Vous êtes sur la page 1sur 10

JURNAL MANEKSI V0L 5, NO.

2, DESEMBER 2016

PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI


PADA KANTOR BADAN PUSAT STATISTIK AMBON

Anthoneta T Waeleuruw
Politeknik Negeri Ambon
Email: telsywaeleuruw@gmail.com

ABSTRAK

Motivasi merupakan sesuatu yang muncul karena adanya kebutuhan baik materi maupun bukan materi
dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Kebutuhan materi dapat berupa pemenuhan kebutuhan fisiologi, atau
kebutuhan fisik berupa pakaian, rumah, fasilitas transortasi, uang dan lainnya. Sedangkan kebutuhan bukan
materi yaitu keamanan/ keselamatan, sosial, penghargaan/harga diri, aktualisasi diri. Menurut Hasibuan
(2007:141) motivasi penting karena merupakan hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung perilaku
manusia, supaya mau bekerja giat serta antusias mencapai hasil yang optimal. Motivasi semakin penting karena
manajer membagikan pekerjaan pada bawahannya untuk dikerjakan dengan baik dan terintegrasi kepada tujuan.
Dalam penelitian ini yang ingin diketahui apakah ada pengaruh motivasi khususnya faktor; Sistem Gaji, Jaminan
Sosial, Kesempatan Diklat, dan Kesempatan Promosi terhadap Kinerja pegawai pada Badan Pusat Statistik
Ambon. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan mendapatkan data sekunder, teknik analisis
data dengan menggunakan persamaan regresi sederhana, uji t, uji F dan pengujian determinasi. Dari hasil analisis
ditemukan bahwa variabel motivasi secara individual berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karena nilai
t hitung untuk variabel motivasi ( X ) = 3,836 > t tabel 1,697, dengan signikansi 0,000 maka Ho ditolak atau
H1 diterima. Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0, 739 yang menunjukan bahwa 73,9% kinerja
karyawan Badan Pusat Statistik Ambon secara keseluruhan dijelaskan oleh variabel motivasi, sisanya 26,1%
dijelaskan oleh faktor lain.

Kata kunci : Kinerja, Motivasi

1. Pendahuluan Sumber daya manusia merupakan faktor yang


Pengelolaan sumber daya manusia yang dominan dalam mencapai tujuan
dimaksudkan adalah bahwa perusahaan harus mampu perusahaan/organisasi perlu mendapat perhatian
untuk menyatukan persepsi atau cara pandang secara khusus. Pimpinan unit kerja atau perusahaan
karyawan dan pimpinan perusahaan dalam rangka memiliki kewajiban untuk selalu memotivasi agar
mencapai tujuan perusahaan antara lain melalui meningkatkan kinerjanya, dengan demikian kerja
pembentukan mental bekerja yang baik dengan sama dan saling memahami tugas dan fungsi dari
dedikasi serta loyalitas yang tinggi terhadap setiap unit kerja dapat berjalan dengan baik.
pekerjaannya, memberikan motivasi kerja, bimbingan, Menurut Hasibuan (2007:141) motivasi penting
pengarahan dan koordinasi yang baik dalam bekerja karena merupakan hal yang menyebabkan,
oleh seorang pemimpin kepada bawahannya. menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia,
Sumber daya manusia merupakan aset supaya mau bekerja giat serta antusias mencapai hasil
perusahaan/organisasi yang paling unik, paling rentan, yang optimal. Motivasi semakin penting karena
dan sukar untuk di prediksi. Suatu organisasi dalam manajer membagikan pekerjaan pada bawahannya
menjalankan aktifitasnya akan selalu berhadapan untuk dikerjakan dengan baik dan terintegrasi kepada
dengan manusia sebagai sumber daya yang dinamis tujuan.
dan memiliki kemampuan untuk terus berkembang, Pada dasarnya produktivitas kerja pegawai
dimana dengan berkembangnya manusia sebagai dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tingkat
tenaga kerja tersebut akan mempengaruhi stabilitas pendidikan, latihan, motivasi kerja, etos kerja,
dan kontinuitas perusahaan tersebut. pengalaman kerja, sikap mental, kondisi fisik,
Pada dasarnya suatu perusahaan bukan saja teknologi, jaminan sosial, keselamatan dan
mengharapkan karyawan mau dan mampu bekerja kesejahteraan kerja, manajemen maupun kebijakan
secara giat, tetapi juga bagaimana memiliki motivasi yang diterapkan, terutama pimpinan yayasan-
yang tinggi untuk mencapai tujuan perusahaan. universitas. Menurut para ahli bahwa dari sekian
Kemampuan, kecakapan dan keterampilan karyawan banyak faktor, motivasi merupakan faktor yang
kurang memberikan kontribusi yang maksimal menentukan dan strategis.
terhadap pencapaian tujuan perusahaan apabila tidak Motivasi merupakan sesuatu yang muncul
diikuti dengan motivasi yang tinggi dari setiap karena adanya kebutuhan baik materi maupun bukan
karyawan guna meningkatkan kinerjanya. (Winardi, materi dalam usaha mencapai tujuan organisasi.
2001; 66). Kebutuhan materi dapat berupa pemenuhan
kebutuhan fisiologi, atau kebutuhan fisik berupa
52
JURNAL MANEKSI V0L 5, NO. 2, DESEMBER 2016

