Vous êtes sur la page 1sur 13

Struktur organisasi pelayanan keperawatan

a. Metode kasus
Metode kasus merupakan metode penugasan yang paling tua karena metode ini adalah
metode pemberian asuhan keperawatan yang pertama kali digunakan. Pada mentode ini,
seorang perawat bertugas dan bertanggung jawab merawat satu pasien selama periode
dinas (Sitorus, 2006). Metode ini biasa diterapkan di ruang perawatan intensif.

Kepala Ruang

Perawat Perawat Perawat Perawat

Pasien Pasien Pasien Pasien


Bagan. Organisasi Metode Kasus
Asuhan pasien total adalah model pengelolaan asuhan pasien yang palin tua. Pada
metode ini, perawat mengemban tanggung jawab total untuk memenuhi semua kebutuhan
pasien yang dikelola selama waktu kerja mereka. Pada pergantian abad ke-19, asuhan
pasien total umumnya diberikan di rumah pasien, dan perawat juga bertanggung jawab
untuk memasak, membersihhkan rumah, dan kegiatan lain yang khusus untuk pasien dan
keluarga, selain asuhan keperawatan tradisional (Nelson, 2000). Penting untuk
diperhatikan bahwa sebagian besar asuhan medis dan keperawatan untuk kelas atas dan
kelas menengah selama masa ini diberikan di rumah; rumah sakit pada masa itu terutama
digunakan untuk kaum miskin dan sakit keras. Asuhan keperawatan pasien total kadang
kala disebut sebagai metode penugasan kasus karena pasien dikelola sebagai kasus,
hampir sama dengan keperawatan dengan tugas khusus yang dilakukan saat ini (Marquis,
2013).
Selama masa depresi pada tahun 1930-an, orang tidak lagi mampu membiayai
perawtan di rumah dan mulai menggunakan rumah sakit untuk mendapatkan perawatan
yang sebelumnya diberikan oleh perawat dengan tugas khusus di rumah. Selama masa itu,
perawat dan mahasiswa adalah pemberi asuhan di rumah sakit dan lembaga kesehatan
umum. Seiring dengan pertumbuhan rumah sakit selama tahun 1930-an dan 1940-an.
Pemberian asuhan total diteruskan sebagai cara utama pengelolaan asuhan pasien
(Marquis, 2013).
Perawat Penanggung Jawab

Staff Keperawatan

Staff Keperawatan

Staff Keperawatan Pasien/Klien

Pasien/Klien

Pasien/Klien

Gambar. Metode kasus atau struktur asuhan pasien total


Metode penugasan ini masih luas digunakan di rumah sakit dan lembaga perawatan
kesehatan di rumah. Struktur organisasi ini memberikan otoritas dan tanggung jawab
yang tinggi pada perawat. Mengelola pasien adalah tindakan yang sederhana dan
langsung serta tidak membutuhkan perencanaan seoerti yang dibutuhkan metode
pemberian asuhan yang lain. Batas tanggung jawab dan pertanggung jawaban jelas.
Secara teori, pasien mendapatkan asuhan yang holistikn dan tidak terpisah-pisah selama
waktu kerja perawat (Marquis, 2013).
Namun, setiap perawat yang merawat pasien dapat memodifikasi program asuhan
tersebut. Oleh karena itu, jika ada tiga kali pergantian jaga, pasien dapat memperoleh tiga
pendekatan asuhan yang berbeda, yang sering menimbulkan kebingungan pada pasien.
Agar dapat mempertahankan kualitas asuhan, metode ini membutuhkan orang yang
sangat terampil sehungga biayanya lebih tinggi dibandingkan dengan bentuk asuhan
pasien lainnya. Pendukung metode ini membantah hal ini karena sebagian tugas yang
dilakukan oleh pemberi perawatan primer dapat diselesaikan oleh orang lain yang kurang
berlatih sehingga biayanya lebih murah (Marquis, 2013).
Kerugian terbesar pemberian asuhan pasien total adalah perawat tidak cukup terlatih
atau dipersiapkan untuk memberikan asuhan total kepada pasien. Dalam sejarah awala
keperawatan, hanya terdapat RN; saat ini, terdapat berbagai tenaga asuhan keperawatan ,
banyak di antaranya yang tidak memiliki lisensi dan pendidikan terbatas, melayani
pasien. Selama masa kekurangan tenaga keperawatan, banyak rumah sakit menugaskan
petugas perawatan kesehatan yang bukan RN untuk memberikan sebagian besar asuhan
keperawatan tersebut. Karena RN yang ditugaskan bersama mungkin mempunyai beban
pasien yang berat, kesempatan yang ada untuk melakukan pengawasan kecil. Hal ini
berpotensi menimbulkan asuhan yang tidak aman (Marquis, 2013).
b. Metode fungsional
Metode penugasan fungsional merupakan metode pemberian asuhan keperawatan
yang menekankan pada penyelesaian tugas dan prosedur (Sitorus, 2006). Prioritas utama
metode ini adalah pemenuhan kebutuhan fisik sehingga kurang memerhatikan kebutuhan
manusia secara holistik dan komprehensif (Asmuji, 2012).
Metode fungsional pemberian asuhan keperawatan terutama berkembang sebagai
akibat Perang Dunia II dan pembangunan rumah sakit terjadi dengan pesat sebagai hasil
Undang-Undang Hill-Burton. Karena perawat sangat dibutuhkan di luar negeri dan di
rumah, kekurangan tenaga keperawatan terjadi dan petugas tambahan diperlukan untuk
membantu melakukan asuhan pasien. Pekerja yang relatif tidak terlatih ini dilatih untuk
melakukan tugas sederhana dan mendapatkan kecakapan melalui pengulangan tindakan.
Petugas tersebut ditugaskan untuk menyelesaikan tugas tertentu bukan untuk merawat
pasien khusus. Contoh tugas keperawatan fungsional adalah mengukur tekanan darah,
memberikan obat, mengganti seprai, dan memandikan pasien. Perawat terdaftar menjadi
manajer asuhan bukan sebagai pemberi asuhan langsung dan “asuhan melalui orang lain”
menjadi frase yang digunakan untuk menyebut metode asuhan keperawatan semacam ini
(Marquis, 2013).

