Vous êtes sur la page 1sur 39

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.

A DENGAN DIAGNOSA
KEPERAWATAN RESIKO MENCEDERAI DIRI,ORANG LAIN DAN
LINGKUNGAN BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN KONSEP
DIRI : HARGA DIRI RENDAH PADA DIAGNOSA MEDIS
SKIZOFRENIA KATATONIK DI RUANG FLAMBOYAN
RUMAH SAKIT JIWA MENUR
SURABAYA

DI SUSUN OLEH :
1. MUDAERI,S.Kep
2. SUROSO,S.Kep
3. SUCIPTO,S.Kep
4. WIDYAWATI,S.Kep
5. NUR ROFIQ,S.Kep

STIKES UNIVERSITAS MOJOPAHIT – MOJOKERTO

2012
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehdirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya, yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. A Dengan Diagnosa Gangguan Konsep Diri : Harga
Diri Rendah Diagnosa Medis Skizofrenia Katatonik”

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu untuk mengaplikasikan dari mata
kuliah Ilmu Kep. Jiwa dan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan MA Keperawatan
Jiwa setelah praktek di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya.

Penulis menyadari sepenuhnya tanpa bantuan dari semua pihak yang terkait makalah ini
tidak akan terwujud. Untuk itu perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr.Adi Wirachjanto, M.Kes selaku Direktur Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya yang
telah memberikan kesempatan praktek kepada kami.

2. Dra. Enny Nurhidayati,MM.Kes selaku Direktur STIKES niversitas Mojopahit -


Mojokerto

3. Ibu Rustafariningsih selaku ketua diklat Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya yang
telah memberi kesempatan untuk praktek di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya

4. Ibu. Isti Wahyuningsih, S.Kep.Ns selaku Kepala Ruangan Flamboyan Di Rumah sakit
Jiwa Menur Surabaya

5. Ibu Herawati,S.Kep.Ns M.Kepwa. selaku pembimbing ruangan Flamboyan yang


telah membimbing dan membantu menyelesaikan makalah.

6. Teman-teman yang telah bekerja sama selama praktek 3 minggu di Rumah sakit Jiwa
Menur Surabaya.

7. Semua Pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu guna penyempurnaan makalah ini maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dan semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk kita semua.

“Penulis”
Surabaya, 2 Maret 2012

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Lembar Persetujuan

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


1.2 Tujuan

Bab 2 Landasan Teori

1.1 Konsep Gangguan Diri


1.2 Konsep Dasar Harga Diri Rendah
1.3 Konsep Dasar Schizofrenia
1.4 Konsep Dasar Schizofrenia Katatonik Sub Stupor

Bab 3 Tinjauan Kasus

1.1 Pengkajian
1.2 Analisa data
1.3 Rencana asuhan keperawatan
1.4 Pohon masalah
1.5 Tindakan keperawatan

Bab 4 Pembahasan

Bab 5 Penutup

1.1 Kesimpulan
1.2 Saran
Daftar Pustaka

Bab I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Harga Diri Rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya
percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat,1998).

Peplau dan Sulivan dalam Keliat (1999) mengatakan bahwa pengalaman


interpesonal di masa atau tahap perkembangan dari bayi samapai lanjut usia yang
tidak menyenangkan, merasa sering di permasalahkan, atau merasa tertekan kelak,
akan menimbulkan perasaan aman yang tidak terpenuhi. Hal ini dapat menimbulkan
perasaan di tolak oleh lingkungan dan apabila koping yang di gunakan tidak efektif
dapat menyebabkan harga diri rendah.

Coplan dalam Keliat (1999) mengatakan bahwa lingkungan sosial,


pengalaman individu, dan adanya perubahan sosial sperti perasaan di kucilkan, di
tolak serta tidak di hargai akan mempengaruhi individu. Keadaan seprti ini dapat
menyebabkan stress dan menimbulkan penyimpangan perilaku seperti harga diri
rendah.

Penilaian tentang individu dengan menganalisa kesesuaian perilaku dengan


ideal diri. Harga Diri yang tinggi berakar dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat
sebagai individu yang berarti dan penting walaupun salah, gagal, atau kalah. Faktor
yang mempengaruhi Harga Diri di peroleh dari pengalaman diri sendiri dan orang
lain. Faktor yang mempengaruhi harga diri tinggi perasaan di terima, di cintai, di
hormati, serta frekuensi kesuksesan.

Ada 4 cara meningkatkan harga diri pada individu ( Stuart dan Sundeen, 1998) :

 Memberi kesempatan untuk berhasil.

 Menanamkan gagasan.

 Mendorong aspirasi.

 Membantu membentuk koping


1.2 Tujuan

 Tujuan Umum

Dapat melakukan asauhan keperawatan jiwa pada klien dengan gangguan konsep diri
: Harga Diri Rendah sesuai dengan ketewntuan yang telah di tentukan

 Tujuan Kusus

 Dapat melakukan pengkajian terhadap pasien yang mengalami gangguan konsep


diri : Harga Diri Rendah

 Dapat melakukan intervensi terhadap pasien yg mengalami gangguan konsep diri


: Harga Diri Rendah

 Dapat melakukan evaluasi terhadap pasien yg mengalami gangguan konsep diri :


Harga Diri Rendah

 Dapat melakukan implementasi terhadap pasien yg mengalami gangguan konsep


diri : Harga Diri Rendah
BAB II
LANDASAN TEORI

KONSEP DASAR SKIZOFRENIA

1. Pengertian
Skizofrenia adalah suatu diskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum
diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating)
yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan pengaruh
genetik, fisik dan sosial budaya (Rusdi Maslim, 1997; 46).