pakaian, rumah, fasilitas transortasi, uang dan lainnya. Kantor Badan Pusat Statistik Ambon adalah
Sedangkan kebutuhan bukan materi yaitu keamanan/ salah satu instansi yang bergerak di bidang kelautaan
keselamatan, sosial, penghargaan/harga diri, dan tugasnya melaksanakan konservasi wilayah
aktualisasi diri. perairan Maluku dan sekitarnya, pelayanan jasa
Dalam era moderenisasi seperti sekarang ini, informasi ekosistim perairan pesisir, ekosistem laut
sumber daya manusia yang berkualitas professional dalam, budidaya biota pelagis laut dalam dan
merupakan kunci utama dalam tubuh kembangnya sekitarnya
sebuah organisasi. Oleh karena itu, sumber daya Masalah yang menjadi pokok permasalahannya
manusia atau perlu secara optimal sehingga kualitas adalah: Apakah ada pengaruh motivasi terhadap
dan kuantitas perlu mempersiapkan dirinya untuk kinerja pegawai pada kantor Badan Pusat Statistik
menghadapi perubahan-perubahan tersebut. Hal ini Ambon”. Tujuan dari penelitian ini yaitu Untuk
menunjukan bahwa di dalam sebuah organisasi yang mengetahui apakah ada pengaruh motivasi khususnya
bertujuan untuk memenangkan persaingan,personalia faktor; Sistem Gaji, Jaminan Sosial, Kesempatan
atau karyawan senantiasa mempunyai kedudukan Diklat, dan Kesempatan Promosi terhadap Kinerja
yang makin penting. Kedudukan dan peran dari pegawai pada Badan Pusat Statistik Ambon.
karyawan akan lebih penting lagi bila prestasi kerja
yang di sumbangkan adalah untuk kemajuan 2. Tinjauan Pustaka
organisasi. 2.1. Pengertian Motivasi
MSDM (manajemen sumber daya manusia) Motivasi berasal dari kata Latin movere yang
terhadap lingkungan manajemen dilihat dari nilai- berarti dorongan atau mengerakan. Motivasi
nilai dan implikasi dalam MSDM, maka dari itu (motivation) dalam manajemen hanya ditujukan pada
segala fungsi aktifitas MSDM sangat sarat akan nilai- sumber daya manusia umumnya dan bawahan
nilai tersebut dan kenyataannya merupakan khususnya. Motivasi mempersoalkan bagaimana
manifestasi yang dapat dalam lingkungan organisasi. caranya mengarahkan daya dan potensial bawahan,
Dilihat dari bidang-bidang MSDM sangat dituntut agar mau bekerja sama secara produktif berhasil
untuk mengetahui bidang psikolog, sosiologi, mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah
antropologi, ekonomi dan manajemen serta ditentukan.
perubahan-perubahan masyarakat. MSDM memiliki Menurut American Encyclopedia, motivasi
hubungan dengan motivasi kerja atau prestasi kerja adalah kecenderungan (suatu sifat yang merupakan
pegawai karena salah satu aspek keperilakuan pokok pertentangan) dalam diri seseorang yang
organisasional memang menyangkut antara lain membangkitkan topangan dan mengarahkan tindak-
motivasi dan mempunyai daya guna terhadap prestasi tanduknya. Sedangkan menurut Edwin B Flippo
kerja pada organisasi yang semakin baik untuk motivasi adalah suatu keahlian, dalam mengarahkan
mencapai tujuan yang diinginkan. Produktifitas kerja pegawai dan organisasi agar mau bekerja secara
seseorang diantaranya dipengaruhi oleh adanya berhasil, sehingga keinginan pegawai dan tujuan
motivasi kerja karena tanpa motivasi seorang organisasi sekaligus tercapai.
karyawan tidak bekerja secara sungguh-sungguh. 1. Kebutuhan. Kebutuhan tercipta saat tidak adanya
Maka dari itu motivasi sangat diperlukan dalam keseimbangan fisiologi atau psikologi
proses kerja agar bisa mencapai apa yang telah 2. Dorongan. Dorongan atau motif terbentuk untuk
ditargetkan oleh organisasi. mengurangi kebutuhan. Dorongan fisiologis dan
Dalam kaitannya dengan pandangan tersebut psikologis adalah tindakan yang berorientasi dan
diatas,maka tugas utama bagi manajemen pada sebuah menghasilkan daya dorong dalam meraih
organisasi adalah bagaimana memotivasi karyawan. insentif. Hal tersebut adalah motivasi.
Tugas tersebut lebih banyak mencakup kemampuan 3. Insentif. Pada akhir siklus motivasi adalah
untuk berkomunikasi, memberi teladan, menghadapi insentif, didefinisikan sebagai semua yang akan
tantangan, memberi dukungan mengumpulkan umpan mengurangi sebuah kebutuhan dan dorongan.
balik, melibatkan orang untuk melaksanakan Dengan demikian, memperoleh insentif akan
pendegelasian, melaksanakan pengembangan dan cenderung memulihkan keseimbangan fisiologi
penelitian, memberi informasi, memberi petunjuk atau psikologi dan akan mengurangi dorongan.
pelaksanaan, serta menjamin berlakunya penghargaan (Fred Luthans, 2006:270)
berupa upah atau insentif yang memadai.
Peningkatan motivasi kerja perlu mendapat Hersberg mengembangkan teori lain yang
perhatian yang serius dari seorang pimpinan. Karena dikenal sebagai Teori Motivasi Dua Faktor. Kedua
berhasil tidaknya perusahaan tergantung dari cara faktor tersebut dissatisfier – atisfier, Motivator
pimpinan menyelenggarakan tugasnya. Pimpinan Hygiene, atau faktor ektrinsik-Intrinsik, tergantung
perusahaan harus mampu mempengaruhi pegawai pada pembahasan dari teori. Penelitian awal yang
untuk bekerja sama secara sukarela dan penuh rasa memancing munculnya teori ini memberikan 2
tanggung jawab secara keseluruhan,maka akan kesimpulan spesifik. Pertama, adanya serangkaian
dicapai motivasi kerja yang tinggi yang di peroleh kondisi ekstrinsik, konteks pekerjaan, yang
dari pegawai. menimbulkan ketidak puasan antar karyawan ketika

