Vous êtes sur la page 1sur 41

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala berkat dan bimbinganNya sehingga makalah dengan judul Asuhan Keperawatan
pada Ny.G.T dengan Post Seksio Caesaria dapat terselesaikan dengan baik.
Adapaun makalah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk mnyelesaikan profesi
Ners dan sebagai bahan seminar Asuhan Keperawatan di Ruang Nifas RSUD
dr.M.Haulussy Ambon
Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini dapat terselesaikan
atas bimbingan dari pembimbing institusi dan pembimbing lahan, karena itu kami
ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
Akhirnya kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini berguna bagi pembaca, bagi tenaga keperawatan pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya

Ambon, 13 Agustus 2018

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di dalam Rencana Strategic Nasional Making Pregnancy Safer di Indonesia
2001-2010 disebutkan bahwa dalam konteks Rencana Pembangunan Kesehatan
Menuju Indonesia Sehat 2010 adalah “ Kehamilan dan Persalinan di Indonesia
berlangsung aman, serta bayi yang dilahirkan hidup dan sehat“. Dengan
pertimbangan tersebut maka upaya pertolongan persalinan yang sangat pesat
perkembangannya dibidang Obstetrics dan Gynecology, salah satunya adalah
tindakan bedah Sectio Caesaria.
Sectio Caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus , ( Mochtar R, 1998 ). Di era ini cara
ini jauh lebih aman dibandingkan dahulu berhubung dengan adanya antibiotic,
transfusi darah, tehnik operasi yang lebih sempurna, anestesi yang lebih baik dan
perawatan yang kian berkembang. Karena itu ada kecenderungan untuk melakukan
Sectio Caesaria tanpa dasar yang cukup kuat. Dalam hubungan ini perlu diingat
bahwa seorang ibu yang telah mengalami pembedahan ini merupakan seorang
yang mempunyai parut dalam uterus, dan tiap kehamilan serta persalinan berikut
memerlukan pengawasan yang cermat berhubungan dengan bahaya rupture uteri,
namun bahaya ini dapat ditekan dengan tehnik bedah yang sempurna dan
perawatan yang optimal baik sebelum operasi maupun perawatan setelah operasi.
Perawat sebagai pemberi pelayanan professional keperawatan pada klien
dengan post operasi Sectio Caesaria hendaknya memperhatikan respon dan
kebutuhan penderita selama perawatan, baik kebutuhan fisiologi maupun
psikologis penderita.
Ditinjau dari sudut penderita, tidak ada yang lebih penting selain dari
perawatan pasca bedah, karena perawatan ini memerlukan perhatian khusus dari
seluruh staf keperawatan.
Perawatan pertama yang dilakukan setelah operasi adalah pembalutan luka
(Wound dressing ) dengan baik. Sebelum penderita dipindahkan dari kamar
operasi hendaklah memperhatikan tanda-tanda vital, tingkat kesadaran penderita/
efek anestesi, jumlah intake out put cairan diukur dan dicatat. Pengukuran dan
pencatatan ini diteruskan selama 24 jam pertama post operatif sampai beberapa
hari. Disamping itu perlu juga perawatan / perencanaan pulang atau tindak lanjut
perawatan setelah penderita pulang hendaknya dibekali dengan informasi yang
cukup.
Mengingat pentingnya peran perawat dalam perawatan klien selama post
operasi, maka kami mengangkat Asuhan Keperawatan Klien dengan Post Sectio
Caesaria di Lontara 4 Ruang Nifas, Perjan RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo

B. TUJUAN
Melaui makalah ini maka tujuan yang ingin dicapai adalah :
Tujuan Umum
Mengetahui gambaran secara umum tentang kasus Sectio caesaria dan
perawatan Post Operasi Sectio Caesaria.
Tujuan khusus
1. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan Post operasi section
caesaria.
2. Menetapkan diagnosa keperawatan
3. Menetapkan rencana keperawatan
4. Melaksanakan Asuhan Keperawatan
5. Melakukan evaluasi keperawatan

C. MANFAAT
a. Dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi institusi Rumah Sakit Khususnya
Ruang nifas dalam memberikan perawatan pada ibu post operasi Sectio
Caesaria .
b. Pelaksanaan Seminar kasus dapat menjadi masukan dan bahan informasi serta
koleksi bagi mahasiswa dan institusi pendidikan dalam rangka peningkatan
pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik, sehingga peserta didik
mampu mengaktualisasikan ilmu dan ketrampilan secara efisien ditempat
praktek atau dimasa yang akan datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Seksio Caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding
uterus melalui dinding depan perut atau vagina; atau seksio sesaria adalah suatu
histertetomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim.

B. Indikasi
1. Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior)
2. Panggul sempit.
Holmer mengambil batas terendah untuk melahirkan janin vias naturalis ialah CV
= 8 cm. Panggul dengan CV = 8 cm dapat dipastikan tidak dapat melahirkan janin
dengan normal, harus diselesaikan dengan seksio sesaria. CV antara 8-10 cm boleh
dicoba dengan partus percobaan, baru setelah gagal dilakukan seksio sesaria
sekunder.
3. Disproporsi sefalo-pelvik : yaitu ketidak seimbangan antara
ukuran kepala dengan panggul.
4. Ruptur uteri mengancam.
5. Partus lama (prolonging labor)
6. Partus tak maju (obstructed labor)
7. Distosia serviks
8. Preklamsia dan hipertensi
9. Hipertensi janin :
 Letak lintang :
Greenhill dan Eastman sama-sama sependapat :
 Bila ada kesempitan panggul, maka seksio
sesaria adalah cara yang terbaik dalam segala letak lintang dengan janin
hidup dan besar biasa.
 Semua primigravida dengan letak lintang
harus ditolong dengan seksio sesaria, walaupun tidak ada perkiraan
panggul sempit.
 Multipara dengan letak lintang dapat lebih
dulu ditolong dengan cara-cara lain.
 Letak bokong :
Seksio sesaria dianjurkan pada letak bokong bila ada :
 Panggul sempit
 Primigravida
 Janin besar dan berharga
 Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila
reposisi dengan cara-cara lain tidak berhasil.
 Gemelli, menurut Eastman seksio sesaria
dianjurkan :
 Bila janin pertama letak lintang atau
presentasi bahu (shoulder presentation).
 Bila terjadi interlok (locking of the twins)
 Distosia oleh karena tumor.
 Gawat janin, dan sebagainya

C. Jenis-jenis Operasi Seksio Sesaria


1. Abdomen (Seksio sesaria Abdominalis)
 Seksio sesaria transperitonialis :
 Seksio sesaria klasik atau korporal dengan
insisi memanjang pada korpus uteri.
 Seksio sesaria ismika atau profunda atau
low cervical dengan insisi pada segmen bawah rahim.
 Seksio sesaria ekstraperitonialis, yaitu
tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan demikian tidak membuka
cavum abdomimal.
 Vagina (Seksio sesaria vaginalis)
Manurut arah sayatan pada rahim, seksio sesaria dapat dilakukan sebagai
berikut :
 Sayatan memanjang (longitudinal) menurut
kronig.
 Sayatan melintang (transversal) menurut
Kerr
 Sayatan huruf T (T-incision).

2. Seksio sesaria klasik (Korporal)


Dilakuan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira
sepanjang 10 cm.
Kelebihan : mengeluarkan janin lebih cepat, tidak mengakibatkan komplikasi
kandung kemih tertarik, sayatan bisa diperpanjang paroksimal atau distal.
Kekurangan : Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada
reperitonialisasi yang baik, untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi ruptur
uteri.
3. Seksio sesaria Ismika (profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang-konkaf pada segmen bawah rahim
(low cervical transversal) kira-kira 10 cm.
Kelebihan : Penjahitan luka lebih mudah, penutupan luka dengan
retroperitonialisai yang baik, tumpang tindih dari retroperitonial flap baik sekali
untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum, perdarahan kurang,
dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptura uteri spontan kurang/lebih
kecil.
Kekurangan : luka dapat melebar ke kiri, kanan dan bawah, sehingga dapat
menyebabkan a.uterine putus sehigga mengakibatkan perdarahan yang banyak,
keluhan pada kandung kemih post opertaif tinggi.