2. Penyebab
a. Keturunan
Telah dibuktikan dengan penelitian bahwa angka kesakitan bagi saudara tiri
0,9-1,8 %, bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak dengan salah satu orang
tua yang menderita Skizofrenia 40-68 %, kembar 2 telur 2-15 % dan kembar
satu telur 61-86 % (Maramis, 1998; 215 ).
b. Endokrin
Teori ini dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya Skizofrenia pada
waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu klimakterium.,
tetapi teori ini tidak dapat dibuktikan.

c. Metabolisme
Teori ini didasarkan karena penderita Skizofrenia tampak pucat, tidak sehat,
ujung extremitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan
menurun serta pada penderita dengan stupor katatonik konsumsi zat asam
menurun. Hipotesa ini masih dalam pembuktian dengan pemberian obat
halusinogenik.

d. Susunan Saraf Pusat :


Penyebab Skizofrenia diarahkan pada kelainan SSP yaitu pada diensefalon
atau kortek otak, tetapi kelainan patologis yang ditemukan mungkin
disebabkan oleh perubahan postmortem atau merupakan artefakt pada waktu
membuat sediaan.

e. Teori Adolf Meyer :


Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga sekarang
tidak dapat ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis yang khas
pada SSP tetapi Meyer mengakui bahwa suatu suatu konstitusi yang inferior
atau penyakit badaniah dapat mempengaruhi timbulnya Skizofrenia. Menurut
Meyer Skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah, suatu maladaptasi,
sehingga timbul disorganisasi kepribadian dan lama kelamaan orang tersebut
menjauhkan diri dari kenyataan (otisme).

f. Teori Sigmund Freud :


Skizofrenia terdapat (1) kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab
psikogenik ataupun somatik (2) superego dikesampingkan sehingga tidak
bertenaga lagi dan Id yamg berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase
narsisisme dan (3) kehilangaan kapasitas untuk pemindahan (transference)
sehingga terapi psikoanalitik tidak mungkin.
g. Eugen Bleuler :
Penggunaan istilah Skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini yaitu
jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses
berfikir, perasaan dan perbuatan. Bleuler membagi gejala Skizofrenia menjadi
2 kelompok yaitu gejala primer (gaangguan proses pikiran, gangguan emosi,
gangguan kemauan dan otisme) gejala sekunder (waham, halusinasi dan gejala
katatonik atau gangguan psikomotorik yang lain).

h. Teori lain :
Skizofrenia sebagai suatu sindroma yang dapat disebabkan oleh bermacam-
macaam sebab antara lain keturunan, pendidikan yang salah, maladaptasi,
tekanan jiwa, penyakit badaniah seperti lues otak, arterosklerosis otak dan
penyakit lain yang belum diketahui.

Ringkasan
Sampai sekarang belum diketahui dasar penyebab Skizofrenia. Dapat dikatakan
bahwa faktor keturunan mempunyai pengaruh. Faktor yang mempercepat, yang
menjadikan manifest atau faktor pencetus (presipitating factors) seperti penyakit
badaniah atau stress psikologis, biasanya tidak menyebabkan Skizofrenia, walaupun
pengaruhnyaa terhadap suatu penyakit Skizofrenia yang sudah ada tidak dapat
disangkal.( Maramis, 1998;218 ).

3. Pembagian Skizofrenia
Kraepelin membagi Skizofrenia dalam beberapa jenis berdasarkan gejala utama
antara lain :
a. Skizofrenia Simplek
Sering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama berupa
kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berfikir
sukar ditemukan, waham dan halusinasi jarang didapat, jenis ini timbulnya
perlahan-lahan.

b. Skizofrenia Hebefrenia
Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa
remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan
proses berfikir, gangguan kemauaan dan adaanya depersenalisasi atau
double personality. Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme
atau perilaku kekanak-kanakan sering terdapat, waham dan halusinaasi
banyak sekali.

c. Skizofrenia Katatonia
Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering
didahului oleh stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik
atau stupor katatonik.

d. Skizofrenia Paranoid
Gejala yang menyolok ialah waham primer, disertai dengan waham-waham
sekunder dan halusinasi. Dengan pemeriksaan yang teliti ternyata adanya
gangguan proses berfikir, gangguan afek emosi dan kemauan.

e. Episode Skizofrenia akut


Gejala Skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam
keadaan mimpi. Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam keadaan ini
timbul perasaan seakan-akan dunia luar maupun dirinya sendiri berubah,
semuanya seakan-akan mempunyai suatu arti yang khusus baginya.

f. Skizofrenia Residual
Keadaan Skizofrenia dengan gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas
adanya gejala-gejala sekunder. Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali
serangan Skizofrenia.

