Vous êtes sur la page 1sur 22

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM SPONTAN

PUTU ARDHIANI PURNAMA DEWI


13C11015

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI
DENPASAR
2016

LAPORAN PENDAHULUAN
POST PARTUM SPONTAN
A. PENGERTIAN
Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin + uri), yang dapat
hidup kedunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain
(Mochtar,1998.
Partum spontan adalah suatu keadaan dimana seorang ibu melahirkan bayi
yang berlangsung dengan tenaga Ibu sendiri, melalui jalan lahir dan dengan
dilakukan insisi perineum untuk memperlebar ruang jalan lahir sehingga
memudahkan kelahiran anak.

B. FISIOLOGI NIFAS
1. Periode post partum ada 3 yaitu :
a. Immadiate post partum adalah masa 24 jam post partum.
b. Early post partum adalah waktu minggu pertama post partum.
c. Late post partum adalah masa post partum pada minggu pertama sampai
minggu keenam post partum.

2. Adaptasi fisiologi post partum.


Kejadian yang terjadi pada post partum adalah :
a. Involusi
Involusi adalah proses kembalinya alat kandunga atau uterus dan jalan
lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan sebelum hamil.
Proses Involusi terjadi karena :
1) Autolisis.
Autolisis adalah penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh
karena adanya hyperplasia, jaringan otot yang membesarmenjadi
panjang sepuluh kali lipat dan menjadi lima kali lebih tebal dari masa
waktu hamil, akan susut kembali mencapai keadaan semula. Faktor
penyebabnya adalah adanya penghancuran protoplasma dari jaringan
yang diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal.

2) Aktifitas otot-otot.
Aktifitas otot adalah kontraksi dan retraksi dari otot-otot setelah anak
lahir, yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah
karena adanya pelepasan plasenta, dan berguna untuk mengeluarkan
isi uterus yang tidak diperlukan.
Kontraksi dan retraksi yang terus menerus ini menyebabkan
terganggunya peredaran darah di dalam uterus yang mengakibatkan
jaringan otot-otot kekurangan zat-zat yang diperlukan, sehingga
ukuran jaringan otot-otot terssebut menjadi lebih kecil.
3) Ischaemia
Ischaemia atau anemia likal yaitu kekurangan pada uterus. Saaat
kehamilan uterus. Saat kehamilan uterus membutuhkan aliran darah
yang banyak agar uterus dapat mengadakan hypertrophy dan
hiperplasia tidak diperlukan lagi, maka pengaliha darah berkurang dan
kembali seperti biasa. Darah yang lebih biasanya dialirkan keuterus
setelah anak lahir dibutuhkan oleh buah dada sehingga peredaran
kebuah dada lebih banyak ditandai buah dada menjadi merah dan
bengkak. Adapun kembalinya keadaan uterus tersebut secara gradual
artinya, tidak sekaligus tetapi setingkat demi setingkat. Sehari atau 24
jam setelah persalinan, biassanya tinggi fundus uteri agak lebih tinggi
sedikit, disebabkan oleh adanya pelemasan uterus segmen atas dan
uterus bagian bawah terlalu lemah dalam meningkatkan tonusnya otot-
otot baik kembali, fundus uteri hanya 7,5 cm diatas sympysis dan
setelah 12 hari post partum fundus uteri tidak dapat diraba lagi dari
luar.
b. Lochea
Lochea adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus berasal dari bekas
menempelnya plasentanya melalui vagina dalam masa nifas.
Pengeluaran dari uterus selagi getah atau darah dari luka juga disertai
selaput lendir dari decidua yaitu endometrium yang menebal, karena
mengadakan degenerasi untuk kembali keadaan semula.