D. Komplikasi
1. Infeksi puerperal (nifas)
 Ringan : dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.
 Sedang : dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi,
disertai dehidrasi dan perut sedikit kembung
 Berat : dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik.
Hal ini sering kita jumpai pada partus terlantar, dimana sebelumnya telah
terjadi infeksi intrapartal karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.
Penangannya adalah dengan pemberian cairan, elektrolit dan antibiotika yang
adekuat dan tepat.
2. Perdarahan, disebabkan karena :
 Banyak pembuluha darah yang terputus dan terbuka
 Atonia uteri
 Perdarahan pada placental bed.
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung
kemih bila reperitonialisasi terlalu tinggi.
4. Kemungkinan ruptura uteri spontan pada kehamilan
mendatang.

E. Prognosis
Dulu angka morbiditas dan mortalitas ibu dan janin tinggi. Pada masa sekarang. Oleh
karena kemajuan yang pesat dalam teknik operasi, anestesi, penyediaan cairan dan
darah, indikasi dan antibiotika angka ini sangat menurun.
Angka kematian ibu pada rumah-rumah sakit dengan fasilitas operasi yang baik oleh
tenaga-tenaga yang cekatan adalah kurang dari 2 per 100.
Nasib janin yang tertolong secara seksio sesaria sangat tergantung dari keadaan
sebelum dilakukan operasi. Menurut data dari negara-negara dengan pengawasan
antenatal yang baik fasilitas neonatal yang sempurna, angka kematian perinatal sekitar
4-7%.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
SEKSIO SESARIA

A. Pengkajian Data Dasar


1. Sirkulasi : Hipertensi, perdarahan pervagina mungkin ada.
2. Integritas Ego : Dapat menunjukan prosedur ayng
diantisipasi sebagai tanda kegagalan dan/atau refleksi negatif pada kemampuan
sebagai wanita.
3. Makanan/Cairan : Nyeri epigastrik, gangguan penglihatan,
edema (tanda-anda hipertensi karena kehamilan (HKK).
4. Nyeri/Ketidaknyamanan : Distosia; persalianan
lama/disfungsional, kegagalan induksi; nyeri tekan uterus mungkin juga ada.
5. Keamanan :
- Penyakit hubungan seksual aktif (misalnya
Herpes)
- Inkompabilitas Rh yang berat.
- Adanya komplikasi dari ibu seperti HKK, diabetes,
Penyakit ginjal atau jantung, atau infeksi asenden; trauma abdomen prenatal.
- Prolaps tali pusat, distress janin.
- Ancaman kelahiran janin premature.
- Presntasi bokong dengan versi sefalik eksternal
yang tidak berhasil.
- Ketuban telah pecah selama 24 jam atau lebih
lama.
6. Seksualitas
- Disproporsi sefalopelvis (CPD).
- Kehamilan multiple atau gestasi (uterus sangat
distensi)
- Melahirkan sesaria sebelumnya, bedah uterus atau
serviks sebelumnya
- Tumor/neoplasma yang menghambat pelvis/jalan
lahir.
7. Penyuluhan/Pembelajaran
Kelahiran sesaria dapat atau mungkin tidak direncanakan, mempengaruhi kesiapan
dan pemahaman klien terhadap prosedur.
8. Pemeriksaan Diagnostik
Hitung darah lengkap, golongan darah (ABO), dan pencocokan silang, tes coombs
Urinalisis : menentukan kadar albumin/glukosa.
Kultur : mengidentifikasi adanya virus herpes simpleks tipe II.
Pelvimetri : menentukan CPD
Amniosintesis : mengkaji maturias paru janin.
Ultrasonografi : melokalisasi plasenta; menentukan pertumbuhan, kedudukan, dan
presentasi janin.
Tes stress kontraksi atau tes nonstres : mengkaji respons janin terhadap
gerakan/stress dari pola kontraksi uterus/pola abnormal.
Penentuan elektronik kontinu : memastikan status janin/aktivitas uterus.
Kegagalan partus normal/
placenta previa/preeklamsi

Tindakan Invasif
Perdarahan vascular ( SC ) Ketidaksesuaian perencanaan
berlebih persalinan normal
Terputusnya continuitas jaringan
Hipovolumia ( Kulit, otot, p.darah )
Resti HDR
situasional
Aktivasi Pelepasan mediator
Resti perubahan kimia
perfusi jaringan ( Histamin, prostaglandin, Port d’ entry
bradikinin ) Mikroorganisme
PenurunanB.venus Penyimpangan KDM
return Stimulasi nosiseptor/Nerve Resti Infeksi
Ending

Aktifasi serabut  delta dan


Resti penurunan CO serabut C
Cornuposterior
medulla spinalis

Resiko kekurangan Melalui saraf spinotalamikus


volume cairan Efek anestesi

Thalamus direlai
Penurunan
sensorimotorik
Cortex cerebri dipersepsikan
( lokasi, integritas ) Kelemahan
Krisis situasi Perubahan status
kesehatan
Devisit perawatan diri
Nyeri
Kurang terpajan
informasi
Resti cedera maternal