53
JURNAL MANEKSI V0L 5, NO. 2, DESEMBER 2016

konsisi tersebut tidak ada. Jika kondisi tersebut ada, yang digambarkan dalam pengelolaan strategi
kondisi tersebut tidak selalu memotivasi karyawan. menghadapi tantangan internal maupun eksternal.
Kondisi ini adalah dissatesfier atau faktor hygiene, Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil
karena faktor-faktor itu diperlukan untuk pengertian bahwa kinerja adalah hasil kerja yang telah
mempertahankan, setidaknya, suatu tingkat dari dicapai oleh seseorang karyawan, baik bersifat
“Tidak adanya ketidak puasan.” Faktor-faktor kwantitatif maupun kualitatif, dan keberhasilan kerja
tersebut diantaranya : tersebut diukur dengan standart yang telah ditentukan.
1. Gaji Kinerja yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
2. Keamanan pekerjaan kinerja karyawan. Berdasarkan pengertian tersebut,
3. Kondisi kerja dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan kinerja
4. Status karyawan adalah kerja atau pencapaian kerja yang
5. Prosedur perusahaan dilakukan oleh karyawan dalam melaksanakan
6. Kualitas pengawasan teknis tugasnya.
7. Kualitas hubungan interpersonal antar rekan kerja, 1. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
dengan atasan, dan dengan bawahan Kinerja individu merupakan dasar kinerja
organisasi. Oleh karena itu untuk mendapatkan
Kedua, serangkaian kondisi intrinsik – Isi hasil yang memuaskan, maka seorang calon
pekerjaan, ketika ada dalam pekerjaan, dapat pimpinan harus memiliki pengetahuan yang
membentuk motivasi yang kuat singga dapat mendalam mengenai faktor yang mempengaruhi
menghasilkan kinerja pekerjaan yang baik, Jika kinerja individu.
kondisi tersebut tidak ada, pekerjaan tidak terbukti Kinerja yang berbeda antara karyawan satu
memuaskan. Faktor-faktor dalam rangkaian ini dengan karyawan yang lain menurut Mar'at,
disebut. Satisfier atau motivator, dan beberapa secara garis besar dipengaruhi oleh dua faktor,
diantaranya adalah : yaitu faktor individu, dan faktor situasi. Faktor
1. Pencapaian individu yang mencakup kemampuan, fisik,
2. Pengakuan motivasi dan lain sebagainya akan mempunyai
3. Tanggung Jawab pengaruh terhadap hasil kinerja individu
4. Kemajuan tersebut. Faktor individu dari tiap karyawan
5. Pekerjaan itu sendiri tidak ada yang sama dan apabila ada kesamaan
6. Kemungkinan untuk tumbuh. hanya merupakan kebetulan. Dari perbedaan
faktor individu tersebut akan membuahkan
Motivator ini secara langsung berkaitan dengan tingkat kinerja karyawan yang berbeda pula.
sifat pekerjaan atau tugas itu sendiri. Ketika ada,
faktor-faktor ini berkontribusi terhadap kepuasan 2. Aspek-Aspek Kinerja
kerja. Hal ini pada akhirnya akan menghasilkan kinerja merupakan perpaduan antara
motivasi tugas intrinsik. (John M Ivancevich, kemampuan dan motivasi. Dari statemen
2002:151) tersebut dapat dipahami bahwa untuk
Manajer dalam memotivasi karyawan hanya mendapatkan gambaran tentang kinerja
berdasarkan atas perkiraan-perkiraan saja dan seseorang diperlukan pengkajian khusus tentang
berpedoman kepada kebutuhan-kebutuhan manusia kemampuan dan motivasi. kinerja itu meliputi
saja. beberapa aspek, antara lain:
1. Kualitas kerja, bahwa kinerja itu dapat dilihat
2.2. Pengertian Kinerja dari kualitas kerja yang telah dihasilkan oleh
Kinerja berasal dari bahasa Inggris seseorang. Kualitas yang baik menunjukkan
"performance" yang diartikan dengan prestasi kerja, bahwa orang tersebut memiliki kinerja yang
pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja, untuk baik pula. Begitu pula sebaliknya, kalau
kerja dan penampilan kerja. kualitas kinerja jelek, maka kinerjanyapun
Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat juga lemah. (Robbin, 1984; 60) Oleh
penyelesaian pelaksanaan atau suatu karenanya untuk meningkatkan kinerja
kegiatan/program/tugas secara efisien dan efektif seseorang, harus ditingkatkan kualitas
dalam mencapai sasaran, tujuan, visi dan misi seseorang dalam bekerja.
organisasi. 2. Ketepatan, bahwa seseorang yang dapat
Mangkunegara (2003) mengartikan kinerja bekerja dengan tepat sesuai dengan petunjuk
dengan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang yang seharusnya, didukung dengan
dicapai seseorang. kecepatan seseorang dalam bekerja,
Kinerja adalah proses penilaian kemampuan menandakan bahwa seseorang tersebut
masing-masing individu dalam organisasi untuk memiliki kinerja yang baik. Seseorang yang
menampilkan kemampuan kerja. Penilaian kinerja kinerjanya baik, mampu bekerja dengan
secara benar dan terukur merupakan sumbangan tepat, cepat dan rapi. Seseorang yang bekerja
bermanfaat bagi organisasi untuk mencapai tujuan

54
JURNAL MANEKSI V0L 5, NO. 2, DESEMBER 2016

tidak tepat dan lambat juga menandakan pengetahuan seseorang tersebut tentang
bahwa kinerjanya lemah. pekerjaan yang dilakukannya. Semakin baik
3. Inisiatif, hal ini menjadikan tolak ukur juga pengetahuan seseorang tentang pekerjaannya
bahwa seseorang yang memiliki tingkat akan semakin baik pulalah kinerjanya. Kualitas
kinerja yang tinggi itu memiliki inisiatif yang dan kuantitas kerja yang baik berawal dari
baik dalam melaksanakan setiap tugas dan pengetahuan yang cukup tentang pekerjaannya.
tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. 5. Keterandalan, hal ini menjadi aspek tolak ukur
Ia memanfaatkan potensi pikirnya untuk tingkat kinerja seseorang. Seseorang yang
senantiasa menemukan kreatifitas-kreatifitas memiliki kinerja yang tinggi, memiliki
baru yang dapat meningkatkan hasil keterandalan yang tinggi dalam melakukan
kerjanya. Memiliki banyak ide temuan- pekerjaannya. Ia betul-betul dapat diandalkan
temuan, dan sudah barang tentu orang seperti dalam melaksanakan pekerjaannya.
ini banyak belajar baik dari buku maupun 6. Kehadiran dan ketepatan waktu, bahwa kinerja
dengan bertanya. yang tinggi ditunjukkan dengan jelas dalam
4. Kapabilitas, bahwa tingkat kinerja yang baik kehadiran dan ketepatan waktu datang dan
dapat diamati dari kapabilitasnya. Seseorang menyelesaikan pekerjaannya. Seseorang yang
yang memiliki kemampuan baik, akan dapat sering terlambat, apalagi sering tidak masuk
menyelesaikan semua permasalahan yang kerja, tidak mungkin memiliki kinerja yang
muncul dalam pekerjaannya dengan baik dan tinggi.
senang menerima banyak tantangan. Tidak 7. Pengetahuan tentang kebijaksanaan dan tujuan
mudah menyerah, mengeluh dan emosi. organisasi, hal ini penting yang juga menjadi
Segala kemampuannya dioptimalkan untuk tolak ukur tingkat kinerja seseorang adalah
penyelesaian tugasnya. Dan ketika pengetahuan dan pemahaman yang jelas tentang
kemampuan yang dimiliki dirasakan tidak kebijaksanaan dan tujuan organisasi. Mereka
dapat mengatasi masalah yang dihadapi, ia yang tahu kebijaksanaan dan tujuan organisasi
akan berusaha untuk belajar. akan dapat menyesuaikan dirinya dengan
5. Komunikasi, seseorang yang tingkat organisasi tempat ia bekerja. Sehingga ia akan
kinerjanya tinggi, dapat berkomunikasi melakukan pekerjaannya dengan maksimal agar
dengan baik. Dengan atasan, bawahan dan tujuan organisasi dapat dicapai.
dengan teman sejawat. Segala unek-unek, 8. Prakarsa dan pertimbangan, bahwa kinerja yang
keluhan dan permasalahan disampaikan pada tinggi ditandai dengan prakarsa dan
pihak yang berwenang. Tidak introver, pertimbangan yang tinggi. Seseorang yang
murung, melamun dan bersedih hati. Semua memiliki kinerja yang tinggi memiliki prakarsa
hal dikomunikasikan dengan baik sehingga yang baik, kreatif dan selalu mempertimbangkan
segala kondisi yang dihadapi dapat diatasi berbagai hal dalam pelaksanaan tugasnya agar
dengan baik (Mitchell, 1987) selalu mencapai hasil yang maksimal, tidak
ceroboh dan pasif.
Senada dengan pendapat di atas, Schuler, Landy
dan Trumbo (1985) mengemukakan bahwa kinerja itu 2.3. Kajian Penelitian terdahulu
memiliki beberapa aspek, yaitu: Penelitia terdadahulu yang dapat digunakan
1. Kualitas kerja, baik buruknya kinerja seseorang sebagai acuan dalam penelitian ini terkait dengat
dapat dilihat dari kualitas pekerjaannya. pengaruh motivasi terhadap kinerja adalah sebagai
Semakin baik kualitas kerja seseorang, maka berikut.
semakin baik pulalah kinerjanya. Menurut Anang Mardianto dari Program
2. Kuantitas kerja, kinerja seseorang dapat dilihat Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta
dari kuantitas hasil kerja seseorang. Semakin yang melakukan penelitian dengan judul “Analisis
banyak kuantitas kerja seseorang menunjukkan Pengaruh Komunikasi Atasan Bawahan dan Motivasi
bahwa semakin baik kinerjanya begitu juga Terhadap Kinerja pada PT. Bank Pembangunan
sebaliknya. Daerah Jawa Tengah Cabang Surakarta”. Berdasarkan
3. Kerjasama, bahwa seseorang yang memiliki hasil analisis dapat disimpulkan bahwa terdapat
kinerja yang baik, memiliki kepandaian menjalin pengaruh positif dan signifikan antara variabel
kerjasama dengan koleganya, bawahannya dan komunikasi dan motivasi terhadap kinerja PT Bank
juga dengan pimpinannya. Seseorang yang tidak BPD Jateng cabang Surakarta, baik secara individual
punya jalinan kerjasama, menunjukkan bahwa maupun secara simultan Variabel motivasi
seseorang tersebut tidak mudah bergaul dan ia mempunyai t hitung sebesar 8,175 sedangkan nilai t
lebih cenderung mengerjakan segala sesuatunya tabel(0,01) sebesar 2,358. Dengan demikian bahwa
seorang diri. Kondisi ini akan membuat kualitas pengaruh variabel motivasi secara signifikan dan
dan kuantitas kerjanya kurang bagus. positif terhadap kinerja.
4. Pengetahuan tentang pekerjaan, bahwa tinggi Menurut Innayah Rokhimah dari Program Studi
rendahnya knerja seseorang dapat diamati dari Magister Manajemen Program Pascasarjana Fakultas

