Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH:
NIRMALA
117731605
Kelas IV B
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Membantu mahasiswa dalam memahami secara umum konsep dari Asuhan Persalinan
Normal.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan persalinan normal.
b. Mampu menemukan masalah keperawatan pada pasien dengan persalinan normal.
c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan persalinan
normal.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan persalinan
normal.
e. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan persalinan normal.
f. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan persalinan
normal.
D. MANFAAT
1. Pembaca khususnya mahasiswa ilmu keperawatan memahami asuhan keperawatan
yang tepat terhadap pasien dengan Asuhan Persalinan Normal.
2. Perawat dapat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat terhadap pasien dengan
kasus Asuhan Persalinan Normal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan uri ) yang telah cukup
bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain
dengan bantuan atau tanpa bantuan ( kekuatan sendiri ).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan ( 37 – 42 minggu ), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
janin.
Persalinan adalah proses untuk mendorong keluar (ekspulsi) hasil pembuahan yaitu janin,
plasenta dan selaput ketuban keluar dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar
(Farrer,1999).
Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm (bukan premature
atau postmatur), mempunyai onset yang spontan (tidak diinduksi), selesai setelah 4 jam
dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya, mempunyai janin tunggal dengan presentase
puncak kepala, terlaksana tanpa bantuan artificial, tidak mencakup komplikasi, plasenta
lahir normal. Menurut Mochtar (1998), Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil
konsepsi (janin + uri), yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau
dengan jalan lain.
Persalinan normal disebut juga partus spontan, adalah proses lahirnya bayi pada letak
belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu
dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. Persalinan dimulai (inpartu)
pada saat uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan
menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap.
(http://nandarnurse.blogspot.com/2013/05/asuhan-keperawatanlaporan
pendahuluan.html#axzz2zdDKGCtt).
B. ANATOMI FISIOLOGI
1. Uterus
Uterus berbentuk seperti buah pir yang sedikit gepeng kearah muka belakang, ukurannya
sebesar telur ayam dan mempunyai rongga.Dindingnya terdiri dari otot-otot polos.
Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar 5,25 cm dan tebal dinding 1,25 cm.
Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksi.Uterus terdiri dari fundus
uteri, korpus dan serviks uteri.Fundus uteri adalah bagian proksimal dari uterus, disini
kedua tuba falopii masuk ke uterus.Korpus uteri adalah bagian uterus yang terbesar, pada
kehamilan bagian ini mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang.Rongga
yang terdapat di korpus uteri disebut kavum uteri. Serviks uteri terdiri atas pars vaginalis
servisis uteri dan pars supravaginalis servisis uteri. Saluran yang terdapat pada serviks
disebut kanalis servikalis.
Secara histologis uterus terdiri atas tiga lapisan :
1) Endometrium atau selaput lendir yang melapisi bagian dalam
2) Miometrium, lapisan tebal otot polos
3) Perimetrium, peritoneum yang melapisi dinding sebelah luar.
Endometrium terdiri atas sel epitel kubis, kelenjar-kelenjar dan jaringan dengan banyak
pembuluh darah yang berkelok.
Endometrium melapisi seluruh kavum uteri dan mempunyai arti penting dalam siklus
haid pada seorang wanita dalam masa reproduksi.Dalam masa haid endometrium
sebagian besar dilepaskan kemudian tumbuh lagi dalam masa proliferasi dan selanjutnya
dalam masa sekretorik.Lapisan otot polos di sebelah dalam berbentuk sirkuler, dan
disebelah luar berbentuk longitudinal.Diantara lapisan itu terdapat lapisan otot oblik,
berbentuk anyaman, lapisan ini paling penting pada persalinan karena sesudah plasenta
lahir, kontraksi kuat dan menjepit pembuluh darah.Uterus ini sebenarnya mengapung
dalam rongga pelvis dengan jaringan ikat dan ligamentum yang menyokongnya untuk
terfiksasi dengan baik.
2. Tuba Falopii
Tuba falopii terdiri atas :
1) Pars intersisialis, bagian yang terdapat pada dinding uterus.
2) Pars isthmika, bagian medial tuba yang seluruhnya sempit.
3) Pars ampularis, bagian yang berbentuk saluran agak lebar, tempat konsepsi terjadi.
4) Infundibulum, bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan mempunyai
fimbrae.
3. Fimbrae
Fimbrae penting artinya bagi tuba untuk menangkap telur kemudian disalurkan ke dalam
tuba.Bagian luar tuba diliputi oleh peritoneum viseral yang merupakan bagian dari
ligamentum latum.Otot dinding tuba terdiri atas (dari luar ke dalam) otot longitudinal dan
otot sirkuler.Lebih ke dalam lagi didapatkan selaput yang berlipat-lipat dengan sel-sel
yang bersekresi dan bersilia yang khas, berfungsi untuk menyalurkan telur atau hasil
konsepsi ke arah kavum uteri dengan arus yang ditimbulkan oleh getaran silia tersebut.
4. Ovarium
Ovarium kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang sekitar 4 cm, lebar
dan tebal kira-kira 1,5 cm. Setiap bulan 1-2 folikel akan keluar yang dalam
perkembangannya akan menjadi folikel de Graaf.
(Hanifa W dkk, 1992).
C. ETIOLOGI
Apa yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui benar, yang ada hanya
merupakan teori – teori kompleks antara lain :
1. Teori penurunan hormon
Terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron pada 1-2 minggu sebelum
partus dimulai. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron
turun.
F. MEKANISME PERSALINAN
Mekanisme gerakan bayi memungkinkan ia untuk menyesuaikan diri dengan pelvis ibu
yakni penurunan, fleksi, rotasi dalam, ekstensi, rotasi luar, dan pengeluaran.
1. Engangement, tertangkapnya kepala janin pada PAP
2. Decent, turunnya kepala janin ke PAP
3. Flexion (menekuk), tahanan yang diperoleh dari dasar panggul makin besar maka
makin fleksi kepala janin, dagu menekan dada dan belakang kepala (oksiput) menjadi
bagian terbawah janin, mengakibatkan masuknya kepala janin dengan diameter terkecil
melewati jalan lahir terkecil melewati jalan lahir.
4. Internal rotation
Pemutaran bagian terendah kebawah simpisis menyesuaikan posisi kepala janin dengan
bentuk jalan lahir
5. Extentition
Setelah paksi dalam selesai dan kepala sampai vulva, lahir berturut sisiput, dahi, hidung,
mulut, dagu
6. External rotation
Putaran kepala mengikuti putaran bahu
7. Expultion
Pengeluaran bahu dan badan janin
G. BENTUK PERSALINAN
1. Persalinan Spontan
Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri, dan melalui jalan lahir.
2. Persalinan Bantuan
Persalinan dengan rangsangan yang dibantu dengan tenaga dari luar, ekstraksi dengan
forcep atau dengan dilakukan sectio sesario.
3. Persalinan Anjuran
Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya, baru berlangsung setelah pemecahan
ketuban.
M. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Ultrasonografi
ultrasonografi dapat mengidentifikasikan kehamilan ganda, anomaly janin, atau
melokalisai kantong amnion pada amniosintesis.
2. Amniosintesis
cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi kematangan paru janin.
3. Pemantauan janin
membantu dalam mengevaluasi janin.
4. Protein C-reaktif
peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peningkatan korioamnionitis.
5. Histopatologi
cairan ditampung dalam tabung reaksi kemudian dibakar sampai tertinggal endapan
tersebut dilihat dibawah mikroskop dan bila air ketuban mengalami kelainan maka akan
terlihat seperti daun pakis.
6. Kertas lakmus
bila merah menunjukkan cairan mengandung urine yang bersifat asam, bila biru
menunjukkan cairan mengandung air ketuban yang bersifat basa.
N. PENATALAKSANAAN
1. Penanganan umum :
- Konfirmasi usia kehamilan,kalau ada dengan USG
- Lakikan pemeriksaan inspekulo untuk menilai cairan yang keluar (jumlah, warna, bau)
dan membedakannya dengan urin. Dengan pemeriksaan tes lakmus,bila kertas lakmus
biru menunjukkan air ketuban (basa), dan bila kertas lakmus merah menunjukkan cairan
urine (asam)
- Jika ibu mengeluh perdarahan pada akhir kehamilan (setelah 32 minggu), jangan
melakukan menit pemeriksaan dalam secara digital
- Tentukan ada tidaknya infeksi
- Tentukan tanda-tanda inpartus
2. Penanganan khusus :
Konfirmasi diagnosis :
- Bau cairan ketuban yang khas
- Jika keluarnya cairan ketuban sedikit-sedikit, tampung cairan yang keluar dan nilai 1
jam kemudian
- Dengan speculum DTT, lakukan pemeriksaan inspekulo, nilai apakah cairan keluar
melalui ostium uteri atau terkumpul di forniks posterior
(Prawirohardjo, 2002)
3. Penanganan konservatif:
- Rawat di rumah sakit
- Berikan antibiotic (ampisilin 4 x 500 mg atau erittromisin bila tidak tahan ampisilin)
dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari
- Jika umur kehamilan < 32 – 34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar atau
sampai air ketuban tidak keluar lagi
- Jika usia kehamilan 32 -37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi,tes busa negative;
beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan kkesejahteraan janin, terminasi
pada kehamilan 37 minggu
- Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, sudah inpartu,tidak ada infeksi, berikan tokolitik
(salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam
- Jika usia kehamilan 32 -37minggu, ada infeksi, beri antibiotic dan lakukan induksi
- Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, lekosit, tanda-tanda infeksi intra uterin). Klien
dianjurkan pada posisi trendelenburg untuk menghindari prolap tali pusat.