Ansietas Kurang
pengetahuan
Mekanisme koping
tidak efektif

C. Diagnosa keperawatan
1. kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai prosedur pembedahan,
harapan, regimen pascaoperasi b/d kurang pemajanan/tidak mengenal informasi,
kesalahan interpretasi.
Tujuan : mengungkapkan pemahaman tentang indikasi kelahiran sesaria.
Mengenali ini sebagai metode alternatif kelahiran bayi.
Intervensi :
 Kaji kebutuhan belajar; rasional : metode kelahiran alternatif ini
didiskusikan pada kelas persiapan melahirkan anak, tetapi banyak klien gagal
menyerap informasi karena ini tidak mempunyai makna pribadi pada
waktunya. Klien yang mengalami lagi kelahiran sesaria tidak dapat mengingat
dengan jelas atau memahami detil-detil melahirkan sebelumnya.
 Catat tingkat stress dan apakah prosedur direncanakan atau tidak;
rasional : mengidentifikasi kesiapan klien/pasangan untuk menerima informasi.
 Berikan informasi akurat dengan istilah-istilah sederhana. Anjurkan
pasangan untuk mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan pemahaman
mereka; rasional : memberikan informasi dan mengklarifikasi kesalahan
konsep. Memberikan kesempatan untuk mengevaluasi pemahaman
klien/pasangan terhadap situasi.
 Mandiri : Tinjau ulang indikasi-indikasi terhadap pilihan alternatif
kelahiran; rasional : perkiraan satu dari 5 atau 6 kelahiran melali operasi
sesaria; seharusnya dilihat sebagai alternatif bukan cara yang abnormal, untuk
menigkatkan keselamatan dan kesejahteraan maternal/janin.
 Mandiri : Gambarkan prosedur preoperative dengan jelas, dan berikan
rasional dengan tepat; rasional : informasi memungkinkan klien mengantisipasi
kejadian dan memahami alasan intervensi/tindakan.
 Berikan penyuluhan pascaoperasi, termasuk instruksi latihan kaki, batuk
dan napas dalam (teknik pembebatan dan latihan pengetatan abdomen; rasional
: memberikan teknik untuk mencegah komplikasi yang berhubungan dengan
stasis vena dan pneumonia hipostatik, dan menurunkan stress pada sisi operasi.
Pengetatan abdomen menurunkan ketidaknyamanan berkenaan dengan
pembentukan gas dan distensi abdomen.
 Mandiri : Diskusikan sensasi yang diantisipasi selama melahirkan dan
periode pemulihan; Rasional : rasional : mengetahui apa yang dirasakan dan
apa yang “normal” membantu mencegah maslah yang tidak perlu.
2. Ansietas b/d krisis situasi, ancaman konsep diri, ancaman yang
dirasakan/actual dari kesejahteraan maternal dan janin, transmisi interpersonal.
Tujuan : mengungkapkan rasa takut pada keselamatan klien dan janin,
mendiskusikan parasaan tentang sesaria, tampak benar-benar rileks, menggunakan
sumber/system pendukung dengan efektif.
Intervensi :
 Mandiri : Kaji respons psikologis pada kejadian dan ketersediaan system
pendukung; rasional : makin klien merasakan ancaman, makin bersar tingkat
ansietas.
 Pastikan apakah prosedur direncanakan atau tidak dirancanakan; rasional :
pada kelahiran sesaria yang tidak direncanakan, klien/pasangan biasanya tidak
mempunyai waktu untuk persiapan secara psikologis dan fisiologis. Bahkan
bila direncanakan, kelahiran sesaria dapat membuat ketakutan klien/pasangan
karena ancaman fisik actual atau dirasakan pada ibu dan bayi yang
berhubungan dengan prosedur dan pembedahan itu sendiri.
 Tetap bersama klien dan tetap tenang. Bicara paerlahan. Tunjuk empati;
rasional : membantu membatasi transmisi ansietas interpersonal, dan
mendemonstrasikan perhatian terhadap klien/pasangan.
 Beri penguatan aspek postif dari ibu dan kondisi janin; rasional :
memfokuskan pada kemungkinan keberhasilan hasil akhir dan membantu
membawa ancaman yang dirasakan/actual ke dalam perpektif.
 Anjurkan klien/pasangan mengungkapkan dan/atau mengekspresikan
perasaan (menangis); rasional : membantu mengidentifikasi perasaan/masalah
negatif dan memberikan kesempatan untuk membatasi perasaan ambivalen
atau tidak teratasi/berduka. Klien dapat juga merasakan ancaman emosional
pada harga dirinya, karena perasaannya bahwa ia telah gagal, bahwa ia sebagai
wanita lemah, dan bahwa harapannya tidak terpenuhi. Pelatih dapat meragukan
kemampuan sendiri dalam membantu klien dan memberikan dukungan yang
dibutuhkan.
 Dukung/arahkan kembali mekanisme koping yang diekspresikan;
rasional : mendukung mekanisme koping dasar dan otomatik, meningkatkan
kepercayaan diri dan penerimaan, dan menurunkan ansietas.
 Diskusikan pengalaman/harapan kelahiran anak pada masa lalu, bila tepat;
rasional : klien dapat mengalami penyimpangan memori dari melahirkan masa
lalu atau persepsi tidak realitas dari abnormalitas kelahiran sesaria yang akan
meningkatkan ansietas.
 Berikan masa privasi. Kurangi rangsang lingkungan,seperti jumlah orang
yang ada, sesuai indikasi keinginan klien; rasional : memungkinkan
kesempatan bagi klien/pasangan untuk menginternalisasi informasi, menyusun
sumber-sumber, dan mengatasi dengan efektif.
3. Risiko tinggi terhadap harga diri rendah situasional b/d kegagalan yang dialami
dalam hidup.
Tujuan : mengidentifikasikan dan mendiskusikan perasaan negatif. Mengunkapkan
percaya diri pada dirinya dan pada kemampuannya.
Intervensi :
 Mandiri : Tentukan perasaan yang biasanya dari klien tentang diri sendiri
dan kehamilan; rasional : mendiagnosa perasaan diri didasarkan pada
pengetahuan persepsi diri masa lalu dan pengalaman. Kelahiran sesaria, apakah
direncanakan atau tidak, mempunyai potensi untuk mengubah perasaan klien
terhadap dirinya sendiri. Klien melihat bahwa rencana kelahiran telah diubah,
dan intervensi pembedahan diperlukan untuk melahirkan bayi, sementara
kebanyakan wanita mampu melahirkan tanpa adanya intervensi ini.
 Anjurkan pengungkapan perasaan; rasional : mengidentifikasi area yang
diatasi. Reaksi klien bervariasi dan dapat menyulitkan giagnosa pada periode
praoperasi. Perasaan citra diri negatif berhubungan dengan kekecewaan akibat
pengalaman melahirkan dapat mengganggu aktivitas pascapartum uang
berhubungan dengan keberhasilan menyusui dan perawatan bayi.
 Anjurkan untuk bertanya dan memberikan informasi/penguatan
pembelajaran sebelumnya; Rasional : meningkatkan pemahanam dan
memperjelas kesalahan konsep.
 Rujuk pada kelahiran sesaria sebagai metode alternatif kelahiran anak;
rasional : istilah-istilah “seksi C” dan “melahirkan normal” menunjukan bahwa
kelahiran sesaria berbesa dan tidak alamiah, sehingga klien tidak normal
karenanya.
 Berikan komunikasi verbal dari pengkajian dan intervensi. Informasi
tertulis dapat diberikan pada waktu selanjutnya; rasional : bila masalah harga
diri timbul pada klien, ini dapat menjadi berat pada periode pascapartum.
Selama periode praoperasi, klien difokuskan pada saat ini dan disini serta tidak
siap untuk membaca dan menerima informasi tambahan.
 Identifikasi pasangan/sumber lain sebagai rujukan setelah melahirkan;
rasional : pada waktu penting ini, sifat situasi biasanya tidak memungkinkan
untuk berbicara dengan orang lain yang telah mengalami pengalaman yang
sama. Namun, aktivitas ini tidak menguntungkan pada masa depan untuk
membantu resolusi perasaan/persepsi.
 Kolaborasi : Anjurkan keberadaan pasangan pada saat melahirkan sesuai
kebutuhan; rasional : memberikan dukungan bagi ibu, meningkatkan ikatan
orang tua, dan memberikan asupan tambahan pada peningatan klien akan
pengalaman kelahiran, karena lebih umum pada masa krisis memori hilang.
 Anjurkan klien/pasangan berpartisipasi dalam aktivitas ikatan di ruang
melahirkan (misalnya, menyusui dan menggendong bayi); rasional : emberikan
penguatan pengalaman kelahiran dan menghilangkan suasana pembedahan
terhadap kelahiran.
4. Ketidakberdayaan b/d interaksi intrpersonal, persepsi terhadap aturan yang
berhubungan dengan penyakit, keputusasaan gaya hidup.
Tujuan : mengungkapkan rasa takut dan perasaan kerentanan, mengekspresikan
kebutuhan/keinginan individu.