55
JURNAL MANEKSI V0L 5, NO. 2, DESEMBER 2016

Ekonomi Universitas Lampung 2007, yang jumlah populasi yang ada sama dengan jumlah yang
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh dijadikan sampel.
Kemampuan Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Dengan demikian dalam penelitian ini penulis
Karyawan Pada PT. Summit Oto Finance Di Cabang menggunakan teknik total sampling yaitu keseluruhan
Lampung. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan populasi menjadi sampel penelitian yakni sebanyak 30
bahwa terdapat pengaruh positif antara motivasi (X1) responden kantor Badan Pusat Statistik Ambon.
terhadap kinerja (Y) sebesar 0,489 dan koefisien Untuk menganalisa data yang telah terkumpul dan
korelasi sebesar 0,904 pada taraf signifikansi 5%. Dan diuji validasinya maka penulis menggunakan regresi
pada variabel kemampuan (X2) tidak berpengaruh berganda, dengan maksud untuk melihat besarnya
terhadap kinerja (Y). pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat.
Besarnya pengaruh tersebut ditujukan oleh koefisien
2.4. Hipotesis regresi dengan menggunakan persamaan garis regresi
Hubungan motivasi dengan kinerja, Handoko melalui rumus sebagai berikut :
(2001), menyatakan karyawan dianggap mempunyai
motivasi untuk menghasilkan kinerja yang baik Kini = α + β1Motiv2i + ei …………………… (3.1)
karena adanya dorongan untuk melakukan sesuatu
agar dapat meningkatkan kinerja lebih baik dibanding
karyawan yang lain. Keterangan :
Untuk menjawab permasalahan penelitian dan Kin = Kinerja Kayawan
mencapai tujuan penelitian, maka dirumuskan α = konstanta
hipotesis penelitian sebagai berikut: di duga ada β1 = Koefisien regresi Motiv
pengaruh yang signifikan antara motivasi terhadap Motiv = Motivasi
kinerja pegawai pada kantor Badan Pusat Statistik e = residu
Ambon.
Untuk menguji tingkat pengaruh dari bariabel
3. Metodologi independent terhadap variabel dependent diguakan uji
Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian t test dan uji F.
ini adalah jenis penelitian kuantitatif. Menurut a) Uji t test
Sugiyono (2003: 14), “Penelitian kuantitatif adalah Uji t test digunakan untuk menguji kemampuan
penelitiandengan maksud memperoleh data yang (secara pasial) dari masing-masing variabel
berbentuk angka atau data kualitatif yang independent dalam mempengaruhi variabel
diangkakan”. Jenis penelitian yang menggunakan dependent. Adapun langkah untuk menguji t test
rancangan penelitian berdasarkan prosedur statistik sebagai berikut :
atau dengan cara lain dari kuantifikasi untuk Menentukan formulasi hipotesis
mengukur variabel penelitiannya. Ho : β1 = 0
Lokasi penelitian ini dilakukan di kantor Badan Ho : β1 ≠ 0
Pusat Statistik Ambon. Populasi adalah keseluruhan Menghitung nilai t dengan formula
subjek penelitian. Populasi adalah keseluruhan dari
subyek yang diteliti dengan ciri-ciri atau sifat tertentu b1
yang akan diduga. Populasi yang dimaksudkan dalam t = ----------- …………………………………… (3.2)
penelitian adalah seluruh semua pegawai pada kantor Se(b1)
Badan Pusat Statistik Ambon. Total pegawai
sebanyak 32 orang. Dimana :
Arikunto (2006: 134) menjelaskan bahwa untuk b1 = Koefisien regresi
sekedar ancer-ancer, maka apabila subyeknya kurang Se = Standar error koefisien regresi
dari 100 lebih baik diambil semua, sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Menentukan sikap tingkat signifikan dengan
Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat kriteria pengujian sebagai berikut ;
diambil antara 10-15 % atau 20-25 % atau lebih. • Apabila nilai t hitung > tabel maka Ho ditolak,
Berpijak pada uraian tersebut dan melihat berarti variabel independent yang dimaksud (X)
jumlah populasi yang kurang dari 100, maka sampel secara parsial berpengaruh terhadap variabel
penelitian diambil seluruhnya (total sampling). dependent (Y) secara signifikan pada tingkat
Sebuah penelitian apabila peneliti ingin meneliti keyakinan tertentu.
semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian,
• Apabila nilai t hitung < tabel maka Ho diterima,
maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.
berarti variabel independent yang dimaksud (X)
Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi
secara parsial tidak berpengaruh terhadap
atau studi sensus. (Arikunto, 2006: 134).
variabel dependent secara signifikan pada
Pengambilan sampel dilakukan secara
tingkat keyakinan tertentu.
kesengajaan (purpousive sampling), mengingat
b) Uji F
56
JURNAL MANEKSI V0L 5, NO. 2, DESEMBER 2016