g. Skizofrenia Skizo Afektif


Disamping gejala Skizofrenia terdapat menonjol secara bersamaaan juga
gejala-gejal depresi (skizo depresif) atau gejala mania (psiko-manik). Jenis
ini cenderung untuk menjadi sembuh tanpa defek, tetapi mungkin juga
timbul serangan lagi.
KONSEP DASAR SKIZOFRENIA KATATONIK
Skizofrenia katatonik dapat dimanifestasikan dalam bentuk stupor (ditandai
dengan retardasi psikomotor, mutisme, kelakuan seperti lilin (postur), negativisme,
regiditas atau kegaduhan (legitasi psikomotor yang ekstrim yang dapat menyebabkan
kelelahan atau kemungkinan melukai diri sendiri/orang lain bila tidak segera
ditanggulangi. Skizofrenia katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak, gangguyan
metabolic, alcohol obat-obatan serta dapat juga terjadi gangguan afektif. Penting
untuk diperhatikan bahwa gejala-gejala katatonik bukan petunjuk untuk mendiagnosa
shizofrenia.

Timbulnya pertama kali antara umur 15 – 30 tahun biasanya akut serta sering
didahului stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau stupor
katatonik.

Gaduh gelisah katatonik :


Terdapat hiperaktifitas motorik tetapi tidak disertai dengan emosi yang semestinya
dan tidak dipengaruhi oleh rangsangan dari luar. Klien terus berbicara atau
bergerak dan menunjukan steroitipi, manerisme, grimas,Mologisme, tidak dapat
tidur, tidak makan dan minum, sehingga mungkin terjadi dehidrasi atau kolaps atau
kadang-kadang terjadi kematian (kehabisan tenaga dan terlebih bila terdapat
penyakit badaniah : jantung, paru-paru dan sebagainya). Seorang yang mulai
membaik pada shizofrenia gaduh gelisah katatonik berulang-ulang minta
dipulangkan dari Rumah Sakit. Pikiran ini diantaranya melalui berbagai macam
cara, sehingga sudah merupakan perceivable.

Stupor katatonik :
Pada stupor katatonik penderita tidak menunjukan perhatian sama sekali terhadap
lingkungan. Emosinya seperti dangkal. Gejala yang penting adalah gejala
psikomotor seperti
a. Mutisme kadang-kadang dengan mata tertutup.
b. Muka tanpa mimik seperti topeng.
c. Stupor, penderita tidak bergerak sama sekali untuk waktu yang lama,
beberapa hari, kadang-kadang sampai beberapa bulan.
d. Bila diganti posisinya penderita ditantang : Negativisme.
e. Makanan ditolak , air ludah tidak ditelan, sehingga terkumpul didalam
mulut dan meleleh keluar, air seni dan dejection ditahan.
f. Terdapat grimas dan katalepsi. Secara tiba-tiba atau pelan-pelan penderita
keluar dari keadaan stupor ini dan mulai berbicara dan bergerak.

ETIOLOGI
Etiologi Shizofrenia Katatonik sama sebagaimana gejala shizofrenia secara umum
yaitu :
a. Keturunan
b. Sistem endokrin
c. Sistem metabolisme
d. Susunan saraf pusat
e. Teori Adolf Meyer
f. Teori Sigmund Freud
g. Eugen Bleuler
h. Shizofrenia sebagai satu sindroma
i. Shizofrenia suatu gangguan psikosomatik

PROGNOSIS
Secara umum mempertimbangkan hal-hal berikut :
a. Kepribadian pre psikotik
b. Timbulnya serangan shizofrenia akut lebih baik
c. Jenis-jenis shizofrenia : jenis hebefrenik dan simplek sama jeleknya,
penderita menuju kearah kemunduran mental.
d. Umur :makin muda prognosis makin jelek
e. Pengobatan makin cepat makin baik
f. Fakktor pencetus : adanya bourgeois pencetus lebih baik
g. Keturunan : dalam keluarga ada penderita lebih jelek.
PENGOBATAN :
Prinsip pengobatan skizofrenia katatonik sama pengobatan skizofrenia secara umum
yaitu :

a. Farmakoterapi
b. Terapi elektorkonvulsi
c. Psikoterapi dan rehabilitasi
d. Hobotomi pre frontal

KONSEP DASAR KONSEP DIRI

1. Pengertian

Konsep Diri yaitu semua pikiran, kepercayaan dan keyakinan yang diketahui
tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam hubungan dengan orang lain.

Konsep Diri dipelajari dari pengalaman unik dari eksplorasi diri sendiri hubungan
dengan orang terdekat dan berarti bagi dirinya belum ada sejak bayi ( Struart dan
Sundeen, 1995 ).

Teori perkembangan konsep diri antara lain :

a. Sigmund Freud konsep diri sangat ditentukan oleh perkembangan ide, ego,
dan super ego.

b. Sullivan sistem diri merupakan suatu organisasi pengalaman pendidikan yang


diadakan karena kebutuhan untuk menghindari atau untuk meminimkan
peristiwa kegelisahan.

c. Erikson konsep diri dipengaruhi oleh tahap perkembangan sebelum individu


mencapai perkembangan identity.

d. Maslow konsep diri positif ditentukan oleh tahap terpenuhinya kebutuhan


dasar sampai kebutuhan aktualisasi diri, sesuai dengan fase perkembangan
sejak masa bayi sampai dewasa.
Konsep Diri cara individu memandang dirinya secara utuh baik fisik,
emosional, intelektual, sosial dan spiritual.