Intervensi :
 Mandiri : Kaji faktor-faktor yang menyebabkan rasa keputusasaan;
rasional : kelahiran sesaria tidak direncanakan (dan kadang-kadang
direncanankan) dapat dikarakterisitikan oleh rasa kehilangan
kontrolklien/pasangan terhadap pengalaman kelahiran. Kloien menjadi subjek
untuk prosedur dan peralatan yang akan digunakan pada penyakit. Untuk klien-
klien tersebut yang baru pertama kali mengalami perawatan di rumah sakit,
yang melibatkan rasa takut karena ketidaktahuan, ketidakberdayaan merupakan
faktor stres utama.
 Mandiri : Berikan pilihan-pilihan dalam perawatan bila mungkin
(misalnya pilihan anestesi, pemasangan I.V, dan penggunaan cermin);
rasional : memungkinkan klien atau pasangan untuk memiliki beberapa rasa
asupan/kontrol terhadap situasi.
 Mandiri : Identifikasi harapan dan keinginan klien/pasangan berkenaan
dengan pengalaman melahirkan; rasional : memberikaan kesempatan untuk
memenuhi kebutuhan dan meningkatkan pengalaman positif.
 Berikan ruang pribadi dan waktu menyendiri untuk pasangan sebelum
pembedahan. (Catatan : tetap bersama klien bila pasangan tidak ada); rasional :
menciptakan rasa kontrol dan memungkinkan pasangan mempunyai waktu
untuk membicarakan situasi mereka. Meninggalkan klien sendiri dapat
mengakibatkan perasaan ditolak dan peningkatan tingkat ansietas.
5. Risiko terhadap terjadinya nyeri b/d peningkatan/ kontraksi ototyang lebih
lama, reaksi psikologis.
Tujuan : mengungkapkan penurunan ketidaknyaman/nyeri.
Inervensi :
 Mandiri : Kaji lokasi, sifat dan durasi nyeri khususnya saat berhubungan
dengan indikasi seksio sesaria; rasional : menandakan ketepatan pilihan
tindakan. Klien yang mennggu kelahiran sesaria iminen dapat mengalami
berbagai derajat ketidaknyamanan, tergantung pada indikasi terhadap prosedur.
 Mandiri : Hilangkan faktor-faktor yang mangakibatkan ansietas (misalnya
kehilangan kontrol), berikan informasi akurat dan anjurkan keberadaan
pasangan; rasional : tingkat toleransi ansietas adalah individual dan
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Ansietas berlebihan trhadap berbagai pada
respon terhadap situasi darurat dapat meningkatkan ketidaknyamanan karena
rasa takut, tegang, dan nyeri yang saling berhubungan dan merubah
kemampuan klien untuk mengatasi.
 Mandiri : Instruksikan teknik relaksasi, posisikan senyaman mungkin.
Gunakan sentuhan terapeutik; rasional : dapat membantu dalam reduksi
ansietas dan ketegangan dan meningkatkan kenyamanan.
 Kolaborasi : Berikan sedatif, narkotik, atau obat praoperatif; rasional :
meingkatkan kenyamanan dengan memblok impuls nyeri. Mempunyai
potensial kerja agent anestetik.
6. Risiko terhadap infeksi b/d prosedur invasif, pecah ketuban, kerusakan kulit,
penurunan hemoglobin (Hb), pemajanan pada patogen.
Tujuan : Bebas dari infeksi, pencapaian tepat waktu dalam pemulihan luka tampa
komplikasi.
Intervensi :
 Mandiri :Tinjau ulang kondisi/faktor risiko yang ada sebeluymnya. Catat
waktu pecah ketuba; rasional : kondisi dasar ibu, seperti diabetes, hemoragi,
menimbulkan potensial risiko infeksi atau penyembuhan luka yang buruk.
Risiko korioamnionitis meningkat dengan berjalannya waktu, membuat ibu
dan janin pada berisiko. Adanya proses infeksi dapat meningkatkan risiko
kontaminasi janin.
 Mandiri : Kaji terhadap tanda/gejala infeksi (misalnya peningkatan suhu,
nadi, jumlah sel darah putih, atau bau/waran rabas vagina); rasional : pecah
ketuban terjadi 24 jam sebelum pembedahan dapat mengakibatkan
korioamnionitis sebelum intervensi bedah dan dapat mengubah penyembuhan
luka.
 Berikan perawatan perineal sedikitnya setai 4 jam bila ketuban telah
pecah; rasional : menurunkan risiko infeksi ascenden.
 Kolaborasi : Lakukan persiapan kulit preoperaif, scrub sesuai protocol;
rasional : menurunkan risiko kontaminan kulit memasuki insisi, menurunkan
risiko infeksi pascaoperasi.
 Kolaborasi : Dapatkan kultur darah, vagian, dan plasenta sesuai indikasi;
rasional : mengidentifikasi organisme yang menginfeksi dan tingkat
keterlibatan.
 Kolaborasi : Catat hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Ht), catat perkiraan
kehilangan darah selamam prosedur pembedahan; rasional : risiko pasca-
melahirkan dan penyembuhan yang buruk meningkat bila kadar Hb rendah dan
kehilangan darah berlebihan. (Catatan : makin besar kehilangan darah
dihubungkan dengan insisi klasik daripada insisi uterus segmen bawah).
 Kolaborasi : Berikan antibiotik spectrum luas parenteral pada praoperasi;
roasinal : antibiotik profilaktik dapat dipesankan untuk mencegah terjadinay
proses infeksi atau sebagai pengobatan pada infeksi yang teridentifikasi
khususnya jika klien mengalami pecah ketuban yang lama. (Catatan :
penelitian menunjukan pemberian antibiotik sampai 2 jam sebelum memulai
prosedur memberikan perling\dungan paling baik terhadap infeksi)
7. Risiko tinggi terhadap terjadinya kerusakan pertukaran gas b/d perubahan
aliran darah ke plasenta dan/atau melalui tali pusat.
Tujuan : menunjukan Denyut Jantung Janin (DJJ) dalam batas normal.
Memanifestasikan variabilitas normal pada strip pemantau. Bebas dari deselerasi
variable lambat atau lama.
Intervensi :
 Mandiri : Perhatikan adanya pada ibu factor-faktor yang secara negatif
mempengaruhi sirkulasi plasenta dan oksigenasi janin; rasional : Penurunan
volume sirkulasi atau vasospasme dalam plasenta menurunkan ketersediaan
oksigen untuk ambilan janin.
 Lanjutan pemantauan DJJ, perhatikan perubahan denyut per denyut atau
deselerasi selama dan setelah kontraksi; rasional : Distres janin dapat terjadi,
karena hipoksia, mungkin dimanifestasikan dengan penuruna variabilitas,
deselerasi lambat, dan takikardia. (catatan : infeksi dan pecah ketuban
meningkatkan DJJ).
 Perhatikan adanya variable deselerasi, perubahan posisi klien dari sisi ke
sisi; rasional : kompresi tali pusat diantara jalan lahir dan bagian presentasi
dapat dihilangkan dengan perubahan posisi.
 Perhatikan warna dan jumlah cairan amnion bila pecah ketuban; rasional :
distress janin pada presentasi dengan kandungan mekonium, yang merupakan
akibat dari respon vagal pada hipoksia.
 Auskultasi jantung janin bila pecah ketuban; rasional : prolaps terlihat atau
samar dari tali pusat pada tidak adanya dilatasi serviks penuh dapat
memerlukan kelahiran sesaria.
 Pantau respons jantung janin untuk obat praoperasi atau anestesi regional;
rasional : narkotik biasanya menurunkan variabilitas DJJ dan memerluka
pemberian nalokson (Narcan) setelah melahirkan untuk memperbaiki depresi
pernapasan narkotik. Hipotensi maternal pada respons terhadap anesthesia
secara umum memyebabkan bradikardia janin sementara, menurunkan
variabilitas, dan tidur.
 Kolaborasi : Berikan lead internal, dan pemantauan janin elektronik sesuai
indikasi; rasional : memberikan pengukuran lebih akurat dari respon dan
kondisi janin.
 Kolaborasi : Bantu dokter dengan peninggian verteks, bila diperlukan;
rasional : prubahan posisi dapat menghilangkan tekanan pada tali pusat.
 Kolaborasi : Atur adanya dokter anak dan perawat perhatikan intensif
neonatal pada ruang melahirkan untuk jadwal dan kelahiran sesaria darurat;
rasional : bayi mungkin praterm atau dapat mengalami perubahan respons,
karena kondisi dasar maternal dan/atau perubahan proses kelahiran,
memerlukan perawatan segera/resusitasi.
8. Risiko tinggi cedera thd ibu b/d trauma jaringan, pelambatan motilitas gastric,
perubahan mobilitas, efek-efek obat/penurunan sensasi.
Tujuan : bebas dari cedera.
Intervensi :
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