Uji F digunakan untuk menguji variabel organisasi, perorangan, dan atau unsur masyarakat
independent secara bersama-sama dan pengaruhnya lainnya secara mandiri atau bersama dengan BPS.
secara signifikan terhadap variabel dependent pada 2. Hasil statistik yang diselenggarakan oleh BPS
signifikan tertentu. Hiposesis yang digunakan adalah : diumumkan dalam Berita Resmi Statistik (BRS)
H0 :. . . . . B1/2 = 0 secara teratur dan transparan agar masyarakat
H1 : bukan H0 dengan mudah mengetahui dan atau mendapatkan
data yang diperlukan.
Formulasi uji F : 3. Sistem Statistik Nasional yang andal, efektif, dan
R212 (k – 1) efisien.
Fh = ----------------------- ………………………. (3.3) 4. Dibentuknya Forum Masyarakat Statistik sebagai
(1 – R2) (N – k) wadah untuk menampung aspirasi masyarakat
statistik, yang bertugas memberikan saran dan
Dimana: pertimbangan kepada BPS.
R2 = Koefisien determnasi
K = Jumlah variabel Berdasarkan undang-undang yang telah
N = Jumlah sampel disebutkan di atas, peranan yang harus dijalankan oleh
Fh = Nilai hitung BPS adalah sebagai berikut :
1. Menyediakan kebutuhan data bagi pemerintah dan
Kritereria pengujian adalah : masyarakat. Data ini didapatkan dari sensus atau
• Apabbila F hitung > tabel maka Ho ditolak, survey yang dilakukan sendiri dan juga dari
berarti secara bersama-sama variabel departemen atau lembaga pemerintahan lainnya
independent mampu mempengaruhi variabel sebagai data sekunder
dependent secara signifikan pada tingkat 2. Membantu kegiatan statistik di departemen,
kepercayaan tertentu. lembaga pemerintah atau institusi lainnya, dalam
• Apabila F hitung < tabel maka Ho diterima, membangun sistem perstatistikan nasional.
berarti secara bersama-sama variabel 3. Mengembangkan dan mempromosikan standar
independent tidak berpengaruh secara signifikan teknik dan metodologi statistik, dan menyediakan
terhadap variabel dependent pada tingkat pelayanan pada bidang pendidikan dan pelatihan
kepercayaan tertentu. statistik.
4. Membangun kerjasama dengan institusi
c) Koefisien Determinasi (R2) internasional dan negara lain untuk kepentingan
Uji ketepatan perkiraan (R2) dilakukan untuk perkembangan statistik Indonesia.
mendeteksi ketepatan yang paling baik dalam analisis
regresi. Uji ini dengan membandingkan besarnya nilai 4.1.1. Visi dan Misi
koefisien determinan R 2 jika nilai R 2. Semakin Visi Badan Pusat Statistik adalah pelopor data
besar atau mendekati 1 (satu) maka model semakin statistik terpercaya untuk semua. Sedangkan Misinya
tepat (Setiaji, 2004:20) sebagai berikut:
1. Memperkuat landasan konstitusional dan
4. Hasil dan Pembahasan operasional lembaga statistik untuk
4.1. Gambaran Objek Penelitian penyelenggaraan statistik yang efektif dan efisien.
Badan Pusat Statistik adalah Lembaga 2. Menciptakan insan statistik yang kompeten dan
Pemerintah Non-Departemen yang Bertanggung profesional, didukung pemanfaatan teknologi
jawab langsung kepada Presiden. Sebelumnya, BPS informasi mutakhir untuk kemajuan perstatistikan
merupakan Biro Pusat Statistik, yang dibentuk Indonesia.
berdasarkan UU Nomor 6 Tahun 1960 tentang Sensus 3. Meningkatkan penerapan standar klasifikasi,
dan UU Nomer 7 Tahun 1960 tentang Statistik. konsep dan definisi, pengukuran dan kode etik
Sebagai pengganti kedua UU tersebut ditetapkan UU statistik yang bersifat universal dalam setiap
Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik. Berdasarkan penyelenggaraan statistik.
UU ini yang ditindaklanjuti dengan peraturan 4. Meningkatkan kualitas pelayanan informasi
perundangan dibawahnya, secara formal nama Biro statistik bagi semua pihak.
Pusat Statistik diganti menjadi Badan Pusat Statistik. 5. Meningkatkan koordinasi, integrasi dan
Materi yang merupakan muatan baru dalam UU sinkronisasi kegiatan statistik yang
Nomor 16 Tahun 1997, antara lain : diselenggarakan pemerintah dan swasta, dalam
1. Jenis statistik berdasarkan tujuan pemanfaatannya kerangka Sistem Statistik Nasional (SSN) yang
terdiri atas statistik dasar yang sepenuhnya efektif dan efisien.
diselenggarakan oleh BPS, statistik sektoral yang
dilaksanakan oleh instansi Pemerintah secara 4.1.2. Tugas, Fungsi dan Kewenangan
mandiri atau bersama dengan BPS, serta statistik Tugas, fungsi dan kewenangan BPS telah
khusus yang diselenggarakan oleh lembaga, ditetapkan dalam Keputusan Presiden RI (Keppres)
Nomor 103 Tahun 2001. Dalam menjalankan tugas,