4. Penanganan aktif :
- Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea. Dapat pula
diberikan misoprotal 50 μg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali
- Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotic dosis tinggi dan persalinan diakhiri:
a) Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan serviks kemudian induksi, jika tidak
berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea
b) Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan, partus pervaginam
(prawirohardjo, 2002)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Kala I
a. Pengkajian
1) Anamnesa
- Nama, umur, dan alamat
- Gravida dan para
- Hari pertama haid terakhir (HPHT)
- Riwayat alergi obat
- Riwayat kehamilan sekarang: ANC, masalah yang dialami selama kehamilan seperti
perdarahan, kapan mulai kontraksi, apakah gerakan bayi masih terasa, apakah selaput
ketuban sudah pecah? Jika ya, cairan warnanya apa? Kental/ encer? Kapan pecahnya?
Apakah keluar darah pervagina? Bercak atau darah segar? Kapan ibu terakhir makan dan
minum? Apakah ibu kesulitan berkemih?
- Riwayat kehamilan sebelumnya
- Riwayat medis lainnya seperti hipertensi, pernafasan
- Riwayat medis saat ini (sakit kepala, pusing, mual, muntah atau nyeri epigastrium)
- Pemeriksaan fisik
- Tunjukkan sikap ramah
- Minta mengosongkan kandung kemih
- Nilai keadaan umum, suasana hati, tingkat kegelisahan, warna konjungtiva,
kebersihan, status gizi, dan kebutuhan cairan tubuh
- Nilai tanda – tanda vital (TD, Nadi, suhu, dan pernafasan), untuk akurasi lakukan
pemeriksaan TD dan nadi diantara dua kontraksi.
- Pemeriksaan abdomen
- Menentukan tinggi fundus
- Kontraksi uterus
2) Palpasi jumlah kontraksi dalam 10 menit, durasi dan lamanya kontraksi
- Memantau denyut jantung janin (normal 120-160x/menit)
- Menentukan presentasi (bokong atau kepala)
- Menentukan penurunan bagian terbawah janin
- Pemeriksaan dalam
o Nilai pembukaan dan penipisan serviks
o Nilai penurunan bagian terbawah dan apakah sudah masuk rongga panggul
o Jika bagian terbawah kepala, pastikan petunjuknya.
b. Diagnosa keperawatan
1) Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus selama persalinan
2) Kelelahan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energi akibat peningkatan
metabolisme sekunder akibat nyeri selama persalinan
c. Perencanaan
1) Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus selama persalinan
Tujuan : diharapkan ibu mampu mengendalikan nyerinya
Kriteria evaluasi : ibu menyatakan menerima rasa nyerinya sebagai proses fisiologis
persalinan
Intervensi:
1. Kaji kontraksi uterus dan ketidaknyamanan (awitan, frekuensi, durasi, intensitas,
dan gambaran ketidaknyamanan)
Rasional: untuk mengetahui kemajuan persalinan dan ketidaknyamanan yang dirasakan
ibu
2. Kaji tentang metode pereda nyeri yang diketahui dan dialam
Rasional: nyeri persalinan bersifat unik dan berbeda–beda tiap individu. Respon terhadap
nyeri sangat tergantung budaya, pengalaman terdahulu dan serta dukungan emosional
termasuk orang yang diinginkan (Henderson, 2006)
3. Kaji faktor yang dapat menurunkan toleransi terhadap nyeri
Rasional:mengidentifikasi jalan keluar yang harus dilakukan
4. Kurangi dan hilangkan faktor yang meningkatkan nyeri
Rasional: tidak menambah nyeri klien
5. Jelaskan metode pereda nyeri yang ada seperti relaksasi, massage, pola pernafasan,
pemberian posisi, obat – obatan
Rasional: memungkinkan lebih banyak alternative yang dimiliki oleh ibu, oleh karena
dukungan kepada ibu untuk mengendalikan rasa nyerinya (Rajan dalam Henderson,
2006)
6. Lakukan perubahan posisi sesuai dengan keinginan ibu, tetapi ingin di tempat tidur
anjurkan untuk miring ke kiri
Rasional: nyeri persalinan bersifat sangat individual sehingga posisi nyaman tiap individu
akan berbeda, miring kiri dianjurkan karena memaksimalkan curah jantung ibu.
7. Beberapa teknik pengendalian nyeri Relaksasi Massage
Rasional : Bertujuan untuk meminimalkan aktivitas simpatis pada system otonom
sehingga ibu dapat memecah siklus ketegangan-ansietas-nyeri. Massage yang lebih
mudah diingat dan menarik perhatian adalah yang dilakukan orang lain.
2. Kala II
a. Pengkajian
1) Aktivitas /istirahat
- Adanya kelelahan, ketidak mampuan melakukan dorongan sendiri/ relaksasi.
- Letargi.
- Lingkaran hitam di bawah mata.
2) Sirkulasi: tekanan darah dapat meningkat 5-10mmHg diantara kontraksi.
3) Integritas Ego
- Respon emosional dapat meningkat.
- Dapat merasa kehilangan control atau kebalikannya seperti saat ini klien terlibat
mengejan secara aktif.
4) Eleminasi.
- Keinginan untuk defikasi, disertai tekanan intra abdominal dan tekanan uterus.
- Dapat mengalami rabas fekal saat mengejan.
- Distensi kandung kemih mungkin ada , dengan urine dikeluarkan selama upaya
mendorong.
5) Nyeri/ Ketidak nyamanan
- Dapat merintih/ meringis selama kontraksi.
- Amnesia diantara kontraksi mungkin terlihat.
- Melaporkan rasa terbakar/ meregang dari perineum.
- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong.
- Kontraksi uterus kuat terjadi 1,5 – 2 mnt masing-masing dan berakhir 60-90 dtk.
- Dapat melawan kontraksi , khususnya bila tidak berpartisipasi dalam kelas
kelahiran anak.
6) Pernafasan: peningkatan frekuensi pernafasan.
7) Keamanan
- Diaforesis sering terjadi.
- Bradikardi janin dapat terjadi selama kontraksi
8) Sexualitas
- Servik dilatasi penuh( 10 cm) dan penonjolan 100%.
- Peningkatan penampakan perdarahan vagina.
- Penonjolan rectal/ perineal dengan turunnya janin.
- Membrane mungkin rupture pada saat ini bila masih utuh.
- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi.
- Crowning terjadi, kaput tampak tepat sebelum kelahiran pada presentasi vertex
c. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik pada bagian presentasi , dilatasi/
peregangan jaringan , kompresi saraf, pola kontraksi semakin intense lama,
hiperventilasi maternal.
2) Resiko infeksi maternal b/d prosedur invasive berulang, trauma jaringan,
pemajanan terhadap pathogen, persalinan lama atau pecah ketuban
d. Perencanaan
1) Nyeri b/d tekanan mekanik pada presentasi, dilatasi/ peregangan jaringan, kompresi
saraf, pola kontraksi semakin intensif
Tujuan : diharapkan klien dapat mengontrol rasa nyeri
Kriteria evaluasi :
- Mengungkapkan penurunan nyeri
- Menggunakan tehnik yang tepat untuk mempertahan kan control.nyeri.
- Istirahat diantara kontraksi
Intervensi :
1. Identifikasi derajat ketidak nyamanan dan sumbernya.
R/ Mengklarifikasi kebutuhan memungkinkan intervensi yang tepat.
2. Pantau dan catat aktivitas uterus pada setiap kontraksi.
R/ Memberikan informasi tentangkemajuan kontinu, membantu identifikasi pola
kontraksi abnormal
3. Berikan dukungan dan informasi yang berhubungan dengan persalinan.
R/ Informasi tentang perkiraan kelahiran menguatkan upaya yang telah dilakukan berarti.
4. Anjurkan klien untuk mengatur upaya untuk mengejan.
R/ Upaya mengejan spontan yang tidak terus menerus menghindari efek negatif
berkenaandenganpenurunan kadar oksigen ibu dan janin.
5. Bantu ibu untuk memilih posisi optimal untuk mengejan
R/ Posisi yang tepat dengan relaksasi memudahkan kemajuan persalinan.
6. Kaji pemenuhan kandung kemih, kateterisasi bila terlihat distensi.
R/ Meningkatkan kenyamanan, memudahkan turunnya janin, menurunkan resiko trauma
kandung kencing.
7. Dukung dan posisikan blok sadel / anastesi spinal, local sesuai indikasi.
R/ Posisi yang tepat menjamin penempatan yang tepat dari obat-obatan dan mencegah
komplikasi.
2. Risiko infeksi maternal b/d prosedur invasive berulang, trauma jaringan, pemajanan
terhadap pathogen, persalinan lama atau pecah ketuban
Tujuan : diharapkan tidak terjadi infeksi
Kriteria evaluasi : Tidak ditemukan tanda-tanda adanya infeksi.
Intervensi :
1. Lakukan perawatan parienal setiap 4 jam.
R/ Membantu meningkatkan kebersihan , mencegah terjadinya infeksi uterus asenden dan
kemungkinan sepsis.ah kliendan janin rentan pada infeksi saluran asenden dan
kemungkinan sepsis.
2. Catat tanggal dan waktu pecah ketuban.
R/ Dalam 4 jam setelah ketuban pecah akan terjadi infeksi .
3. Lakukan pemeriksaan vagina hanya bila sangat perlu, dengan menggunakan tehnik
aseptik
R/ Pemeriksaan vagina berulang meningkatkan resiko infeksi endometrial.
4. Pantau suhu, nadi dan sel darah putih.
R/ Peningkatan suhu atau nadi > 100 dpm dapat menandakan infeksi.
5. Gunakan tehnik asepsis bedah pada persiapan peralatan.
R/ Menurunkan resiko kontaminasi.