PENGKAJIAN PASCA PARTUM


RENCANA KEPERAWATAN
NAMA KLIEN : Ny. G.T/S
UMUR : 32 Tahun STATUS OBSTETRI : G : 2 P : 2 A : 0

NO/ DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Tgl. KEPERAWATAN

1. Nyeri akut B/D agen Klien akan dapat 1. Tentukan karakteristik dan lokasi 1. Klien mungkin tidak secara verbal
06/0 pencedera fisik akibat mengidentifikasi ketidaknyamanan. Perhatikan isyarat melaporkan nyeri dan ketidaknyamanan
8/18 tindakan operatif, dan menggunakan verbal dan nonverbal seperti meringis, secara langsung. Membedakan
ditandai dengan : intervensi untuk kaku, dan gerakan melindungi atau karakteristik khusus darinyeri
mengatasi nyeri/ terbatas. membantu membedakan nyeri
DO : ketidaknyamanan pascaoperasi dari terjadinya komplikasi
- Ekspresi wajah dengan tepat, (mis : ileus, retensi kandung kemih atau
meringis dengan kriteria: infeksi, dehisens luka.
- Perilaku distraksi (+) - Klien
- TTV : T : 130/80 mengungkapka 2. Berikan informasi dan petunjuk 2. Meningkatkan pemecahan masalah,
 N : 86x/mt n berkurangnya antisipasi mengenai penyebab membantu mengurangi nyeri berkenaan
 S : 36,50 C nyeri ketidaknyamanan dan intervensi yang dengan ansietas dan ketakutan karena
 P : 22x/mt - Tampak rileks tepat. ketidaktahuan dan memberikan rasa
 Luka insisi post - Mampu control.
op SSTP, P : 15 tidur/istirahat.
cm H : 11 bh 3. Observasi TTV tiap 4 jam, perhatikan 3. Pada banyak klien, nyeri dapat
- Pergerakan tubuh perubahan perilaku . menyebabkan gelisah seerta
sangat hati – hati peningkatan TTV.
- Skala nyeri sedang
tujuh (7). 4. Berikan tindakan kenyamanan dasar 4. Meningkatkan kenyamanan, dan
(ubah posisi klien dari sisi yang sakit, menurunkan distraksi tidak
DS : berikan gosokan punggung, dan anjurkan menyenangkan, meningkatkan rasa
- Klien menyatakan teknik pernapasan dalam). sejahtera.
rasa nyeri pada 5. Anjurkan klien untuk ambulasi dini. 5. Menurunkan pembentukan gas dan
daerah operasi (luka meningkatkan peristaltic untuk
insisi abdomen menghilangkan ketidaknyamanan
regio ) karena akumulasi gas, yang sering
- hipogastric, seperti memuncak pada hari ketiga setelah
tertusuk – tusuk kelahiran sesaria.
menyebar kearah
inguinal, dan femur 6. Kolaborasi untuk pemberian obat 6. Obat analgetik akan memblok impuls
proksimal) dan nyari analgetik nyeri/nociception di spinal cortd,
bertambah bila sehingga meningkatkan kenyamanan,
bergerak. yang memperbaiki status psikologis dan
meningkatkan mobilitas.

2. Resti infeksi B/D luka Klien tidak 1. Kaji catatan prenatal dan intranatal, 1. Membantu mengidentifikasi factor-
insisi post SSTP, KPD, menunjukkan perhatikan adanya komplikasi KPD, faktor risiko yang dapat mengganggu
06 produk lochia, tanda – tanda Partus lama, Hemorhagia, catat teknik proses penyembuhan atau kemunduran
/08/ peningkatan pemajanan infeksi : pembedahan SC. pertumbuhan epitel jaringan
18 lingkungan. - Tidak ada endometrium yang memberi
peningkatan kecendrungan klien terkena infeksi
TTV( S : 36,5- insisi SBR sembuh lebih cepat daripada
370C, N:70- insisi corporal/clasik dan kecil
80x/mt). kemungkinan untuk terjadi rupture.
- Menunjukkan 2. Observasi TTV tiap 4 jam dan jumlah 2. Demam pascaoperasi hari ke3,
luka bebas dari leukosit leukositosis dan takikardi menunjukkan
drainase infeksi. Peningkatan suhu sampai 38 C
purulen dengan pada hari kedua dalam 10 hari kedua
tanda awal dalam 10 hari pertama pascapartum
penyembuhan adalah bermakna
- Produksi dan
karakteristik
lochia normal. 3. Pertahankan perawatan luka dengan 3. Mencegah terjadinya infeksi dan
teknik aseptic dan antiseptic mempercepat penyembuhan luka

4. Inspeksi area luka terhadap proses 4. Tanda-tanda ini menadakan adanya


penyembuhan, perehatikan kemerahan, infeksi luka, biasanya disebabkan oleh
edema, nyeri, eksudat, atau gangguan streptococcus, staphilococcus atau
penyatuan spesies Pseudomonas

5. Pertahankan pemasangan bebat/gurita 5. Seringnya plester terlepas dapat


untuk mengamankan balutan. menyebabkan abrasi kulit, yang dapat
juga menjadi tempat infeksi.

6. Kolaborasi pemberian obat antibiotic 6. Diberikan secara profilaktik dan untuk


mengatasi infeksi.

3. Ansietas (sedang) B/D Klien melaporkan 1. Dorong keberadaan/partisipasi 1. Memberikan dukungan emosional,
Krisis situasi bahwa ansietas pasangan. dapat mendorong pengungkapan
06/ (perawatan pisah antara sudah menurun ke masalah.
08/ ibu dan bayi), ditandai tingkat yang
18 dengan : dapat diatasi, 2. Evaluasi tingkat ansietas klien dan 2. Kelahiran sesaria mungkin dipandang
dengan kriteria : sumber dari masalah. sebagai suatu kegagalan dalam hidup
DS: - Klien tampak oleh klien, dan hal tersebut dapat
- Klien sering rileks memiliki dampak negatif.
menanyakan tentang - Klien dapat
keadaan bayinya istirahat/tidur 3. Bantu klien/pasangan mengidentifikasi 3. Membantu memfasilitasi adaptasi
- Klien menanyakan (7-8 jam /hari. mekanisme koping yang lasim dan yang positif terhadap peran baru dan
kapan dilakukan perkembangan strategi koping baru jika akan mengurangi perasaan ansietas.
rawat gabung dibutuhkan.
dengan bayinya.
- Klien mengatakan 4. Berikan informasi yang akurat tentang 4. Hayalan yang disebabkan oleh
sulit tidur, mengingat keadaan bayinya. kurangnya informasi dapat
keadaan bayinya. meningkatkan kecemasan.

DO:
- Peningkatan 5. Diskusikan perencanaan kontak antara 5. Mengurangi ansietas yang mungkin
rangsangan simpatis klien dengan bayinya sesegera mungkin berhubungan dengan penanganan
(TD :1 30/80, N : (jika kondisi fisik klien bayi, takut terhadap sesuatu yang
88x/mt) memungkinkan). tidak diketahui atau menganggap hal
- Klien tampak gelisah yang buruk berkenaan dengan
- Klien tampak keadaan bayi.
antusias menanyakan
keadaan bayinya.
- Kontak mata kurang.