57
JURNAL MANEKSI V0L 5, NO. 2, DESEMBER 2016

fungsi, dan kewenangannya seperti tercantum di anteseden ( yang mendahului) dalam satu variabel
bawah ini, BPS juga dibatasi oleh 10 prinsip etika (eksperimental atau variabel bebas) lainnya.
perstatistikan yang tercantum dalam United Nations (Kartini,1996;332).
Fundamental Principles of Official Statistics. Berangkat dari penjelasan diatas maka dapat
1. Tugas dijelaskan bahwa dalam penelitian ini terdapat dua
Melaksanakan tugas pemerintahan di bidang variabel yaitu variabel bebas yakni motivasi dan
kegiatan statistik sesuai dengan ketentuan variabel tidak bebas atau terikan yakni kinerja
peraturan perundang-undangan yang berlaku. karyawan yang kemudian dijabarkan ke dalam
indikator-indikator penelitian sebagai berikut :
1. Motivasi
2. Fungsi Konsep Motivasi yaitu pendorong bagi perbuatan
• Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional seseorang untuk memenuhi kebutuhan baik yang
di bidang kegiatan statistik; bersifat material maupun immaterial. Dalam konsep
• Penyelenggaraan statistik dasar; ini terkandung variabel pemenuhan kebutuhan
• Koordinasi kegiatan fungsional dalam karyawan yaitu :
pelaksanaan tugas BPS; 1) Pemenuhan kebutuhan material karyawan, yaitu
• Fasilitasi pembinaan terhadap kegiatan instansi pemenuhan kebutuhan yang dinilai secara
pemerintah di bidang kegiatan statistik; dan ekonomis (berupa uang), dengan indikator
• Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan meliputi:
administrasi umum di bidang perencanaan a. Gaji karyawan diberikan yaitu besarnya yang
umum, ketatausahaan, organisasi dan diterima.
tatalaksana, kepegawaian, keuangan, b. Jaminan sosial yang diberikan yaitu besarnya
kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan jaminan yang diberikan kepada karyawan
dan rumah tangga. dalam suatu periode.
2) Pemenuhan kebutuhan non material karyawan,
3. Kewenangan yaitu pemenuhan kebutuhan Karyawan yang
• Penyusunan rencana nasional secara makro di dinilai berdasarkan aspek manusia (non ekonomis)
bidangnya; yang meliputi :
• Perumusan kebijakan di bidangnya untuk a. Kesempatan mendapatkan pendidikan dan
mendukung pembangunan secara makro; latihan, yaitu kesempatan atau kebebasan
• Penetapan sistem informasi di bidangnya; yang diberikan pimpinan kepada karyawan
• Penetapan dan penyelenggaraan statistik untuk mengembangkan diri;
nasional; b. Kesempatan promosi bagi karyawan, yaitu
• Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan kesempatan kepada karyawan untuk
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapatkanpeningkatan pekerjaan;
yaitu: c. Suasana kerja yang mendukung, yaitu situasi
• Perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu dan kondisi tempat kerja yang mendukung
di bidang kegiatan statistik; kelancaran kerja;
• Penyusun pedoman penyelenggaraan survei d. Kesempatan fasilitas rekreasi, yaitu
statistik sektoral. pemberian kesempatan karyawan melakukan
rekreasi dan fasilitas dari tempat karyawan
4.2. Deskripsi Variabel Penelitian bekerja.
Variabel adalah kuantitas (jumlah) atau sifat
karakteristik yang mempunyai nilai numerik atau 2. Kinerja Karyawan
kategori Variabel merupakan satu kuantitas yang bisa Konsep kinerja yaitu perilaku yang ditempatkan
berubah-ubah, bisa berkurang atau bertambah. Juga dalam bekerja, nilainya berdasarkan pada aspek yang
merupakan satu faktor yang bergantung pada faktor- berhubungan dengan pekerjaan. Dalam konsep ini
faktor lain. Maka ada variabel bebas (Independent meliuti variabel :
Variable) dan variabel tidak bebas (dependent 1) Disiplin kerja karyawan, yaitu perilaku taat pada
variable) variabel bergantung. peraturan perusahan yang dilakukan, melalui:
Variabel bebas ialah 1). Variabel yang dikontrol a. Tingkat absensi karyawan, yaitu tingkat
oleh peneliti dan dikenakan kepada subjek untuk kehadiran karyawan dalam bekerja;
menentukan efeknya terhadap reaksi subjek. 2). b. Disiplin kerja yang berlaku;
Dalam korelasi-korelasi sederhana, variabel bebas 2) Kerjasama antar karyawan, yaitu bekerjasama
merupakan variabel kriterion, dengan mana variabel dengan karyawan lain untuk mencapai suatu
yang tengah diukur akan dikorelasikan tujuan yang meliputi :
Variabel tidak bebas adalah 1). Reaksi subjek a. Keterlibatan karyawan, yaitu tingkat
atau, 2). Satu variabel dalam mana perubahan- keterlibatan karyawan dalam melaksanakan
perubahan merupakan akibat dari perubahan- tugas bersama karyawan lain;
perubahan lain, atau merupakan kondisi-kondisi

