Vous êtes sur la page 1sur 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Antenatal Care (ANC) adalah suatu program yang terencana berupa

observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh

suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan. Tujuan

antenatal yaitu untuk menjaga agar ibu sehat selama masa kehamilan, persalinan

dan nifas serta mengusahakan bayi yang dilahirkan sehat, memantau

kemungkinan adanya risiko-risiko kehamilan, dan merencanakan penatalaksanaan

yang optimal terhadap kehamilan risiko tinggi serta menurunkan morbiditas dan

mortalitas ibu dan perinatal. (Saifudin, dkk., 2002).

Menurut Wiknjosastro (2005), pada pengawasan wanita hamil hubungan

dan pengertian baik antara dokter dan wanita hamil tersebut harus ada. Sedapat

mungkin wanita tersebut diberi pengertian sedikit tentang kehamilan. Tujuan

pengawasan wanita hamil ialah menyiapkan ia sebaik-baiknya fisik dan mental,

serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas,

sehingga keadaan postpartum sehat dan normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga

mental. Ibu hamil di anjurkan untuk melakukan pengawasan antenatal sedikitnya

sebanyak 4 kali, yaitu satu kali pada trimester I, satu kali pada trimester ke II, dan

dua kali pada trimester III (DepKes RI, 2009).

Pelayanan antenatal terintegrasi merupakan integrasi pelayanan antenatal

rutin dengan beberapa program lain yang sasarannya pada ibu hamil, sesuai
prioritas Departemen Kesehatan, yang diperlukan guna meningkatkan kualitas

pelayanan antenatal. (Depkes, RI. 2009)

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan

salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu negara. WHO

menetapkan kejadian anemia dalam kehamilan berkisar antara 20% sampai 89%

dengan menentukan Hb 11 gr% sebagai dasarnya. AKI di Indonesia relatif tinggi

dibandingkan dengan negara lain di ASEAN. Di tahun 2007, AKI berkisar 248

per 100.000 kelahiran. Direktur Women Research Institute, Purnami (2008)

mengatakan di Indonesia AKI saat melahirkan dari tahun 2002 berkisar

307/100.000 menjadi 420/100.000 ibu melahirkan pada tahun 2005. Berdasarkan

data penelitian World Bank tahun 2008 hal ini salah satunya dikarenakan

minimnya anggaran untuk penurunan AKI dan keengganan ibu untuk melakukan

Antenatal Care (ANC) secara rutin.(Purnami, 2008).

Di seluruh dunia frekuensi anemia dalam kehamilan cukup tinggi, berkisar

antara 10% dan 20%. Defisiensi makanan memegang peranan yang sangat penting

dalam timbulnya anemia, maka dapat difahami bahwa frekuensi itu lebih tinggi

lagi di negara–negara yang sedang berkembang dibandingkan dengan negara–

negara yang sudah maju. Menurut penyelidikan Hoo Swie Tjiong frekuensi

anemia dalam kehamilan setinggi 18,5%, pseudoanemia 57,9%, dan wanita hamil

dengan Hb 12 g/100 ml atau lebih sebanyak 23,6%, Hb rata–rata 12,3 g/ml dalam

trimester I, 11,3 g/100 ml dalam trimester II dan 10,8 g/100 ml dalam trimester

III. Hal itu disebabkan karena pengenceran darah menjadi makin nyata dengan
lanjutnya umur kehamilan, sehingga frekuensi anemia dalam kehamilan

meningkat pula (Wiknjosastro, 2007).

Di Indonesia, frekuensi ibu hamil dengan anemia relatif tinggi yaitu

63,5%. Anemia gizi masih merupakan salah satu masalah gizi (di samping tiga

masalah gizi lainnya, yaitu: kurang kalori protein, defisiensi vitamin A, dan

gondok endemik) yang utama di Indonesia. Dampak kekurangan zat besi pada

wanita hamil dapat diamati dari besarnya angka kesakitan dan kematian maternal,

peningkatan angka kesakitan dan kematian janin, serta peningkatan risiko

terjadinya berat badan lahir rendah. Penyebab utama kematian maternal antara

lain perdarahan pascapartum (di samping eklampsia dan penyakit infeksi) dan

plasenta previa yang semuanya bersumber pada anemia defisiensi (Arisman,

2004).