Kurang pengetahuan
4. mengenai perubahan Klien akan dapat 1. Kaji kesiapan dan motifasi klien untuk 1. Periode pasca partum menjadi
fisiologis, periode mengungkapkan belajar, Bantu klien dan pasangan dalam pengalaman yang posetif bila
06/ pemulihan, perawatan pemahamannya mengidetifikasi kebutuhan. kesemapatan penyuluhan diberikan
08 diri dan kebutuhan terhadap membantu pengembangan
18 perawatan bayi B/D perubahan – kemampuan maturasi dan kompetensi
kurang terpajan perubahan pada hari ke-3 dan ke-3 klien
informasi, ditandai fisiologis ibu post biasanya dapat menerima penyuluhan.
dengan : partum,
kebutuhan 2. Ansietas berhubungan dengan
DS: perawatan diri 2. Perhatikan status psykologis dan resp[on kemampuan untuk merawat diri dan
- Klien menanyakan dan perawatan terhadap kelahiran serta peran menjadi anaknya, perpisahan dari anak dapat
tentang keadaannya, bayi. Dengan ibu. mempunyai dampak negatif terhadap
dan bagaimana kriteria : kemampuan belajar dan kesiapan
perawatan diri klien.
setelah operasi, - Klien dapat
perawatan bayi. mengulang 3. Membantu klien mengenal perubahan
kembali 3. Berikan penjelasan tentang perubuhan normal dari respon-respon abnormal
- Klien menyatakan penjelasan fisiologis dan psikologis yang normal yang mungkin memerlukan tindakan.
ingin mengikuti tentang berkenaan dengan kelahiran cesaria dan Perubahan emosional yang labil perlu
penyuluhan perubahan ibu kebutuhan berkenaan dengan periode diantisipasi unutk menurunkan stress
kesehatan yang akan post partum, pasca partum. berkenaan dengan transisi periode ini
dilaksanakan oleh partum, yang memerlukan pembelajaran peran
tenaga kesehatan. baru dan pelaksanaan tenggung
- Kebutuhan jawab baru.
perawatan diri.
DO: 4. Meningkatkan otonomi, membantu
- Klien dapat 4. Tinjau ulang kebutuhan perewatan diri mencagah infeksi dan meningkatkan
- Ekspresi klien menyebutkan (perawatan perineal, perawatan insisi, pemulihan
nampak bingung saat cara perawatan hygiene, berkemih) anjurkan ibu
diberikan penjelasan. bayi yang berpartisipasi dalam perawatan diri 5. Program latihan progresif biasanya di
benar. 5. Diskusikan program latihan yang tepat. mulai bila ketidaknyamanan abdomen
berkurang ( 3 s/d 4 minggu post
partum) klien dianjurkan unutk tidak
mengangkat objek yang lebih berat
dari bayi lebih kurang 2 minggu dan
membungkuk pada lutut bila
mengangkat bayi.

6. Membantu orang tua dalam


6. Demonstrasikan teknik perawatan bayi. penguasaan tugas-tugas baru.

7. Meningkatkan kemandirian den


7. Jelaskan kepada ibu tentang fisiologi pengalaman pemberian makanan
menyusui, perawatan payudara, dan obtimal.
putting, diet dan cara menyusui yang
benar.

8. Hubungan dapat dilakuakn kembali


8. Diskusikan dengan ibu rencana segera bila klien mulai merasa
penggunaan kontrasepsi, informasikan nyaman dan pemulihan telah
tentang metode yang tersedia termasuk mengalami kemajuan umumnya 6
keuntungan dan kerugian. minggu pasca partum. Pasangan perlu
mengklarifikasi ketersediaan metode-
metode kontrasepsi dan nkenyataan
bahwa kehamilan dapat terjadi
bahkan pada kunjungan 6 minggu.

9. Evaluasi pasca partum untuk klien


9. Berikan informasi berhubungan dengan yang telah mejalani kelahiran secaria
pemeriksaan pasca partum lanjutan. mungkin dijadwalkan minggu ke-6
karena peningkatan resiko infeksi dan
keterlambatan pemulihan.

IMPLEMENTASI
KODE
NO HARI/TGL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
DX
1 2 3 4 5 6
1 Senin 1 09.00 1. Menentukan karakteristik dan lokasi Jam 13.00
06/08/18 ketidaknyamanan. Sambil memperhatikan isyarat S:
verbal dan nonverbal ibu. - Klien mengeluh nyeri bertambah
bila bergerak.
09.05 2. Memerikan informasi pada ibu bahwa penyebab - Klien mengeluh nyeri seperti
nyeri yang dirasakan adalah fisiologis karena tertusuk-tusuk, tiba-tiba pada
terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan abdomen kwadran bawah
operasi. menyebar kearah inguinal kanan,
kiri dan femur proximal.
09.07 3. Mengobservasi TTV. - Klien menyatakan merasa nyaman
pada posisi terlentang dengan lutut
ditopang bantal.
09.20 4. Membantu ibu memilih posisi yang nyaman, - Klien mangatakan mengerti
dan mengajarkan ibu untuk menghindari gerakan tentang penyebab nyeri post op.
tubuh yang tiba-tiba.
O.
09.30 5. Mengajarkan ibu teknik relaksasi napas dalam - Klien tampak meringis saat
yaitu menarik napas melalui hidung dan bergerak.
menghembuskan perlahan-lahan melalui mulut jika - Luka insisi mid linea abdomen; P
timbul nyeri. 15 Cm,
Memberikan massage ringan pada daerah femur - TTV :
dan bahu. TD : 120/80 mmHg
10.00 N : 84 x/ mt.
6. Menganjurkan ibu mobilisasi miring kiri, miring - Skala nyeri 6.
kanan. - Klien mampu melakukan tehnik
relaksasi napas dalam
A. Nyeri akut (Skala sedang : 6).
11.00 7. Penetalaksanaan pemberian obat Tramadol 1 amp/
8 jam/ IV P.
1. Tentukan karakteristik dan lokasi
nyeri.
2. Jelaskan penyebab nyeri bila
timbul, mis : nyeri pada payudara.
3. Pantau TTV/ 6 jam
4. Bantu ibu memilih posisi yang
nyaman dan anjurkan serta
instruksikan kepada ibu tehnik
relaksasi napas dalam bila nyeri
timbul.
5. Anjurkan ibu mobilisasi duduk dan
berjalan.
6. Penatalaksanaan Analgetik:
Tramadol IV 3 x 100 mg.

2 Senin,06 2 10.00 S : Ibu mangatakan akan mengganti


/08/18 balutan 4 x/hari.
1. Mengkaji catatan prenatal dan intranatal
O.
11.00 - Luka insisi mid linea abdomen; P
15 Cm,
2. Mengukur TTV.
- TTV : S; 37,3o C. N ; 84x/mt
11.05 - Balutan kering.
- Lochia rubra HN II.+ 15 cc.
3. Menganjurkan klien membuang pembalut
perianal dan linen yang basah dan menjelaskan
A Resiko tinggi infeksi
pentingnya kelanjutan tindakan ini setelah pulang.
11.07 P.
4. Mencatat jumlah lochia dan bau. 1. Pantau TTV.
2. Rawat luka post operasi dengan
5. Menjelaskan ke ibu pentingnya pemenuhan tehnik aseptic dan antiseptik
10.12 nutrisi terutama makanan yang mengandung protein 3. Inspeksi tanda-tanda infeksi
seperti ikan gabus, vitamin C, seperti jeruk, tomat, pada luka
zat besi seperti daun singkong, hati ayam/ sapi. 4. Catat jumlah lochia dan bau.
5. Pantau hasil laboratorium: Hb
6. Menganjurkan klien meningkatkan istirahat dan 6. Penatalaksanaan Antibiotik:
10.15 tidur 8 – 9 jam sehari. Ceftriaxone 1 gr/IV

7. Penatalaksanaan pemberian obat antibiotic


11.00  Ceftriaxone 1 gr/ IV ( tiap 12 jam)

1 2 3 4 5 6

3 Senin 3 11.20 1. Menganjurkan kepada keluarga/ suami untuk Jam 13.00


06/08/18 mendampingi klien. S:
- Klien mengatakan merasa agak
2. Mengkaji tingkat ansietas klien dan sumber dari tenang.
masalah.