Lochea terbagi atas 3 jenis yaitu :


1) Lokhea rubra.
Warna merah, bau anyir, isinya sel darah merah, selaput ketuban,
selaput decidua dan lain-lain, pengeluaran hari ke-1 sampai ke-3.
2) Lokhea serosa
Warna pucat kecoklatan, bau agak anyir, isi sel darah serum, lekosit
dan sisa jaringan, pengeluaran hari ke-4 sampai ke-9
3) Lokhea alba
Warna putih kekuningan , isi sel lendir, lekosit, pengeluaran hari ke-10
sampai hari ke-15.
c. Laktasi
Laktasi adalah proses pembentukan dan pengeluaran Asi
Faktor yang mempengaruhi pembetukan dan pengeluaran Air Susu Ibu
(ASI) : Anatomi buah dada, Fisiologi, makanan, Istirahat, Isapan Anak,
Obat-obatan, Psikologi, perawatan buah dada.(Christina. S.Ibrahim, 1996
hal. 10)
d. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan,
ostium eksterna dapat dimasuki oleh dua hingga tiga jari tangan, setelah 6
minggu post natal, serviks menutup.
Karena robekan kecil-kecil yang terjadi selama dilatasi, serviks tidak
pernah kembali keadaan sebelum hamil (nulipara) yang berupa lunang
kecil seperti jarum, serviks hanya kembali pada keadaan tidak hamil yang
berupa lubang yang sudah sembuh, tertutup tapi bentuk celah. Dengan
demikian os servisis wanita yang sudah pernah melahirkan merupakan
salah satu tanda yang menunjukkan riwayat kelahiran bayi lewat vagina.
e. Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peradangan yang sangat
besar selama proses melahirkan tersebut, kedua organ ini tetap berada
dalam keadaan kendur, setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali pada
keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur
akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.
Himen mengalami ruptur pada saat melahirkan bayi pervagina dan yang
tersisa hanya sissa-sisa kulit yang disebut karunkulae mirtiformis.
Orifisium vagina biasanya tetap sedikit membuka setelah wanita tersebut
memiliki anak.
f. Perineum
Setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebalumnya
tereenggan oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal
hari kelima, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar
tonusnya sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum
melahirkan (nulipara). Relaksasi dasar panggul dan otot-otot abdomen
juga dapat bertahan.
Yang perlu diawasi pada perineum
a) Redness yaitu warna merah pada daerah vulva dan perineum.
b) Edema yaitu ada atau tidaknya penimbunan cairan secara berlebihan
pada derah vulva atau perineum.
c) Enchymosis atau lebam yaitu ada atau tidaknya perubahan warna kulit
menjadi biru gelap karena ada penimbunan darah.
d) Drainase yaitu aliran dari pengeluaran lokhea dilihat dari warna, bau,
jenis, dan banyaknya.
e) Aproximate yaitu perlekatan jahitan pada daerah perineum.
g. Traktus Urinarius
Buang air kecil seringa sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan
terdapat spasme sfinter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini
mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama
persalinan.
Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam
sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen
yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok.
Keadaan ini menyebabkan diuresis. Uterus yang berdilatasi akan kembali
normal dalam tempo 6 minggu.
h. Sistem Gastrointestinal
Kerap kali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal.
Meskipun keadaan progesteron menurun setelah melahirkan. Namun
asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari.
Gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika
sebelum melahirkan diberi enema. Rasa sakit didaerah perineum dapat
menghalangi keinginan kebelakang.
i. Sistem Kardiovaskuler
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen,
volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah
merah dan kadar haemoglobin kembali normal pada hari keliama.
Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama
masa nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi dari pada normal.
Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan dengan demikian daya
koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus dicegah dengan
penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini.
j. Perubahan Psikologis
Perubahan yang mendadak dan dramatis pada status hormonal
menyebabkan Ibu yang berada dalam masa nifas menjadi sensitif terhadap
faktor-faktor yang dalam keadaan normal mampu diatasinya. Disamping
perubahan hormonal, cadangan fisiknya sering sesudah terkuras oleh
tuntutan kehamilan serta persalinan, keadaan kurang tidur, lingkungan
yang asing baginya sseperti preparat analgesik narkotik yang diberikan
pada persalinan.
Depresi ringan yang dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah 4 th day
bluess (kemurungan hari keempat). Serig terjadi dan banyak ibu yang baru
pertama kali mempunyai anak mendapati dirinya menangis, paling tidak
satu kali, hanya karena masalah yang sering sepele. Sebagian Ibu merasa
tidak berdaya dalam waktu singkat, namun perasaan ini umumnya
menghilang setelah kepercayaan pada diri mereka dan bayinya tumbuh.
Apabila ddepresi dan insomnia bertahan lebih dari 1 atau 2 hari, pasen
harus dirujuk sebagian psikiatri untuk menyingkirkan kemungkinan
psikosis nifas. (Helen Farree, 1996 hal 226-227).

3. Penyesuaian Ibu (Maternal Adjustmen)


Menurut Riva Rubins ada 3 tahap yaitu :
1) Fase Dependent/Taking in
Terjadi pada hari 1 dan 2 post partum. Pada fase ini Ibu membutuhkan
perlindungan dan pelayanan. Ia memffokuskan energinya pada bayinya
yang baru. Ia mungkin selalu membicarakan pengalaman melahirkan
berulang-ulang. Ibu melepaskan rasa nyaman, istirahat dan ada
kegembiraan berlebihan.jn
2) Fase Dependent-Independent/Taking Hold
Dimulai pada hari ketiga post partum sampai minggu keempat dan kelima.
Ibu mulai menunjukkan pergeseran fokus perhatian dengan
memperlihatkan bayinya. Ibu mulai melakukanbayi dan menerima
pendidikan kesehatan.
3) Fase Independent/fase kemandirian (Letting go)
Fase ini dimulai pada minggu kelima sampai keenam. Terjadi peningkatan
kemampuan independen dalam perawatan bayi dan dirinya. Ibu dan
keluarga berinteraksi sebagai suatu sistem dan mengenal bahwa bayi
terpisah dari Ibu.

C. Ukuran skala nyeri


Nyeri atau rasa sakit merupakan suatu pengalaman sensorik dan emosional
yang tidak menyenangkan, biasanya berkaitan dengan adanya kerusakan
jaringan atau yang berpotensi menimbulkan kerusakan jaringan tubuh. Nyeri
yang dirasakan seseorang memiliki tingkatan, yakni nyeri ringan, sedang, atau
berat.
Terddapat beberapa skala nyeri yang sering digunakan diantaranya:
1. Wong-Baker Faces Pain Reting Scale

Skala nyeri ini sering dugunakan pada anak-anak yang berusia


diatas 3 tahun .
Penilaian skala nyeri dibaca dari kiri-ke kanan:
a. Wajah pertama : sangat senang karena dia tidak merasa
sakit sama sekali.
b. Wajah kedua : sakit hanya sedikit.
c. Wajah ketiga : sedikit lebih sakit.
d. Wajah keempat :jauh lebih sakit.
e. Wajah kelima : jauh lebih sakit sekali.
f. Wajah keenam : sangat sakit luar biasa sampai-sampai
menangis.
2. Skala nyeri 0-10 (Comparative Pain Scale)
a. Skala 0 : tidak ada rasa sakit. Merasa normal.
b. Skala 1 : nyeri hampir tak terasa (sangat ringan).
c. Skala 2: nyeri seperti cubitan.
d. Skala 3 : terasa perih.
e. Skala 4 : terasa seperti kram.
f. Skala 5 : seperti tertekan atau tergesek.
g. Skala 6 : seperti terbakar atau ditusuk-tusuk.
h. Skala 7-9 : sangat nyeri tetapi masih dapat dikontrol.
i. Skala nyeri 10 : sangat nyeri dan tidak dapat dikontrol lagi.
Keterangan:
- 1-3 = nyeri ringan,
- 4-6 = nyeri sedang,
- 7-9 = nyeri berat dan
- 10 = nyeri yang terasa paling hebat
PATHWAY
Persalinan normal

Bayi dan plasenta keluar

Masa nifas

Taking in Diaforesis Penekanan sfingter Laserasi jalan


meningkat uretra lahir

Kelelahan Intake cairan Kerusakan sfingter


kurang Terpajan Stimulasi saraf
lingkungan luar nyeri

Focus pada diri Resti Haluaran urin


sendiri tidak lancar Pajanan Mencapai SSP
kekurangan mikroorganisme
volume
cairan
Koping inefektif Perubahan pola Resti infeksi Muncul sensasi
eliminasi urine nyeri

Resti perubahan Gangguan rasa nyeri


peran

Kurang pengetahuan

Kurang pengetahuan Kurang pengetahuan


perawatan payudara tehnik menyusui

Proses menyusui
inefektif
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium darah lengkap, urinalisis.
2. Haemoglobin/haematokrit
Penentuan haemoglobin/hematokrit diperoleh pada hari pertama post partum
untuk pemeriksaan darah yang hilang selama melahirkan.