58
JURNAL MANEKSI V0L 5, NO. 2, DESEMBER 2016

b. Aktifitas karyawan, yaitu tingkat aktivitas Nilai koefisien determinasi adalah diantara 0 (nol)
karyawan dalam mengikuti kegiatan yang dan 1 (satu). Koefisien ini dinyatakan dalam %,
dilaksanakan perusahan. makin besar nilai R2, makin besar pula kontribusi
3) Inisiatif karyawan, yaitu ide atau gagasan yang atau peranan variabel bebas/independent dalam
diwujudkan dalam perilaku karyawan yang dapat hal ini aspek kepemimpinan, motivasi dan
dilihat dari : kompensasi terhadap variable terikat/dependant
a. Kemampuan menyelesaikan masalah, yaitu dalam hal ini adalam aspek kinerja karyawan
tingkat kemampuan dalam menyelesaikan Badan Pusat Statistik Ambon. Biasanya model
masalah yang dihadapi; regresi dengan nilai R2 sebesar 70% atau lebih
b. Kemampuan mengeluarkan gagasan, yaitu dianggap cukup baik, meskipun tidak selalu.
tingkat kemampuan karyawan dalam Koefisien Determinasi atau R2 (R square)
memecahkan kesulitan ditempat kerja; ditemukan sebesar 0,739 yang menunjukan bahwa
4) Tanggung jawab karyawan, yaitu kesanggupan 73,9% kinerja karyawan Badan Pusat Statistik
karyawan dalam menyelesaikan tugas yang Ambon secara keseluruhan dijelaskan oleh
diberikan kepadanya dilihat dari : variabel motivasi, sedangkan sisanya 26,1%
a. Kesanggupan karyawan untuk menyelesaikan dijelaskan oleh faktor lain.
tugas tepat pada waktunya;
b. Kesanggupan karyawan untuk tidak 3. Analisis Koefisien Regresi
melakukan kesalahan dalam tugasnya Koefisien regresi dinyatakan dalam bentuk
5) Penyelesaian tugas, yaitu perolehan karyawan persamaan regresi. Adapun persamaan regresi
dari pelaksanaan tugas yang dapat ditujukan pada berganda digunakan untuk menguji apakah
mutu (kualias) dan jumlah (kuantitas). Kualitas terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
yang baik menunjukan bahwwa karyawan independen terhadap variabel dependen. Pada
tersebut meiliki kinerja yang baik pula dan penelitianini bahwa α atau nilai constant = -1,104,
kualitas yang banyak menunjukan bahwa β1Motiv2i atau koefisien regresi motivasi =
karyawan tersebut memiliki kinerja yang baik 0,486, jadi model persamaan regresinya adalah
pula dan kuantitas yang banyak menunjukan sebagai berikut:
bahwa karyawan tersebut memiliki kemampuan
yang baik pula. Kini = -1,104 + 0,486 + ei
Dari hasil diatas dapat dijelaskan bahwa nilai α
4.3. Analisa Hasil Penelitian atau nilai constant adalah sebesar -1,104. yang
Untuk menganalisa data yang didapat dari berarti apabila variabel bebas yaitu motivasi sama
penyebaran angket terhadap 29 karyawan Badan Pusat dengan nol, maka besarnya variabel Y (kinerja)
Statistik Ambon, maka dilakukan analisa regresi, uji adalah -1,104. Dengan kata lain jika variabel
t, dan mengetahui koefisien determinasi atas aspek bebas motivasi nilainya dianggap nol berarti
motivasi kerja serta pengaruhnya terhadap kinerja besarnya adalah -1,104. Karena besarnya kindrja
karyawan Badan Pusat Statistik Ambon. Analisa tidak dapat digambarkan secara kuantitatif, jika
regresi menggunakan SPSS 12. tidak ada variabel motivasi.
1. Uji t Variabel Independant Motivasi (X) terhadap Koefisien regresi motivasi adalah sebesar 0,486,
Kinerja (Y) besarnya koefisien regresi variabel bebas yaitu
Uji ini dilakukan untuk membuktikan bahwa motivasi yang berarti setiap peningkatan
aspek motivasi mempengaruhi kinerja digunakan (penambahan) variabel motivasi akan
uji t statistik. Adapun dasar keputusannya adalah meningkatkan variabel terikat yaitu kinerja sebesar
sebagai berikut: 0,486. Jika variabel motivasi, ada kecenderungan
Ho : diterima bila t hitung < t tabel meningkat maka kinerja akan meningkat. Jika
Ha : diterima bila t hitung > t tabel variabel motivasi ada kecenderungan menurun
Berdasarkan hasil uji t ditemukan bahwa nilai t maka kinerja karyawan Badan Pusat Statistik
hitung untuk variabel motivasi ( X ) = 3,836 Ambon juga akan menurun.
Untuk df = 30, dengan taraf signifikansi ( ) = 0,05
diperoleh t tabel = 1,697. 4.4. Pembahasan
Dengan demikian nilai t hitung untuk variabel Dari hasil analisis data yang dilakukan di atas,
motivasi ( X ) = 3,836 > t tabel 1,697. dengan didapatkan hasil bahwa variabel motivasi ternyata
signikansi 0,000 maka Ho ditolak atau H1 berpengaruh terhadap kinerja karyawan Badan Pusat
diterima. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh Statistik Ambon. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja
yang signifikan variabel motivasi ( X ) terhadap karyawan pada Badan Pusat Statistik Ambon
variabel kinerja (Y). bergantung pada motivasi.
Kinerja karyawan Badan Pusat Statistik Ambon
2. Uji R2 (Koefisien Determinasi) akan meningkat bila kebutuhan karyawan dapat
Koefisien determinasi dilambangkan dengan R2 terpenuhi seperti :
merupakan proporsi hubungan antara Y dengan X.

59
JURNAL MANEKSI V0L 5, NO. 2, DESEMBER 2016

1. Pemenuhan kebutuhan material karyawan, yaitu 2. Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0, 739
pemenuhan kebutuhan yang dinilai secara yang menunjukan bahwa 73,9% kinerja
ekonomis (berupa uang), dengan indikator karyawan Badan Pusat Statistik Ambon secara
meliputi: gaji karyawan diberikan sesuai dengan keseluruhan dijelaskan oleh variabel motivasi,
kinerja yang dihasilkan oleh karyawan, selain sisanya 26,1% dijelaskan oleh faktor lain.
gaji, jaminan sosial yang diberikan kepada 3. Analisa koefisien regresi variabel motivasi
karyawan perlu juga diperhatikan bila instasi ini terhadap kinerja dijelaskan bahwa nilai
ingin meningkatkan kinerja karyawannya nilai constant adalah sebesar -1,104. yang berarti
2. Pemenuhan kebutuhan non material karyawan, apabila variabel bebas yaitu motivasi sama
yaitu pemenuhan kebutuhan Karyawan yang dengan nol, maka besarnya variabel Y (kinerja)
dinilai berdasarkan aspek manusia (non adalah -1,104. Dengan kata lain jika variabel
ekonomis) yang meliputi : bebas motivasi nilainya dianggap nol berarti
a. Kesempatan mendapatkan pendidikan dan besarnya adalah -1,104. Karena besarnya kindrja
latihan, yaitu kesempatan atau kebebasan tidak dapat digambarkan secara kuantitatif, jika
yang diberikan pimpinan Badan Pusat tidak ada variabel motivasi.koefisien regresi
Statistik Ambon kepada karyawannya untuk motivasi adalah sebesar 0,486, besarnya koefisien
mengembangkan diri; takkalah pentingnya regresi variabel bebas yaitu motivasi yang berarti
juga dilihat dari segi kesempatan promosi setiap peningkatan (penambahan) variabel
bagi karyawan, yaitu kesempatan kepada motivasi akan meningkatkan variabel terikat yaitu
karyawan untuk mendapatkan peningkatan kinerja sebesar 0,486. Jika variabel motivasi, ada
pekerjaan dalam hal ini promosi jabatan yang kecenderungan meningkat maka kinerja akan
lebih tinggi bika karyawan sudah melewati meningkat. Jika variabel motivasi ada
periode tertentu dan layak mendapat promosi kecenderungan menurun maka kinerja karyawan
jabatan, hal ini juga akan membantu Badan Pusat Statistik Ambon juga akan menurun.
karyawan dalam meningkatkan kinerjanya ;
b. Suasana kerja yang mendukung, yaitu situasi 5.2. Saran
dan kondisi tempat kerja yang mendukung 1. Untuk meningkatkan kinerja karyawan maka
kelancaran kerja. Karyawan Badan Pusat pimpinan perlu memperhatikan pemenuhan
Statistik Ambon akan merasa suasan yang kebutuhan material yang dinilai secara ekonomis
kondusif dan menunjang apa yang (berupa uang), seperti: gaji karyawan harus
dikerjakannya, merasa nyaman dan kerasan diberikan sesuai dengan kinerja yang dihasilkan
akan sangat membantu penyelesaian oleh karyawan, selain gaji, jaminan sosial yang
pekerjaan tepat waktu. diberikan kepada karyawan perlu juga
c. Hal lain yang tidak kalah pentingnya yaitu diperhatikan bila instasi ini bila ingin
kesempatan fasilitas rekreasi, yaitu meningkatkan kinerja karyawannya.
pemberian kesempatan karyawan melakukan 2. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kebutuhan
rekreasi dan fasilitas dari tempat karyawan non material karyawan, yaitu pemenuhan
bekerja. Dengan adanya kesempatan kebutuhan Karyawan yang dinilai berdasarkan
berekreasi secara bersama-sama baik aspek manusia (non ekonomis) yang meliputi;
karyawan bersama-sama pimpinan, akan Kesempatan mendapatkan pendidikan dan latihan,
sangat membantu dalam menyegarkan yaitu kesempatan atau kebebasan yang diberikan
pikiran karyawan, menumbuhkan rasa pimpinan Badan Pusat Statistik Ambon kepada
kebersamaan dan saling mengenal antar karyawannya untuk mengembangkan diri;
karyawan. Dengan adanya kesempatan untuk takkalah pentingnya juga dilihat dari segi
berekreasi ini diharapkan karyawan akan kesempatan promosi bagi karyawan, yaitu
lebih bekerjasama dalam bekerja serta kesempatan kepada karyawan untuk mendapatkan
semangat dalam memenuhi tugas-ugas dan peningkatan pekerjaan dalam hal ini promosi
tanggung jawabnya sebagai seorang jabatan yang lebih tinggi bika karyawan sudah
karyawan. melewati periode tertentu dan layak mendapat
promosi jabatan, hal ini juga akan membantu
5. Penutup karyawan dalam meningkatkan kinerjanya ;
5.1. Kesimpulan Suasana kerja yang mendukung, yaitu situasi dan
Berdasarkan hasil analisa data dan pengujian kondisi tempat kerja yang mendukung kelancaran
hipotesis, maka dapat disimpulkan bahwa kerja. Karyawan Badan Pusat Statistik Ambon
1. Variabel motivasi secara individual berpengaruh akan merasa suasan yang kondusif dan menunjang
secara signifikan terhadap kinerja karena nilai t apa yang dikerjakannya, merasa nyaman dan
hitung untuk variabel motivasi ( X ) = 3,836 > kerasan akan sangat membantu penyelesaian
t tabel 1,697, dengan signikansi 0,000 maka Ho pekerjaan tepat waktu.
ditolak atau H1 diterima. Hal lain yang tidak kalah pentingnya yaitu
kesempatan fasilitas rekreasi, yaitu pemberian

