Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Kelompok 3:
Miki Puspita
Muhammad Geges Pratama
Mutia Restu Rahmayuli
Rahmat Septiawan
Ratih Purnama Wati
Sarah Dian Rani
Siti Mulyani Muslim
Syafriwal Hendra
Vivi Melani
Yollis Suwirta
Yulia Fernando
DOSEN PEMBIMBING :
Ns.Delfatmawati, S.Kep
Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan inayah-Nya
Penulis telah dapat menyelesaikan Makalah ini meski secara sederhana. Semoga Allah SWT
senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.
Makalah ini Penulis susun untuk memenuhi tugas mata kuliah system respirasi. Dalam
penyusunannya Penulis menemui berbagai rintangan. Namun Allah SWT sangat memperhatikan
hambanya yang mau berusaha dan berdo’a. Sehingga dengan adanya bantuan dari berbagai pihak
Makalah ini dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini,tak lupa Penulis ucapkan Terima Kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penulisan Makalah ini. Semoga bantuan dan partisipasi dari berbagai
pihak dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang berlipat ganda. Penulis berharap Makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penyalahgunaan dan ketergantungan zat yang termasuk dalam katagori NAPZA
pada akhir-akhir ini makin marak dapat disaksikan dari media cetak koran dan majalah
serta media elektrolit seperti TV dan radio. Kecenderungannya semakin makin banyak
masyarakat yang memakai zat tergolong kelompok NAPZA tersebut, khususnya anak
remaja (15-24 tahun) sepertinya menjadi suatu model perilaku baru bagi kalangan remaja
(DepKes, 2001).
Faktor individu yang tampak lebih pada kepribadian individu tersebut; faktor
keluarga lebih pada hubungan individu dengan keluarga misalnya kurang perhatian
keluarga terhadap individu, kesibukan keluarga dan lainnya; faktor lingkungan lebih pada
kurang positif sikap masyarakat terhadap masalah tersebut misalnya ketidakpedulian
masyarakat tentang NAPZA (Hawari, 2000). Dampak yang terjadi dari faktor-faktor di
atas adalah individu mulai melakukan penyalahgunaan dan ketergantungan akan zat. Hal
ini ditunjukkan dengan makin banyaknya individu yang dirawat di rumah sakit karena
penyalahgunaan dan ketergantungan zat yaitu mengalami intoksikasi zat dan withdrawal.
2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian NAPZA?
2. Apa Jenis-Jenis Napza?
3. Bagaimana Etiologi penyalahgunaan NAPZA?
4. Bagaimana Rentang Respon Koping Penggunaan Zat?
5. Bagaimana Perspektif Psikodinamika NAPZA?
6. Apa Tanda dan Gejala Napza?
7. Bagaimana Pemeriksaan Diagnostik NAPZA?
8. Bagaimana Penatalaksanaan NAPZA?
9. Bagaimana Askep NAPZA?
3. Tujuan Masalah
1. Pengertian NAPZA
2. Jenis-Jenis Napza
3. Etiologi penyalahgunaan NAPZA
4. Rentang Respon Koping Penggunaan Zat
5. Perspektif Psikodinamika NAPZA
6. Tanda dan Gejala Napza
7. Pemeriksaan Diagnostik NAPZA
8. Penatalaksanaan NAPZA
9. Askep NAPZA
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus bahkan sampai
setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang parah dan sering
dianggap sebagai penyakit. Adiksi umumnya merujuk pada perilaku psikososial yang
berhubungan dengan ketergantungan zat. Gejala putus zat terjadi karena kebutuhan
biologik terhadap obat. Toleransi adalah peningkatan jumlah zat untuk memperoleh efek
yang diharapkan. Gejala putus zat dan toleransi merupakan tanda ketergantungan fisik
(Stuart dan Sundeen, 1995).
Napza adalah singkatan dari Narkotika Alkohol Psikotropika dan Zat Adiktif
lainnya.Narkotika UU no 22, tahun 1997 adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman
atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.Alkohol adalah minuman yang
mengandung etanol yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung
karbohidrat dengan cara fermentasi dan distilasi atau fermentasi tanpa distilasi, baik
dengan cara memberikan perlakuan terlebih dahulu atau tidak, menambahkan bahan lain
atau tidak, maupun yang diproses dengan cara mencampur konsentrat dengan etanol atau
dengan cara pengenceran minuman yang mengandung etanol.Psikotropika adalah zat atau
obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas mental dan perilaku. Zat Adiktif Lainnya adalah bahan lain bukan narkotika atau
psikotropika yang penggunaannya dapat menimbulkan ketergantungan. Psikotropika
menurut Undang-undang Nomor 5 tahun 1997 meliputi ectasy, shabu-shabu, obat
penenang/obat tidur, obat anti depresi dan anti psikosis
2. Jenis-Jenis Napza
1. Opioida
Opioida dihasilkan dari getah opium poppy yang diolah menjadi morfin,
kemudian dengan proses tertentu menghasilkan putaw, dimana putau mempunyai
kekuatan 10 kali melebihi morfin.Opiate disahgunakan dengan cara disuntik atau
dihisap, dengan nama jalannya adalah putau, ptw, black heroin, brown sugar. Opiate
dibagi dalam tiga golongan besar, yaitu :
3. Kanabis (ganja )
4. Amfetamin
7. Solvent/inhalansia
Adalah zat yang berbentuk gas dan dapat masuk kedalam tubuh melalui
sistem pernapasan (paru-paru).
