Vous êtes sur la page 1sur 7

Nama : Muhammad Ikbar Fauzan

Kelas : Alpha 2015


NIM : 04011281520173
Laporan Hasil Belajar Mandiri Tutorial Blok 26 Skenario A

Learning Issue
1. Surveillance
Pengertian
Surveilans kesehatan masyarakat adalah proses pengumpulan data kesehatan yang mencakup
tidak saja pengumpulan informasi secara sistematik, tetapi juga melibatkan analisis,
interpretasi, penyebaran, dan penggunaan informasi kesehatan. Hasil surveilans dan
pengumpulan serta analisis data digunakan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik
tentang status kesehatan populasi guna merencanakan, menerapkan, mendeskripsikan, dan
mengevaluasi program kesehatan masyarakat untuk mengendalikan dan mencegah kejadian
yang merugikan kesehatan

Rumusan tujuan surveilans kesehatan Masyarakat

Surveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang masalah kesehatan

populasi, sehingga penyakit dan faktor risiko dapat dideteksi dini dan dapat dilakukan

respons pelayanan kesehatan dengan lebih efektif. Tujuan khusus surveilans:

 Memonitor kecenderungan (trends) penyakit;


 Mendeteksi perubahan mendadak insidensi penyakit, untuk
mendeteksi dini outbreak;
 Memantau kesehatan populasi, menaksir besarnya beban penyakit
(disease burden) pada populasi;
 Menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu perencanaan,
implementasi, monitoring, dan evaluasi program kesehatan;
 Mengevaluasi cakupan dan efektivitas program kesehatan
 Mengidentifikasi kebutuhan riset (Last, 2001; Giesecke, 2002; JHU,
2002).
Jenis Jenis Surveilans

a. Surveilans Individu

Surveilans individu (individual surveillance) mendeteksi dan memonitor individu-

individu yang mengalami kontak dengan penyakit serius, misalnya pes, cacar,

tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis

b. Surveilans Penyakit

Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus

terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui pengumpulan

sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian, serta

data relevan lainnya. Jadi fokus perhatian surveilans penyakit adalah penyakit, bukan

individu

c. Surveilans Sindromik

Syndromic surveillance (multiple disease surveillance) melakukan pengawasan

terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit, bukan masing-masing

penyakit. Surveilans sindromik mengandalkan deteksi indikator-indikator kesehatan

individual maupun populasi yang bisa diamati sebelum konfirmasi diagnosis.

d. Surveilans Berbasis Laboratorium

Surveilans berbasis laboartorium digunakan untuk mendeteksi dan menonitor

penyakit infeksi. Sebagai contoh, pada penyakit yang ditularkan melalui makanan seperti

salmonellosis,

Pendekatan atau sumber data surveilans kesehatan Masyarakat

Berdasarkan pendekatan sumber data surveilans dapat dibagi menjadi dua jenis:

a. Surveilans pasif;
Surveilans pasif memantau penyakit secara pasif, dengan menggunakan data

penyakit yang harus dilaporkan (reportable diseases) yang tersedia di fasilitas pelayanan

kesehatan. Kelebihan surveilans pasif, relatif murah dan mudah untuk dilakukan

b. Surveilans aktif

Surveilans aktif menggunakan petugas khusus surveilans untuk kunjungan berkala

ke lapangan, desa-desa, tempat praktik pribadi dokter dan tenaga medis lainnya,

puskesmas, klinik, dan rumah sakit, dengan tujuan mengidentifikasi kasus baru penyakit

atau kematian, disebut penemuan kasus (case finding), dan konfirmasi laporan kasus

indeks. Kelebihan surveilans aktif, lebih akurat daripada surveilans pasif, sebab

dilakukan oleh petugas yang memang dipekerjakan untuk menjalankan tanggungjawab

itu. Selain itu, surveilans aktif dapat mengidentifikasi outbreak lokal. Kelemahan

surveilans aktif, lebih mahal dan lebih sulituntuk dilakukan daripada surveilans pasif

Daftar Pustaka

1. Prof. H. Surya,H maulana I., S.Si., Apt.2014.ILMU KESEHATAN MASYARAKAT Jilid


II ( untuk kelas II) Cetakan Kedua.Jakarta
2. Achmad Ridwan MO.2018.Sureveilans kuliah blok IKM Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya.Palembang
3. Bustan, M.N. 2006. Pengantar Epidemiologi. Rineka Cipta. Jakarta.
4. Nur Nasry Noor, Bahan kuliah Epidemiologi Dasar. FKM. Unhas.
5. Ridwan, 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat Surveilans Epidermiologi Sebuah Pengantar.
FKM-UNHAS.
6. Sugiyono, Prof. Dr. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Atfabeta.
Bandung. Hal.
7. Sutrisna, Bambang. 1986. Pengantar Metoda Epidemiologi. PT. Dian Rakyat. Jakarta.
8. Wahyudin Rajab, M.Epid. Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Kebidanan, EGC.
Jakarta
Analisis Masalah
1. Dokter Susi sebagai kepala Puskesmas Sukajadi yang baru, melihat bahwa surveilans
Puskesmas tidak berjalan dengan baik, dan tidak ada upaya kewaspadaan KLB di
Puskesmas tersebut. Penyajian data tidak digambarkan dengan benar
a. Apa saja syarat surveilans puskesmas berjalan dengan baik?12 9