Perkembangan konsep diri belum ada saat lahir, tetapi berkembang secara
bertahap saat bayi mulai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang
lain.

Konsep Diri berkembang dengan baik budaya dalam keluarga dan masyarakat
dapat memberikan persaan positif untuk memperoleh kemampuan yang berarti
bagi individu atau lingkungan dan dapat beraktualisasi individu menyadari
potensi dirinya.

Rentang respon konsep diri

Berfuktuasi

Respon Adaptif Respon Mal Adaptif

Aktualisasi Diri KD (+) HDR Kekacauan Identitas

2. Komponen Konsep Diri

Ada 5 komponen konsep diri yaitu :

1. Gambaran diri

Pandangan individu terhadap tubuhnya yang disadari, persepsi dan perasaan


masa lalu dan sekarang. Pandangan ini terus berubah oleh pengalaman dan
persepsi baru. Gambaran tubuh yang diterima secara realitas meningkatkan
keyakinan diri mantap dalam menjalani kehidupan.
2. Ideal diri

Persepsi individu yang harus dilakukan sesuai dengan aspirasi, standart ,tujuan
atau nilai yang ditetapkan sebaiknya ditetapkan lebih tinggi dari kemampuan
dirinya saat ini tetapi masih dalam batas yang masih dapat dicapai. Ideal diri
ini diperlukan individu untuk memacu pada tingkat yang lebih tinggi.

3. Harga diri

Penilaian tentang individu dengan menganalisa kesesuaian perilaku dengan


ideal diri. Harga diri yang tinggi berakar dari penerimaan diri sendiri tanpa
syarat sebagai individu yang berarti dan penting walaupun salah, gagal atau
kalah. Faktor yang mempengaruhi harga diri diperoleh dari pengalaman diri
sendiri dan orang lain. Faktor yang mempengaruhi harga diri tinggi perasaan
diterima, dicintai, dihormati serta frekuensi kesuksesan.

ID KD ID
KD

Low Estern High Esteen

Ada 4 cara meningkatkan harga diri pada individu ( Stuart dan Sundeen, 1998 ):

- Memberi kesempatan untuk berhasil

- Menanamkan gagasan

- Membantu bentuk koping

4. Penampilan peran
Seperangkat individu yang diharapkan oleh masyarakat sesuai dengan fungsi
individu dalam masyarakat tersebut. Faktor yang mempengaruhi penyesuaian
diri dengan peran diri :

- Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran

- Konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran individu

- Keseimbangan dan kesesuaian antara peran yang dilakukan

- Keselarasan harapan dan kebudayaan dengan peran

- Kesesuaian situasi yang dapat mendukung pelaksanaan peran

5. Identitas diri

Penilaian individu terhadap dirinya sebagai kesatuan yang utuh, berlanjut,


termasuk persepsinya terhadap jenis kelamin. Pembentukan identitas diri sejak
lahir dan berkembang melalui siklus kehidupan dan tujuan periode remaja.

Kepribadian yang sehat individu mempunyai ciri konsep diri positif.


Gambaran diri yang tepat dan positif, ideal diri yang realistis, harga diri yang
tinggi penampilan peran yang memuaskan identitas yang jelas.

KONSEP DASAR HARGA DIRI RENDAH


1. Definisi

Harga diri rendah adalah keadaan dimana individu mengalami evaluasi negatif yang
mengenai diri atau kemampuaannya ( Lynda Juall : 1997 ).

Harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, termasuk kehilangan
rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya, pesimis, tidak ada
harapan dan putus asa ( Dep Kes RI : 1998 ).

2. Tanda dan Gejala ( Lynda Juall C : 1997 )

Data mayor :

- Mengungkapkan diri yang negatif

- Ekspresi rasa bersalah / malu

- Evaluasi diri karena tidak menangani kejadian

- Menjauhi rasionalisasi / menolak umpan balik positif dan


membesarkan umpan balik negatif mengenai diri

- Ragu untuk mencoba hal-hal / situasi baru.

Data minor

- Sering kurang berhasil dalam kerja atau kejadian hidup lainnya

- Penyelesaian diri berlebihan , bergantung pada peendapat orang


lain

- Buruknya penampilan tubuh ( kontak mata , postur , gerakan )

- Tidak asertif / pasif

- Beragu-raguan

- Mencari jaminan secara berlebihan


3. Penyebab

- Perkembangan individu

- Ideal diri tidak realistik

- Gangguan fisik/mental dari individu /keluarga

- Sistem keluarga yang tidak berfungsi

- Pengalaman traumatik yang berulang

4. Gangguan HDR terjadi secara situasional dan kronik

a) Situasional

Terjadi secara situasional bisa disebabkan oleh trauma yang muncul secara tiba-
tiba, misalnya harus dioperasi, mengalami kecelakaan, menjadi korban
pemerkosaan atau menjadi narapidana sehingga harus masuk penjara. Selain itu
dirawat di rumah sakit juga bisa menyebabkan HDR seseorang karena penyakit
fisisk, pemasangan alat bantu yang membuat pasien tidak nyaman, harapan yang
tidak tercapai akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh, serta perlakuan petugas
kesehatan yang kurang menghargai klien dan keluarga.

b) Kronik

Biasanya sudah berlangsung sejak lama yang dirusakan klien sebelum sakit atau
sebelum dirawat. Klien sudah memiliki perlakuan negatif sebelum dirawat dan
menjadi semakin meningkat saat dirawat.