Pengetahuan berpengaruh terhadap pola konsumsi tablet Fe. Ibu hamil

dengan pengetahuan tentang zat besi yang rendah akan berperilaku kurang patuh

dalam mengkonsumsi zat besi. Dampak penyerapan/respon tubuh terhadap zat

besi kurang baik sehingga tidak terjadi peningkatan kadar Hb sesuai dengan yang

diharapkan. Faktor sosial ekonomi yang rendah juga memegang peranan penting

kaitannya dengan asupan gizi ibu selama hamil (Depkes, 2003).

Menurut Musbikin (2008) dukungan suami berperan penting dalam masa

kehamilan ibu. Dukungan emosional yang berupa kehangatan, kepedulian dan

empati yang diberikan oleh suami dapat meyakinkan ibu hamil bahwa dirinya

diperhatikan orang lain. Perhatian emosional dapat membuat ibu hamil merasa

yakin bahwa dirinya tidak seorang diri melewati masa kehamilan. Bentuk
dukungan ini dapat berupa dukungan suami kepada istri untuk mengkonsumsi

obat secara rutin yang telah diberikan oleh bidan sehingga tidak terjadi hal-hal

yang diinginkan.

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Diperolehnya keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan

kepada ibu hamil dengan standarisasi pelayanan keperawatan.

1.2.2 Tujuan Khusus

Diperolehnya keterampilan yangn kompeten dalam memberikan Asuhan

Keperawatan pada ibu hamil secara sistematis dari pengkajian sampai evaluasi.

1.3 Manfaat Penulisan

1.3.1 Bagi intansi pendidikan

Hasil laporan ini dapat untuk dokumentasi dan saran tertulis yang dapat

meningkatkan kredibilitas instansi dan mewujudkan civitas yang professional.

1.3.2 Bagi Penulis

Hasil laporan ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi ujian praktik yang telah

di lakukan penulis dapat dengan mudah menilai kekuragannya dan dijadikan

sarana untuk menambah keterampilan praktik.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Kehamilan Normal

Kehamilan adalah suatu masa yang dimulai dari koonsepsi sampai lahirnya

janin,lamanya 280 hari (40 minnggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari

pertama haid terakhir (Saifuddin, 2002).

Menurut Sarwono (2007) ditinjau dari tuanya kehamilan. kehamilan

terbagi atas 3 trimester yaitu :

a. Trimester 1 (0-12 Minggu)

b. Trimester 2 (12-28 Minggu)

c. Trimester 3 (28-40 Minggu)

2.1.1 Proses Terjadinya Kehamilan

Untuk terjadi suatu kehamilan harus ada spermatozoa, ovum, pembuahan

ovum (konsepsi), dan nidasi (implantasi) hasil konsepsi. Ovum yang dilepas oleh

ovarium disapu oleh mikrofilamen-mikrofilamen fimbria infundibulum tuba

kearah ostium tuba abdominalis, dan disalurkan terus kearah medial. Kemudian

jutaan spermatozoa ditumpahkan diforniks vagina dan disekitar porsio pada waktu

koitus. Hanya beberapa ratus ribu spermatozoa dapat terus ke kavum uteri dan

tuba, dan hanya beberapa ratus spermatozoa dapat sampai ke bagian ampula tuba

dimana spermatozoa dapat memasuki ovum yang telah siap untuk dibuahi, dan

hanya satu spermatozoa yang mempunyai kemampuan (kapasitasi) untuk

membuahi. Pada spermatozoa ditemukan peningkatan konsentrasi DNA


dinukleus, dan kaputnya lebih mudah menembus dinding ovum oleh karena

diduga dapat melepaskan hialuronidase (Sarwono, 2008).