b. Bagaimana cara penyajian data KLB di puskesmas yang benar?3 12


Hasil penyelidikan epidemiologi hendaknya dilaporkan kepada pihak yang
berwenang baik secara lisan maupun secara tertulis. Laporan secara lisan kepada
instansi kesehatan setempat berguna agar tindakan penanggulangan dan
pengendalian KLB yang disarankan dapat dilaksanakan. Laporan tertulis
diperlukan agar pengalaman dan hasil penyelidikan epidemiologi dapat
dipergunakan untuk merancang dan menerapkan teknik-teknik sistim surveilans
yang lebih baik atau dipergunakan untuk memperbaiki program kesehatan serta
dapat dipergunakan untuk penanggulangan atau pengendalian KLB.
2. Penyuluhan kesehatan terakhir dalam pencegahan penyaki tmenular tidak didasarkan
riwayat perjalanan penyakit dan tidak melihat rantai penularan penyakit. Besar masalah
penyakit menular tidak digambarkan dalam ukuran penyakit seperti incidence rate dan
prevalence rate.

a. Apa implikasi pengetahuan rantai penularan penyakit terhadap kesehatan


masyarakat?12 9

Penularan suatu penyakit tidak terjadi begitu saja melainkan memerlukan adanya hal –hal
atau syarat – syarat tertentu yang biasa disebut sebagai rantai penularan penyakit. Rantai
penularan penyakit adalah rangkaian sejumlah faktor yang memungkinkan proses penularan
suatu penyakit dapat berlangsung.

Faktor yang merupakan mata rantai itu ada 6, yaitu :


1. Adanya sumber penularan(manusia,hewan,tanah,udara)
2. Adanya hama penyakit (protozoa,bakteri,jamur,bakteri,virus)
3. Adanya pintu keluar (Pintu keluar adalah jalan yang dilalui oleh hama penyakit sewaktu
keluar / dikeluarkan dari tubuh tuan rumah. Beberapa jenis penyakit infeksi memiliki pintu
keluar yang berbeda – beda.contoh alat pernafasan,alat pencernaan)

4. Adanya cara penularan


5. Adanya pintu masuk(Yang dimaksud dengan pintu masuk adalah bagian – bagian badan
yang dilalui oleh hama penyakit sewaktu masuk ke dalam tubuh calon penderita. Disebut
juga pintu infeksi. Pintu masuk itu umumnya sama dengan pintu keluar, yaitu ;alat
pencernaan,alat pernafasan,alat kelamin)

6. Adanya kerentanan

Jadi, implikasi dari pengetahuan rantai penularan penyakit adalah mengetahui apa saaja yang
dapat menyebabkan penyakit,maupun menghindari tertular nya penyebaran penyakit

3. Di beberapa desa tercatat KejadianLuarBiasa(KLB) beberapa penyakit yang tidak pernah


di investigasi. Namun demikian laporan penyakit berpotensi KLB sudah disampaikan
apabila ada KLB ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Belum pernah dibuktikan secara
statistic apa penyebab KLB di wilayah kerjanya.
a. Apa saja jenis penyakit yang berpotensi KLB dan wajib di laporkan kepuskesmas
dan dinas kesehatankabupaten/kota?3 12

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


1501/MENKES/PER/X/2010, penyakit menular tertentu yang menimbulkan wabah adalah:
1. Kholera 6. Difteri
2. Pes 7. Pertusis
3. Demam berdarah 8. Rabies
4. Campak 9. Malaria
5. Polio 10. Avian Influenza H5N1
11. Antraks 15. Meningitis
12. Leptospirosis 16. Yellow Fever
13. Hepatitis 17. Chikungunya
14. Influenza H1N1

Penyakit-penyakit berpotensi Wabah/KLB:


1. Penyakit karantina/penyakit wabah penting: kholera, pes, yellow fever.
2. Penyakit potensi wabah/KLB yang menjalar dalam waktu cepat/ mempunyai memerlukan
tindakan segera: DHF, campak, rabies, tetanus neonatorum, diare, pertusis, poliomyelitis.
3. Penyakit potensial wabah/KLB lainnya dan beberapa penyakit penting: malaria, frambosia,
influenza, anthrax, hepatitis, typhus abdominalis, meningitis, keracunan, encephalitis, tetanus.
4. Penyakit-penyakit menular yang tidak berpotensi wabah dan atau KLB, tetapi masuk
program: kecacingan, kusta, tuberkulosa, syphilis, gonorrhoe, filariasis, dan lain-lain.

Vous aimerez peut-être aussi