Kolaborasi :
6. Berikan antibiotik sesuai indikasi
R/ Digunakan dengan kewaspadaan karena pemakaian antibiotic dapat merangsang
pertumbuhan yang berlebih dari organisme resisten
3. Kala III
a. Pengkajian
1) Aktivitas/istirahat
Perilaku dapat direntang dari senang sampai keletihan.
2) Sirkulasi
- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat kemudian kembali ke
tingkat normal dengan cepat.
- Hipotensi dapat terjadi sebagai respon terhadap analgesik dan anastesi.
- Frekuensi nadi lambat pada respon terhadap perubahan jantung.
3) Makanan/cairan : kehilangan darah normal 200-300ml.
4) Nyeri/ketidaknyamanan : inspeksi manual pada uterus dan jalan lahir menetukan
adanya robekan atau laserasi. Perluasan episiotomi atau laserasi jalan lahir mungkin ada.
5) Seksualitas : darah yang berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas dari
endometrium, biasanya dalam 1-5 menit setelah melahirkan bayi. Tali pusat memanjang
pada muara vagina. Uterus berubah dari discoid menjadi bentuk globular.
6) Pemeriksaan fisik
- Kondisi umum ibu : tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu tubuh), status
mental klien.
- Inspeksi : perdarahan aktif dan terus menerus sebelum atau sesudah melahirkan
plasenta.
- Palpasi : tinggi fundus uteri dan konsistensinya baik sebelum maupun sesudah
pengeluaran plasenta.
b. Diagnosa keperawatan
1) Risiko cedera (meternal) b/d posisi selama melahirkan/pemindahan, kesulitan
dengan plasenta.
2) Nyeri b/d trauma jaringan, respon fisiologis setelah melahirkan.
c. Perencanaan
1) Risiko cedera (meternal) b/d posisi selama melahirkan/pemindahan, kesulitan
dengan plasenta.
Tujuan : diharapkan tidak terjadi cedera maternal
Kriteria evaluasi:
- Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan.
- Kesadaran pasien bagus.
Intervensi :
Mandiri
1. Palpasi fundus uteri dan masase perlahan.
R/ Memudahkan pelepasan plasenta.
2. Masase fundus secara perlahan setelah pengeluaran plasenta.
R/ Menghindari rangsangan/trauma berlebihan pada fundus.
3. Kaji irama pernapasan dan pengembangan.
R/ Pada pelepasan plasenta. Bahaya ada berupa emboli cairan amnion dapat masuk ke
sirkulasi maternal, menyebabkan emboli paru.
4. Bersihkan vulva dan perineum dengan air larutan antiseptik, berikan pembalut
perineal steril.
R/ Menghilangkan kemungkinan kontaminan yang dapat mengakibatkan infesi saluran
asenden selama periode pasca partum.
5. Rendahkan kaki klien secara simultan dari pijakan kaki.
R/ Membantu menghindari regangan otot.
6. Kaji perilaku klien, perhatikan perubahan SSP.
R/ Peningkatan tekanan intrakranial selama mendorong dan peningkatan curah jantung
yang cepat membuat klien dengan aneurisme serebral sebelumnya berisiko terhadap
ruptur.
7. Dapatkan sampel darah tali pusat untuk menetukan golongan darah.
R/ Bila bayi Rh-positif dan klien Rh-negatif, klien akan menerima imunisasi dengan
imun globulin Rh (Rh-Ig) pada pasca partum.
Kolaborasi
8. Gunakan bantuan ventilator bila diperlukan.
R/ Kegagalan pernapasan dapat terjadi mengikuti emboli amnion atau pulmoner.
9. Berikan oksitosin IV, posisikan kembali uterus di bawah pengaruh anastesi dan
berikan ergonovin maleat (ergotrat) setelah penemapatan uterus kembali. Bantu dengan
tampon sesuai dengan indikasi.
R/ Meningkatkan kontraktilitas miometrium uterus.
10. Berikan antibiotik profilatik.
R/ Membatasi potensial infeksi endometrial.
4. Kala IV
- Pengkajian
1) Aktivitas / Istirahat
Pasien tampak “berenergi” atau keletihan / kelelahan, mengantuk
2) Sirkulasi
- Nadi biasanya lambat (50 – 70x / menit) karena hipersensitivitas vagal
- TD bervariasi : mungkin lebih rendah pada respon terhadap analgesia / anastesia,
atau meningkat pada respon terhadap pemeriksaan oksitosin atau hipertensi karena
kehamilan
- Edema : bila ada mungkin dependen (misal : pada ekstremitas bawah), atau dapat
juga pada ekstremitas atas dan wajah atau mungkin umum (tanda hipertensi pada
kehamilan)
- Kehilangan darah selama persalinan dan kelahiran sampai 400 – 500 ml untuk
kelahiran per vagina atau 600-800 ml untuk kelahiran sesaria
3) Integritas Ego
- Reaksi emosional bervariasi dan dapat berubah-ubah misal : eksitasi atau perilaku
menunjukkan kurang kedekatan, tidak berminat (kelelahan), atau kecewa
- Dapat mengekspresikan masalah atau meminta maaf untuk perilaku intrapartum
atau kehilangan kontrol, dapat mengekspresikan rasa takut mengenai kondisi bayi baru
lahir dan perawatan segera pada neonatal.
4) Eliminasi
- Hemoroid sering ada dan menonjol
- Kandung kemih mungkin teraba di atas simpisis pubis atau kateter urinarius
mungkin dipasang
- Diuresis dapat terjadi bila tekanan bagian presentasi menghambat aliran urinarius
dan atau cairan IV diberikan selama persalinan dan kelahiran.
5) Makanan / Cairan Dapat mengeluh haus, lapar, mual
6) Neurosensori: Hiperrefleksia mungkin ada (menunjukkan terjadinya dan menetapnya
hipertensi, khususnya pada pasien dengan diabetes mellitus, remaja, atau pasien
primipara)
7) Nyeri / Ketidaknyamanan. Pasien melaporkan ketidaknyamanan dari berbagai sumber
misalnya setelah nyeri, trauma jaringan / perbaikan episiotomi, kandung kemih penuh,
atau perasaan dingin / otot tremor dengan “menggigil”
8) Keamanan
- Pada awalnya suhu tubuh meningkat sedikit (dehidrasi)
- Perbaikan episiotomi utuh dengan tepi jaringan merapat
9) Seksualitas
- Fundus keras berkontraksi, pada garis tengah dan terletak setinggi umbilicus
- Drainase vagina atau lokhia jumlahnya sedang, merah gelap dengan hanya
beberapa bekuan kecil
- Perineum bebas dari kemerahan, edema, ekimosis, atau rabas
- Striae mungkin ada pada abdomen, paha, dan payudara
- Payudara lunak dengan puting tegang
10) Penyuluhan / Pembelajaran. Catat obat-obatan yang diberikan, termasuk waktu dan
jumlah
11) Pemeriksaan Diagnostik. Hemoglobin / Hematokrit (Hb/Ht), jumlah darah lengkap,
urinalisis. Pemeriksaan lain mungkin dilakukan sesuai indikasi dari temuan fisik.
b. Diagnosa keperawatan
1) Nyeri akut b/d trauma mekanis / edema jaringan, kelelahan fisik dan psikologis,
ansietas
2) Perubahan proses keluarga b/d transisi / peningkatan perkembangan anggota keluarga
c. Perencanaan
1) Nyeri akut b/d trauma mekanis / edema jaringan, kelelahan fisik dan psikologis,
ansietas
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … diharapkan pasien dapat
mengontrol nyeri, nyeri berkurang
Kriteria Evaluasi :
- Pasien melaporkan nyeri berkurang
- Menunjukkan postur dan ekspresi wajah rileks
- Pasien merasakan nyeri berkurang pada skala nyeri (0-2)
Intervensi :
1. Kaji sifat dan derajat ketidaknyamanan, jenis melahirkan, sifat kejadian intrapartal,
lama persalinan, dan pemberian anastesia atau analgesia
Rasional : Membantu mengidentifikasi faktor – faktor yang memperberat
ketidaknyamanan nyeri
2. Berikan informasi yang tepat tentang perawatan rutin selama periode pascapartum
Rasional : Informasi dapat mengurangi ansietas berkenaan rasa takut tentang
ketidaktahuan, yang dapat memperberat persepsi nyeri
3. Inspeksi perbaikan episiotomi atau laserasi. Evaluasi penyatuan perbaikan luka,
perhatikan adanya edema, hemoroid
Rasional : Trauma dan edema meningkatkan derajat ketidaknyamanan dan dapat
menyebabkan stress pada garis jahitan
4. Berikan kompres es
Rasional : Es memberikan anastesia lokal, meningkatkan vasokontriksi dan menurunkan
pembentukan edema
5. Lakukan tindakan kenyamanan (misalnya : perawatan mulut, mandi sebagian, linen
bersih dan kering, perawatan perineal periodik)
Rasional : Meningkatkan kenyamanan, perasaan bersih
6. Masase uterus dengan perlahan sesuai indikasi. Catat adanya faktor-faktor yang
memperberat hebatnya dan frekuensi afterpain
Rasional : Masase perlahan meningkatkan kontraktilitas tetapi tidak seharusnya
menyebabkan ketidaknyamanan berlebihan. Multipara, distensi uterus berlebihan,
rangsangan oksitosin dan menyusui meningkatkan derajat after pain berkenaan dengan
kontraksi miometrium
7. Anjurkan penggunaan teknik pernafasan / relaksasi
Rasional : Meningkatkan rasa kontrol dan dapat menurunkan beratnya ketidaknyamanan
berkenaan dengan afterpain (kontraksi) dan masase fundus
8. Berikan lingkungan yang tenang, anjurkan pasien istirahat
Rasional : Persalinan dan kelahiran merupakan proses yang melelahkan. Dengan
ketenangan dan istirahat dapat mencegah kelelahan yang tidak perlu
9. Kolaborasi : pemberian analgesik sesuai kebutuhan
Rasional : Analgesik bekerja pada pusat otak, yaitu dengan menghambat prostaglandin
yang merangsang timbulnya nyeri
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Persalinan normal disebut juga partus spontan, adalah proses lahirnya bayi pada letak
belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu
dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. Persalinan dimulai (inpartu)
pada saat uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan
menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap.