60
JURNAL MANEKSI V0L 5, NO. 2, DESEMBER 2016

kesempatan karyawan melakukan rekreasi dan Mangkunegara, Anwar Prabu.A.A. Perencanaan dan
fasilitas dari tempat karyawan bekerja. Dengan Pengembangan SUMBER DAYA MANUSIA,
adanya kesempatan berekreasi secara bersama- Rafika Aditama, Bandung, 2006.
sama baik karyawan bersama-sama pimpinan, Miner, John B, Inroduction to Managemen, Charles E
akan sangat membantu dalam menyegarkan Merrill, Ohio, 1985
pikiran karyawan, menumbuhkan rasa Muhidin, Sambas Ali, Abdurahman Maman, Analisis
kebersamaan dan saling mengenal antar karyawan. Korelasi, Regresi dan Jalur dalam Penelitian,
Dengan adanya kesempatan untuk berekreasi ini Pustaka Setia, Bandung, 2007.
diharapkan karyawan akan lebih bekerjasama Mukaram, Marwansyah, Manajemen Sumber Daya
dalam bekerja serta semangat dalam memenuhi Manusia, Politeknik Negeri Bandung, 2000,
tugas-ugas dan tanggung jawabnya sebagai Bandung.
seorang karyawan. Munandar Ashar Sunyoto, Psikologi Industri dan
Organisasi, UIP, 2006, Jakarta.
Riduwan,. Metode dan Teknik Menyusun Tesis,
Pengantar Buchari Alma, Alfabeta, Bandung,
2008
Simanjuntak, Payaman , Manajemen dan Evaluasi
Kinerja, FEUI, 2005, Jakarta
DAFTAR PUSTAKA Sobur, Alex., Psikologi Umum, Pustaka Setia,
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian; Suatu Bandung, 2003.
Pendekatan Praktik, Edisi Revisi Keenam, Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif,
Rineka Cipta, Jakarta, 2006. Dilengkapi Contoh Proposal Dan Laporan
Dharma, Surya, Manajemen Kinerja, Falsafah Teori Penelitian, Alfabeta, Bandung, 2008.
dan Penerapannya, Pustaka Pelajar, Trihendradi, Cornelius, Memecahkan Kasus Statistik :
Yogyakarta, 2009. Deskriptif, Parametrik, dan Non-Parametik
Dessler, Gary, Managemen Foundation, Fourth dengan SPSS 12, Andi, 2004, Yogyakarta.
Edition, Reston, Virginia, 1985 Tunggal, Amin Widjaja , Manajemen Suatu
Davis, Kaith, John Newstrom, Perilaku dalam Pengantar, Rineka Cipta, 2002, Jakarta.
Organisasi, edisi VI, jilid I, Erlangga, Jakarta, Uno, Hamzah B, Teori Motivasi dan Pengukurannya,
1996 Analisis Di Bidang Pendidikan, Bumi Aksara,
Furtwengler, Dale, Fandu Tjiptono, Penilaian Jakarta, 2006
Kinerja, Menguasai Keahlian yang anda Winardi, Motivasi Pemotivasian Dalam Manajemen,
Perlukan Dalam 10 Menit, Penerbit Andi, Raja Grafindo Persada, 2001, Jakarta
Yogyakarta, 2002.
Hasibuan H Malayu, Manajemen Sumber Daya
Manusia, Edisi Revisi, Bumi Aksara, Jakarta,
2007.
Hodgetts, Richard M, Management, Second Edition,
Harcourt Brace Jovanovich, Florida, 1988.
Ivancevich, John M., Konopaske, Robert., Mattesson,
Michael T. Perilaku dan Manajemen
Organisasi, Jilid Kesatu,Edisi Ketujuh,
Erlangga, Jakarta, 2005.
Ivancevich, John M, Organization Behavior Structure
Processes, Twelfth Edition, McGraw-Hill
Irwin, New York, 2006
Iswanto, Yun. Pedoman Mata Kuliah Seminar
Penelitian, Universitas Terbuka, Jakarta, 2007.
Handoko, T Hany, Manajemen Personalia dan
Sumber Daya Manusia, Edisi 2, BPFE UGM,
2001, Yogyakarta.
Hersey, Paul, Ken B, Dharma Agus, Manajemen
Perilaku Organisasi, Pendayagunaan Sumber
Daya Manusia, Erlangga, 1982, Jakarta.
Kartono, Kartini. Pengantar Metodologi Riset Sosial,
Mandar Maju, Bandung, 1996.
Longenecker, Justin G, Management, Sixth Edition,
Charles E Merrill,Ohio, 1984,
Luthans, Fred, Perilaku Organisasi, Edisi Kesepuluh,
Andi, Yogyakarta, 2006

61

Vous aimerez peut-être aussi