E. PENATALAKSANAAN DAN PERAWATAN MASA NIFAS


1. Penatalaksanaan medis
a. Tablet Vitamin
b. Tablet Sulfas Feros
c. Oksitosin sesuai indikasi
d. Cairan IV (bila Diperlukan)
e. Obat nyeri, pelunak feses sesuai indikasi
2. Perawatan masa nifas
a. Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin ibu harus istirahat, tidur terlenteng selama
8 jam post partum. Kemudian boleh miring kanan dan kiri untuk
mencegah terjadinya trombosis. Pada hari kedua padat dilakukan latihan
senam, hari ketiga duduk-duduk, hari keempat jalan-jalan, dan hari
kelima boleh pulang. Mobilisasi diatas mempunyai variasi tergantung
pada adanya komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.
b. Diet
Makanan terus bermutu dan bergizi, cukup kalori, makanan yang
mengandung protein, banyak sayuran dan buah-buahan.
c. Miksi
Hendaknya kencing secepatnay dapat dilakukan sendiri, apabila
kesulitan kencing sebaiknya lakukan kateterisasi.
d. Defekasi
BAB harus bisa 3-4 hari post partum, bila belum bisa akan terjadi
obstipasi apabila berak keras berikan obat laksanperoral/per rectal, bila
belum lakukan klisma.
e. Perawatan Payudara
Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil ke-24 minggu,
supaya putting susu lemas, tidak kerass dan kering sebagian persiapan
untuk menyusui bayi, bila bayi meninggal laktasi harus dihentikan
dengan cara :
- pambalutan mammae sampai tertekan.
- Pemberian obat esterogen untuk supresi LH seperti tablet lynoral
dan parldel.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
POST PARTUM SPONTAN
F.
1. Pengkajian
Pengkajian data dasar klien
a. Aktifitas/ istirahat
Insomnia mungkin terjadi
b. Sirkulasi
Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari
c. Intregitas ego
Peka rangsang, takut/menangis (“post partum blues” kira-kira 3 hari
setelah melahirkan)
d. Eliminasi
Deuresis diantara hari ke-2 dan ke-5, obstipasi pada hari ke-1 sampai
ke-2
e. Makan/cairan
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ke-3
f. Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri tekan payudara/pembesaran tepat terjadi diantara hari ke-3 sampai
ke-5 pasca partum
g. Seksualitas/reproduksi
Uterus 1 cm diatas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran, menurun
kira-kira 1 cm setiap harinya lokhea lubra berlanjut sampai hari ke-2 dan
ke-3, berlanjut menjadi lokhea serosa dengan aliran tergantung pada
posisi (misal: rekumben versus ambulasi berdiri) dan aktifitas (misal:
menyusui) payudara : produksi kolostrum 48 jam pertama, berlanjut
pada susu matur, biasanya pada hari ke-3, mungkin lebih dini tergantung
kapan menyusui dimulai.