B. SARAN
Selain menarik kesimpulan di atas, penulis juga memberikan saran sebagai berikut :
Adanya makalah ini diharapkan pembaca agar mempelajari isi dari makalah tersebut.
Agar lebih meningkatkan wawasan dan pengetahuan mengenai asuhan persalinan yang
terbagi atas empat kala.
Sebaiknya pembaca mencari buku ataupun mencari di internet mengenai asuhan
persalinan agar lebih memahami asuhan persalinan normal.
DAFTAR PUSTAKA
A. DEFINISI
Kehamilan kembar adalah satu kehamilan dengan dua janin. Kehamilan tersebut selalu menarik
perhatian wanita itu sendiri, dokter dan masyarakat. Kehamilan kembar dapat memberikan resiko
yang lebih tinggi terhapap bayi dan ibu. Oleh karena itu, dalam menghadapi kehamilan kemmbar
harus dilakukan pengawasan hamil yang lebih intensif. Frekuensi kehamilan kembar mengikuto
rumus dari Herlin, yaitu 1:89-untuk hamil kembar, 1:89 pangkat dua untuk kehamilan tiga
sedangkan kuadranplet 1:89 pangkat tiga.
(Manuba, 1998:265)
Kehamilan kembar adalah satu kehamilan dengan dua janin. Kehamilan tersebut selalu menarik
perhatian wanita itu sendiri, dokter dan masyarakat. Pada umumnya, kehamilan dan persalinan
membawa resiko bagi janin. Bahaya bagi ibu tidak sebegitu besar, tetapi wanita dengan
kehamilan kembar memerlukan pengawasan dan perhatian khusus bila diinginkan hasil yang
memuaskan bagi ibu dan janin.
Frekuensi kehamilan kembar juga meningkat dengan paritas ibu. Dari angka 9,8 per 1000
persalinan untuk primipara frekuensi kehamilan kembar naik sampai 18,9 per 1000 untuk
oktipara. Keluarga tertentu mempunyai kecenderungan untuk melahirkan bayi kembar, walaupun
pemindahan sifat heriditer kadang-kadang berlangsung secara paternal, tetapi biasanya hal itu
disini terjadi secara maternal dan pada umumnya terbatas pada kehamilan dizigotik.
Kehamilan ganda dalah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Sejak diketemukan obat-obatan
dan cara induksi ovulasi.
(Mochtar, 1998:259)
B. ETIOLOGI
Factor-faktor yang mempengaruhi persalinan pada kehamilan ganda atau gemeli adalah;
• Bangsa
• Keturunan
• Obat klomid
• Hormone gonadotropin
• Factor bangsa
• Hereditas
• Umur
• Paritas
Pada kehamilan distensi uterus berlebihan sehngga melewati batas toleransinya dan seringkali
terjadi pada partus prematurus. Kebutuhan ibu akan zat-zat makanan pada kehamilan kembar
bertambah. Frekuensi hidro amnion kira-kira 10 kali pada kehamilan kembar daripada kehamilan
tunggal. Hidroam nion dapat menyebabkan uterus renggang sehingga dapat menyebabkan partus
premature, inersia uteri atau perdarahan postpartum. Solusio plasenta dapat terjadi setelah bayi
pertama lahir, sehingga menyebabkan salah satu faktot kematian bagi janin kedua. Keluhan
karena tekanan uterus yang besar dapat terjadi, seperti sesak nafas, sering kencing, edema dan
varises pada tungkai bawah dan vulva. Berhubung uterus renggang secara berlebihan ada dua
kecenderungan terjadinya inersia uteri tetapi keadaan ini dapat diimbangi oleh bayi yang relative
kecil sehingga lamanya persalinan tidak banyak berbeda dari persalinan tunggal.
D. FISIOLOGI
Kehamilan kembar yang terjadi dari satu telur disebut kembar minozygot atau disebut juga
identik, homolog, atau uniovuler. Kira- kira sepertiga kehamilan kembar adalah monozygotic.
Jenis kehamilan kedua anak sama, rupanya sama atau bayangan cermin, mata, kuping, gigi,
rambut, kulit dan ukuran atropologikpun sama. 2 amnion, 2 korion, dan 2 plasenta, kadang –
kadang 2 plasenta tersebut menjadi satu. Keadaan ini tidak dapat dibedakan dengan kembar
digizotik. Dua pertiga mempunyai 1 plasenta, 1 korion, dan 1 atau 2 amnion. Pada kehamilan
kembar monoamniotik kematian bayi sangat tinggi karena lilitan tali pusat; untung sekali
kehamilan ini jarang terjadi.
0-72 jam
4-8 hari
9-12 hari
Monoamniotik, monokorionik
Jenis kelamin sama atau berbeda, mereka berbeda seperti anak – anak dalam keluarga. Kembar
dizigotik mempunyai 2 plasenta, 2 korion, dan 2 amnion. Kadang – kadang 2 plasenta menjadi
satu.
Pada kehamilan kembar monozigotik, bila terdapat peredaran darah yang tidak seimbang karena
anastomosis pembuluh darah pada hamil muda dapat terjadi berbagai anomaly. Jantung janin
yang satu, karena peredaran darah yang lebih sempurna, menguasai jantung serta system
peredaran janin yang lebih pembuluh – pembuluh darah yang beranastomosis, dengan akibat
bahwa janin yang terakhir terganggu pertumbuhannya dan menjadi suatu monstrum yang
dinamakan akardiakus. Akardiakus asefalus adalah monstrum yang hanya terdiri atas panggul dan
ekstremitas bawah, akardiakus akornus adalah monstrum tanpa badan, akardiakus amorfus adalah
monstrum tanpa bentuk yang terdiri atas jaringan ikat yang mengandung berbagai alat rudimeter
dan diliputi kulit. Bila tidak keseimbangan terjadi pada kehamilan yang lebih tua, dapat terjadi
sindroma transfusi fetal. Pada janin yang mendapat darah lebih banyak terdapat hidroamnion
polisitemia, udema, dan pertumbuhan janin yang baik, janin kedua kecil, menderita anemia,
dehidrasi oligohidroamnion, dan mikrokordia.
Bila segmentasi terhambat dan baru terjadi setelah primitive sterak terbentuk (lebih kurang 13
hari setelah fertilisasi), maka pemisahan mudigah tidak sempurna, sehingga terjadilah kembar
dempet (kembar siam). Kembar dempet sangat jarang dijumpai, yaitu pada 1 : 70.000 persalinan.
Kembar dempet dapat dibagi atas beberapa jenis, sesuai lokasi anatomis dempetnya, yaitu
torakopagus (40 %), sifoomfalopagus (5 %), pigopagus (18 %), iskiopagus (6 %), dan
kraniopagus (12 %)> Derajat dempet bervariasi dari dempet kulit dan dempet jaringan lemak saja,
hingga dempet kepala, tubuh, visera atau anggota gerak yang berbagi sama.
Pada kehamilan kembar dizigotik janin dapat juga mengalami kelainan. Kadang – kadang satu
janin meninggal dan yang mati dapat diresobsi sama sekali atau masih ditemukan dalam uterus.
E. MACAM-MACAM KEHAMILAN KEMBAR
Kehamilan kembar yang terjadi dari satu telur disebut kembar monozygotic atau disebut juga
identik, homilog atau uniovuler. Kira-kira sepertiga kehamilan kembar adalah minozygotik. Jenis
kehamilan kedua anak sama, rupanya sama ayau bayangan cermin, mata kuping, rambut, gigi,
kulit, ukuran antropologikpun sama. Kamilan kembar monozygotic mempunyai 1 plasenta, 1
korion homolog, uniovuler, identik dan 1 atau 2 amnion. Pada Kamilan kembar monoamniotik
kematian bayi sangat tinggi karena lilitan tali pusat.
Ï Conjoined twins, adalah kembar dimana janin melekat satu dengan yang lainnya, semisal:
v Superfekundasi adalah: pembuahan dua telur yang dikeluarkan pada ovulasi yang sama pada
dua kali koitus yang dikeluarkan pada jarak waktu yang pendek. Hal ini dilaporkan oleh Acher
(1910) seorang wanita kulit putih melakukan koitus berturut-turut dengan seorang kulit putih dan
saru bayi putih serta satu bayi kulit hitam.
v Superfetasi adalah: kehamilan kedua yang terjadi beberapa minggu atau bulan setelah kehamlan
pertama. Belum pernah dibuktikan pada manusia, namun dapat diketemukan pada kuda.
Kira-kira dua pertiga kehamilan kembar dizygotik yang berasal dari dua sek telur disebut juga
heterolog, binovuler atau fraternal. Jenis kelamin sama atau berbeda, mereka dalah anak-anak lain
dalam satu keluarga. Kembar dizygotik mempunyai biovuler, heterolog, fraternal, 2 plesenta, 2
korion dan 2 amnion, kadang-kadang 2 plasenta menjadi satu.
Pada umumya janin kembar tidak besar dan cairan amnion lebih banyak daripada biasa, sehingga
sering terjadi perubahan presentasi dan posisi janin demikian pula letak janin kedua dapat berubah
setelah kelahiran bayi pertama, misalnya dari letak lintang menjadi letak sungsang. Berbagai
kombinasi letak serta presentasi dapat terjadi yang paling sering ditemukan ialah kedua janin
dalam letak memanjang dengan presentasi kepal dan bahu, presentasi bokong dan bahu, dan yang
paling jarang keduanya presentasi bahu.