2.1.2 Tanda – tanda Hamil

1. Tanda Tidak Pasti

a. Pembesaran, perubahan bentuk dan konsistensi rahim, tanda

b. Piskacek dan tanda hegar

c. Perubahan pada servik, servik menjadi lunak pada peraban selunak bibir.

Kontraksi brakon hiks.

d. Ballotement

e. Pemeriksaan Biologis (+)

f. Pembesaran perut

g. Tanda chadwik

h. Amenorhoe

i. Mual dan muntah

j. Perasaan dada berisi dan sering nyeri

2. Tanda Pasti

a. Gerakan janin yang dapat dirasakan,diraba bagian-bagian janin.

b. Denyut jantung janin didengar baik melalui leanec, Doppler, dan

dicatat fotoelectrocardiogram, dilihat pada USG.

c. Terlihat tulang-tulang janin pada foto roentgen.


2.1.3 Tanda Bahaya Kehamilan

Tanda bahaya kehamilan terdiri dari :

a. perdarahan pervaginam

b. Sakit kepala hebat

c. Perubahan visual secara hebat (penglihatan kabur)

d. Nyeri abdomen yang hebat

e. Bengkak pada muka dan tangan

f. kurang merasakan pergerakan janin atau janin tidak bergerak

Ketidak nyamanan dalam kehamilan terdiri dari :

a. Mual dan muntah

b. Sakit kepala

c. Saliva yang berlebih

d. keletihan

e. Nafas pendek

f. Nyeri punggung bagian kanan

g. peningkatan pengeluaran pervaginam

h. Mengidam makanan

i. Varices

j. Nyeri setelah berhubungan

k. Gusi berdarah

l. Sering BAK

m. Rasa panas dalam perut

n. Hyperpigmentasi pada wajah dan parudaya


o. Konstipasi

p. Hemoroid

q. Kaki bengkak

r. Nyeri pada ligamentum, rotudum

2.1.4 Pemerikasaan Kehamilan

2.1.4.1 Pengertian ANC

Antenatal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada

ibu selama kehamilannya yang sesuai dengan pedoman pelayanan antenatal yang

sudah ditentukan (Depkes RI, 2001)

Pemeriksaan ini diutamakan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan

fisik ibu hamil, sehingga mampu untuk menghadapi persalinan, nifas, persiapan

laktasi dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.

2.1.4.2 Tujuan Antenatal Care

Dalam pelayanan ANC dikemukakan beberapa tujuan antara lain:

1. Memantau kondisi kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh

kembang bayi.

2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial, ibu dan

bayi.

3. Menganalisa secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang

mungkin terjadi selama kehamilan termasuk riwayat penyakit secara umum

yaitu pembedahan dan kebidanan.


4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat baik ibu

maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin

5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI

eksklusif.

6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar

tumbuh dan berkembang secara normal.

7. Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan,

persalinan, nifas dan aspek keluarga berencana.

8. Menurunkan angka kesakitan dan kematian maternal perinatal (Sarwono,

2002)

2.1.4.3 Jadwal Pemeriksaan Antenatal care

Memperhatikan batasan dan tujuan pelayanan antenatal care, maka jadwal

pemeriksaan sebagai berikut:

1. Pemeriksaan pertama

Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid

2. Pemeriksaan ulang

Pemeriksaan ulang dilakukan setiap bulan sampai usia kehamilan 7

bulan, setiap 2 minggu sekali sampai usia kehamilan 9 bulan dan setiap 1

minggu sekali sejak usia kehamilan 9 bulan sampai melahirkan.

3. Pemeriksaan khusus

Pemeriksaan khusus dilakukan bila ada keluhan tertentu yang

dirasakan oleh ibu hamil .


Sesuai dengan kebijakan program saat ini kunjungan antenatal sebaiknya

dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan yaitu satu kali pada

trimester pertama, satu kali pada trimester kedua dan dua kali trimester tiga

(Sarwono, 2002)

2.1.5 Kebutuhan Ibu Hamil

1. Trimester I

a. Nutrisi : karena dalam tahap ini masih tehap penyesuaian hormone maka

terkadang sebagian ibu hamil kurang memperhatikan asupan nutrisi maka

dalam tahap ini penting untuk makan sedikit tapi sering dan hendaknya

makan makanan yang tidak merangsang mual.

b. Kebersihan : karena kadar estrogen meningkat dan memicu lender

sehingga menimbulkan yang kental (keputihan) maka hendaknya ibu

hamil dalam tahap ini memperhatikan kebersihan diri terutama vagina

dalam menggutamakan air hangat minimal 2x sehari.

c. Sexualitas : karena pada tahap ini hormone masih belum dapat

menyesuaikan diri dalam tubuh sehingga menyebabkan libiso ibu hemil

menurun dan pada tahap ini masih merupakan tahap implementasi hasil

pembuahan sehingga hubungan seks ttahap ini perlu sedikit hati-hati.

d. Psikologi : tahap ini ibu hamil perlu kepercayaan diri sehingga dukungan

orang sekitar sangat diperlukan.

2. Trimester II

a. Nutrisi : pada tahap ini hormone sudah dapat dikendalikan dengan baik

maka nutrisi yang diberikan pun harus dengan menu seimbang.


b. Kebersihan : seperti biasa untuk biasakan hidup sehat mulai dari

kebersihan diri yakni mandi 2x sehari, sikat gigi 2x sehari.

c. Sexualitas : karena hormone yang ada sudah mengalami penyesuaian,

maka untuk sexualitas tahap ini aman.

d. Psikologi : pada tahap ini ibu hamil perlu diberiksn dukungan yang

kuat dari suami,kluarga dan orang sekitar agar persalinan dapat

dilewatin dengan muda dan aman.

2.1.6 Pendokumentasian SOAP

Dalam Pendokumentasian atau catatan asuhan dapat diterapkan dalam bentuk

SOAP. SOAP adalah suatu pendokumentasian yang terdiri dari :

1. Subjek : Data Subjektif yaitu data dari pasien didapat dari Anamnese atau

allo anamnese.

2. Objek : Data Objek adalah hasil pemeriksaan physic beserta pemerikasaan

diagnotik dan dukungan lain, juga catatan medik lain.

3. Assasment : Analisa dan interprestasi berdasarkan data yang terkumpul

dibuat kesimpulan yang terdiri dari diagosa / masalah potensial dan

perlunya tindakan segera.

4. Planning atau Perencanaan : merupakan gamabaran pendokumentasian

dari tindakan (implementasi). Evaluasi rencana didalamnya termasuk :

Asupan mandiri, Kalaborasi, Tes diagnosa/Lan, Konseling, dan Follow up.

5. Itu adalah isi utama dari SOAP juga bisa ditambahkan dengan Evaluasi

tanpa disingat E yang bertujan untuk mengecek semua pendokumentasian

dari SOAP itu sendiri.


2.1.7 Pengobatan

Sedapatnya garam besi diberi per os. Garam ferro lebih baik dari pada

garam ferri karena lebih mudah diserap oleh usus, misalnya diberi sulfas ferrosus

3x200 mg.

Suntikan intramuscular diberikan jika :

a. obat tidak masuk per os (muntah)

b. tidak diabsorpsi (mencret)

c. jika persalinan sudah dekat

Apabila anemi sangat berat dan persalinan sudah dekat sekali, perlu

dipertimbangkan transfusI darah dalam bentuk packed cells.

2.2 Teoritis Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

1. Sitem Reproduksi

a. Uterus:Bertambah besar, distensimiometrium, dinding menipis dan adanya

kontraksibroxonhis.

b. Cervik : Mengeluarkan mucus

c. Vagina : Hiperemia dan leokoreamaningkat

d. Mamae : Membesar dan kolostrum bertambah

2. Sistem cardiovaskuler

HR meningkat 15x, kerja CV meningkat, cardiak output meningkat

40%volume darah meningkat 30-50%.

3. Sistem Pernapasan
Diafragma tertekan keatas, iga ekspansi, konsumsi oksigen meningkat.

4. Sistem Urinaria

Frekuensi miksi meningkat, filtrasi glomerolus meningkat dankonsentrasi

albumin meningkat.

5. Sistem Muskulus kletal : lordosis

6. Sistem integument

Pigmentasi meningkat, aktifitas kelenjar keringat meningkat, rambutmenipis

dan kuku cepat patah dan mudah tumbuh.

7. Sistem Gastro intestinal

Mulut dan gusi hiperemi, gusi sensitif, esopagus dan gaster reflukkapasitas

gaster menurun, intestinal, mortilitas menurun, absorpsinutrisi dan air

meningkat.

8. Sistem Endokrin

Kelenjar pituitari, prolaktin, dan oksitosin meningkat, kelenjar

thiroidmeningkat.BMR meningkat dan plasenta fungsi maksimal.

9. Pengkajian Janin

a. Pembukaan leopod

b. Pergerakan janin
2.2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Resiko tinggi terhadap gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan

perepsi perubahan biofisik, respon, orang lain.

Tujuan :

a. Klien melaporkan penurunan frekuensi atau beratnya keluhan.

b. Klien mendemonstrasikan perilaku yang mengoptimalkan fungsi

pernafasan.

Intervensi :

1. Kaji status pernafasan (misal : sesak nafas pada pengerahan tenaga,

kelelahan).

R : Menentukan luas atau beratnya masalah, yang terjadi pada kira – kira

60% klien pranatal. Meskipun kapasitas vital meningkat, fungsi pernafasan

diubah saat kemampuan diafragma untuk turun pada inspirasi berkurang

oleh pembesaran uterus.

2. Dapatkan riwayat dan pantau masalah medis yang terjadi atau ada

sebelumnya (misalnya alergi, einitis, asma, masalah sinus,tuberkulosis).

R : Masalah lain dapat terus mengubnah pola pernafasan dan menurunkan

oksigenasi jaringan ibu atau janin.

3. Kaji kadar hemoglobin dan hematokrit. Tekankan pentingnya masukan

vitamin atau fero sulfat pranatal setiap hari (kecuali pada klien dengan

anemia sel sabit).

R : Peningkatan kadar plasma pada gestasi minggu ke 24 – 32

mengencerkan kadar Hb, mengakibatkan kemungkinan anemia dan


menurunkan kapasitas pembawa oksigen. (Catatan : zat besi dapat

dikontraindikasikan untuk anemia sel sabit).

4. Berikan informasi tentang rasional untuk kesulitan pernafasan dan

program aktivitas / latihan yang realistis. Anjurkan sering istirahat, tambah

waktu untuk melakukan aktivitas tertentu, dan latihan ringan,seperti

berjalan.

R : Menurunkan kemungkinan gejala – gejala pernafasan yang disebabkan

oleh kelebihan.

5. Tinjau ulang tindakan yang dapat dilakukan klien untuk mengurangi

masalah, misalnya : postur yang baik, menghindari yang buruk, makan

sedikit tetapi sering dengan menggunakan posisi semi fowler untuk duduk

atau tidur bila gejala berat.

R : Postur yang baik dan makan sedikit tetapi sering membantu

memaksimalkan penurunan diafragmatik, meningkatkan ketersediaan

ruang untuk ekspansi paru. Merokok menurunkan persediaan oksigen

untuk pertukaran ibu janin. Pengubahan posisi tegak dapat meningkatkan

ekspansi paryu sesuai penurunan uterus gravid.

2. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai kemajuan alamiah dari

kehamilan berhubungan dengan terus membutuhkan informasi sesuai

perubahan trimester kedua yang dialami.

Tujuan :
a. Klien mampu mengungkapkan atau mendemonstrasikan perilaku

perawatan diri yang meningkatkan kesejahteraan.

b. Klien mampu bertanggung jawab terhadap perawatan kesehatannya

sendiri.

c. Klien mampu mengenali dan melakukan tindakan untuk meminimalkan

dan mencegah faktor resiko.

d. Klien mampu mengidentifikasi tanda – tanda bahaya / mencari perawatan

medis dengan tepat.

Intervensi :

1. Tinjau ulang perubahan yang diharapkan selama trimester kedua.

R : Pertanyaan timbul sesuai perubahan baru yang terjadi, tanpa

memperhatikan apakah perubahan diharapkan atau tidak.

2. Lakukan / lanjutkan program penyuluhan sesuai pedeoman pada MK :

trimester pertama, DK : Akurang pengetahuan (kebutuhan belajar).

R : Pengulangan menguatkan penyuluhan dan bila klien belum melihat

sebelumnya, informasi bermanfaat pada saat ini.

3. Berikan informasi tentang kebutuhan terhadap fero sulfat dan asam folat

R : Fero sulfat asam folat membantu mempertahankan kadar Hb normal.

Defisiensi asam folat memperberat anemia megaloblastik, kemungkinan

abrupsi plasenta, aborsi dan malformasi janin (catatan : klien dengan

anemia sel sabit memerlukan peningkatan asam folat selama dan setelah

episode krisis).
4. Identifikasi kemungkinan resiko kesehatan individu (misalnya aborsi

spontan, hipoksia yang berhubungan dengan asma atau tuberkulosis,

penyakit jantung, hipertensi akibat kehamilan (HAK), kelainan ginjal,

anemia, diabetes melitus gestasional (DMG), penyakit hubungan seksual

(PHS). Tinjau ulang tanda – tanda bahaya dan tindakan yang tepat.

R : Membantu mengingatkan / informasi untuk klien tentang potensial

situasi resiko tinggi yang memerlukan pemantauan lebih ketat dan

intervensi.

5. Diskusikan adanya obat obatan yang mungkin diperlukan untuk

mengontrol atau mengatasi masalah medis.

R : Membantu dalam memilih tindakan karena kebutuhan harus

ditekankan kepada kemungkinan efek berbahaya pada janin.

6. Diskusikan kebutuhan terhadap pemeriksaan laboratorium khusus

screaning dan pemantauan ketat sesuai indikasi.

R : Kunjungan pra natal yang lebih sering mungkin diperlukan untuk

meningkatkan kesejahteraan ibu. Pemantauan Hb dan Ht dengan

menggunakan elektroforesis mendeteksi anemia khusus dan membantu

dalam menentukan penyebab. Skrining untuk DMG pada gestasi minggu

ke 24 -26 atau pada gestasi minggu ke 8,dan ke 32 pada klien resiko tinggi

dapat mendeteksi terjadinya hiperglikemia, dapat memerlukan tindakan

dengan insulin dan / atau diet menurut American Diabetes Association.


3. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan konflik mengenai perubahan

hasrat seksual dan harapan, takut akan cedera.

Tujuan :

a. Klien mampu mendiskusikan masalah seksual.

b. Klien mampu mengungkapkan pemahaman tentang alasan yang mungkin

untuk diubah.

c. Klien mampu mengidentifikasi alternatif yang dapat diterima untuk

memenuhi kebutuhan individu.

d. Klien mampu mengungkapkan kepuasan bersama atau konseling bila

dibutuhkan.

Intervensi :

1. Diskusikan dampak kehamilan terhadap pola koitus seksual yang normal.

R : Kepuasan seksual yang optimal untuk klien pranatal terjadi pada

trimester kedua karena vasokongesti pelvis / perineal meningkatkan

kenikmatan orgasme. Pria dapat mengalami berbagai perasaan saat

berespon terhadap peningkatan hasrat pasangannya dan menjadi bingung

karena penurunan atau peningkatan hasrat seksualnya sendiri dalam

memberi rspon terhadap perubahan bentuk tubuh pasangannya.