3. Membantu klien/pasangan mengidentifikasi mekanisme O:


koping yang lasim dan perkembangan strategi koping - Klien tampak agak tenang
baru jika dibutuhkan. - Klien tampak antusias saat
mendengar penjelasan keadaan
4. Memberikan informasi yang akurat tentang keadaan bayinya.
bayinya.
A . Ansietas menurun ( ringan )
5. Diskusikan perencanaan kontak antara klien dengan
bayinya sesegera mungkin (jika kondisi fisik klien P. Pertahankan.
memungkinkan).

4 Senin 4 10.00 1. Mengkaji kesiapan untuk belajar dan membantu Jam 13.00
06/08/18 mengidentifikasi kebutuhan perawatan. S:
- Klien mengatakan mengerti
10.05 2. Memantau respon psikologis ibu terhadap kelahiran tentang perubahan fisiologik yang
bayinya. terjadi pada ibu post partum yaitu
tentang penyebab nyeri akibat
10.10 3. Menjelaskan tentang perubahan-perubahan fisiologis kontraksi uterus dan luka post op.
pada ibu post partum terutama tentang penyebab keluhan - Klien senang atas kelahiran
nyeri yang muncul. bayinya, klien menanyakan
keadaan bayinya saat ini.
4. Mendiskusikan teknik perawatan bayi.
5. Jelaskan kepada ibu tentang fisiologi menyusui, O.
perawatan payudara, dan puting, diet dan cara menyusui - Klien masih tampak lemah, belum
yang benar. mendapat pengarahan optimal

6. Diskusikan dengan ibu rencana penggunaan A. Kurang pengetahuan tentang


kontrasepsi, informasikan tentang metode yang tersedia perubahan fisiologis, proses
termasuk keuntungan dan kerugian. pemulihan, perawatan diri dan
bayi.
7. Berikan informasi berhubungan dengan pemeriksaan
pasca partum lanjutan. P.
1. Kaji kesiapan ibu untuk
belajar
2. Tinjau ulang kebutuhan
perawatan diri.
3. Diskusikan program
aktivitas ibu post partum
4. Demonstrasikan tehnik
perawatan bayi.
5. Jelaskan tentang
fisiologi menyusui, rawat
payudara, cara menyusui yang
benar.
6. Diskusikan tentang
rencana kontrasepsi.
7. Beri info tentang
pemeriksaan pasca persalinan pada
minggu ke 3 dan ke 6
5. Selasa 1. 14.30 1. Menentukan karakteristik dan lokasi ketidaknyamanan.
07/08/18 Sambil memperhatikan isyarat verbal dan nonverbal ibu.
Jam 20.00
14.33 2. Menjelaskan pada ibu tentang fisiologis nyeri pada S:
payudara. - Klien mengeluh nyeri seperti
tertusuk-tusuk, tiba-tiba pada
14.40 3. Mengobservasi TTV abdomen kwadran kiri bawah
menyebar kearah inguinal kanan,
14.45 4. Mengajarkan ibu tehnih relaksasi napas dalam yaitu kiri dan femur proximal.
menarik napas melalui hidung dan menghembuskan - Klien mengatakan mengerti
perlahan-lahan melalui mulut jika timbul nyeri. tentang penyebab nyeri pada
5. Memberikan massage ringan pada daerah femur dan payudara.
punggung - Klien mengatakan nyeri pada
payudara berkurang setelah
14.55 6. Mengajarkan klien mobilisasi jalan. diberikan kompres air hangat.

14.55 7. Memeriksa payudara O.


- Klien tampak meringis saat
15.00 8. Menganjurkan menggunakan bra penyokong. bergerak.
- Luka insisi mid linea abdomen; P
15.11 9. Memberi kompres hangat pada payudara. 15 Cm,
- Skala nyeri 5
15.20 10. Menampung ASI didalam wadah yang bersih - TTV : TD; 120/80mmHg, N:
20x/mt.
15.30 11. Menjelaskan pada ibu untuk mengeluarkan ASI tiap 2 - Payudara tampak tegang (kiri dan
jam atau bila ibu merasa payudara tegang. kanan ).
- Klien menggunakan bra
19.00 12. Petalaksanaan pemberian obat Analgetik : Asam penyokong.
Mefenamat 500mg ( 1 tab). - ASI + 18 cc.

A : Nyeri akut ( Sklala sedang : 5 )

P.
1. Tentukan karakteristik dan lokasi
ketidaknyamanan/nyeri
2. Pantau TTV tiap 6 jam
3. Anjurkan melakukan napas
dalam,massage ringan pada
pungung bila nyeri muncul.
4. Anjurkan mobilisasi jalan.
5. Observasi keadaan mamae
6. Anjurkan ibu menggunakan bra
penyokong
7. Anjurkan ibu untuk melakukan
kompres hangat pada mammae bila
terasa tegang/sakit
8. Tampung ASI dalam wadah yang
bersih
9. Penatalaksanaan Analgetik:
Tramadol 3 x 100 mg.

1 2 3 4 5 6
6 Selasa 2 16.00 1. Mengukur TTV. 07/08/18, Jam 20.00
07/08/18 S:-
16.30 2. Merawat luka post op. SSTP dengan tehnik - Ibu mangatakan
aseptic dan antiseptic. menggantikan balutan 3x/hari
O.
16.35 3. Mencatat jumlah lochia - Luka insisi mid linea
abdomen; P 15 Cm, Hecting
19.00 4. Penatalaksanaan pemberian obat antibiotic 11
 Vicilin Sx 3 x 1,5 gr - Balutan kering ( Noda serum
 Metronidazole 3 x 0,5 gr (+).
- Keadaan luka : Kering, pus(-)
stolsel (-), Fistel (-).
- TTV : S: 37,3 O C, N 84x/mt,
- Lochia sanguinolenta + 10 cc

A Resiko tinggi infeksi

P.
1. Pantau TTV. Setiap 6 jam.
2. Rawat luka post operasi dengan
tehnik aseptic dan antiseptik
3. Inspeksi tanda-tanda infeksi
pada luka
4. Catat jumlah lochia dan bau.
5. Penatalaksanaan Antibiotik:
 Vicilin Xs 3 x 1,5 gr
 Metronidazole 3 x
0,5gr