Ada berbagai kombinasi letak serta presentasi janun pada kehamilan kembar :
g. Letak dan presentasi “69” adalah letak yang berbahaya karena dapat terjadi kunci mengunci
(interlucking)
F. PENATALAKSANAAN
ü Setelah kehamilan 30 minggu, koitus dan perjalanan jauh lebih baik dihindari karena akan
merangsang partus prematurus.
ü Pemakaiaan korset gurita yang tidak terlalu kuat diperbolehkan supaya terasa lebih ringan
(Rustam, 1998)
ü Karena penyulit kehamilan kembar terjadi kontraksi otot rahim, kelambatan persalinan dan
pendarahan postpartum, dan bayi premature, maka persiapan darah ibu peril dilakukan dan
pertolongan bayi premature dengan lebih baik.
ü Pada umumnya anak kedua lahir dalam waktu 10-15 menit. Bila kedudukan anak kedua
membujur, dapat ditunggu sampai terjadi his, selanjutnya ketuban dipecahkan dan persalinan
ditolong spontan belakang kepala atau pertolongan letak sungsang.
Apabila anak kedua letak lintang dapat dilakukan versi luar menjadi letak membujur seandainya
letak lintang disertai gawat janinmaka versi ekstrasi merupakan pilihan pertama. Indikasi lainnya
untuk versi ekstrasi letak lintang adalah bila ketuban pecah desertai prolaksus funikuli atau
solusio plasenta.
Dalam pertolonhan persalinan hamil kembar dapat dilakukan operasi persalinan hamil kembar
dapat dilakukan persalinan primer bila berhadapan dengan:
§ Prolaksus funikuli
§ Plasenta plevia
(Manuaba, 1998:267)
3. Komplikasi
ü Pada ibu: anemia, abortus, dan pre eklamsi, hidroamnion, kontraksi hipotonok, retensi plasenta,
pendarahan pasca persalinan
ü Pada janin: plasenta plevia, solusio plasenta, isuensi plasenta, partus prematurus, bayi mal
presentasi, prolaps tali pusat, kelaianan congenital.
G. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesis
§ Perut lebih buncit dari semestinya sesuai dengan umur tuanya kehamilan.
§ Inspeksi pada pemeriksaan pertama dan ulangan ada kesan uterus lebih besar dan lebih cepat
tumbuhnya dari biasa
§ Palpasi (leopood I,II,III,IV) menunjukkan bahwa fundus uteri lebih tinggi dari umur
kehamilan,yeraba 3 bagian besar janin,teraba banyak bagian besar janin, teraba banyak bagian
bagian kecil kecil,teraba 2 balotemen.
3. Auskultasi
Terdengar dua denyut jantung janin pada dua tempat agak berjauhan dengan perbedaan kecepatan
sedikitnya sepuluh denyut per menit atau bila dihitung bersamaan terdapat selisih sepuluh.
4. Reaksi kehamilan
Karena pada hamil kembar umumnya plasenta besar atau ada dua plasenta, maka produksi HCG
akan tinggi, jadi tetrasi reaksi kehamilan biasa positif. Kadangkala diagnosa baru diketahui
setelah bayi pertama lahir, uterus masih besar dan ternyata ada janin lagi dalam rahim kehamilan
kembar sering terjadi bersamaan dengan hidroamnion dan toksemia gravidarum.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
6. Ultrasonografi
§ Bila tampak 2 janin yang berdenyut yang telah dapat ditentukan pada triwulan satu
7. Elektrokardiogram total
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Digunakan untuk menentukan apakah persalinan akan di lakukan dengan normal atau tindakan
atau dengan secsio sesaria. Pemeriksaan penunjang ini antara lain dengan test laboratorium dan
USG. USG juga dapat menegakkan diaknosa kehamilan kembar.selain USG juga dilakukan
pemeriksaan laboratorium darah berupa Hb dan golongan darah untuk menjaga kemungkinan
terjadinya pendarahan post partum.
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Kelahiran seorang bayi juga
merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikannya selama 9 bulan. Selama
persalinan dimulai, peranan ibu adalah untuk melahirkan bayinya. Sedang peran petugas
kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi, disamping itu
bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin.
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam jalan lahir.
Kelahiran adalah proses di mana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir (Saifuddin.
2002)
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau
dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau
tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Manuaba membagi bentuk persalinan menjadi 3 yaitu :
persalinan spontan bila persalinan berlangsung dengan tenaga sendiri, persalinan buatan bila
persalinan dengan rangsangan sehingga terdapat kekuatan untuk persalinan, dan persalinan
anjuran (Manuaba. 1998)
Persalinan normal adalah persalinan yang : terjadi pada kelahiran aterm (bukan prematur atau post
matur), mempunyai onset yang spontan (tidak diinduksi), selesai setelah 4 jam dan sebelum 24
jam sejak awitannya, mempunyai janin tunggal dengan presentasi verteks dan oksiput pada bagian
anterior pelvis, terlaksana tanpa bantuan artifisial (seperti forsep), tidak mencakup komplikasi dan
mencakup pelahiran plasenta yang normal (Farrer. 1999)
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus
melalui vagina ke dunia luar. (Wiknjosastro. 2005).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung
dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
1. Kala I
Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini terbagi dalam
2 fase, fase laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam) serviks membuka
dari 3 sampai 10 cm. Menurut Helen, durasi rata-rata kala satu persalinan adalah 10 sampai 12
jam pada primigravida dan sekitar 4-6 jam pada multipara.
2. Kala II
Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2
jam pada primi dan 1 jam pada multi.
3. Kala III
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30
menit
4. Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum
(Saifuddin. 2002)
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandung kemih
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kirra 6 minggu
(Saifuddin. 2002).
B. Etiologi
Sebab terjadinya partus sampai kini merupakan teori yang kompleks. Faktor-faktor humoral,
pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh syaraf dan nutrisi
mengakibatkan partus mulai. Perubahan dalam biokimia dan biofisika seperti penurunan kadar
hormon estrogen dan progesteron mengungkapkan mulai dan berlangsungnya partus. Keadaan
uterus yang terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan ischemic otot uterus. Hal ini
mungkin merupakan faktor yang dapat mengganggu sirkulasi uteroplacenter sehingga plasenta
mengalami degenerasi. Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera
dikeluarkan. Tekanan pada ganglion servikale dari fleksus frankenhauser yang terletak dibelakang
serviks dapat membangkitkan kontraksi uterus. (Wiknjosastro. 2005)
Adapun teori yang menerangkan proses persalinan :
Progesteron yang mempunyai tugas mempertahankan kehamilan semakin menurun dengan makin
tuanya kehamilan sehingga otot rahim mudah dirangsang
2. Teori oksitosin
Dengan meregangnya otot rahim dalam batas tertentu menimbulkan kontraksi persalinan dengan
sendirinya
4. Teori prostaglandin
Prostaglandin banyak dihasilkan oleh lapisan dalam rahin diduga dapat menyebabkan kontraksi
otot rahim dan terjadi persalinan atau gugur kandung
Teori ini diterangkan oleh Linggin menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus sering
terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus. Pemberian kortikosteroid yang
menyebabkan maturitas janin merupakan induksi persalinan. Glandula suprarenalis merupakan
pemicu terjadinya persalinan .
(Manuaba. 1998).
C. Mekanisme persalinan
Mekanisme persalinan adalah cara penyesuaian diri dan lewatnya janin melalui panggul ibu.
1. Penurunan
Penurunan yang meliputi engagement pada diameter obliqua kanan panggul, berlangsung terus
selama persalinan normal pada waktu janin melalui jalan lahir. Gerakan-gerakan lainnya
menyertai penurunan ini. pada primigravida sebelum persalinan mulai sudah harus terjadi
penurunan kepala yang jelas dalam proses engagement. Penurunan disebabkan oleh tekanan
kontraksi uterus ke bawah dan pada kala II dibantu oleh daya mengejan dari pasien dan sedikit
oleh gaya berat.
2. Fleksi
Sebelum persalinan mulai sudah terjadi fleksi sebagian oleh karena ini merupakan sikap alamiah
janin dalam uterus. Tahanan terhadap penurunan kepala menyebabkan bertambahnya fleksi.
Occiput turun mendahului sinciput, UUK lebih rendah daripada bregma dan dagu janin mendekati
dadanya. biasanya ini terjadi di PAP, tetapi mungkin pula baru sempurna setelah bagian terendah
mencapai dasar panggul. Efek dari fleksi adalah untuk merubah diameter terendah dari
occipitofrontalis (11,0 cm) menjadi suboccipito bregmatika (9,5 cm) yang lebih kecil dan lebih
bulat. oleh karena persesuaian antara kepala janin dengan panggul ibu mungkin ketat,
pengurangan 1,5 cm dalam diameter terendah adalah penting
Sebagian besar panggul mempunyai PAP berbentuk oval melintang. diameter anteroposterior PTP
sedikit lebih panjang dari pada diameter transversal. PBP berbentuk oval anteroposterior seperti
kepala janin. Sumbu panjang kepala janin harus sesuai dengan sumbu panjang panggul ibu.
karenanya kepala janin yang masuk PAP pada diameter transversal atau obliqua harus berputar
kediameter anteroposterior supaya dapat lahir. UUK masuk PTP tempat ia berhubungan dengan
dasar ke°panggul (musculus dan fascia levator ani). disini UUK berputar 45 kanan (menuju garis
tengah). sutura sagitalis pindah dari diameter obliqua kanan ke diameter anterioposteror panggul :
LOA ke OA. UUK mendekati sympisis pubis dan sinciput mendekati sakrum. Kepala berputar
dari diameter obliqua kanan kediameter anteroposterior panggul. Tetapi bahu tetap pada diameter
obliqua kiri. Dengan demikian hubungan normal antara sumbu panjang kepala dengan sumbu
panjang bahu berubah, dan leher . Keadaan ini terus berlangsung selama kepala masih
berada°berputar 45 dalam panggul. Putar paksi dalam yang awal sering terjadi pada multipara dan
pada pasien dengan kontraksi uterus yang efisien. umumnya putar paksi dalam terjadi pada kala
II.