2. Tinjau ulang apa yang dirasakan dan didiskusikan kemungkinan pilihan

dalam peningkatan kontak fisik melalui berpelukan dan bercumbu

daripada melakukan koitus secara aktual.

R : Rasa takut mencederai janin pada saat koitus adalah hal yang umum.

Meyakinkan dan memperhatikan bahwa hal tersebut normal dapat


membantu menghilangkan ansietas. Pilihan lain akan diterima dengan baik

bila keduanya dipuaskan.

3. Tinjau ulang perubahan posisi yang mungkin dilakukan dalam aktivitas

seksual.

R : Membantu pasangan untuk mempertimbangkan / membuat pilihan.

4. Waspadai adanya indikasi kemungkinan kesulitan seksual atau perilaku

yang tidak sesuai dari pria.

R : Disini tampak frekuensi penyimpangan menjadei lebih tinggi

(misalnya perkosaan, inses, kejahatan kekerasan, dan perselingkuhan

ekstramarital) bila pasangan sedang hamil.

5. Kolaborasi : Rujuk pada perawat klinis spesialis / konseling sesuai

indikasi.

R : Mungkin perlu bantuan tambahan untuk mengatasi masalah dasar,

yang dapat berkembang selama kehamilan atau mungkin sudah ada

sebelumnya.

4. Resiko tinggi terhadap gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan

persepsi perubahan biofisik,respon orang lain.

Tujuan :

a. Klien mampumengungkapkan penerimaan / adaptasi bertyahap untuk

mengubah konsep diri / cityra tubuh.


b. Klien mampu mendemonstrasikan citra tubuh positif dengan

mempertahankan kepuasan penampilan keseluruhan, berpakaian dengan

pakaian yang tepat dan sepatu berhak rendah.

Intervensi :

1. Tinjau ulang / kaji sikap terhadap kehamilan perubahan bentuk tubuh, dsb.

R : Pada trimester kedua perubahan bentuk tubuh telah tampak. Respon

negatif dapat terjadi pada klien / pasangan yang memiliki konsep diri yang

rapuh, didasarkan pada penampilan fisik. Efek – efek yang tampak lainnya

dari hormon – hormon pranatal seperti kloasma, striae gravidarum,

telangiektasis (spider vaskular), eritema palmar, jerawat, dan hirsutisme

dapat memperberat perubahan emosi klien. Perubahan ini dapat

mempengaruhi bagaimana menghadapi perubahan yang terjadi.

2. Diskusikan perubahan aspek fisiologis dan responb klien terhadap

perubahan. Berikan informasi tentang kenormalan perubahan.

R : Individu bereaksi secara berbeda terhadap perubahan yang terjadi.

Informasi dapat membantu klien memahami / menerimja apa yang terjadi.

3. Anjurkan gaya dan sumber – sumber yang tersedia dari pakaian saat hamil.

R : Situasi individu menandakan kebutuhan akan pakaian yang akan

menungkatkan penampilan klien untuk kerja dan melakukan aktivita yang

menyenangkan.

4. Diskusikan metode perawatan kulit dan berhias (untuk meminimalkan /

menyembunyikan area kulit yang menjadi gelap), menggunakan kaos kaki

penyokong, pemeliharaan postur dan program latihan sedang.


R : Belajar dan ikut untuk melihat dan merasa lebih baik mungkin

membantu untuk mempertahankan perasaan positif tentang diri. Aturan

latihan perinatal yang bukan latihan ketahanan cenderung memperpendek

persalinan, meningkatkan kemungkinan kelahiran vaginal spontan, dan

menurunkan kebutuhan terhadap argumentasi oksitosin.

5. Kolaborasi : Rujuk pada sumber – sumber lain seperti konseling dan / atau

kelas – kelas pendidikan kelahuiran anak dan menjadi orang tua.

R : Mungkin membantu dalam memberikan dukungan tambahan selama

periode perubahan ini; mengidentifikasi mode – model peran.

Vous aimerez peut-être aussi