Vous êtes sur la page 1sur 4

Apakah HbA1c ?

HbA1c atau hemoglobin glikat adalah bentuk ikatan molekul glukosa pada asam
amino valin di ujung rantai beta molekul hemoglobin. Bila kadar glukosa darah
meningkat (hiperglikemia), maka melalui reaksi non-enzimatik, terjadi ikatan yang
bersifat sementara. Bila kadar glukosa darah dalam hitungan jam segera kembali ke
tingkat normal maka ikatan akan terurai kembali. Namun bila hiperglikemia lebih lama,
maka ikatan tersebut berubah menjadi stabil dan menetap sebagai HbA1c.

Bila hiperglikemia sampai beberapa minggu maka akan terbentuk


advanced glycosylation end-products (AGE) yang dapat menyebabkan perubahan
jaringan dan vaskular.1

Apakah makna kadar HbA1c pada pengelolaan pasien diabetes mellitus ?


Oleh karena hemoglobin terdapat di dalam eritrosit (sel darah merah) dan rerata masa
hidup eritrosit 120 hari, maka kadar HbA1c mencerminkan rerata kadar glukosa
selama jangka waktu 8-12 minggu sebelumnya. Jadi kadar HbA1c menunjukkan
status kontrol glikemik jangka panjang, lebih baik daripada kadar glukosa darah atau
urin yang bersifat jangka pendek (hitungan jam atau hari saja).

Sebagai contoh, bila seorang pasien diabetes melitus (DM) kadar glukosa darahnya
baru terkendali baik beberapa hari sebelum diperiksa mungkin saja kadar HbA1c-nya
masih tinggi. Sebaliknya pasien DM yang sudah terkendali baik tetapi baru saja
mengalami gangguan stres atau infeksi maka kadar HbA1c-nya normal dengan kadar
glukosa tinggi. Yang baik adalah bila kadar keduanya, baik glukosa darah maupun
HbA1c, sudah normal.

Apakah peran HbA1c pada pengelolaan pasien diabetes melitus ?


Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization = WHO) dan banyak
perkumpulan dokter spesialis DM telah menganjurkan untuk memeriksakan kadar
HbA1c pada semua pasien DM untuk mengetahui status kendali
glikemik/metaboliknya dalam memantau hasil pengobatan. Menurut Clinical Practice
Recommendations yang diterbitkan oleh American Diabetes Association (ADA) nilai
sasaran kadar HbA1c pada pasien DM dewasa (tidak hamil) adalah <7,0% sebagai
tanda status kendali metabolik yang baik, pedoman umum untuk
mencegah/mengurangi risiko penyulit mikrovaskular (misalnya retina dan ginjal) dan
saraf (neuropati dan disfungsi erektil). Kondisi yang baik ini perlu terus dipertahankan.
Bila kadar HbA1c masih diatas 8,0% maka dokter bersama pasien perlu bekerjasama
untuk pengobatan yang lebih baik.

Pasien DM tipe 1 atau tipe 2 yang belum terkendali baik disarankan untuk diperiksa
setiap 3 bulan, sedangkan pasien DM tipe 2 yang terkendali baik dapat diperiksa tiap
6 bulan. Dokter harus menilai pasien secara perorangan dan mempertimbangkan
sasaran pengobatan yang lebih ketat / longgar berdasarkan kondisi kesehatannya
saat ini.2,3

Keadaan apakah yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran HbA1c ?