Kepala Ruang

Perawat : Perawat : Perawat : Perawat :


merawat luka pengobatan Merawat luka pengobatan

Pasien

Bagan. Organisasi Metode Fungsional

Bentuk pengelolaan asuhan keperawatan semacam ini dianggap bersifat sementara


karena diasumsikan saat perang berakhir, rumah sakit tidak membutuhkan petugas
tambahan. Namun, ledakan kelahiran bayi dan pertumbuhan populasi sebagai hasilnya
segera setelah Perang Dunia II menyebabkan negara kekurangan tenaga perawat. Oleh
karena itu, petugas kesehatan mempunyai kategori baru, yaitu memperkerjakan orang
dengan berbagai tingkat keterampilan dan jenjang pendidikan. Saat ini, sebagian besar
organisasi keperawatan masih meneruskan praktik memperkerjakan petugas kesehatan
dari banyak latar belakang pendidikan dan tingkat keterampilan (Marquis, 2013).
Sebagian besar pemimpin mempertimbangkan keperawatan fungsional sebagai cara
hemat biaya dalam meberikan asuhan. Hal ini berlaku jika kualitas asuhan dan perawatan
holistik tidak dianggap sebagai hal yang esensial. Salah satu keuntungan utama
keperawatan fungsional adalah efisiensinya, tugas diselesaikan dengan cepat, dengan
kebingungan tanggung jawab yang kecil. Keperawatan fungsional memungkinkan
pemberian asuhan dengan jumlah perawat terdaftar yang minimal. Di banyak tempat,
misalnya ruang operasi, struktur fungsional tersebut dapat berjalan dengan baik dan masih
sangat banyak ditemukan. Fasilitas perawatan jangka panjang juga sering menggunakan
suatu pendekatan fungsional untuk asuhan keperawatan (Marquis, 2013).
Baru-baru ini, semakin banyak petugas bantuan tidak berlisensi (UAP, unlicensed
assistive personal) yang diperkerjakan dalam organisasi perawatan kesehatan. Banyak
perawat manajer yang meyakini bahwa memberikan tugas dengan keterampilan rendah
pada UAP memungkinkan perawat professional melakukan tugas dengan keterampilan
yang lebih tinggi dan akan jauh lebih ekonomis; namun, hal ini belum terbukti (Huston,
1996). Sebagian besar pimpinan modern pasti akan menyangkal bahwa mereka sedang
menggunakan keperawatan fungsional, meskipun kecdenderungan memberikan tugas
kepada petugas, daripada memberikan bantuan petugas kepada perawat professional,
menyerupai metode keperawatan fungsional (Marquis, 2013).
Keperawatan fungsional cenderung mengarah ke asuhan yang terpecah dan
kemungkinan mengabaikan kebutuhan prioritas pasien. Keperawatan fungsional juga
dapat menimbulkan kepuasan kerja yang rendah karena sebagian petugas merasa kurang
tertantang dan kurang dirangsang dalam melakukan peran mereka. Nelson (2000)
mengungkapkan bahwa keperawatan fungsional “mematikan” proses keperawatan karena
perawat yang terlatih sebagai klinisi menjadi manajer asuhan pasien, dan bahwa
