Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
makalah yang berjudul "BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah)". Atas dukungan moral dan materi
yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis ucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ika Karunianingsih,S.Kep selaku dosen pembimbing kami yang telah memberikan
dorongan dan masukan kepada kami
2. Ibu Emilia Septina Sari, S.Kep. Ns selaku wali kelas kami yang telah memberikan materi
pendukung, masukan, dan bimbingan kepada kami
Penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan
Makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Bab I Pendahuluan iv
1.1 Latar Belakang v
1.2 Rumusan Masalah v
1.3 Tujuan v
Bab II Pembahasan 1
A. Definisi BBLR 1
B. Klasifikasi BBLR 1
C. Etiologi BBLR 2
D. Tanda dan Gejala BBLR 3
E. Patofisiologi BBLR 4
F. Patway BBLR 6
G. Pemeriksaan Penujang BBLR 7
H. Penatalaksanaan BBLR 10
I. Komplikasi pada BBLR 11
BAB III Asuhan Keperawatan BBLR
Bab VI Penutup 23
2.1 Kesimpulan 23
2.2 Saran 23
Daftar Pustaka 24
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan adalah kenikmatan yang diharapkan oleh setiap manusia dalam kehidupan
sehingga manusia diharapkan untuk mampu selalu menjaga kesehatannya. Dalam kehidupan
sekarang telah banyak ilmu–ilmu yang mempelajari tentang kesehatan, baik ilmu tentang
kesehatan dan ilmu tentang penyakit. Segala hal yang dilakukan seperti pola dan gaya hidup
sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan tubuh dan penyakit yang kemungkinan dapat
diderita.
(Notoatmodjo,2007).
Bayi dengan badan lahir rendah akan meningkatkan angka kesakitan dan angka
kematian bayi. Berat badan lahir sangat menentukan prognosa dan komplikasi yang
terjadi.Masalah yang mengancam pada BBLR dan BBLSR adalah resiko kehilangan panas
dan ir yang relative lebih besar karena permukaan tubuh reltif luas, jaringan lemak subkutan
lebih tipis, sehingga resiko kehilangan panas melalui kulit dan kekurangan cadangan energi
lebih besar. Daya tahan tubuh relative rendah karena prematuritas dan malnutisinya, juga
fungsi organ belum baik (terutama UK < 34 minggu), misalnya : system pernafasan, saluran
cerna, hati , ginjal, metabolisme dan system kekebalan.
Masalah anak di Negara berkembang yang saat ini terjadi adalah penyakit infeksi,
infeksi parasit dan penyakit kurang gizi. Dimana pola penyakit di Negara berkembang juga
pernah dialami oleh kelompok Negara maju 50-100 tahun yang lalu. Indonesia dikategorikan
dalam Negara berkembang, apalagi dengan adannya krisis ekonomi yang berdampak pada
aspek kesehatan. Tingkat social ekonomi yang rendah sering dihubungkan dengan kelahiran
bayi berat lahir rendah. Jadi baik tidaknya keadaan sosial ekonomi suatu tempat dapat dilihat
dari tinggi rendahnya angka kematian bayi (AKB). Di Indonesia pada tahun 1980 AKB
mencapai 46,0 % sedangkan di Singapura pada tahun yang sama AKB 13,5 %.Frekuensi
kejadian bayi lahir kurang dari masa gestasi 37 minggu (menurut U.S. Collaborative Perinatal
Study) adalah 7,1 % untuk kulit putih dan 17,9 % untuk kulit berwarna. Kira-kira 1/3 – ½
bayi berat lahir rendah mempunyai masa gestasi 37 minggu atau lebih. Kejadian bayi dengan
berat lahir kurang dari 2500 gram bervariasi antara 6 – 16 %.Di bangsal Neonatus RSCM
(1986) penyebab kematian neonatus adalah : cacat bawaan, sindrom gawat nafas, infeksi,
asfiksia, imaturitas .
(Saifudin, Abdul Bari dkk ,2007)
A. Pengertian
BBLR (Bayi berat lahir rendah) adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500
gram pada waktu lahir .
(Amru sofian,2012).
BBLR (Bayi berat lahir rendah) ialah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram
pada waktu lahir.
(Huda dan Hardhi, 2013).
BBLR (Bayi berat lahir rendah) adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari
2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi .
(Wong,2009).
BBLR (Berat badan lahir rendah) yaitu bayi yang lahir dengan berat badan kurang
dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (dihitung satu jam setelah melahirkan).
(Ribek dkk, 2011).
BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah ) merupakan bayi (neonates) yang lahir dengan
memiliki berat badan kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2499 gram.
(Herdman, T. Heather. 2012).
B. Klasifikasi BBLR
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi berat lahir rendah
dibedakan dalam beberapa macam (Abdul Bari saifuddin,2001) :
1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500 gram-2500 gram.
2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR),berat alhir kurang dari 1500 gram.
3. Bayi Berta Lahir Ekstrem Rendah (BBLER) berat lahir kurang dari 1000 gram.
Sedangkan menurut WHO membagi Umur kehamilan dalam tiga kelompok :
1. Preterm : kurang dari 37 minggu lengkap.
2. Aterm : mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu lengkap.
Pos term : 42 minggu lengkap atau lebih.
Ada dua macam BBLR yaitu :
1. Prematuritas murni atau bayi yang kurang bulan (KB/SMK) : bayi yang dilahirkan dengan
umur kurang dari 37 minggu dengan berat badan sesuai.
2. Dismaturitas : bayi .lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya hal ini disebabkan
pertukaran zat antara ibu dan janin merngalami gangguan.
(Bobak, Irene M. 2005)
C. Etiologi
Penyebab kelahiran bayi berat badan lahir rendah, yaitu:
a. Factor genetik atau kromosom
b. Infeksi
c. Bahan toksik
d. Insufisiensi atau disfungsi plasenta
e. Radiasi
f. Faktor nutrisi
g. Factor lain seperti merokok, peminum alkohol, bekerja berat pada masa kehamilan, plasenta
previa, kehamilan ganda, obat-obatan, dan sebagainya.
Selain penyebab diatas ada beberapa penyebab kelahiran berat badan lahir rendah yang
berhubungan, yaitu :
1. Faktor ibu
a. Paritas
b. Abortus spontan sebelumnya
c. Infertilitas
d. Gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
e. Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat
f. Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah, perokok
2. Faktor kehamilan
a. Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum
b. Komplikasi kehamilan : preeklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini
3. Faktor janin
a. Cacat bawaan, infeksi dalam rahim.
b. Infeksi congenital (missal : rubella)
G. Pemeriksaan Penunjang
ogi
a. Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan usia kehamilan kurang bulan, dapat
dimulai pada umur 8 jam. Gambaran foto thoraks pada bayi dengan penyakit membran hyalin
karena kekurangan surfaktan berupa terdapatnya retikulogranular pada parenkim dan
bronkogram udara. Pada kondisi berat hanya tampak gambaran white lung .
b. USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu dimulai pada umur 2 hari
untuk mengetahui adanya hidrosefalus atau perdarahan intrakranial dengan memvisualisasi
ventrikel dan struktur otak garis tengah dengan fontanel anterior yang terbuka.
(Mansjoer A, 2006).
torium
1) Hematokrit (HCT)
a) Bayi usia 1 hari 48-69%
b) Bayi usia 2 hari 48-75%
c) Bayi usia 3 hari 44-72%.
2) Hemoglobin (Hb) untuk bayi usia 1-3 hari 14,5-22,5 g/dl.
3) Hb A > 95% dari total atau 0,95 fraksi Hb.
4) Hb F
a)Bayi usia 1 hari 63-92%
b) Bayi usia 5 hari 65-88%
c)Bayi usia 3 minggu 55-85%
d) Usia 6-9 minggu 31-75%.
5) Jumlah leukosit
a) Bayi baru lahir 9,0-30,0 x 103 sel/mm3 ( L)
b) Bayi usia 1 hari/24 jam 9,4-43,0 x 103 sel/mm3 ( L)
c) Usia 1 bulan 5,0-19,5 x 103 sel/mm3 ( L).
b. Bilirubin
1) Total (serum)
a) Tali pusat < 2,0 mg/dl
b) 0-1 hari 8,0 mg/dl
c) 1-2 hari 12,0 mg/dl
d) 2-5 hari 16,0 mg/dl
e) Kemudian 2,0 mg/dl.
2) Direk (terkonjugasi)
a) 0,0-0,2 mg/dl
c. Glukosa (8–12 jam post natal), disebut hipoglikemi bila konsentrasi glukosa plasma < 50
mg/dl.
3) Serum
f) Tali pusat 45-96 mg/dl
g) Bayi baru lahir (usia 1 hari) 40-60 mg/dl
h) Bayi usia > 1 hari 50-90 mg/dl.
darah
1) Tekanan parsial CO2 (PCO2) bayi baru lahir 27-40 mmHg
2) Tekanan parsial O2 (PO2)
a) Lahir 8-24 mmHg
b) 5-10 menit 33-75 mmHg
c) 30 menit 31-85 mmHg
d) > 1 jam 55-80 mmHg
e) 1 hari 54-95 mmHg
f) Kemudian (menurun sesuai usia) 83-108 mmHg.
Saturasi oksigen (SaO2)
a) Bayi baru lahir 85-90%
b) Kemudian 95-99%.
pH bayi prematur (48 jam) 7,35-7,50.
rah (k/p)
1) Natrium
a) Serum atau plasma
1.1) Bayi baru lahir 136-146 mEq/L
1.2) Bayi 139-146 mEq/L.
b) Urine 24 jam 40-220 mEq/L.
2) Kalium
a) Serum bayi baru lahir 3,0-6,0 mEq/L
b) Plasma (heparin) 3,4-4,5 mEq/L
c) Urine 24 jam 2,5-125 mEq/L (bervariasi sesuai diit).
3) Klorida
a) Serum/plasma
1.1) Tali pusat 96-104 mEq/L
1.2) Bayi baru lahir 97-110 mEq/L.
hake test
Sebaiknya dilakukan pada bayi yang berusia < 1 jam dengan mengambil cairan amnion yang
tertelan di lambung dan bayi belum diberikan makanan. Cairan amnion 0,5 cc ditambah
garam faal 0,5 c, kemudian ditambah 1 cc alkohol 95% dicampur dalam tabung kemudian
dikocok 15 detik, setelah itu didiamkan 15 menit dengan tabung tetap berdiri.
Interpretasi hasil:
1). (+) : Bila terdapat gelembung-gelembung yang membentuk cincin artinya surfaktan
terdapat dalam paru dengan jumlah cukup.
2). (-) : Bila tidak ada gelembung atau gelembung sebanyak ½ permukaan artinya
paru-paru belum matang/tidak ada surfaktan.
3). Ragu : Bila terdapat gelembung tapi tidak ada cincin.
Jika hasil menunjukkan ragu maka tes harus diulang.
(Masjoer A, 2006)
H. Penatalaksanaan BBLR
1. Penatalaksanaan Keperawatan :
a. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan yang
diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi
harus dilakukan didalam incubator
b. Mempertahankan suhu tubuh
Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam mempertahankan suhu
tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50
C s/d 370 C.Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal
tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat rendah yang
dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan pengendalian lingkungan secara
0
seksama. Suhu perawatan harus diatas 25 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan
sampai 300C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram
c. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur perawatan
dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam
incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan
berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang,
hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian,
observasi terhadap pernafasan lebih mudah.
d. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR, akibat
tidak adanya alveolo dan surfaktan. Konsentrasi O2yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan
menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang panjangakan
menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan
e. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang
berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk
mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan
sesudah merawat bayi.
f. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya
hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui
kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat
lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi
preterm.
2. Medis
a. Resusitasi yang adekuat, pengaturan suhu, terapi oksigen
b. Pengawasan terhadap PDA (Patent Ductus Arteriosus)
c. Keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian nutrisi yang cukup
d. Pengelolaan hiperbilirubinemia, penanganan infeksi dengan antibiotik yang tepat
(Bobak, Irene M. 2005)
I. Komplikasi BBLR
1. Sindrom aspirasi mekonium (menyebabkan kesulitan bernapas pada bayi)
2. Hipoglikemia simptomatik, terutama pada laki-laki
3. Penyakit membran hialin: disebabkan karena surfaktan paru belum sempurna/ cukup,
sehingga olveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan inspirasi, tidak tertinggal udara residu
dalam alveoli, sehingga selalu dibutuhkan tenaga negatif yang tinggi untuk yang berikutnya
4. Asfiksia neonetorum
5. Hiperbilirubinemia. Bayi dismatur sering mendapatkan hiperbilirubinemia, hal ini mungkin
disebabkan karena gangguan pertumbuhan hati.
(Maryunani, Anik. 2009)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata pasien
Biodata atau identitas pasien: meliputi nama tempat tanggal lahir jenis kelamin .
Bidata penanggung jawab meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau
kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat.
b. Riwayat kesehatan
1. Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada kasus BBLR
yaitu:
a. Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk, merokok ketergantungan
obat-obatan atau dengan penyakit seperti diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru.
b. Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran multiple, kelainan
kongenital, riwayat persalinan preterm.
c. Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak teratur dan periksa
kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
d. Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan postdate atau
preterm).
e. Riwayat natalkomplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat dengan
permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji :
f. Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun plasenta previa.
g. Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat penenang
(narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.
2. Riwayat post natal
Yang perlu dikaji antara lain :
a. Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3) asfiksia berat, AS (4-
6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.
b. Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm 2500 gram lingkar kepala
kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).
c. Pola nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi gastrointentinal,
muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu diberikan cairan parentral atau
personde sesuai dengan kondisi bayi untuk mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan
juga untuk mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk
pemberian obat intravena.
d. Pola eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah BAB : frekwensi, jumlah, konsistensi. BAK :
frekwensi, jumlah
e. Latar belakang sosial budaya
Kebudayaan yang berpengaruh terhadap BBLR kebiasaan ibu merokok,
ketergantungan obat-obatan tertentu terutama jenis psikotropikaKebiasaan ibu mengkonsumsi
minuman beralkohol, kebiasaan ibu melakukan diet ketat atau pantang makanan tertentu.
f. Hubungan psikologis
Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung dengan ibu jika
kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna sekali dimana bayi akan mendapatkan kasih
sayang dan perhatian serta dapat mempererat hubungan psikologis antara ibu dan bayi. Lain
halnya dengan BBLR karena memerlukan perawatan yang intensif
g. Keadaan umum
Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya merintih. Keadaan akan
membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis keras. Kesadaran neonatus
dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan
sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi
neonatus yang baik.
h. Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia benar,
tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi bila suhu tubuh < 36 C
dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh < 37 C. Sedangkan suhu normal tubuh antara
36,5C – 37,5C, nadi normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal antara 40-60
kali permenit, sering pada bayi post asfiksia berat pernafasan belum teratur .
i. Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi preterm
terdapat lanugo dan verniks.
j. Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun besar
cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
k. Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding conjunctiva, warna
sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi terhadap cahaya.
l. Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
m. Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
n. Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
o. Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
p. Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan ronchi,
frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
q. Abdomen Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus costae pada garis
papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau tumor, perut cekung
adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi,
sering terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna.
r. Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda – tanda infeksi pada
tali pusat.
s. Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara uretra pada
neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan labia minor, adanya sekresi
mucus keputihan, kadang perdarahan.
t. Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna dari feses.
u. Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau adanya
kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
v. Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah. Reflek moro
dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang
(Doenges E marlyn,2007)
3. Intervensi Keperawatan
a. Dx : Ketidakefektifan pola nafas b/d tidak adekuatnya ekspansi paru
Tujuan : setelah dilakukan tindakan leperawatan selama 1 x 24 jam Pola nafas yang efektif
Kriteria hasil :
1. Kebutuhan oksigen menurun
2. Nafas spontan, adekuat
3. Tidak sesak.
4. Tidak ada retraksi
Rencana Tindakan :
a. Kaji TTV bayi
R/ :untuk mengetahui keadaan umum pasien
b. Beri posisi semifowler
R/ : Mengurangi rasa nyeri dan memberikan rasa nyaman pada pasien.
c. Tinjau ulang riwayat ibu terhadap obat-obatan yang akan memperberat depresi pernapasan
pada bayi
R/: mengetahui obat-obatan yang memperberat depresi pernapasan pada bayi
d. Observasi irama, kedalaman dan frekuensi pernafasan
R/ :Mengetahui irama, kedalaman dan frekuensi pernapasan
e. Kolaborasi pemberian oksigen dengan metode yang sesuai.