4. Ekstensi
Ekstensi pada dasarnya disebabkan oleh dua kekuatan yaitu: kontraksi uterus yang menimbulkan
tekanan ke bawah dan dasar panggul yang memberikan tahanan. Dinding depan panggul(pubis)
panjangnya hanya 4 sampai 5 cm, sedangkan dinding belakang (sakrum) 10 sampai 15 cm.
Dengan demikian sinciput harus menempuh jarak yang lebih panjang daripada occiput. Dengan
semakin turunnya kepala terjadilah penonjolan perineum diikuti dengan kepala membuka pintu
(crowing ). Occiput lewat melalui PAP perlahan-lahan dan tengkuk menjadi titik putar di angulus
subpubicus. Kemudian dengan proses extensi yang cepat sinciput menelurus sepanjang sakrum
dan berturut-turut lahirlah bregma, dahi, hidung, mulut, dan dagu melalui perineum.
5. Restitusi
Pada waktu kepala mencapai dasar panggul, maka bahu memasuki panggul. Oleh karena panggul
tetap berada pada diameter obliqua sedangkan kepala berputar ke depan, maka leher ikut berputar.
Begitu kepela dilahirkan dan bebas dari panggul maka leher berputar kembali dan kepala
mengadakan (OA menjadi LOA) sehingga hubungannya dengan bahu°restitusi kembali 45 dan
kedudukannya dalam panggul menjadi normal kembali.
Putar paksi luar kepala sebenarnya merupakan manifestasi putar paksi dalam daripada bahu. Pada
waktu bahu mencapai dasar panggul bahu depan yang lebih rendah berputar ke depan di bawah
simpisis dan diameter bisacromialis berputar dari diameter obliqua kiri menjadi diameter
anteroposterior panggul. Dengan begini maka diameter memanjang bahu dapat sesuai dengan
diameter memanjang PBP. Kepala yang telah berputar untuk mengembalikan hubungan normal
dengan bahu, sekarang°kembali 45 lagi untuk mempertahankannya: LOA menjadi LOT.°berputar
45
D. Penatalaksanaan
1. kala I
a. Bantulah Ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan, dan kesakitan ;
b. Jika Ibu tersebut tampak kesakitan, dukungan atau asuhan yang dapat diberikan :
2) Posisi sesuai dengan keinginan ibu, tetapi jika ibu ingin ditempat tidur sebaiknya diianjurkan
tidur miring ke kiri
4) Ajaklah orang yang menemaninya (suami atau ibunya) untuk memijat atau menggosok
punggungnya atau membasuh mukanya diantara kontraksi
6) Ajarkan kepadanya tehnik bernapas : ibu diminta menarik napas panjang, menahan napasnya
sebentar kemudian dilepaskan dengan cara meniup udara keluar sewaktu terasa kontraksi
7) Jika diperlukan berikan petidin 1 mg/kg BB (tetapi jangan melebihi 100 mg) IM atau IV secara
perlahan atau morfin 0,1 mg/kg BB IM atau tramadol 50 mg/oral atau 100 mg supositoria atau
metamizol 500 mg peroral
c. Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan, antara lain menggunakan penutup
atau tirai, tidak menghadirkan orang lain tanpa sepengetahuan dan seizin pasien atau ibu
d. Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi serta prosedur yang akan
dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan
e. Membolehkan ibu untuk mendi dan membasuh sekitar kemaluannya setelah buang air kecil
atau besar
f. Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat, atasi dengan cara :
g. Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi, berikan cukup minum
i. Lakukan pemantauan TTV, denyut jantung janin, kontraksi, pembukaan servik, penurunan
j. Lakukan pemeriksaan dalam setiap 4 jam selama kala I pada persalinan dan setelah selaput
ketuban pecah
b) Dilatasi serviks
c) Penurunan kepala
2) Jika serviks belum membuka pada pemeriksaan dalam pertama, mungkin diagnosis in partu
belum dapat ditegakkan
a) Jika terdapat kontraksi yang menetap, periksa ulang wanita tersebut setelah 4 jam untuk
melihat perubahan pada serviks. Pada tahap ini jika serviks terasa tipis dan terbuka maka wanita
tersebut dalam keadaan in partu, jika tidak terdapat perubahan, maka diagnosisnya adalah
persalinan palsu
2. Kala II
Persalinan kala II ditegakkan dengan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembuukan untuk
memastikan pembukaan sudah lengkap atau kepal janin sudah tampak di vulva dengan diameter
5-6 cm.
2). Jika ada darah lendir atau cairan ketuban segera dibersihkan
d. Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan ibu, dengan cara :
3). Penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan keterlibatan ibu
1). Jongkok
2). Menungging
Posisi tegak ada kaitannya dengan berkurangnya rasa nyeri, mudah mengedan, kurangnya trauma
vagina dan perineum dan infeksi
f. Menjaga kandung kemih tetap kosong, ibu dianjurkan berkemih sesering mungkin
a. Mintalah ibu mengedan atau memberikan sedikit dorongan saat kepala bayi lahir
b. Letakkan satu tangan ke kepala bayi agar defleksi tidak terlalu cepat
d. Mengusap muka bayi untuk membersihkannya dari kotoran lendir atau darah
e. Periksa tali pusat :
1). Jika tali pusat mengelilingi leher bayi dan terlihat longgar, selipkan tali pusat melalui kepala
bayi
2). Jika lilitan tali pusat terlalu ketat, tali pusat diklem pada dua tempat kemudian digunting di
antara kedua klem tersebut, sambil melindungi leher bayi.
e. Selipkan satu tangan anda ke bahu dan lengan bagian belakang bayi sambil menyangga kepala
dan selipkan satu tangan lainnya ke punggung bayi untuk mengeluarkan tubuh bayi seluruhnya
g. Secara menyeluruh keringkan bayi, bersihkan matanya, dan nilai pernapasan bayi
Sebagian besar bayi mulai menangis atau bernapas secara spontan 30 detik setelah lahir,
kemudian :
b. Pastikan bahwa bayi tetap hangat dan memiliki kontak kulit dengan kulit dengan dada si ibu.
Bungkus bayi dengan kain yang halus dan kering. Tutup dengan selimut, dan pastikan kepala bayi
terlindung dengan baik untuk menghindari hilangnya panas tubuh.
3. Kala III
a. Pemberian oksitosin untuk merangsang uterus berkontraksi yang juga mempercepat pelepasan
plasenta:
1). Oksitosin dapat diberikan dalam 2 menit setelah kelahiran bayi
2). Jika oksitosin tidak tersedia, rangsang puttinng payudara ibu atau susukan bayi guna
menghasilkan oksitosin alamiah
1). Satu tangan diletakkan pada korpus uteri tepat di atas simpisis pubis. Selama kontraksi tangan
mendorong korpus uteri dengan gerakan dorso kranial- ke arah belakang dan ke arah kepala ibu
2). Tangan yang satu memegang tali pusat dengan klem 5-6 cm di depan vulva
3). Jaga tahanan ringan pada tali pusat dan tunggu adanya kontraksi kuat (2-3 menit)
4). Selama kontraksi, lakukan tarikan terkendali pada tali pusat yang terus menerus, dalam
tegangan yang sama dengan tangan ke uterus
c. PTT dilakukan hanya selama uterus berkontraksi. Tangan pada uterus merasakan kontraksi, ibu
dapat juga memberi tahu petugas ketika ia merasakan kontraksi. Ketika uterus sedang tidak
berkontraksi, tangan petugas tetap berada pada uterus tapi bukan melakukan PTT. Ulangi
langkah-langkah PTT pada setiap kontraksi sampai plasenta terlepas
d. Begitu plasenta terasa terlepas, keluarkan dengan menggerakkan tangan atau klem pada tali
pusat mendekati plasenta, keluarkan plasenta dengan gerakan ke bawah dan ke atas sesuai dengan
jalan lahir. Kedua tangan dapat memegang plasenta searah jarum jam untuk mengeluarkan selaput
ketuban
e. Segera setelah plasenta dan selaputnya dikeluarkan, masase fundus agar menimbulkan
kontraksi. Hal ini dapat mengurangi pengeluaran darah dan mencegah perdarahan pasca
persalinan. Jika uterus tidak berkontraksi kuat selama 10-15 detik, atau jika perdarahan hebat
terjadi, segera lakukan kompresi bimanual dala. Jika atonia uteri tidak teratasi dalam waktu 1-2
menit, ikuti protokol untuk perdarahan pasca persalinan
f. Jika menggunakan manajemen aktif dan plasenta belum juga lahir dalam waktu 15 menit,
berikan oksitosin 10 unit IM dosis kedua dalam jarak waktu 15 menit dari pemberian oksitosin
dosis pertama.
g. Jika menggunakan manajemen aktif dan plasenta belum juga lahir dalam waktu 30 menit :
1). Periksa kandung kemih dan lakukan kateterisasi jika kandung kemih penuh
3). Berikan oksitosin 10 unit IM dosis ketiga dalam jarak waktu 15 menit dari pemberian
oksitosin dosis pertama
h. Periksa wanita tersebut secara seksama dan jahit semua robekan pada serviks atau vagina atau
perbaiki episiotomi
4. Kala IV
a. Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30 menit selama jam kedua.