7 Selasa 3 18.00 1. Mengkaji kesiapan ibu untuk belajar dan


07/08/18 membantu mengidentifikasi kebutuhan Jam. 20.00
perawatan. S.
- Ibu mengatakan belum
2. Bersama-sama dengan ibu mengidentifikasi mengerti tentang tehnik
kebutuhan perawatan diri. menyusui yang benar.
O.
3. Mendiskusikan aktivitas perawatan diri ibu post - Ibu masih tampak gugup saat
partum yaitu menjaga kebersihan mammae, cuci mengendong bayinya dan
tangan sebelum menyusui bayi, dan aktif saat menyusui.
melakukan gerakan tubuh. A. Kurang pengetahuan
mengenai cara menyusui
4. Mengajarkan ibu tentang cara menyusui dan yang benar.
perawatan payudara.
P.
1. Kaji kesiapan ibu untuk
belajar.
2. Ajarkan kepada ibu tentang
cara menyusui yang benar.
KODE
NO HARI/TGL/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
DX
1 2 3 4 5 6
8 Rabu, 1 07.00 1. Menentukan Jam 08.00
08/08/18 karakteristik dan lokasi S:
ketidaknyamanan. - Klien mengeluh nyeri seperti tertusuk-tusuk, tiba-tiba
Sambil memperhatikan hanya pada abdomen kwadran kiri bawah.
isyarat verbal dan - Klien mengatakan nyeri payudara berkurang setelah
nonverbal ibu. pemberian kompres air hangat
O.
07.10 2. Mengobservasi TTV. - Klien tampak meringis saat bergerak.
- Luka insisi mid linea abdomen; P 15 Cm, Hecting; 11
07.15 3. Menganjurkan ibu - Skala nyeri 4 ( skala sedang )
menggunakan tehnih - TTV : TD 110/80mmHg, N. 78x/mt.
relaksasi napas dalam - Payudara teraba hangat dan keras.
jika timbul nyeri. - ASI (+) kiri-kanan + 10 cc.
4. Memberikan massage A : Nyeri akut Skala 4 ( sedang ).
ringan pada daerah P.
femur dan punggung 1. Tentukan karakteristik dan ketidaknyamanan/nyeri.
2. Pantau TTV tiap 6 jam
07.27 5. Memeriksa payudara 3. Anjurkan melakukan napas dalam bila nyeri muncul.
4. Anjurkan mobilisasi jalan.
6. Memberikan kompres 5. Observasi keadaan mamae
hangat pada kedua 6. Anjurkan ibu menggunakan bra penyokong
mammae. 7. Anjurkan ibu untuk melakukan kompres hangat pada
07.30 7. Menganjurkan mammae bila terasa tegang/sakit
menggunakan bra 8. Tampung ASI dalam wadah yang bersih
penyokong dan selalu 9. Penatalaksanaan Analgetik: Tramdol 3 x 100 mg.
memompa ASInya bila
bayi tidak/ malas
menetek. 08/08/18
.. Jam 08.00
9. Rabu,
08.00 1. Petalaksanaan S : - ibu mengganti balutan 3x
08/08/18 2. pemberian obat O.
Analgetik : Asam - Luka insisi mid linea abdomen; P 15 Cm, Hecting 11
Mefenamat 500mg ( 1 - Balutan kering.
tab) - Keadaan luka : kering, pus (-), stolsel (-), fistel (-).
- TTV : S: 37,3o C, N: 80x/mt.
- Lochia Sanguinolenta: merah kekuningan, jumlah
07.10 2. Mengukur TTV. kurang lebih 10 cc.

A: Resiko tinggi infeksi


07.40 3. Mencatat jumlah P.
lochia 1. Pantau TTV. Setiap 6 jam.
2. Rawat luka post operasi dengan tehnik aseptic dan
08.00 4. Penatalaksanaan antiseptik
pemberian obat 3. Tekankan pentingnya mobilisasi dan nutrisi dalam
antibiotic penyembuhan luka.
 Cefrofloxacine 3 4. Inspeksi tanda-tanda infeksi pada luka
x 500mg 5. Catat jumlah lochia dan bau.
6. Penatalaksanaan Antibiotik:
 Metronidazole 3
x 500 mg  Vicilin Xs 3 x 1,5 gr
 Metronidazole 3 x 0,5 gr
Rabu,08/08/18
1. Mengkaji kesiapan ibu Jam. 08.00
07.40 untuk belajar dan S.
10. Rabu, 3 mambantu - Ibu mengatakan bersedia mengikuti penyuluhan
08/08/18 mengidentifikasi kesehatan karena belum jelas tentang perawatan
kebutuhan perawatan. payudara.

2. Mengajarkan ibu O.
07.45 tentang cara menyusui - Klien kooperatif setiap pelaksanaan prosedur/
dan perawatan tindakan.
payudara. - Klien belum maksimal melakukan tehnik menyusui,
perawatan diri dan bayi.
A. Kurang pengetahuan mengenai cara menyusui,
perawatan diri dan bayi.
P.
1. Kaji kesiapan ibu untuk belajar.
2. Ajarkan kepada ibu tentang cara menyusui yang
benar.
13. Libatkan klien dalam penyuluhan kesehatan pada
tanggal 2 Juli 2005.
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada klien Ny.G.T/S melalui wawancara langsung baik
dengan klien maupun dengan keluarganya, status klien dan observasi perawatan
terhadap klien, dari hasil pengkajian tersebut didapatkan bahwa semua data-data yang
ada pada klien sesuai dengan teori telah diuraikan sebelumnya walaupun tidak semua
data-data yang mungkin ditemukan pada klien sesuai menurut teori dimanifestasikan
oleh klien.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan diangkat berdasarakan data-data yang menunjang baik data
subyektif maupun data objektif dari klien serta pemeriksaaan laboratorium yang
didapatkan, dari empat Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul pada klien
dengan Post Op Sectio Caesaria, maka terdapat empat diagnosa yang muncul, yang
terdiri dari tiga diagnosa teridentifikasi aktual dan satu diagnosa keperawatan adalah
bersifat risiko.

C. Implementasi
Implementasi yang diberikan kepada klien berdasarkan intervensi yang sudah
direncanakan dari empat diagnosa yang diangkat pada klien, namun tidak semua
intervensi yang direncanakan tersebut dapat diiplementasikan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan intervensi dan pembelajaran kesehatan selama di ruang
Nifas RSUD dr.M.Haulussy Ambon dengan diagnosa Post Op. Seksio Caesaria, kami
menyimpulkan sebagai berikut :
1. Dalam penerapan Asuhan keperawatan secara sistematis
dari pengkajian sampai evaluasi pada Ny.G.T. dengan Post Op. Seksio caesaria
ditemukan 4 diagnosa keperawatan, tidak semua diagnosa yang ditemukan adalah
aktual, dari semua diagnosa yang diangkat: ansietas dapat teratasi, resiko infeksi
tidak terjadi, Nyeri masih ada namun mulai berkurang dan klien mulai dapat
beradaptasi dengan rasa nyerinya. Sedangkan untuk masalah kurang pengetahuan
masih memerlukan intervensi berupa bimbingan dengan mengikutsertakan klien
dalam penyuluhan kesehatan tentang cara perawatan diri dan perawatan bayinya
serta redemonstrasi.
2. Sesuai dengan teori pada pasien Seksio Caesaria terdapat
10 diagnosa keperawatan tetapi pada praktik hanya ditemukan 3 diagnosa actual
dan 1 diagnosa yang bersifat risiko yang sesuai dengan respon dan kondisi klien
3. Berakhirnya praktik profesi Ners kelompok Maternitas di
ruangan nifas RSUD dr. M.Haulussy Ambon lebih khusus dalam penerapan
Asuhan Keperawatan pada Ny G.T, tidak terlepas dari peranan pembimbing
dalam memberikan bimbingan secara terus-menerus juga antusias menyediakan
fasilitas yang dibutuhkan.

B. Saran
1. Pelaksanaan Asuhan Keperawatan akan berhasil apabila ada
kerjasama yang baik antara sesama perawat,bidan, tim medis dan tenaga kesehatan
lainnya karena itu hendaknya kerjasama yang baik senantiasa dipelihara dan terus
dipertahankan
2. Agar proses keperawatan berlangsung dengan tepat dan
benar hendaknya pengadaan sarana penunjang/alat-alat dapat disediakan sehingga
dapat dimanfaatkan semaksimal dan seefektif mungkin.
3. Disarankan kepada semua tenaga keperawatan agar
meluangkan waktu dan tenaga untuk melakukan dokumentasi keperawatan setelah
selesai melakukan tindakan sebagai bukti legal pelaksanaan Asuhan Keperawatan
profesional
4. Diharapkan kepada pembimbing agar terus meningkatkan
intensitas bimbingan dan komunikasi serta koordinasi yang lebih baik sehingga
mutu praktek keperawatan dari hari kehari semakin meningkat.

Vous aimerez peut-être aussi