R/:memenuhi kecukupan oksigen dalam tubuh
b. Diagnosa : Resiko tinggi hipotermi atau hipertermi b/d imaturitas fungsi termoregulasi atau
perubahan suhu lingkungan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan leperawatan selama 1 x 24 jam suhu bayi stabil
Kreteria hasil: Suhu 36,5 0C -37,5 0C, Akral hangat
Rencana Tindakan :
a. Kaji TTV bayi
R/ :untuk mengetahui keadaan umum pasien
b. Rawat bayi dengan suhu lingkungan sesuai.
R/: Menurunkan risiko hipotermi / hipertermi.
c. Hindarkan bayi kontak langsung dengan benda sebagai sumber dingin/panas.
R/: Hindarkan bayi kontak langsung dengan benda sebagai sumber dingin/panas.
d. Ukur suhu bayi setiap 3 jam atau kalau perlu.
R/: Memantau terjadinya peningkatan / penurunan suhu tubuh.
e. Kolaborasi pemberian obat-obat sesuai dengan indikasi : fenobarbital
R/: Memperbaiki asidosis yang dapat terjadi pada hiportemia dan hipertermia.
c. Diagnosa : Resiko tinggi gangguan integritas kulit b/d imaturitas struktur kulit
Tujuan : setelah dilakukan tindakan leperawatan selama 1 x 24 jam Integritas kulit baik
Kriteria hasil : Tidak ada rash, Tidak ada iritasi,Tidak plebitis
Rencana tindakan :
a. Kaji TTV bayi
R/ :untuk mengetahui keadaan umum pasien
b. Kaji kulit bayi dari tanda-tanda kemerahan, iritasi, rash, lesi dan lecet pada daerah yang
tertekan.
R/: Memantau adanya kemerahan, iritasi, rash, lesi dan lecet.
c. Lakukan perawatan tali pusat.
R/: Menjaga tali pusat dalam keadaan baik.
d. Gunakan plester non alergi dan seminimal mungkin
R/: Menurunkan terjadinya gangguan integritas kulit
e. Kolaborasi pemeriksaan darah rutin
R/: Memantau hasil pemeriksaan laboratorium.
f. Kolaborasi pemberian antibiotika.
R/: Obat-obatan sangat penting dalam proses penyembuhan.
d. Diagnosa : Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d ketidakmampuan menerima nutrisi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan leperawatan selama 1 x 24 jam nutrisi adekuat
Kriteria hasil : Berat badan naik 10-30 gram / hari, Tidak ada edema, Protein dan albumin darah dalam batas
normal
Rencana Tindakan :
a. Kaji TTV bayi
R/ :untuk mengetahui keadaan umum pasien
b. Catat intake dan output
R/: Memantau jumlah cairan masuk dan keluar.
c. Berikan ASI/PASI dengan metode yang tepat.
R/: Memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.
d. Timbang berat badan setiap hari
R/: Timbang berat badan setiap hari
e. Kolaborasi dalam pemberiantotal parenteral nutrition kalau perlu
R/: Memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi.
A. Kesimpulan
Masa neonatus dan beberapa minggu sesudahnya masih merupakan masa yang rawan
karena disamping kekebalan yang masih kurang juga gejala penyakit spesifik. Pada periode-
periode tersebut tidak dapat dibedakan/sulit dibedakan dengan penyakit lain sehingga sulit
dideteksi pada usia minggu-minggu pertama kelainanyang timbul banyak yang berkaitan
dengan masa kehamilan/proses persalinan sehingga perlu penanganan segera dan khusus.
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu factor resiko
yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain
itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh
kembang selanjutnya, sehingga membutahkan biaya perawatan yang tinggi.
B. Saran
Setiap hasil karya tidak ada yang sempurna dan pasti mempunyai beberapa kekurangan.
Adapun saran-saran untuk kemajuan makalah yang telah dibuat oleh penulis adalah sebagai
berikut :
DAFTAR PUSTAKA