2. Diagnosa dan Perencanaan keperawatan


Diagnosa keperawatan dan perencanaan yang mungkin muncul pada post
partum adalah:
a. Nyeri (akut) berhubungan dengan trauma mekanis, edema/pembesaran
jaringan atau distensi efek-efek hormonal. (Mrrilynn E Doenges, 2001,
hal : 388).
Tujuan :
- menurunkan atau meminimalkan nyeri
Kriteria hasil :
- klien dapat mengidentifikasi sumber ketidak nyamanan
- klien dapat menggunakan tindakan-tindakan tepat untuk
menurunkan ketidaknyamanan
Intervensi :
- tentukan adanya lokasi dan sifat nyeri.
- Kaji neri tekan uterus, tentukan adanya dan frakuensi/intensitas after
pain, perhatikan faktor-faktor pemberat
- Barikan posisi tidur yang nyaman dan lingkungan yang tenang
- Penggunaan teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri dengan
massage, mendi air hangat atau taarik nafas dalam
- Kolaborasi dalam pamberian analgesik
- Rasional
- Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan khusus dan intervensi yang
tepat
- Selama 12 jam pertama post partum kontraksi otot kuat dan reguler
dan ini berlanjut selama 2-3 hari selanjutnya, meskipus frekuensi
dan intensitasnya berkurang
- Persalinan dan kelahiran adalah proses yang melelahkan, ketanangan
dan istirahat dapat mencegah kelelahan
- Meningkatkan rasa kontrol dan dapat menurunkan beratnya
ketidaknyamanan dan after pain (kontraksi), massage fundus
- Analgesik mengurangi rasa nyeri
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan atau
kerusakan kulit, penurunan Hb, prosedur invasif dan atau peningkatan
pemanjaan lingkungan (Marilynn E. Doenges, 2001, hal 394).
Tujuan :
- Tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil
- Bebas dari infeksi, tidak febris, dan mempunyai aliran lokhea dan
karakter normal
Intervensi :
- Pantau suhu dan nadi ddengan rutin dan sesuai indikasi
- Kaji lokasi dan kontraktilitas uterus, perhatihan perubahan
involusional atau adanya nyeri tekan uterus eksterem
- Catat jumlah dan bau rubas lokhea atau perubahan pada kemajuan
normal dari lokhea rubra menjadi serosa
- Anjurkan perawatan perineal ddengan menggunakan botol atau
rendam duduk 3-4 kali sehari atau setelah berkemih atau defekasi
- Anjurkan dan gunakan teknnik mencuci tangan dan pembuangan
pembalut dan lien terkontaminasi dengan tepat
- Catat Hb dan Ht, beriakn preparat zat basi dan vitamin bila perlu
- Kolaborasi dalam pemberian antibiotik spectrum luas
Rasional :
- Peningkatan suhu tubuh sampai 38,30 C dalam a24 jam dari 10 hari
pertama pasca partum adalah bermakna
- Fundus yang pada awalnya 2 cm dibawah umbilikus, meningkat 1-2
cm/hari
- Lokhea secara normal mempunyai bau amis
- Pembersihan sering dari depan kebelakang membantu mencegah
kontaminasi rectal memasuki vagina atau uretra
- Membantu mencegah atau menghalangi infeksi
- Menentukan apakah ada status anemia, membantu memperbaiki
defisiensi
- Mencegah infeksi dan penyebaran ke jaringan sekitar atau aliran
darah
c. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
penurunan masukan, kehilangan cairan atau lebih(muntah, peningkatan
pengeluaran urine dan kehilangan tidak kasat mata meningakt,
hemoragi). (Marylinn E. Doengges, 2001, hal 399).
Tujuan :
- Tidak terjadi kekurangan volume cairan
- Kriteria hasil :
- Dapat dibuktikan dengan memasukkan cairan dan haluaran urine
seimbang, Hb/Ht dalam keadaan normal
Intervensi :
- Catat kehilangan cairan pada waktu melahirkan
- Dengan perlahan pijat fundus bila uterus menonjol
- Perhatikan adanya rassa haus, berikan cairan sesuai toleransi
- Pantau suhu dan nadi
- Evaluasi masukan cairan dan haluaran urine selama diberikan infus
IV atau sampai pola berkemih normal kembali
Rasional :
- Potensial hemoragi/kehilangan darah berlebih pada waktu kelahiran
yang berlanjut pada periode pasca partum
- Merangsang kontraksi uterus dapat mengontrol pendarahan
- Rasa haus mungkin cara homeostatis dari pergantian cairan melalui
peningkatan rasa haus
- Peningkatan suhu dapat memperberat dehidrasi, takikardi dapat
terjadi, memaksimalkan sirkulasi cairan, pada kejadian
dehidrasi/hemoragi
- Membantu dalam analisa keseimbangan cairan dan derajat
kekurangan
d. Resiko tinggi cidera berhubungan dengan fungsi regulator (misal:
hipotensi orthostatik) tromboembolisme, anemia. (Marylinn E.
Doenges, 2001 hal 392).
Tujuan :
- Mencegah agar tidak cidera
- Kriteria hasil :
- Mendemostraasikan perilaku untuk menurunkan faktor-faktor resiko
atau melindungi diri
- Bebas komplikasi
Intervensi ;
- Tujuan ulang agar Hb darah dan kehilangan darah pada waktu
melahirkan, catat tanda-tanda anemia
- Bantu klien dengan ambulasi awal
- Observasi ekstremitas bawah terhadap tanda-tanda tromboplebitis
(misal : kemerahan, kehangatan, nyeri)
- Berikan kompres panas lokal, tingkatkan tirah baring dengan
meninggikan tungkai yang sakit
- Kolaborasi dalam pemberian antikoagulan
Rasional :
- Anemia atau kehilangan darah atau memprediksikan pada sinkope
klien karena ketidakadekuatan pengiriman oksigen ke otak
- Hatensi orthostatik mungkin terjadi pada waktu perubahan posisi
dari terlentang keberdiri diambulasi awal
- Peningkatan produksi fibrin (kemungkinan pelepasan dari sisa
plasenta0, penurunan mobiitas, trauma, sepsis dan aktivasi
berlebihan dari pembekuan darah setelah melahirkan memberi
kecenderungan terjadinya tromboembolisme pada klien
- Merangsang sikulasi dan menurunkan penumpukan pada vena