mempertahankan asuhan berpusat pada pasien dan individu adalah hal yang memiliki
risiko. Selain itu, keperawatan fungsional mungkin tidak efektif-biaya karena banyaknya
koordinator yang diperlukan. Petugas sering hanya berfokus pada pekerjaan mereka
sendiri dan kurang tertarik pada keseluruhan hasil (Marquis, 2013).
Pada metode penugasan fungsional, seorang kepala ruang membawahi secara
langsung perawat-perawat pelaksana yang ada di ruang tersebut. Metode ini
menggambarkan bahwa satu-satunya pemegang kendali manajerial dan laporan klien
adalah kepala ruang, sedangkan perawat lainnya hanya sebagai perawat pelaksana
tindakan.
Peran perawat pada metode ini adalah melakukan tindakan sesuai dengan
spesifikasi/spesialisasi yang dimilikinya. Setiap perawat mempunyai tugas dan tanggung
jawab untuk memberikan tindakan keperawatan sebanyak satu atau dua jenis tindakan.
Jenis tindakan lainnya diberikan oleh perawat lainnya. Berdasarkan struktur di atas,
tergambar ada jelas bahwa ada pembagian tugas perawat, yaitu ada perawat yang
tugasnya hanya memberikan obat, ada perawat yang tugasnya hanya merawat luka, dan
lain-lain.
Namun demikian, guna mengurangi beban tanggung jawab kepala ruang yang besar,
pihak rumah sakit dapat memodifikasi struktur tersebut dengan menempatkan wakil
kepala ruang untuk membantu tugas kepala ruang. Selain mengurangi beabn kerja kepala
ruang, dengan adanya wakil kepala ruang, harapannya dapat meningkatkan efektivitas
dan efisiensi pekerjaan.
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN METODE FUNGSIONAL
Tabel 4. Kelebihandan Kelemhan Metode Fungsional
Kelebihan Kelemahan
1. Efisien, terutama untuk 1. Kepala ruang kurang
ruangan yang mempunyai waktu untuk dapat
jumlah tenaga perawat memberikan masukan
yang minimal/sedikit. kepada memberikan
2. Perawat mempunyai asuhan keperawatan
keahlian / spesialisasi yang terbaik.
tindakan tertentu 2. Setiap perawat tidak
dapat memberikan
asuhan secara
komprehensif
3. Komunikasi antar
perawat sangat terbatas.
4. Prioritas hanya
kebutuhan fisik sehingga
tidak komprehensif
5. Pemberian asuhan
keperawatan
terfragmentasi.
6. Kepuasan pasien sulit
tercapai.
7. Kepuasan perawat
selaku pemberian asuhan
sulit.

c. Metode Tim
Menurut Douglas (1992), metode tim adalah metode pemberian asuhan keperawatan yang
mencirikan bahwa sekelompok tenaga keperawatan yang memberikan asuhan keperawatan
dipimpin oleh seorang perawat profesional yang sering disebut “ketua tim”. Selain itu,
Sitorus (2006) juga menyampaikan bahwa dengan metode penugasan tim, setiap anggota
kelompok/tim mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan
keperawatan sehingga pada perawat timbul motivasi dan rasa tanggung jawab tinggi.

