketika akumulasi terjadi. Radikal bebas
adalah molekul atau atom dengan suatu electron tidak berpasangan.
Ini merupakan jenis yang sangat reaktif yang dihasilkan dari reaksi
selama metabolisme.
Radikal bebas dengan cepat dihancurkan oleh system enzim
pelindung pada kondisi normal. Beberapa radikal bebas berhasil
lolos dari proses perusakan ini dan berakumulasi didalam struktur
biologis yang penting, saat itu kerusakan organ terjadi.
3) Riwayat Lingkungan
Teori ini menyatakan bahwa faktor-faktor yang berasal dari
lingkungan seperti karsinogen dari industry, cahaya matahari,
trauma dan infeksi) membawa perubahan dalam pe-nuaan. Faktor
lingkungan diketahui dapat mempercepat proses penuaan tetapi
hanya diketahui sebagai faktor sekunder saja.
4) Teori Imunitas
Teori ini menggambarkan suatu kemunduran dalam system
imun yang berhubungan dengan penuaan. Ketika orang bertambah
tua, pertahanan mereka terhadap organisme asing mengalami
penurunan, sehingga mereka lebih rentan untuk menderita berbagai
penyakit seperti kanker dan infeksi. Seiring dengan berkurangnya
fungsi system imun, terjadilah peningkatan dalam respons
autoimun tubuh. Ketika orang mengalami penuaan, mereka
mungkin mengalami penyakit autoimun seperti arthritis

10
rheumatoid. Penganjur teori ini sering memusatkan pada peran
kelenjar timus, dimana berat dan ukuran kelenjar timus akan
menurun sering bertambahnya umur sehingga mempengaruhi
kemampuan diferensiasi sel T dalam tubuh dan mengakibatkan
menurunnya respons tubuh terhadap benda asing didalam tubuh.
5) Teori Neuroendokrin
Dalam teori sebelumnya dijelaskan bahwa terdapat hubungan
antara penuaan dengan perlambatan system metabolisme atau
fungsi sel. Sebagai contoh dalam teori ini adalah sekresi hormon
yang diatur oleh system saraf. Salah satu area neurologi yang
mengalami gangguan secara universal akibat penuaan adalah waktu
reaksi yang diperlukan untuk menerima, memproses dan bereaksi
terhadap perintah. Dikenal sebagai perlambatan tingkah laku,
respons ini kadang-kadang di interpretasikan sebagai tindakan
melawan, ketulian, atau kurangnya pengetahuan.

Teori Biologis Tingkat Perubahan


Genetika Gen yang diwariskan dari dampak
lingkungan
Dipakai dan rusak Kerusakan oleh radikal bebas
Lingkungan Meningkatnya pajanan terhadap hal-hal
yang berbahaya
Imunitas Integritas system tubuh untuk melawan
kembali
Neuroendokrin Kelebihan atau ku-rangnya produksi
hormone
Teori
Tingkat Proses
Psikososiologis
Kepribadian Introvert lawan ekstrovert
Tugas Maturasi sepanjang rentang kehidupan
perkembangan Antisipasi menarik diri
Disengagement
Aktivitas Membantu mengembangkan usaha
Kontinuitas Pengembangan individualitas

11
Ketidakseimbangan Kompensasi melalui pengorganisasian diri
system sendiri
Tabel 3 Teori-teori Penuaan (Donlon, 2007 dalam Stanley dan
Beare 2007)