5. Rentang Respon
Respon Adaptif Respon Mal Adaptif

Aktualisasi Diri KD (+) HDR Kekacauan Identitas

6. Faktor Predisposisi

a. Penolakan orang tua yang realistis

b. Kegagalan berulang kali

c. Kurang mempunyai tanggung jawab personal

d. Ketergantungan pada orang lain

e. Ideal diri yang tidak realistis

7. Faktor Presipitasi

a. Hilangnya sebagian anggota tubuh

b. Berubahnya penampilan / bentuk tubuh

c. Mengalami kegagalan

d. Merupakan produktivitas

8. Akibat

- Resiko tinggi perilaku kekerasan

- Keinginan untuk mati

- Menarik diri

9. Pohon Masalah
Resiko mencederai diri orang lain dan lingkungan Efek

Gangguan konsep diri( harga diri rendah ) Core Problem

Koping individu yang tidak efektif Causa

10. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji

a. Dampak harga diri rendah

Data mayor :

- Mengekspesikan perasaan kesepian penolakan

- Keinginan terhadap kontak lebih banyak dengan orang

- Melaporkan ketidaknyamanan dalam situasi sosial

- Menggambarkan kurang hubungan yang berarti

Data minor :

- Melewati waktu dengan lambat

- Ketidakmampuanuntuk berkonsentrasi dan membuat keputusan

- Perasaan tidak berguna

- Keraguan tentang kemampuan untuk melangsungkan hidup

- Perasaan penolakan

- Peningkatan kepekaan atau kegelisaan

- Kurang aktivitas

- Tampak depresi, cemas / marah

- Kegagalan untuk berinteraksi dengan orang lain didekatnya


- Sedih

- Tidak komunikatif

- Kontak mata buruk

- Larut dengan pikiran dan ingatan

( Lynda Juall ; 1997 :381 ).

b. Core Problem : Harga Diri Rendah

Data Mayor :

- Pengungkapan diri yang negatif

- Ekspresi rasa bersalah / malu

- Evaluasi diri karena tidak menangani kejadian

- Menjauhi rasionalisasi / menolak umpan balik positif dan membesarkan umpan


balik negatif menangani diri

- Ragu untuk mencoba hal-hal / situasi baru

Data Minor :

- Sering kurang berhasil dalam kerja atau kejadian hidup lainnya

- Penyelesaian diri berlebihan, bergantung pada pendapat orang lain

- Tidak asertif / pasif

- Mencari jaminan secara berlebihan ( Lynda Juall C : 1997 :352 )

c. Etiologi : Koping individu tidak afektif

Data Mayor :

- Perhatian individu yang kasar / lalai


- Keputusan / tindakan yang merusak kesejahteraan keluarga

- Kelalaian dalam membina hubungan dengan anggota keluarga lain

Data Minor :

- Penyimpangan realitas berkenaan dengan masalah kesehatan klien intoleransi

- Penolakan

- Pengabaian

- Pengkhianatan

- Psikosomatisme

- Pengambilan atas tanda-tanda penyakit klien

- Agitasi

- Depresi

- Agresi

- Bermusuhan

- Kerusakan dalam membina hidup yang berarti untuk diri

- Keprihatinan yang berkepanjangan terhadap klien

- Klien mengalami ketidakberdayaan, ketergantungan tak aktif

( Lynda Juall C ; 1997;100 )

Diagnosa Keperawatan

1. Resiko mencederai diri,orang lain,dan lingkungan berhubungan dengan gangguan


konsep diri HDR

2. Gangguan konsep diri harga diri rendah berhubungan dengan koping individu
inefektif
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Tindakan keperawatan pada klien

 Tujuan

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

b. Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki

c. Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan

d. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat.

 Tindakan keperawatan

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

 Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan klien.

 Berkenalan dengan klien.perkenalkan nama dan nama panggilan yang


anda sukai, tanyakan nama, dan nama panggilan klien.

 Menanyakan perasaan dan keluhan klien saat ini.

 Buat kontrak asuhan keperawatan ,mencakup hal hal seperti apa yang
akan saudara lakukan bersama klien ,berapa lama akan dikerjakan dan
dimana tempatnya.

 Tunjukkan sikap empati terhadap klien setiap saat.

 Dengarkan dengan penuh perhatian dan ekspresi perasaan klien.

b. Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki

Perawat dapat melakukan hal-hal berikut untuk membantu klien


mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang masih dimilikinya :

 Mendiskusikan bahwa klien masih memiliki sejumlah kemampuan


dan aspek positif seperti kegiatan klien dirumah,adanya keluarga
dan lingkungan terdekat klien.

 Beri pujian yang realistis atau nyata dan hindarkan penilaian yang
negatif setiap kali bertemu dengan klien.
c. Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan.

Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

 Mendiskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat


dilakukan setiap hari sesuai kemampuan klien.