Jika kontraksi tidak kuat, masase uterus sampai menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi, otot
uterus akan menjepit pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan
b. Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih dan perdarahan setiap 15 menit pada jam pertama
dan setiap 30 menit selama jam kedua
c. Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi. Tawarkan ibu makanan dan minuman
yang disukainya
d. Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering
f. Biarkan bayi berada pada ibu untuk mendekatkan hubungan ibu dan bayi, sebagai permulaan
dengan menyusui bayinya
h. Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun, pastikan ibu dibantu karena masih dalam
keadaan lemah setelah persalinan. Pastikan ibu sudah buang air kecil dalam 3 jam pasca
persalinan
a. `Lightening`
Menjelang minggu ke 36, pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri karena kepala bayi
sudah masuk PAP yang disebabkan oleh :
Gambaran lightening pada primigravida menunjukkan hubungan normal antara ketiga P yaitu :
power, pasage, dan pasenger
Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi braxton hicks. Kontraksi ini terjadi karena
perubahan keseimbangan estrogen, progesteron dan memberikan kesempatan rangsangan
oksitosin. Dengan semakin tua kehamilan, pengeluaran progesteron berkurang sehingga oksitosin
menimbulkan kontraksi lebih sering sebagai his palsu. Sifat his palsu atau permulaan :
2. Tanda persalinan
2). Sifatnya teratur, interval makin pendek dan kekuatannya makin besar
2). Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis serviks lepas
c. Pengeluaran cairan
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan pengeluaran cairan. Sebagian besar
ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan
persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam
1. Kala I
Dilakukan pemeriksaan tentang kedudukan janin dalam rahim. Dilakukan pemeriksaan dalam
dengan terbatas dan berapa pembukaannya dan kapan perkiraan persalinan akan berlangsung.
Observasi pada kala I sangat penting dilakukan untuk mengetahui kekuatan his (kontraksi) rahim,
pembukaan dan denyut jantung janin.
2. Kala II
Dilakukan pemeriksaan ketuban, kekuatan kontraksi. Diperlukan pegawasan yang ketat untuk
mengantisipasi keadaan gawat yang memerlukan pertolongan (Manuaba. 1998). Pantau
penurunan presentasi dan perubahan posisi janin (Saifuddin. 2002).
3. Kala III
4. Kala IV
Observasi secara cermat tekanan darah, nadi, pernapasan, kontraksi otot rahim, serta adanya
perdarahan pasca melahirkan.
(Manuaba. 1998)
A. Fisiologi Laktasi
Air susu esensial bagi kelangsungan hidup bayi baru lahir. dengan demikian, selama gestasi
kelenjar mamaria atau payudara, dipersiapkan untuk laktasi.
Payudara pada wanita yang tidak hamil terutama terdiri dari jaringan lemak dan sistem duktus
rudimenter. Ukuran payudara ditentukan oleh jumlah jaringan lemak, yang tidak ada kaitannya
dengan kemampuan menghasilkan susu. dibawah pengaruh hormon yang terdapat selama
kehamilan, kelenjar mamaria membentuk struktur dan fungsi kelenjar internal yang penting untuk
menghasilkan susu. Payudara yang mampu menghasilkan susu terdiri dari jaringan duktus yang
secara progresis mengecil yang bercabang dari puting payudara dan berakhir di lobus-lobulus.
Setiap lobulus terdiri dari sekelompok alveolus berlapis epitel dan mirip kantung yang
membentuk kelenjar penghasil susu. Susu disintesis oleh sel epitel, lalu disekresikan kedalam
lumen alveolus, kemudian mengalir dari duktus pengumpul susu kepermukaan puting payudara.
Selama kehamilan, konsentrasi estrogen yang tinggi menyebabkan perkembangan duktus yang
ekstensif sementara kadar progesteron yang tinggi merangsang pembentukan lobulus alveolus.
peningkatan konsentrasi prolaktin (suatu hormon hipofisis anterior yang dirangsang oleh
peningkatan kadar estrogen) dan human chorionic somatomammotropin (suatu hormon peptida
yang dikeluarkan oleh plasenta) juga ikut berperan dalam perkembangan kelenjar mamaria
dengan menginduksi pembentukan enzim-enzim yang diperlukan untuk menghasilkan susu.
Setelah persalinan, laktasi dipertahankan oleh dua hormon penting (1) Prolaktin, yang bekerja
pada epitel alveolus untuk meningkatkan sekresi susu, dan (2) Oksitosin, yang menyebabkan
penyemprotan susu, yang terakhir mengacxu pada ekspulsi paksa susu dari lumen alveolus
melalui duktus-duktus. pengeluaran kedua hormon tersebut dirangsang oleh refleks neuroendokrin
yang dipicu oleh rangsangan menghisap pada puting payu dara. Susu tidak dapat secara langsung
dihisap dari lumen alveolus oleh bayi. Susu harus secara aktif diperas keluar alveolus melalui
duktus lalu ke puting payu dara oleh kontraksi sel mioepitel khusus yang mengelilingi setiap
alveolus. Pengisapan puting oleh bayi merangsang ujung-ujung syaraf sensorik di puting,
menimbulkan potensial aksi yang kemudian menjalar ke atas ke korda spinalis lalu ke
hipothalamus. Setelah diaktifkan, hipothalamus memicu pengeluaran oksitosin dari hipofisis
posterior. pksitosin, pada gilirannya, merangsang kontraksi sel mioepitel di payu dara sehingga
terjadi penyemprotan susu (milk letdown).
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam-garam organik yang
disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu sebagai makanan utama bagi bayi.
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan tambahan lain pada bayi berumur nol sampai
enam bulan. ASI eksklusif adalah makanan terbaik yang harus diberikan kepada bayi, karena di
dalamnya terkandung hampir semua zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi. "Tidak ada yang bisa
menggantikan ASI karena ASI didesain khusus untuk bayi, sedangkan susu sapi komposisinya
sangat berbeda sehingga tidak bisa saling menggantikan".
(GATRA, 2004).
a. Pada Bayi
b. Bagi Ibu
1) Dengan menyusui terjadi hubungan yang lebih erat antara ibu dengan bayi.
2) Dengan menyusui akan mempecepat involusi uteri.
3) Dengan menyusui kesuburan ibu akan berkurang untuk beberapa bulan (KB alami)
4) Dengan menyusui akan mengurangi kemungkinan menderita kangker payudara pada masa
mendatang.
c. Bagi Keluarga
d. Bagi Negara
1) Hemat biaya
2) AKB menurun
4) Membantu program KB
a. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting dan sekitar kalang
payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebagai disinfektan dan menjaga kelambaban puting susu.
1) Ibu duduk / berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik menggunakn kursi yang rendah
(agar kaki ibu tidak menggantung) dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
2) Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung
siku ibu (kepala tidak boleh mnengadah dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan)
3) Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu yang satu di sepan.
4) Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya
membelokkan kepala bayi)
c. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang di bawah, jangan
menekan puting susu / kalang payudara saja.
d. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting refleks) dengan cara
e. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dan puting
serta kalang payudara dimasukkan ke mulut bayi.
1) Usahakan sebagian besar kalang payudara dapat masuk kemulut bayi sehingga puting susu
berada dibaewah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan
ASI yang terletak dibawah kalang payudara. Posisi yang salah yaitu apabila bayi hanya
menghisap pada puting susu saja, akan mengakibatkan masukan ASI yang tidak adekuat dan
puting susu lecet.
Teknik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak
keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya / bayi enggan menyusu. Untuk
mengetahui9 bayi telah menyusu dengan benar dapat dilihat :
Setelah selesai menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong sebaiknya diganti dengan
payudara yang satunya. Coba melepas isapan bayi :
g. Setelah menyusui ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan disekitar
kalang payudara, biarkan kering dengan sendirinya.
h. Menyendawakan bayi.
Cara :
1) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggung ditepuk perlahan-
lahan.
Sebaiknya menyusui bayi tanpa dijadwal (on demand) karena bayi akan menentukan sendiri
kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayi bila menangis bukan karena sebab lain (kencing dsb) atau
ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara
sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam.
Karena ASI merupakan cairan "hidup" yang mengandung zat-zat antara lain daya tahan tubuh,
sedangkan susu formula adalah cairan "mati" yang tak mengandung antibodi. Perlu diketahui
juga, komposisi ASI selalu berubah-ubah sesuai kebutuhan bayi. Umpamanya, ASI yang keluar
beberapa saat setelah persalinan sampai 4 hari pertama (kolostrum) berbeda komposisinya dengan
ASI yang keluar setelah itu (ASI transisi dan ASI matur). Berikut penjelasan Ketua Yayasan
Sentra Laktasi Indonesia :
Kolustrum bisa dikatakan sebagai "imunisasi" pertama yang diterima bayi karena banyak
mengandung protein untuk daya tubuh yang berfungsi sebagai pembunuh kuman dalam jumlah
tinggi. Kadarnya 17 kali dibandingkan dengan ASI matur.
Kadar protein ASI transisi sudah berkurang sementara kadar karbohidrat dan lemaknya
meningkat. Begitu juga dengan volumenya yang makin banyak sesuai kebutuhan menyusu bayi
yang semakin tinggi.
a. Lemak
Kadar lemak ASI berubah-ubah secara otomatis sesuai kebutuhan kalori bayi dari hari ke hari.
ASI mengandung enzim lipase pencerna lemak sehingga lemak ASI mudah dicerna dan diserap.
Sekitar 80% lemak ASI berjenis long chain polyunsaturated fatty acid (lemak ikatan panjang).