b. Teori Psikososiologis
Kelompok teori ini menyatakan bahwa penuaan dipengaruhi dan
disertai oleh perubahan perilaku maupun aspek lain sesuai konteks
psikologi dan sosiologis.
1) Teori Kepribadian
Teori ini menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis
tanpa menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia. Dalam
teorinya Jung (1971) menyatakan bahwa terdapat kepribadian
introvert dan ekstrovert dan keseimbangan terhadap keduanya
sangat penting bagi kesehatan. Dalam konsep interioritas ini Jung
mengungkapkan bahwa separuh kehidupan manusia berikutnya
digambarkan dengan memiliki tujuannya sendiri, yaitu untuk me-
ngembangkan kesadaran diri sendiri melalui aktivitas yang dapat
merefleksikan dirinya sendiri. Lansia sering menemukan bahwa
hidup telah memberikan satu rangkaian pilihan yang sekali dipilih,
akan membawa orang tersebut pada suatu arah yang tidak bisa
diubah.
2) Teori Tugas Perkembangan
Tugas perkembangan adalah aktivitas dan tantangan yang
harus dipenuhi oleh seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam
hidupnya untuk mencapai penuaan yang sukses. Erickson (1986)
menguraikan tugas utama lansia adalah mampu melihat kehidupan
seseorang sebagai bagian kehidupan yang dijalani dengan
integritas. Pada kondisi tidak adanya pencapaian perasaan bahwa ia
telah menikmati kehidupan yang yang baik, maka lansia tersebut
beresiko untuk disibukkan dengan rasa penyesalan atau putus asa.
3) Teori Disengagement
Teori pemutusan hubungan, dikembangkan pertama kali pada
awal tahun 1960-an, menggambarkan proses penarikan diri oleh

12
lansia dari peran bermasyarakat dan tanggung jawabnya. Proses
penarikan diri ini daoat diprediksi, sistematis, tidak dapat dihindari,
dan penting untuk fungsi yang tepat dari masyarakat yang sedang
tumbuh. Lansia dikatakan akan bahagia apabila kontak sosial telah
berkurang dan tanggung jawab telah diambil oleh generasi yang
lebih muda. Manfaat dari pengurangan kontak sosial adalah agar ia
dapat menyediakan waktu untuk merefleksikan pen-capaian
hidupnya dan untuk menghadapi harapan yang tidak terpenuhi,
sedangkan manfaatnya bagi masyarakat adalah dalam rangka
memindahkan kekuasaan generasi tua ke generasi muda. Teori ini
memiliki titik kelemahan karena seolah-olah membatasi peran
lansia di masyarakat dan pada kenyataannya banyak lansia yang
masih berkontribusi secara positif bagi masyarakat dalam usia
senjanya.
4) Teori Aktivitas
Teori ini dikatakan sebagai lawan dari
teori disengagement yang menyatakan bahwa jalan menuju
penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif. Gagasan
pemenuhan kebutuhan seseorang harus seimbang dengan
pentingnya perasaan dibutuhkan oleh orang lain ditunjukkan dalam
teori ini. Sebuah penelitian juga menunjukkan pen-tingnya aktivitas
mental dan fisik yang berkesinambungan untuk mencegah
kehilangan dan pemeliharaan kesehatan sepanjang masa kehidupan
manusia.
5) Teori Kontinuitas
Teori ini dikenal juga sebagai teori perkembangan dan
mencoba menjelaskan dampak kepribadian pada kebutuhan untuk
tetap aktif atau memisahkan diri agar mencapai kebahagiaan dan
terpenuhinya kebutuhan di usia tua. Teori ini menekankan pada
kemampuan koping individu sebelumnya dan kepribadian sebagai
dasar untuk memprediksi bagaimana seseorang akan dapat
menyesuaikan diri terhadap perubahan akibat penuaan.
Lansia yang terbiasa memiliki kendali dalam membuat
keputusan mereka sendiri tidak akan dengan mudah menyerahkan

13
peran ini hanya karena usia mereka yang telah lanjut. Selain itu,
individu yang telah melakukan manipulasi atau abrasi dalam
interaksi interpersonal mereka selama masa mudanya tidak akan
tiba-tiba mengembangkan suatu pendekatan yang berbeda di dalam
masa akhir kehidupannya.

F. Proses Penuaan
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti
dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita. Seiring dengan proses menua
tersebut, tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa
disebut sebagai penyakit degenararif (Constantinides, 1994 dalamR. Siti
Maryam, dkk: 2012).