diekstrimitas bawah, menurunkan edema dan meningkatkan
penyembuhan
- Meskipun biasanya tidak diperlukan, koagulan dapat membantu
mencegah terjadinya thrombus lebih lanjut
e. Defisit perawatan diri berhubungan denagn penurunan kekuatan,
ketidaknyamanan. (Marylinn E. Doenges, 2001 hal 368).
Tujuan :
- Perwataan diri klien terpenuhi
- Kriteria hasil :
- Mendemonstrasikan teknik-teknik untuk memenuhi kebutuhan
perawatan diri
Intervensi :
- Pastikan berat/durasi ketidaknyamanan
- Ubah posisi klien 1-2 jam
- Barikan bantuan sesuai kebutuhan klien
- Berikan pilihan bila mungkin (misal : jadwal perawatan diri)
- Kolaborasi dokter : pemberian roborantia
Rasional :
- Nyeri berat mempengaruhi respon emosi dan perilaku sehingga klien
tidak mampu berfokus pada aktifitas perawatan diri sampai
kebutuhan fisiknya terhadap ketidak nyamanan terpenuhi
- Tingkat ketidaknyamanan mempengaruhi perubahan/aktifitas nornal
klien
- Memperbaiki harga diri : meningkatkan perasaan kesejahteraan
- Mengijinkan beberapa otonomi meskipun klien tergantung pada
bantuan profesional
- Menurunkan ketidaknyamanan yang dapat mempengaruhi
kemampuan untuk melaksanakan perawatan diri
f. Menyusui infektif berhubungan dengan kekurangan pengetahuan, belum
pernah pengalamam sebelumnya, usia gestsi bayi, struktur/karakteristik
fisik payudara Ibu. (Marilynn E. Doenges, 2001 hal 390).
Tujuan :
- Mengungkapkn pemahaman tentang proses/situasi menyusui
- Kriteria hasil :
- Klien akan mendemonstrasikan tehnik efektif dan menyusui,
menunjukkan kepuasan regimen menyusui satu sama lain dengan
bayi terpuaskan setelah menyusui
Intervensi :
- Kaji pengetahuan dan pengalaman kien tentang menyusui
sebalumnya
- Temukan sistem pendukung yang terssedia pada klien dan sikap
pasangan/keluarga
- Barikan informasi mengenai fisiologi dan keuntungan menyusui,
perawatan payudara, kebutuhan diit khusus dan faktor-faktor yang
memudahkan dan menggangu kebersihan menyusui
- Anjurkan kepada klien untuk mengeringkan puting dengan udara
selama 20-30 menit setelah menyusui
- Kolaborasi dalam merujuk klien pada kalompok pendukung misal :
posyandu
Rasional :
- Membantu dan mengidentifikasi keburuhan saat ini dan
mengembangkan rencana parawatan
- Membantu menjamin suplai susu adekuat, mencegah puting susu
pecah dan luka, memberikan keyamanan dan membuat peran Ibu
menyusui
- Posisi yang tepat biasanya mencegah luka puting, tanpa
memperhatikan lamanya menyusu.
- Mempertahnakan puting dalam media lembab meningkatakan
pertumbuhan baktei dan kerusakan kulit.
- Memberikan bantuan terus-menerus untuk meningkatkan kesuksesan
hasil.
g. Kurang pengetahuan tentang perawatan diri dan perawatan bayi
berhubungan dengan kessalahan interprestasi, tidak mengeanl sunber-
sumber. (Maarlynn E. Doenges, 2001. hal. 410).
Tujuan :
- Meniungkatakan pengetahuan klien tentang perawatan diri dan bayi.
- Hasil yang diharapkan :
- Mengungkapkan pemahaman fisiologis, kebutuhan individu.
- Melakukan aktivitas aaatau prosedur yang perlu dan menjelaskan
alasan-alassan untuk tindakan.
Intervensi :
- Pastikan persepsi klien tentang persalinan dan kelahiran, lama
persalinan, dan tingkat kelelahan klien.
- Kaji kesiapan klien dan motifasi untuk belajar. Bantu klien atau
pasangan dalam mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan
- Barikan informasi tentang perawatan diri termasuk perawatan
perineal dan hygien
- Diskusikan kebutuhan seksualitas dan rencanakan untuk kontrasepsi.
Berikan informasi tentang ketersediaan metoda, termasuk
keuntungan dan kerugian
- Berikan penguatan pentingnya pemeriksaan pasca partum minggu
ke-6 dengan memberikan perawatan kesehatan
- Diskusikan perubahan fisik dan fisiologis yang normal dan
kebutuhan-kebutuhan yang berkenaan dengan periode pasca partum
Rasional :
- Terdapat hubungan antara lama persalinan dan kemempuan untuk
melakukan tanggung jawab, tugas dan aktifitas-aktifitas perawatan
diri atau perawatan bayi
- Periode pasca natal dapat merupakan pengalaman positif bila
penyuluhan yang tepat diderikan untuk membentu mengembangkan
pertumbuhan Ibu, maturasi dan kompetensi
- Membantu mencegah infeksi
- Pasangan mungkin memerlukan kejelasan mengenai ketersediaan
metode kontrasepsi dan kenyataan bahwa ke-hamilan dapat terjadi
bahkan sebelumnya kunjungan minggu ke-6
- Kunjungan tindak lanjut perlu untuk mengevaluasi pemulihan organ
reproduktif, penyembuhan insisi, perbaikan episiotomi,
kesejahteraan umum dan adaptasi terhadap perubahan hidup.
- Status emosional klien mungkin kadang-kadang labil pada saat ini
dan sering dipengaruhi oleh kesejahteraan fisik
3. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dari perwujudan dari rencana perawatan
yang berupa serangkaian tindakan tujuan adalah dapat melaksanakan
rencana asuhan keperwatan. (Merilynn E. Doenges, 2001 hal 10)
4. Evaluasi
Evaluasi adalah pengukuran keberhasilan rencana keperawatan yang telah
disusun untuk memenuhi kebutuhan pasien, perubahan yang terjadi selama
nifas harus diamati dan di catat, semua perubahan yang terjadi harus dicatat
sebagai hasil evaluasi. (Marilynn E. Doenges, 2001, hal 10)
Evaluasi dilakukan dengan 2 cara :
a. cara formatif yaitu evaluasi secara langsung
b. cara sumatif yaitu evaluasi berdasarkan rencana tujuan yang telah
ditetapkan
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito L.J. (2001). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta. EGC.