 Bantu klien menyebutkannya dan beri penguatan terhadap


kemampuan diri yang berhasil diungkapkan klien.

 Perlihatkan respon yang kondusif dan jadilah pendengar yang aktif

d. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang


dimiliki.

 Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari


sesuai dengan kemampuan klien : kegiatan sendiri dan kegiatan
dengan bantuan.

 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan kondisinya.

 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan setelah pulang.

e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat.

 Anjurkan klien untuk melakukan kegiatan yang telah direncanakan.

 Pantau kegiatan yang dilakukan klien

 Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien

 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiatan setelah pulang


BAB III
TINJAUAN KASUS
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan

Dalam memberikan asuhan keperawatan tewrhadap pasien dengan masalah


gangguan jiwa Harga Diri Rendah di perlukan suatu sikap yang sabar dan telaten dalam
melakukan pendekatan dan memberikan intervensi dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan
yang sudah di berikan dengan memandang klien sebagai pribadiyang tetap harus di hargai
meskipun mereka mengalami gangguan pada jiwanya. Aapalagi tidak semua kasus akan
muncul suatu gejala yang sama, Jadi seorang perawat harus bisa menggali kesenjangan yang
muncul dan melalui intervensi dan pendekatan yang telah di lakukan maka pasien HDR yang
semula merasa tidak berguna merasa lebih berarti.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall, Buku saku Diagnosa Keperawatan, Alih Bahasa : Yasmin Asih, Edisi
6, EGC, Jakarta, 1998

Keliat, B.A., Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, EGC, Jakarta, 1999

Rawlins, R.P. & Patricia Evans Heacock, Clinical Manual of Psychiatric Nursing, 2nd
Edition, Mosby Year Book, St Louis, 1993

Stuart, G.W. & Michele T. Laria, Principles and Practice of Psychiactric Nursing, 6 th
Edition, Mosby Company, St. Louis 1998

Towsend, Mary C., Buku Saku Diagnosa Keperawatan Psikiatri Untuk Pembuatan Rencana
Keperawatan.
STRATEGI PELAKSANAAN

PERTEMUAN 1

A. PROSES KEPERAWATAN

 KONDISI PASIEN

Pasien tampak tersenyum,kontak mata pasien kurang,suara pasien


pelan,berpenampilan rapi,tidur – tiduran sendirian

 DIAGNOSA KEPERAWATAN

Resiko mencederai diri sendiri,orang lain, dan lingkungan berhubungan dengan


harga diri rendah

 TUK / SP 1

Pasien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

 TINDAKAN KEPERAWATAN

 Sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun nonverbal


 Perkenalan nama, nama panggilan dan tujuan perawat berkenalan
 Tanyakan nama lengkap, nama panggilan yang disukai klien
 Buat kontrak yang jelas
 Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setia kali berinteraksi
 Tunjukkan sikap empati dan menerima apa adanya.
 Beri perhatian kepada klien dan pada masalah yang dihadapi klien
 Dengarkan dengan penuh perhatian dan ekspresif perasaan klien

B. STRATEGI KOMUNIKASI

 Fase orientasi

a. Salam terapeutik

Selamat pagi, saya suster fajar yuanda, panggil saya yunda saja ya. Saya disini
dinas pagi dari pukul tujuh sampai 2 siang. Nama saudara siapa? Senangnya
dipanggil apa ?
b. Evaluasi / validasi

Bagaimana perasaannya hari ini ? apa yang anda rasakan sekarang?

c. Kontrak

1. Topik

bagaiman kalau kita berbincang – bincang, anda tidak keberatan kan?


Bagaimana kalau kita berbincang – bincang tentang kenapa anda
merasa Menyesali diri anda?

2. Waktu

berapa lama kita berbincang – bincang? 20 menit? Baiklah kita


berbincang -bincang 20 menit.

3. Tempat

dimana kita berbincang – bincang? Baiklah disini saja.

 Fase kerja

Sekarang coba ceritakan mengapa anda merasa menyesali diri anda ? Maukah
anda menceritakannya kepada saya? Saya siap mendengarkan.Mengapa anda
melakukan hal tersebut? Apakah anda selalu seperti itu ? Bagus anda sudah mau
menceritakan kepada saya.

 Fase terminasi

a. Evaluasi subjektif

Bagaimana perasaan anda setelah bercerita – cerita dengan saya?Apakah


anda lebih lega?

a. Evaluasi objektif

masih ingat tidak nama saya?coba sebutkan nama saya siapa?

b. Rencana tindak lanjut


1. Topik

Bagaimana kalau besok kita ketemu lagi untuk Membicarakan beberapa


kemampuan positif atau kegiatan lain yang masih dapat dilakukan oleh
anda?

2. Waktu

Maunya jam berapa? Jam 10 bisa? Baiklah jam 10 kita ketemu lagi ya.

3. Tempat

Dimana kita berbincang - bincang lagi? Baiklah disini saja terimah kasih
sampai ketemu besok ya?