Kepala Ruang

TIM I TIM II

Ketua Tim Ketua Tim

Anggota Tim Anggota Tim

Bagan. Organisasi metode tim


Pasien Pasien

Guna menunjang tercapainya asuhan keperawatan yang efektif dan efisien, tugas pokok
dan fungsi masing-masing posisi harus jelas dan dipahami oleh masing-masing personal
perawat. Keliat, dkk (2006) menguraikan secara rinci tugas pokok dan fungsi masing-
masing posisi yang tergambar dalam struktur organisasi metode penugasan tim sebagai
berikut :
1) Kepala ruangan
a) Pendekatan manajemen
Fungsi Perencanaan
 Menyusun visi, misi, dan filosofi
 Menyusun rencana jangka pendek (harian, bulanan, dan tahunan)
Fungsi Pengorganisasian
 Menyusun struktur organisasi
 Menyusun jadwal dinas
 Membuat daftar alokasi pasien
Fungsi Pengarahan
 Memimpin operan
 Menciptakan iklim motivasi
 Mengatur pendelegasian
 Melakukan supervisi
Fungsi Pengendalian
 Mengevaluasi indikator mutu
 Melakukan audit dokumentasi
 Melakukan survei kepuasan pasien, keluarga pasien, dan perawat.
 Melakukan survei masalah kesehatan/keperawatan
b) Compensatory Rewand
 Melakukan penilaian kerja ketua tim dan perawat pelaksana
 Merencanakan dan melaksanakan pengembangan staf keperawatan
c) Hubungan Profesional
 Memimpin rapat keperawatan
 Memimpin konferensi kasus
 Melakukan rapat tim kesehatan
 Melakukan kolaborasi dengan dokter
d) Asuhan keperawatan
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien (disesuaikan dengan
spesifikasi ruangan).
2) Ketua tim
a) Pendekatan Manajemen
Fungsi Perencanaan
 Menyusun rencana jangka pendek (harian dan bulanan).
Fungsi Pengorganisasian
 Menyusun jadwal dinas bersama kepala ruangan
 Membuat daftar alokasi pasien kepada perawat pelaksana
Fungsi Pengarahan
 Memimpin pre-conference dan post-conference
 Menciptakan iklim motivasi di dalam timnya
 Mengatur pendelegasian dalam timnya
 Melakukan supervisi kepada anggota timnya.
Fungsi Pengendalian
 Melakukan observasi terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan kepada
pasien yang dilakukan oleh perawat pelaksana
 Memberikan umpan balik kepada perawat pelaksana
b) Compensatory Rewand
 Melakukan penilaian kinerja perawat pelaksana
c) Hubungan Profesional
 Melakukan konferensi kasus
 Melakukan kolaborasi dengan dokter
d) Asuhan keperawatan
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien (disesuaikan dengan
spsifikasi ruangan).
3) Perawat Pelaksana
a) Pendekatan manajemen
Fungsi Perencanaan
 Menyusun rencana jangka pendek (harian).
b) Asuhan keperawatan
 Mampu melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien (disesuaikan
dengan spesifikasi ruangan).
Dengan melihat dan menyimak penjelasan di atas, secara jelas terdapat perbedaan
uraian tugas dari kepala ruang, ketua tim, dan perawat pelaksana. Berdasarkan
uraian di atas, tergambar bahwa kepala ruang dan ketua tim menjalankan tugas
manajerial dan asuhan keperawatan, sedangkan perawat pelaksana murni
menjalankan asuhan keperawatan. Batasan ini harus dipahami secara benar oleh
masing-masing posisi sebagai acuan untuk melaksanakan tugas limpah
(pendelegasian).
Seperti halnya metode penugasan yang lain, metode penugasan tim mempunyai
kelebihan dan kelemahan. Berikut adalah kelebihan dan kelemahan metode
penugasan tim.
\KELEBIHAN DAN KELEMAHAN METODE TIM
Kelebihan Kelemahan
1. Pelayanan 1. Kegiatan-kegiatan
keperawatan yang konferen
komprehensif memerlukan waktu
2. Proses keperawatan yang cukup lama
dapat diterapkan. sehingga kegiatan
3. Metode tim konferen tidak akan
memungkinkan dapat dapat dilaksanakan
bekerja lebih efektif jika dalam kondisi
dan efisien. sibuk.
4. Metode tim 2. Jika jumlah perawat
memungkinkan sedikit,
untuk dapat bekerja menyebabkan pre-
sama antar-tim. conference dan post-
5. Metode tim conference mungkin
memungkinkan tidak dapat
tingginya kepuasan dilaksanankan.
pasien terhadap Untuk kegiatan pre-
pelayanan conference dan post-
keperawatan. conference, setiap
6. Metode tim tim minimal terdiri
meningkatkan dari dua orang.
motivasi dan
kepuasan perawat
sebagai pemberi
pelayanan
keperawatan.

d. Metode keperawatan primer


Metode keperawatan primer adalah suatu metode pemberian asuhan keperawatan yang
mempunyai karakteristik kontinuitas dan komprehensif dalam pemberian asuhan
keperawtan yang dilakukan oleh seorang perawat yang bertanggung jawab dalam
merencanakan, melakukan, dan mengoordinasi pasien selama pasien di rawat di ruang
perawatan. Perawat yang bertanggung jawab 24 jam atas pasien-pasiennya tadi disebut
“perawt primer”. Perawa primer biasanya bertanggung jawab antara 4-6 pasien.
Berikut akan dijelaskan secara rinci tugas pokok dan fungsi masing-masing posisi
pada struktur organisasi metode keperawatan primer.
1) Tugas pokok dan fungsi perawat primer
a) Perawat primer menerima dan mengorientasikan pasien yang masuk di ruang
perawatan.
b) Perawat primer mengkaji secara komprehensif dan merumuskan diagnosis
keperawatan.
c) Perawat primermembuat rencana keperawatan (tujuan, kriteria hasil, rencana
tindakan, dan rasional).
d) Perawat primer mengadakan komunikasi dan koordinasi dengan perawat lain
dengan tenaga kesehatan yang lain atau rencana yang telah dibuat.
e) Perawat primer mengadakan komunikasi dan koordinasi dengan perawat
f) Perawat primer melakukan evaluasi terhadap hasil yang telah dicapai.
g) Perawat primer membuat rencana pulang pasien (termasuk rencana penyuluhan).
h) Perawat primer melakukan rujukan kepada pekerja sosial dan kontak dengan
lembaga sosial di masyarakat.
i) Perawat primer membuat jadwal perjanjian klinik.
j) Perawat primer mengadakan kunjungan rumah.

2) Tugas pokok dan fungsi kepala ruang


Menurut Asmuji (2012), tugas pokok dan fungsi kepala ruang pada metode primer
tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan pada metode penugasan tim seperti yang
disampaikan Keliat, dkk, (2006) sebagai berikut :
a) Pendekatan Manajemen
Fungsi Perencanaan
 Menyusun visi, misi, dan filosofi.
 Menyusun rencana jangka pendek (harian, bulanan, dan tahunan).
Fungsi Pengorganisasian
 Menyusun struktur organisasi.
 Menyusun jadwal dinas.
 Mambuat daftar alokasi pasien.
Fungsi Pengarahan
 Memimpin operan.
 Menciptakan iklim motivasi.
 Mengatur pendelegasian.
 Melakukan supervisi.
Fungsi Pengendalian
 Mengevaluasi indikator mutu.
 Melakukan audit dokumentasi.
 Melakukan survei kepuasan pasien, keluarga pasien, perawat, dan nakes lain.
 Melakukan survei masalah kesehatan/keperawatan.
b) Compensatory Rewand
 Melakukan penilaian kinerja ketua tim dan perawat pelaksana.
 Merencanakan dan melaksanakan pengembangan staf.
c) Hubungan profesional
 Memimpin rapat keperawatan.
 Melakukan rapat tim kesehatan
Selain menjalankan tugas di atas, ada salah satu tugas yang harus dijalankan oleh
kepala ruang adalah menjadi konsultan jika perawat primer mengalami kendala
dalam menjalankan tugasnya.
4) Tugas Pokok dan Fungsi Perawat Asosiat
a) Melaksanakan tindakan keperawatan
b) Menerima delegasi dari perawat primer
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN METODE KEPERAWATAN PRIMER
Kelebihan kelemahan
1. Akuntabilitas Dibutuhkan perawat
2. Otonomi yang benar-benar
3. Advokasi mempunyai
4. Kontinuitas pengalaman,
5. Komprehensif pengetahuan, sikap,
6. Komunikasi kemampuan (skill)
7. Koordinasi yang mumpuni.
8. Kolaborasi
9. Komitmen
10. Kepuasan pasien
11. Kepuasan perawta
12. Kepuasan dokter
13. Kepuasan rumah
sakit
14. Penghargaan
15. Kesempatan untuk
mengembangkan
diri
Tabel 6. Kelebihan dan Kelemahan Metode Keperawatan Primer

Selain pembuatan struktur organisasi, emnurut Kelliat, dkk. (2006) kegiatan


lain fungsi pengorganisasian dalam ruang perawatan adalah sebagai berikut :
1. Pembuatan Daftar Dinas
Daftar dinas merupakan bagian penting dalam pengorganisasian yang
berisi jadwal dinas (shift pagi, siang, dan malam), perawat yang liburdan
perawat yang cuti. Dafta dinas ini biasanya dibuat untuk kurun waktu dinas
selama satu bulan. Pembuat daftar dinas adalah kepala ruang yang dibantu
ketua tim/perawat primer.
2. Pembuatan Daftar Alokasi Pasien
Daftar alokasi pasien dibuat guna untuk mengetahui jumlah dan nama
pasien, jenis penyakit, dokter, serta distribusi perawat terhadap pasien yang
ada dalam ruangan. Daftar pasien berisi nama pasien, dokter yang
bertanggung jawab, perawat dalam tim (jika menerapkan metode
penugasan tim), perawat yang dinas, dan perawat yang bertanggung jawab
tiap shift.

Vous aimerez peut-être aussi