Karena HbA1c merupakan bagian dari hemoglobin keseluruhan maka setiap
perubahan jumlah eritrosit, kadar dan susunan hemoglobin dapat mempengaruhi
kadar HbA1c. Contoh perubahan masa hidup eritrosit misalnya perdarahan, anemia
(kurang darah), hemolisis (pecahnya eritrosit), kekurangan zat besi (Fe), vit B12 atau
asam folat, atau kelainan hemoglobin (varian hemoglobin atau thalassemia) dan juga
pengobatannya. Pada keadaan-keadaan ini maka diperlukan pemeriksaan lain. Pada
keadaan gagal ginjal, pengaruh zat yang tidak dapat dikeluarkan dari tubuh dan obat-
obatan juga dapat mempengaruhi kadar HbA1c.4
Contoh hasil rendah palsu pada perdarahan, transfusi darah, anemia defisiensi dan
hemolisis, pergantian eritrosit yang lebih cepat. Sebaliknya hasil tinggi palsu mungkin
dijumpai pada penyakit ginjal kronis, kelainan hemoglobin tertentu (misalnya HbS dan
metHb), dan lain-lain.
Bagaimanakah cara pengukuran kadar HbA1c ?
Terdapat banyak metoda pemeriksaan kadar HbA1c yang dapat dibedakan
berdasarkan prinsip pemeriksaannya. Kelompok pertama yang berdasarkan sifat fisik
/ kimia / muatan listrik (kromatografi cation ion-exchange, elektroforesis, isoelectric
focusing, kromatografi affinity). Kelompok kedua berdasarkan strukturnya
(immunoassay) dan kelompok ketiga berdasarkan reaksi enzimatik.5 Semua metoda
mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Oleh karena itu apabila didapat hasil yang
kurang sesuai dengan keadaan klinis, atau ada perubahan nyata dengan hasil
sebelumnya, atau keadaan meragukan lainnya maka perlu diuji banding dengan
metoda lain. Pihak laboratorium dan dokter perlu waspada untuk mengenalinya dan
bekerjasama untuk mencari kebenarannya.
Oleh karena hasil pemeriksaan HbA1c antar metoda dapat berbeda maka telah
diupayakan untuk membakukan metoda pemeriksaan. The National Glycated
Hemoglobin Standardization Panel (NGSP) di Amerika Serikat bekerjasama dengan
College of American Pathologist (CAP) sejak tahun 1980-an telah giat melakukan
upaya pembakuan dan harmonisasi. Hasil nyata perbaikan telah dicapai. The
International Federation of Clinical Chemistry and Laboratory Medicine (IFCC) telah
berhasil membuat bahan rujukan (reference material = RM) untuk pemeriksaan kadar
HbA1c. Dianjurkan semua pemeriksaan kadar HbA1c merujuk ke RM IFCC tersebut
agar mampu telusur (traceability) dengan harapan memperkecil perbedaan hasil antar
metoda.6
Apakah peran baru HbA1c pada pengelolaan pasien diabetes melitus?
Dengan pembakuan metoda pemeriksaan kadar HbA1c maka sejak tahun 2009
telah dianjurkan untuk menggunakan ini untuk diagnosis dan penapisan DM selain
pemeriksaan kadar glukosa darah. Kadar HbA1c dapat dipergunakan untuk diagnosis
DM bila kadar HbA1c ≥6,5%. Bila gejala klinis tidak jelas dan kadar glukosa
darah/plasma ≤200mg/dL maka pemeriksaan kadar HbA1c perlu diulang pada hari
lain. Kadar HbA1c 5,7-6,4% mengindikasikan orang dengan risiko tinggi atau keadaan
pradiabetes. Dengan demikian diharapkan upaya pencegahan dan pengobatan DM
menjadi lebih baik.
Daftar Pustaka :
1. American Diabetes Association: Summary of Revisions for the 2009 Clinical
Practice Recommendations. Diabetes Care 2009 Jan;32(S1):S3-S5.
2. International Expert Committee Report on the Role of the A1C Assay in the
Diagnosis of Diabetes. Diabetes Care 2009 July;32(7):1327-34.
3. Perkeni. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di
Indonesia. Jakarta:PB Perkeni 2011 p.31,38.
4. Cohen RM, Franco RS, Khera PK, et al. Red cell life span heterogeneity in
hematologically normal people is sufficient to alter HbA1c. Blood. 2008;112:4284-
91.
5. Henrichs HR. HbA1c – Glycated hemoglobin and Diabetes mellitus. ed1, Bremen:
UNI-MED Verlag AG, 2009 pp 57-73.
6. Sacks DB for the ADA/EASD/IDF Working Group of the HbA1c Assay. Global
harmonization of Hemglobin A1c. Clin Chem 2005;51:681-3.
7. American Diabetes Association. Standards of Medical Care in Diabetes 2010.
Diabetes Care 2010;33:S11–S61.

Vous aimerez peut-être aussi