STRATEGI PELAKSANAAN
PERTEMUAN 2

C. PROSES KEPERAWATAN

 KONDISI PASIEN

Klien kooperatif saat diajak berbicara,kontak mata kurang,suara klien


pelan,berpenampilan rapi,tidur – tiduran sendirian

 DIAGNOSA KEPERAWATAN

Resiko mencederai diri sendiri,orang lain, dan lingkungan berhubungan dengan


harga diri rendah

 TUK / SP 2

Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki

 TINDAKAN KEPERAWATAN

Perawat dapat melakukan hal-hal berikut untuk membantu klien mengungkapkan


kemampuan dan aspek positif yang masih dimilikinya :

 Diskusikan dengan klien tentang :


 Aspek positif yang dimiliki klien, keluarga dan lingkungan
 Kemampuan yang dimiliki klien
 Bersama klien buat daftar tentang :
 Aspek positif yang dimiliki klien, keluarga dan lingkungan
 Kemampuan yang dimiliki klien
 Beri pujian yang realistis, hindarkan memberi penilaian negatif

D. STRATEGI KOMUNIKASI

 Fase orientasi

d. Salam terapeutik

Selamat pagi, tampaknya sudah lebih segar hari ini,anda masih ingat nama
saya?

e. Evaluasi / validasi

Bagaimanakah keadaan hari ini? Apa yang anda rasakan?


f. Kontrak

4. Topik

Seperti yang saya katakan kemarin, sekarang kita berbincang – bincang


tentang kemampuan positif atau kegiatan lain yang masih dapat
dilakukan oleh anda,seperti : kegiatan yang anda lakukan sehari – hari.

5. Waktu

Berapa lama?20 menit bisa?

6. Tempat

Dimana ?disini saja?

 Fase kerja

Apa saja kegiatan yang anda ingin lakukan setiap hari?biasanya keinginan apa saja
yang ingin dilakukan?kegiatan yang biasa dilakukan dirumah apa saja?adakah
kegiatan rumah yang dilakukan tapi belum dapat dilakukan saat ini?apakah
keluarga mendukung kegiatan yang dilakukan dirumah?bagaimana perasaan anda
dengan kegiatan disini?

 Fase terminasi

c. Evaluasi subjektif

Bagaimana perasaan anda setelah berbincang –bincang tentang kegiatan yang


masih dapat anda lakukan?

d. Evaluasi objektif

Coba anda sebutkan lagi kegiatan yang masih dapat anda lakukan sesuai
dengan kemaampuan anda?

e. Rencana tindak lanjut

Baiklah,bagaimana kalau besok kita bertemu lagi untuk berbincang – bincang?

4. Topik

Besok kita berbincang-bincang lagi tentang kemampuan yang dapat


anda lakukan

5. Waktu

jam berapa? Jam 9 bisa? Baiklah jam 9 kita ketemu lagi?

6. Tempat
Besok maunya berbincang – bincang dimana? Di luar ruangan? Baiklah
di tempat ini kita ketemu lagi?

Terima kasih, sampai ketemu besok disini ya.

STRATEGI PELAKSANAAN

PERTEMUAN 3

E. PROSES KEPERAWATAN

 KONDISI PASIEN

Pasien kooperatif saat diajak berbicara,klien tidak mampu memulai pembicaraan,


kontak mata kurang,suara pasien pelan,berpenampilan rapi,tidur – tiduran
sendirian ,pasien lebih banyak diam,

 DIAGNOSA KEPERAWATAN

Resiko mencederai diri sendiri,orang lain, dan lingkungan berhubungan dengan


harga diri rendah

 TUK / SP 3
Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan

 TINDAKAN KEPERAWATAN

 Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan klien
 Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan pelaksanaannya

F. STRATEGI KOMUNIKASI

 Fase orientasi

g. Salam terapeutik

Selamat pagi,sesuai kesepakatan kita yang kemarin sekarang kita ngobrol-


ngobrol dulu yuk

h. Evaluasi / validasi

Bagaiamana keadaan hari ini apa ada yang dirasakan?

i. Kontrak

7. Topik

Bagaimana kalau kita membicarakan tentang kegiatan atau kemampuan


positif pada anda, yang sudah kita bicarakan kemarin

8. Waktu

Bagaimana kalau 15 menit saja?

9. Tempat

Diluar ruangan ya? Dimana ? Di depan taman ya?

 Fase kerja

Bagaimana kegiatan anda setiap harinya? Bagaimana perasaannya setelah anda


melakukan kegiatan tersebut? Baik sekali apa yang sudah anda lakukan!menurut
anda aopakah kegiatan – kegiatan tersebut merupakan kemampuan baik pada
anda? Adakah sebenarnya kegiatan yang anda lakukan selain yang sudah
dibicarakan tadi? Dari kegiatan tersebut manakah yang dirasakan lebih nyaman
bagi anda untuk dikerjakan? adakah bantuan yang diharapkan dari keluarga?

 Fase terminasi

f. Evaluasi subjektif
Bagaimana perasaan anda setelah membicarakan hal tadi?

g. Evaluasi objektif

Coba anda sebutkan lagi kemampuan yang adapat anda gunakan?

h. Rencana tindak lanjut

Besok kita ketemu lagi ya? Dengan berbincang – bincang masalh yang lain,
bisa kan?

7. Topik

Bagaimana kalau kita berbicara tentang rencana kegiatan yang dapat


anda lakukan?

8. Waktu

Bagaimana kalau jam 9 pagi? Bisakan?