Aging process (proses penuaan) dalam perjalanan hidup manusia


merupakan suatu hal yang wajar, dan ini akan dialami oleh semua orang yang
dikaruniai umur panjang, hanya cepat dan lambatnya proses tersebut bergantung
pada masing-masing individu. Secara teori perkembangan manusia yang dimulai
dari masa bayi, anak, remaja, dewasa, tua, dan akhirnya akan masuk pada fase
usia lanjut dengan umur diatas 60 tahun. Pada usia ini terjadilah proses penuaan
secara alamiah. Perlu persiapan untuk menyambutb hal tersebut agar nantinya
tidak menimbulkan fisik, mental, sosial, ekonomi bahkan psikologis. Menua
(menjadi tua) adalah suatu proses menghlangnya secara perlahan-lahan
kemapuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994 dalam Nugroho. W,
2000).

Sehingga dapat diartikan proses penuaan merupakan tahap dewasa yang


dimana tahap pertumbuhan manusia mencapai titik perkembangan yang
maksimal, dengan disertai mulai menyusutnya tubuh yang dikarenakan
berkurangnya jumlah sel-sel dalam tubuh. Sehingga fungsi tubuh juga akan
mengalami penurunan secara perlahan-lahan yang biasanya disertai masalah atau
gangguan pada kesehatan.

14
Selain itu, proses menua juga merupakan proses yang terus-menerus
(berkelanjutan) secara alamiah yang dimulai sejak manusia lahir sampai
udzhur/tua. Pada usia lansia ini biasanya seseorang akan mengalami kehilangan
jaringan otot, susunan saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh akan “mati”
sedikit demi sedikit. Secara individu, pengaruh proses menua dapat
menimbulkan berbagai masalah sosial-ekonomi, mental, maupun fisik-biologis.
Dari aspek fisik-biologis terjadi perubahan pada beberapa sistem, seperti sistem
organ dalam, sistem muskuloskeletal, sistem sirkulasi (jantung), sel jaringan dan
sistem saraf yang tidak dapat diganti karena rusak atau mati. Ditambahkan,
terutama sel otak yang berkurang 10-20% dalam setiap harinya dna sel ginjal
yang tidak bisa membelah, sehingga tidak ada regenerasi sel. Berkurangnya
jumlah sel saraf (neuron) dan kematian sel secara terus-menerus menyebabkan
seseorang menjadi demensia (Khalid Mujahidullah, 2012).

15
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses penuaan dapat ditinjau dari aspek biologis, sosial dan psikologik.
Teori-teori biologik sosial dan fungsional telah ditemukan untuk menjelaskan
dan mendukung berbagai definisi mengenai proses menua.
Dan pendekatan multi disiplin mengenai teori penuaan, perawat harus
memiliki kemampuan untuk mensintesa berbagai teori tersebut dan
menerapkannya secara total pada lingkungan perawatan klien usia lanjut
termasuk aspek fisik, mental/emosional dan aspek-aspek sosial. Dengan
demikian pendekatan eklektik akan menghasilkan dasar yang baik saat
merencanakan suatu asuhan keperawatan berkualitas pada klien lansia.

B. Saran
Masa tua adalah sesuatu yang akan dan harus dihadapi oleh setiap manusia,
untuk menjalani proses kehidupan mereka. Tidak ada satupun orang yang dapat
menghindarinya dan berusaha agar tetap dapat terlihat awet muda.
Berbagai proses harus dilewati, namun beberapa orang ada yang dapat
melalui prosesnya dengan baik, namun ada pula yang tidak cukup lancar.
Ditinjau dari berbagai aspek dan sudut pandang, dari segi fisik dan kejiwaan.
Maka, perawat yang melakukan tindakan asuhan keperawatan pada
berbagai tingkatan usia harus dan wajib tahu bagaimana konidisi fisiologis
pasiennya. Termasuk pada usia lanjut. Semoga makalah ini dapat menjadi salah
satu referensinya. Baik sebagai acuan dalam pembelajaran, ataupun sebagai
pedoman dalam tindakan asuhan keperawatan pada klien usia lanjut.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://www.referensibebas.com/2016/03/pengertian-lansia-dan-batasan-lanjut.html
https://www.kumpulanmakalah.com/2016/10/permasalahan-lansia-di-indonesia.html
http://acehnetwork.com/berita1/Mengenal-5-Tipe-Lansia-26349
https://windyasihswords.wordpress.com/tag/teori-menua/
http://makalahselamakuliah.blogspot.com/2013/02/patologi-proses-penuaan.html

17

Vous aimerez peut-être aussi