Antara lain omega 3 (EPA dan DHA), omega 6 (AA) yang merupakan komponen penting untuk
pertumbuhan otak.
b. Kolesterol
Manfaat kolesterol dalam ASI antara lain untuk meningkatkan pertumbkuhan otak. Selain itu
olesterol berfungsi dalam pembentukan enzim metabolisme kolesterol. Metabolisme itu akan
mengendalikan kadar kolesterol di kemudian hari sehingga mencegah serangan jantung.
c. Protein
Kandungan protein dalam ASI lebih tinggi dan lebih mudah dicerna oleh usus bayi. Selain
berguna sebagai daya tahan tubuh, protein diperlukan pula untuk pertumbuhan otak.
d. Karbohidrat
Karbohidrat utama ASI adalah laktosa. Gunanya untuk pertumbuhan otak, meningkatkan
penyerapan kalsium, meningkatkan pertumbuhan bakteri usus yang baik yaitu lactbacillus bifidus,
menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya.
Dari hasil riset, ASI terbukti dapat menurunkan risiko bayi terserang penyakit akut dan kronis.
Antara lain :
c. Infeksi saluran urogenitalis (infeksi pada organ reproduksi dan saluran kemih)
g. Diare
h. Serangan alergi
g. ASI kurang
a. Bertujuan untuk :
4) Agar saat menyusui, susu dapat keluar engan lancar dan menghindari kesulitan-kesulitan dalam
menyusui
1) Kapas
2) Baby oil
3) Waslap
Cara kerja untuk melakukan breast care pada ibu post partum adalah:
1) Mengompres nipple dengan kapas yang usdah diberi minyak/ baby oil, tujuannya untuk
mengangkat kotoran, dan lemak-lemak.
2) Biarkan sampai 3 menit, kemuian kapas diputar untuk membersihkan dan mengangkat kotoran
pada nipple.
Caranya kedua tangan dan ibu jari menempel di tengah-tengah payudara dilakukan sebanyak 20-
30 kali.
5) Massage payudara dengan cara tangan kiri menyangga payudara dan tangan kanan bagian jari
kelingking memijat, arah dari atas ke bawah, dilakukan 20-30 kali.
6) Massage dengan cara sirkuler, yaitu dengan menggunakan ujung-ujung jari kedua tangan
menuju ke arah nipple.
7) Payudara dengan air hangat untuk meningkatkan vaskularisasi selama 3 menit. Selama itu
merasa hangat.
9) Pencet daerah areola untuk mengocok ASI sudah keluar atau belum.
11) Bila nipple datar atau masuk ke dalam dapat dilakukan (Hoffman)
b) Regangkan areola dengan kedua ibu jari, angkat nipple dan tarik keluar.
I. Nutrisi Untuk Ibu Menyusui
Nutrisi ibu menyusui adalah suatu keadaan nutrisi yang diperlukan selama ibu menyusui, yang
membutuhkan makanan lebih banyak karena selain menjaga kesehatan ibu juga untuk
pembentukan ASI bagi bayinya dalam jumlah kurang lebih 850 ml perhari.
1) Karbohidrat dan lemak sebagai sumber zat tenaga untuk menghasilkan kalori dapat diperoleh
dari serealia, umbi-umbian.
2) Protein sebagai sumber zat pembangun dapat diperoleh dari daging, ikan, telur dan kacang-
kacangan.
3) Mineral sebagai zat pengatur dapat diperoleh dari buah-buahan dan sayur - sayuran.
4) Vitamin B kompleks berguna untuk menjaga sistem saraf, otot dan jantung agar berfungsi
secara normal. Dapat dijumpai pada serealia, biji - bijian, kacang-kacangan, sayuran hijau, ragi,
telur dan produk susu.
5) Vitamin D berguna untuk pertumbuhan dan pembentukan tulang bayi Anda. Sumbernya
terdapat pada minyak hati ikan, kuning telur dan susu.
6) Vitamin E berguna bagi pembentukan sel darah merah yang sehat. Makanlah lembaga biji-
bijian terutama gandum, kacang-kacangan, minyak sayur dan sayuran hijau.
7) Asam folat berguna untuk perkembangan sistem saraf dan sel darah, banyak terdapat pada
sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam, kembang kol dan brokoli. Pada buah-buahan, asam
folat terdapat dalam jeruk, pisang, wortel dan tomat. Kebutuhan asam folat selama hamil adalah
800 mcg per hari, terutama pada 12 minggu pertama kehamilan. Kekurangan asam folat dapat
mengganggu pembentukan otak, sampai cacat bawaan pada susunan saraf pusat maupun otak
janin.
8) Zat besi yang dibutuhkan ibu hamil agar terhindar dari anemia, banyak terdapat pada
sayuran hijau (seperti bayam, kangkung, daun singkong, daun pepaya), daging dan hati.
9) Kalsium, diperlukan untuk pertumbuhan tulang dan gigi janin, serta melindungi ibu hamil dari
osteoporosis Jika kebutuhan kalsium ibu hamil tidak tercukupi, maka kekurangan kalsium akan
diambil dari tulang ibu. Sumber kalsium yang lain adalah sayuran hijau dan kacang-kacangan.
Saat ini kalsium paling baik diperoleh dari susu serta produk olahannya. Susu juga
mengandung banyak vitamin, seperti vitamin A, D, B2, B3, dan vitamin C.
Makanan dengan gizi seimbang dapat diperoleh dari karbohidrat dan lemak sebagai sumber zat
tenaga, protein sebagai sumber zat pembangun, serta vitamin dan mineral sebagai zat pengatur.
1) Sebagai sumber tenaga yang menghasilkan kalori, karbohidrat dapat diperoleh dari serealia,
umbi-umbian.
2) Sementara protein sebagai sumber zat pembangun dapat diperoleh dari daging, ikan, telur,
kacang-kacangan, dan sebagai sumber zat pengatur,
3) Vitamin dan mineral dapat diperoleh dari buah-buahan dan sayur-sayuran. Tambahan vitamin,
baik B kompleks, vitamin A, vitamin C, vitamin D, maupun vitamin E diperlukan ibu hamil untuk
meningkatkan kebugarannya. Vitamin B kompleks dijumpai pada serealia, biji-bijian, kacang-
kacangan, sayuran hijau, ragi, telur dan produk susu. Vitamin B kompleks berguna untuk menjaga
sistem saraf, otot dan jantung agar berfungsi secara normal.
4) Vitamin D berguna untuk pertumbuhan dan pembentukan tulang bayi Anda. Sumbernya
terdapat pada minyak hati ikan, kuning telur dan susu.
5) Vitamin E berguna bagi pembentukan sel darah merah yang sehat. Makanlah lembaga biji-
bijian terutama gandum, kacang-kacangan, minyak sayur dan sayuran hijau.
6) Asam folat berguna untuk perkembangan sistem saraf dan sel darah, dan banyak terdapat pada
sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam, kembang kol dan brokoli. Pada buah-buahan, asam
folat banyak terdapat pada jeruk, pisang, wortel dan tomat.
7) Zat besi yang dibutuhkan ibu menyusui agar terhindar dari anemia (kurang darah), banyak
terdapat pada sayuran hijau (seperti bayam, kangkung, daun singkong, daun pepaya), daging dan
hati. Salah satu makanan dengan kandungan gizi yang lengkap adalah susu.
c. Menu Yang Dikonsumsi Oleh Ibu Menyusui
1) Sumber zat tenaga 8 porsi (1 porsi nasi = 100 gr), yang terdiri dari : nasi, jagung, mie, roti dsb.
Ditambah dengan 4 sdm minyak goreng untuk menggoreng atau menumis dan 2 sdm gula
2) Sumber zat pembangun 8 porsi, dapat terdiri dari : 2 porsi ikan atau daging @ 50 gr, 3 porsi
tempe atau tahu @ 50/75 gr dan 1 porsi kacang-kacangan, 1 gelas susu dan 1 butir telur
3) Sumber zat pengatur 7 porsi, dapat terdiri dari : 4 porsi sayuran terutama yang berwarna hijau
dan kuning @ 100 gr dan 3 porsi buah-buahan segar @ 100 gr.
1. Pengkajian
A. Data subjektif
1. Identitas pasien
Nama : Ny G
Umur : 20 tahun
Penanggung jawab : -
Identitas suami : -
Pendidikan : -
Pekerjaan : -
Alamat : -
2. Alasan datang : Klien post natal dengan bayi perempuan gamelli, satu bayinya meninggal
sesaat setelah melahirkan
3. Keluhan utama : Ibu post natal mengeluh nyeri pada daerah kemaluannya.
4. Riwayat kesehatan sekarang : Pengkajian di lakukan pada tanggal 3 agustus 05 dan di dapatkan
Dx medis gemelli dengan persalinan normal.
Riwayat kesehatan dahulu : Klien tidak pernah menderita penyakit keturunan maupun penyakit
menular.
Riwayat kesehatan keluarga : Dalam keluarga dari salah satu pihak istri atau suami ada keturunan
kembar.
5. Riwayat obstetric
a. Riwayat haid ; -
Gravid : 1 kali
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan invasif mikro organisme sekunder terhadap luka
episiotomi.
Gede manuaba, ida bagus. 1998. Ilmu Bidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Hanafi. Wiknjosastro. 1997. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka. Prawiroharjo.
Mansjoer. Arif, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta. EGC.
Prawirohardjoe. 2002.Buku Paduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta
: yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo.
Pusat pendiddikan tenaga kesehatan, 1993. Asuhan Kebidanan pada ibu hamil dalam kontek
keluarga, Departemen Kesehatan Jakarta.
Prawirohardjo, S. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta. Bina Pustaka FKUI.
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Jakarta. EGC
TUGAS MATERNITAS
“ASUHAN KEPERAWATAN ASKEP KEHAMILAN GANDA (GEMELI)
DISUSUN OLEH:
HARDIANTI NUR
117541628
Kelas IV A