8. Alkohol
Diperoleh dari proses permentasi madu, gula, sari buah, atau umbi-umbian.
Hasil permentasi ini dapat diperoleh alkohol dengan kadar tidak lebih dari 15%, tetapi
dengan proses penyulingan dapat dihasilkan alkohol dengan kadar yang lebih tinggi,
bahkan mencapai 100%.
1. Faktor biologi
Kecenderungan keluarga, terutama penyalahgunaan alkohol. Perubahan
metabolisme alcohol yang mengakibatkan respon fisiologik yang tidak nyaman.
2. Faktor psikologik
a. Tipe kepribadian ketergantungan
b. Harga diri rendah biasanya sering b.d penganiayaan waktu masa kanak kanak
c. Perilaku maladaptif
d. Mencari kesenangan dan menghindari rasa sakit
e.
3. Faktor sosiokultural
a. Ketersediaan dan penerimaan sosial terhadap pengguna obat
b. Ambivalens sosial tentang penggunaan dan penyalahgunaan berbagai zat seperti
tembakau, alkohol
c. Sikap, nilai, norma dan sanksi cultural
d. Kemiskinan dengan keluarga yang tidak stabil dan keterbatasan kesempatan
5. Perspektif Psikodinamika
7. Pemeriksaan Diagnostik
8. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
a. Memberikan informasi dan pendidikan yang efektif tentang NAPZA.
b. Deteksi dini perubahan perilaku
c. Menolak tegas untuk mencoba (“Say no to drugs”) atau “Katakan tidak pada
narkoba.
2. Pertolongan Pertama
3. Pengobatan
a. Detoksifikasi tanpa subsitusi
Klien ketergantungan putau (heroin) yang berhenti menggunakan zat yang
mengalami gejala putus zat tidak diberi obat untuk menghilangkan gejala
putus zat tersebut. Klien hanya dibiarkan saja sampai gejala putus zat tersebut
berhenti sendiri.
a. Perilaku
B. Diagnosa Keperawatan
1. Tujuan khusus
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
Strategi Pelaksaan
A. Pasien
Sp1
1. Membina hubungan saling percaya
2. Mendiskusikan dampak NAPZA
3. Mendiskusikan cara meningkatkan motivasi
4. Mendiskusikan cara mengontrol keinginan
5. Latihan cara meningkatkan motivasi
6. Latihan cara mengontrol keingan
7. Membuat jadwal aktivitas
Sp 2
1. Mendiskusikan cara menyelesaikan masalah
2. Mendiskusikan cara hidup sehat
3. Latihan cara menyelesaikan masalah
4. Latihan cara hidup sehat
5. Mendiskusikan tentang obat
B. Keluarga
Sp 1
1. Mendiskusikan masalah yang dialami
2. Mendiskusikan tentang NAPZA
3. Mendiskusikan tahapan penyembuhan
4. Mendiskusikan cara merawat
5. Mendiskusikan kondisi yang perlu dirujuk
6. latihan cara merawat
Sp 2
1. Mendiskusikan cara meningkatkan motivasi
2. Mendiskusikian pengawasan dalam minum obat
D. Evaluasi
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus bahkan sampai
setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang parah dan sering
dianggap sebagai penyakit. Adiksi umumnya merujuk pada perilaku psikososial yang
berhubungan dengan ketergantungan zat. Gejala putus zat terjadi karena kebutuhan
biologik terhadap obat. Toleransi adalah peningkatan jumlah zat untuk memperoleh efek
yang diharapkan. Gejala putus zat dan toleransi merupakan tanda ketergantungan fisik
(Stuart dan Sundeen, 1995).
B. Saran
Carpenito, L.J. (1995). Buku saku diagnosa keperawatan. Edisi 6. (terjemahan). Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
(2001). Buku pedoman tentang masalah medis yang dapat terjadi di tempat rehabilitasi pada
pasien ketergantungan NAPZA. Jakarta: Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat Direktorat
Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI.