Vous êtes sur la page 1sur 12

A.

Definisi Aset Tak Berwujud

Terdapat beberapa kerakteristik utama dari suatu aset takbewujud :

1. Dapat diidentifikasi (identifiabillity)

Suatu aset dikatakan memenuhi criteria dapat diidentifikasi jika :

a) Dapat di pisahkan atau dibedakan dari entitas dan dijual, dipindahkan, dilisensikan,

disewakan atau ditukarkan, baik secara tersendiri atau bersama-sama dengan kontrak

terkait, aset atau liabilitas teridentifikasi, terlepas dari apakah entitas bermaksud untuk

melakukan hal tersebut: atau

b) Timbul dari kontrak atau hak legal lainnya, terlepas dari apakah hah tersebut dapat

dialihkan atau dipisahkan dari entitas atau dari hak-hak dan kewajiban-kewajiban

lainnya.

2. Kendali (control)

Entitas mengendaliakn suatu aset jika entitas memiliki kemampuan untuk

memperoleh manfaat edkonomis dari aset tersebut dan dapat membatasi akses pihak lain

dalam memperoleh manfaat ekonomis tersebut.

Manfaat ekonomis masa depan tersebut dapat mencakup pendapatan dari

penjualan barang atau jasa, penghematan biaya, atau manfaat lain yang berasal dari

penggunaan aset tersebut. Contoh dari manfaat ekonomis dari penggunaan aset

takberwujud adalah penggunaan formula rahasia yang secara hokum dilindungi, yang

menyebabkan berkurangnya tingakat persaingan, sehingga meningkatkan prospek

perusahaan untuk meningkatkan penjualan dimasa mendatang dan mengurangi

pengurangan iklan, dan sebagainya.


Umumnya pengendalian tersebut timbul karena adanya hak legal yang memiliki

kekuatan dalam pengendalian. Akan tetapi, hak legal tidak diperlukan jika entitas dapat

melakukan pengendalian manfaat ekonomis masa depan tersebut dengan cara lain.

3. Tidak mempunyai wujud fisik

Karekteristik penting berikutnya dari suatu aset takberwujud adalah tidak

mempunyai wujud fisik. Dalam beberapa kondisi aset takberwujud mempunyai elemen

fisik sehingga perlu pertimbangan untuk menentukan apakah suatu aset tersebut

merupakan aset berwujut atau takberwuju contoh dari kondisi tersebut adalah compact

disc yang berisi perangkat lunak computer (computer softwere) atau computer yang di

dalamnya terdapat database.dalam situasi seperti ini maka diperlukan pertimbangan untuk

menentukan elemen mana yang lebih signifikan.

B. Penilaian Aset Takberwujud

Pembelian aktiva tidak berwujud

perusahaan merekaman pada tak berwujud biaya yang dibeli dari pihak lain. Biaya

termasuk semua biaya perolehan ditambah pengeluaran untuk membuat aset tidak berwujud

siap untuk digunakan. Biaya khas termasuk harga pembelian, biaya hukum, dan biaya yang

terkait lainnya.

kadang-kadang perusahaan yang diakuisisi tak berwujud dalam pertukaran untuk

saham atau aset lainnya. dalam kasus tersebut, biaya tidak berwujud adalah nilai wajar kas

yang diserahkan atau nilai wajar tidak berwujud yang diterima, mana yang lebih jelas.
Penciptaan internal aset tak berwujud

Bisnis sering dikenakan biaya pada berbagai sumber daya tidak berwujud, seperti

pengetahuan ilmiah atau teknologi, riset pasar, kekayaan intelektual, dan nama-nama merek.

Biaya ini sering disebut sebagai penelitian dan pengembangan (R & D) biaya. aset tidak

berwujud yang mungkin timbul dari pengeluaran ini termasuk paten, perangkat lunak

komputer, hak cipta, dan merek dagang. Untuk Contoh nokia (FIN) mengeluarkan biaya R &

D untuk mengembangkan ponsel, menghasilkan paten yang berhubungan dengan teknologi.

Dalam menentukan akuntansi biaya ini, Nokia harus menentukan apakah (R & D) proyek

pada tahap yang cukup canggih untuk dipertimbangkan ekonomis. Untuk melakukan

penilaian ini, Nokia mengevaluasi biaya yang dikeluarkan selama fase penelitian dan tahap

pengembangan.

Seperti yang ditunjukkan, semua biaya yang timbul dalam tahap penelitian

dibebankan pada saat terjadinya dalam tahap penelitian dibebankan pada saat terjadinya.

sekali proyek bergerak ke tahap pengembangan, biaya pembangunan tertentu dikapitalisasi.

Khususnya, biaya pengembangan dikapitalisasi ketika kriteria tertentu terpenuhi,

menunjukkan bahwa aset tidak berwujud ekonomis akan menghasilkan bentuk R & D

proyek.

C. AMORTISASI AKTIVA TAKBERWUJUD

Alokasi biaya aset tidak berwujud secara sistematis disebut amortisasi. tak berwujud

memiliki sebuah terbatas (terbatas) masa manfaat atau umur manfaat tidak terbatas. Sebagai

contoh, sebuah perusahaan seperti Walt Disney (USA) memiliki kedua jenis tak berwujud.

Walt Disney diamortisasi terbatas - hidup aset tidak berwujud (misalnya, hak cipta pada film
dan lisensi yang terkait dengan produk bermerek). Tidak amortisasi aset tidak berwujud

terbatas-hidup (misalnya, nama dagang Disney atau nama domain internet nya).

Aset Takberwujud dengan Masa manfaat Terbatas

Perusahaan melakukan amortisasi atas aset tak berwujud dengan masa manfaat

terbatasnya dengan biaya sistematis untuk membebankan masa manfaatnya. Masa manfaat

seharusnya merefleksikan periode aset ini akan berkontribusi terhadap arus kas. Walt Disney,

contohnya, mempertimbangkan faktor-faktor dibawah ini untuk memperkirakan umur

manfaat asetnya:

1. penggunaan diharapkan untuk aset oleh perusahaan.

2. Efek usang, permintaan, persaingan, dan faktor ekonomi lainnya.

Contoh meliputi stabilitas industri dikenal kemajuan teknologi, tindakan legislatif

hasilnya dalam lingkungan peraturan yang tidak pasti atau mengubah, dan perubahan

dalam saluran distribusi yang diharapkan. ketentuan-ketentuan (hukum, peraturan, atau

kontraktual) yang memungkinkan pembaharuan atau perpanjangan aset hak atau masa

kontrak tanpa biaya besar. Faktor ini mengasumsikan bahwa ada bukti untuk mendukung

pembaruan atau perpanjangan. disney juga harus mampu menyelesaikan pembaruan atau

perpanjangan tanpa modifikasi material dari syarat dan kondisi yang ada.

3. tingkat pengeluaran pemeliharaan yang diperlukan untuk memperoleh arus kas yang

diharapkan dari aktiva tersebut. misalnya, tingkat material pemeliharaan yang diperlukan

dalam kaitannya dengan nilai tercatat aktiva tersebut mungkin menyarankan masa

manfaat yang sangat terbatas.


4. tindakan hukum. peraturan, atau kontrak ketentuan yang mungkin membatasi masa

manfaat.

5. masa manfaat yang diharapkan dari aktiva lain atau kelompok aset yang masa manfaat

aset tidak berwujud mungkin berhubungan (seperti hak sewa untuk studio).

Jumlah beban amortisasi untuk aset tidak berwujud dengan umur terbatas harus

mencerminkan pola di mana perusahaan mengkonsumsi atau menggunakan aset tersebut, jika

perusahaan dipercaya bisa menentukan pola itu. misalnya, asumsikan bahwa Second Wave,

inc. membeli lisensi untuk menyediakan sejumlah tertentu produk gen yang disebut mega.

Second Wave harus mengamortisasi biaya lisensi berikut pola mega yang digunakan. Jika

lisensi Second Wave dibutuhkan untuk memberikan 30 persen dari total tahun pertama, 20

persen tahun kedua, dan 10 persen per tahun sampai lisensi habis, itu akan amortisasi biaya

lisensi menggunakan pola. Jika tidak dapat menentukan pola produksi atau konsumsi, Second

Wave harus menggunakan metode garis lurus dalam mengamortisasi. Ketika Second Wave

mengamortisasi lisensi ini, maka ia harus menunjukkan perubahan sebagai beban. Ia harus di

kredit baik akun aktiva yang sesuai atau memisahkan akun akumulasi amortisasi.

Jumlah aset tidak berwujud yang diamortisasi ialah sebesar biayanya dikurangi nilai sisa.

Nilai sisa diasumsikan nol kecuali pada akhir masa manfaat aset tidak berwujud yang memiliki

nilai untuk perusahaan lain. Misalnya, jika Hardy co. berkomitmen untuk membeli aset tidak

berwujud dari U2D co. pada akhir masa manfaat aktiva, U2D co. harus mengurangi biaya aset

tidak berwujud dengan nilai sisa. Sama halnya U2D co. harus mempertimbangkan nilai wajar,

jika andal ditentukan, untuk nilai residu.


IFRS mengharuskan perusahaan untuk menaksir nilai residu yang diestimasi dan

kegunaan dari asset tidak berwujud paling tidak per tahun. Apa yang terjadi jika umur dari

asset tidak berwujud dengan umur terbatas itu berubah? Dalam hal ini, sisa nilai tercatat harus

diamortisasi melebihi sisa manfaat yang diperbaiki. Perusahaan juga harus mengevaluasi asset

tidak berwujud dengan umur terbatas per tahun untuk menentukan apakah ada indikasi dari

penurunan nilai. Jika ada indikasi penurunan nilai, uji penurunan nilai dilakukan. Kerugian

penurunan nilai harus diakui untuk jumlah nilai tercatat dari asset tidak berwujud lebih sedikit

dari nilai yang dapat diperoleh kembali. Mengingat kembali bahwa nilai yang dapat diperoleh

kembali lebih besar dari nilai wajar dikurang harga jual atay nilai yang digunakan. (kita akan

mengulas penurunan nilai dari asset tidak berwujud lebih dalam di bab selanjutnya.)

Aset Takberwujud yang tidak Terbatas

Jika tidak ada faktor-faktor (hukum, peraturan, kontraktual, kompetitif, atau yang lain)

yang membatasi manfaat dari asset tidak berwujud, perusahaan menganggap umurnya tidak

terbatas. Umur tidak terbatas maksudnya ialah bahwa tidak ada batas yang dapat diduga dalam

periode waktu dimana asset tidak berwujud diharapkan untuk menghasilkan arus kas.

Perusahaan tidak mengamortisasi asset tidak berwujud dengan umur yang tidak terbatas.

Untuk mengilustrasikannya, asumsikan Double Clik Inc. mengakuisisi merek dagang yang

digunakan untuk membedakan produk konsumen terkemuka. Ia memperbaharui merek dagang

nya setiap 10 tahun. Semua bukti mengindikasikan bahwa merek dagang produk ini akan

menghasilkan arus kas untuk periode waktu yang tidak terbatas. Dalam hal ini, merek dagang

memiliki umur yang tidak terbatas; Double Clik tidak mencatat amortisasinya.
Perusahaan juga harus menguji asset tidak berwujud dengan umur tidak terbatas untuk

penurunan nilai paling sedikit per tahun. Uji penurunan nilai untuk asset tidak berwujud

dengan umur tidak terbatas mirip dengan asset tidak berwujud dengan umur terbatas. Yaitu,

kerugian penurunan nilai harus diakui untuk nilai yang karena itu, kerugian impairment

seharusnya diakui sebesar jumlah yang nilai carrying amont dari aset tidak berwujud yang

mepunyai masa hidup tidak terbatas adalah kurang dari recoverable amount.

D. Jenis-jenis Aktiva Takberwujud

Yang termasuk aktiva tetap tidak berwujud antara lain sebagai berikut :

a) HAK PATEN

Hak paten adalah hak istimewa yang dikeluarkan oleh pemerintah yang

memberikan kewenangan kepada pemegang hak untuk memproduksi, menjual, dan

mengawasi penemuannya dalam jangka waktu tertentu sejak hak tersebut diberikan.

Harga perolehan suatu aktiva tak berwujud adalah kas (ekulivalensinya) yang

dibayarkan untuk memperoleh hak patennya, yang meliputi biaya penelitian, biaya

percobaan, biaya pengembangan, biaya pendaftaran, dan biaya lain – lain.

b) HAK CIPTA

Hak cipta adalah hak yang diberikan oleh pemerintah, yang memberikan hak

istimewa kepada pemegang hak tersebut untuk memproduksi dan menjual suatu karya

seni atau karya tulis. Misalnya hak cipta yang diberikan kepada penulis buku, pencipta

lagu, dan lain – lain. Hak cipta dapat diperoleh dengan penemuan sendiri, dapat pula

dengan membeli. Harga perolehan suatu hak cipta terdiri dari pengeluaran untuk

mendapatkan dan mempertahankan hak tersebut.

c) MEREK DAGANG
Merek dagang atau nama dagang adalah kata, rangkaian kata, logo atau simbol

yang membedakan atau memberi identitas suatu perusahaan tertentu atau produk

tertentu. Apabila merek dagang atau nama dagang dibeli, maka harga perolehan hak

tersebut adalah harga belinya.

d) FRANCHISE DAN LISENSI

Franchise adalah perjanjian (kontrak) antara pemberi franchise (franhisor) dengan

penerima franchise (franchisee). Dalam perjanjian tersebut, franchissor memberi hak

kepada franchise untuk menjual produk tertentu, atau untuk memberikan hak kepada

franchise untuk menjual produk tertentu, atau untuk memberikan suatu jasa tertentu,

atau untuk menggunakan merek dagang tertentu, sedangkan lisensi adalah izin

operasinya. Misalnya franchise yang dijual oleh Kentucky Fried Chicken, Mc Donald

(hamburger, pizza, dan sebagainya).

e) BIAYA ORGANISASI

Biaya yang timbul dalam pembentukan suatu organisasi perusahaan disebut biaya

organisasi. Biaya organisasi akan bermanfaat selama hidup perusahaan menetapkan

masa manfaat dengan taksiran tertentu yang dianggap wajar.

f) GOODWILL

Aktiva tak berujud terbesar yang biasanya nampak dalam neraca perusahaan

adalah goodwill. Goodwill adalah sela atribut yang memberi nilai atau citra yang

menguntungkan yang melekat pada suatu perusahaan.

Goodwill merupakan suatu aktiva yang tidak berwujud yang berbeda dari aktiva

tak bewrujud lainnya. Goodwill tidak bisa dijual tanpa mengalihkan atau menjual

perusahaannya, karena goodwill hanya dapat diidentifikasikan dengan perusahaan


sebagai keseluruhan. Goodwill hanya akan dicatat apabila timbul dari transaksi

pertukaran yang meliputi pembeliaan perusahaan secara keseluruhan

E. Pencatatan Goodwill

Pencatatan goodwill secara internal. Goodwill yang dihasilkan secara internal tidak

boleh dikapitalisasi dalam akun.

Alasannya? Mengukur komponen-komponen goodwill terlalu rumit, dan

menghubungkan setiap biaya dengan manfaat di masa depan terlalu sulit. Manfaat goodwill

di masa depan mungkin tidak memiliki hubungan dengan biaya yang dikeluarkan dalam

pengembangan goodwill tersebut. Tambahan ketidakpastian lainnya, goodwill bahkan

mungkin ada tanpa adanya biaya spesifik untuk mengembangkannya. Akhirnya, karena tidak

terjadi transaksi objektif dengan pihak luar, banyak sekali subjektifitas – bahkan kekeliruan –

yang mungkin terjadi.

Pembelian Goodwill. Seperti yang telah dinyatakan sebelumnya, goodwill dicatat

hanya pada saat seluruh entitas bisnis dibeli. Untuk mencatat goodwill, sebuah perusahaan

membandingkan fair value aktiva berwujud bersih dan intangible aset yang dapat

diidentifikasi dengan harga beli (biaya) dari yang diperoleh. Perbedaannya disebut goodwill.

Goodwill adalah nilai sisa – kelebihan biaya atas fair value net asset yang dapat diidentifikasi

yang diakuisisi.

Penghapusan Goodwill

Perusahaan mengakui goodwill dari dalam suatu bisnis dan menganggap bahwa

goodwill mempunyai hidup yang tak terbatas dan perusahaan tidak mengamortisasinya.

Walaupun nilai goodwill bisa menurun sepanjang waktu, memperkirakan hidup yang
sebenarnya dari goodwill dan pola amortisasi adalah cukup sulit. Sebagai tambahan, investor

mancari biaya amortisasi dalam sedikit penggunaan dievaluasi performa keuangan.

Lebih jauh lagi, komunitas investasi ingin mengetahui berapa jumlah investasi di

dalam goodwill, yang mana merupakan asset tidak berwujud terbesar dalam laporan

keuangan suatu perusahaan. Kemudian, perusahaan menyesuaikan carrying value hanya

ketika goodwill di impaired (nilai asset menurun). Pendekatan ini secara signifikan

berpengaruh terhadap laporan keuangan beberapa perusahaan.

Beberapa orang meyakini bahwa nilai goodwill akan menghilang pada akhirnya.

Kemudian mereka berpendapat perusahaan membabankan goodwill melalui beban/expense

selama periode yang dipengaruhi, untuk mencocokan beban dan pendapatan. Yang lain

berpendapat bahwa perlakuan akuntansi untuk goodwill yang diperoleh dengan pembelian

dan goodwill yang dibentuk secara internal harus konsisten. Mereka memandang bahwa

perusahaan sesegera mungkin membebankan goodwill yang dibuat secara internal dan harus

mengikuti perlakuan akuntansi untuk goodwill yang diperoleh dengan pembelian. Walaupun

pendapat ini mempunyai kelebihan, goodwill yang tidak diamortisasi digabung dengan

impairment test yang cukup harus menyediakan informasi keuangan yang paling berguna

untuk komunitas investasi.

F. Penurunan Nilai Aset Tak Berwujud

Entitas harus menilai apakah terdapat indikasi penurunan nilai di setiap akhir periode

pelaporan. Apabila terdapat indikasi penurunan nilai, maka entitas membandingkan antara

jumlah tercatat aset takberwujud dengan nilai terpulihkan ( sesuai PSAK 48). Apabila tidak

terdapat indikasi penurunan nilai, maka tidak perlu menghitung nilai terpulihkan. Khusus
untuk aset takberwujud dengan masa manfaat tidak terbatas (seperti goodwill) , diuji

penurunan nilainya setiap tahun dengan membandingkan jumlah tercatatnya dengan jumlah

terpulihkannya, terlepas apakah terdapat indikasi penurunan nilai

G. Penyajian Aktiva Takberwujud di Laporan Posisi Keuangan

Dalam laporan posisi keuangan (neraca),aset takberwujud termasuk dalam aset tak

lancar. Dalam laporan laba rugi komprehensif,penyajian beban amortisasi dan kerugian dari

penurunan nilai sebagai bagian dari laba operasi berkelanjutan,kecuali apabila kerugian dari

penurunan nilai tersebut berhubungan dengan operasi tidak berkelanjutan (discontinued

operations). Berikut adalah contoh penyajian di Laporan Posisi Keuangan (Neraca)

Konsolidasian PT Unilever Indonesia Tbk dan Anak Perusahaan 30 Juni dan 31 Desember

2010

Aset Tidak Lancar Non-Current Assets

Goodwill 61.925 21,11 61.925 Goodwill

(Setelah dikurangi (Net of

akumulasi amortisasi accumulated amortisation

sebesar Rp22.029 of Rp 22.029 in

pada tahun 2010) 2011 and Rp 22.029 in 2010)

Aset tidak berwujud 617.917 20,12 645.355 Intangible assets

(Net of accumulated

amortisation of Rp414.049

in 2011 and Rp353.522 in 2010)


DAFTAR PUSTAKA

 E.Kieso,Donald,Jerry J,Weygandt and Teery D.Warfield,2011.Intermediate

Accounting,Edisi 12 by:Erlangga

 Martani dwi,dkk.Akuntansi Keuangan Menengah.2012.Jakarta:Salemba Empat


 http://kumpulanmateri123.blogspot.com/2013/08/aktiva-tetap-tak-berwujud.html

Vous aimerez peut-être aussi