Doenges M.F. (2001). Rencana Perawatan Maternal / Bayi Edisi 2. Jakarta. EGC.

Farrer H. (1999). Perawatan Maternal Edisi 2. Jakarta. EGC.

Ibrahim C.J. (1996). Perawatan Kebidanan (Perawatan Nifas). Jilid 5. Jakarta. Bhratara
karya.

Long B.C (1996). Perawatan Medikal Bedah (Sesuatu Pendekatan Proses Keperawatan).
Terjemahan oleh Yayasan Ikatan Pendidikan Keperawatan. Bandung.

Masjoer. Arif (1999). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga Jilid pertama. Jakarta.
Media Aesculapius FKUI.

Manulaba Ida B.G (1998). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta. EGC.

Mochtar R. (1998). Sinopsis Obstetri, Obstetri Fisiologi jilid 2 edisi 2. Jakarta. EGC.

Oxorn H (1996). Ilmu Kebidanan : Fisiologi dan Patologi Persalinan. Jakarta. Yayasan
Essensia Medica.
LEMBAR PENGESAHAN

Karangasem, .............................................

Mengetahui,

Pembimbing Ruangan Mahasiswa

(.............................................................) (......................................................)

Pembimbing Akademik

(........................................................................................)
NIR.

Vous aimerez peut-être aussi