9. Tempat

Tempatnya seperti hari ini ya? Dsini! Terimah kasih, sampai ketemu
besok.
STRATEGI PELAKSANAAN

PERTEMUAN 4

G. PROSES KEPERAWATAN

 KONDISI PASIEN

Pasien kooperatif saat diajak berbicara,klien tidak mampu memulai pembicaraan,


kontak mata kurang,suara pasien pelan,berpenampilan rapi,tidur – tiduran dikamar
sendirian

 DIAGNOSA KEPERAWATAN

Resiko mencederai diri sendiri,orang lain, dan lingkungan berhubungan dengan


harga diri rendah

 TUK / SP 4

Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

 TINDAKAN KEPERAWATAN

 Rencana bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan klien :
- Kegiatan mandiri
- Kegiatan dengan bantuan
 Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi klien
 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan setelah pulang

H. STRATEGI KOMUNIKASI

 Fase orientasi

j. Selamat pagi, sesuai janji kita yang kemarin,sekarang kita ketemu lagi.

k. Evaluasi / validasi

Hari ini tampaknya lebih ceria,apa yang anda rasakan?


l. Kontrak

10.Topik

Bagaimana kalau sekarang kita membahas tentang rencana kegiatan yang


dapat anda lakukan?

11.Waktu

Berapa lama?15 menit bisa?baiklah kita berbincang-bincang selama 15

12.Tempat

Mari kita berbincang-bincang di tempat yang sudah kita sepakati kemarin

 Fase kerja

Bagaimana kegiatan anda setiap harinya mulai dari bangun tidur pagi hari sampai
malam? Coba ceritakan apa saja yang dilakukan.

Bagaimana perasaan anda setelah melakukan kegiatan tersebut?

Adakah kegiatan yang masih ingin anda lakukan selain yang sudah dibicarakan tadi?

Baiklah dari beberapa kegiatan tersebut manakah yang dirasakan lebih nyaman bagi
anda untuk dikerjakan? Bagaimana jika anda menyebutkan dan saya
mencatatkannya. Baik!

Baiklah anda sudah mempunyai rencana-rencana yang akan dilakukan.

 Fase terminasi

i. Evaluasi subjektif

Bagaimana perasaan anda sekarang setelah membicarakan masalah tadi?

j. Evaluasi objektif

Anda nyaman dengan rencana-rencana yang telah disusun tadi?

Coba sebutkan kembali apa yang anda ingin lakukan?

Bagus sekali anda dapat menyebutkannya

k. Rencana tindak lanjut

Baiklah kita ketemu lagi besok dengan membahas kegiatan yang anda lakukan
sesuai dengan kemampuan anda

l. Kontrak waktu yang akan datang


10.Topik

Bagaimana kalu membicarakan tentang kegiatan yang dapat anda lakukan


yang telah direncanakan tadi

11.Tempat

Anda lebih suka dimana tempat melakukan kegiatan tersebut? Di dalam


ruangan saja? baiklah

12.Waktu

Besok jam 8 setelah TTV bisa? Baiklah ,terima kasih . sampai ketemu besok.

STRATEGI PELAKSANAAN

PERTEMUAN 5

I. PROSES KEPERAWATAN

 KONDISI PASIEN

klien kooperatif saat diajak berbicara,klien tampak tenang, menatap lawan


bicara,suara klien pelan,berpenampilan rapi,duduk sendirian
 DIAGNOSA KEPERAWATAN

Resiko mencederai diri sendiri,orang lain, dan lingkungan berhubungan dengan


harga diri rendah

 TUK / SP 5

Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat.

 TINDAKAN KEPERAWATAN

 Anjurkan klien untuk melaksanakan kegiatan yang direncanakan.


 Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien
 Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien
 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiatan setelah pulang

J. STRATEGI KOMUNIKASI

 Fase orientasi

m. Salam terapeutik

Selamat pagi, lagi ngapain? Saya datang lagi sesuai kesepakatan kita
kemarin.

n. Evaluasi / validasi

Hari ini apa yang dirasakan?

o. Kontrak

13.Topik

Ayo,sekarang gimana kalau kita melakukan hal-hal- yang telah


direncanakan kemarin?

14.Waktu

Bagaimana kalau hari ini jam 9 pagi.

15.Tempat

Dimana? Disini saja ya?

 Fase kerja
Menurut anda kita akan melakukan latihan yang mana dulu dari rencana-rencana
yang kemarin telah kita susun?Bagaimana kalau anda menyebutkan dan saya bantu
Mencatatkannya, baiklah ternyata banyak langkah-langkah yang masih anda ingat?
Coba bagaimana kalau nanda mendemonstrasikan kegiatan pertama ini! Bagus,
sudah baik apa yang anda lakukan ! baiklah kalau dicoba latihan kegiatan kedua
setelah anda istirahat dulu.

 Fase terminasi

m. Evaluasi subjektif

Bagaimana perasaan anda setelah latihan barusan?

n. Evaluasi objektif

Ayo coba ulangi lagi apa-apa saja kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan tadi?
Bagus sekali anda bisa menjelaskannya.

o. Rencana tindak lanjut

Baiklah kita lanjutkan ngobrol-ngobrol minggu depan dengan membahas hal-


hal lain, saya siap mendengarkan jika anda butuh teman bercerita.

Vous aimerez peut-être aussi