Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Terbit dua kalisetahun pada bulan Juni dan November.Pengelola Jurnal Ekspresi Seni merupakan sub-
sistemLPPMPPInstitut SeniIndonesia (ISI) Padangpanjang.
Penanggung Jawab
Rektor ISI Padangpanjang
Ketua LPPMPP ISI Padangpanjang
Pengarah
KepalaPusat Penerbitan ISI Padangpanjang
Ketua Penyunting
Dede Pramayoza
TimPenyunting
Elizar
Sri Yanto
Surherni
Roza Muliati
Emridawati
Harisman
Rajudin
Penterjemah
Adi Khrisna
Redaktur
Meria Eliza
Dini Yanuarmi
Thegar Risky
Ermiyetti
Tata Letak danDesainSampul
Yoni Sudiani
Web Jurnal
Ilham Sugesti
______________________________________________._________________________________
Alamat Pengelola Jurnal Ekspresi Seni:LPPMPP ISI Padangpanjang Jalan Bahder JohanPadangpanjang
27128, Sumatera Barat; Telepon(0752) 82077 Fax. 82803; e-mail;red.ekspresiseni@gmail.com
DAFTAR ISI
_______________________________________________________
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 49/Dikti/Kep/2011 Tanggal 15 Juni 2011 Tentang Pedoman Akreditasi
Terbitan Berkala Ilmiah. JurnalEkspresi SeniTerbitan Vol.16, No. 1 Juni 2014Memakaikan
Pedoman Akreditasi Berkala Ilmiah Tersebut.
i
INDUSTRI KREATIF BERBASIS
POTENSI SENI DAN SOSIAL BUDAYA
DI SUMATERA BARAT
Bahren, Herry Nur Hidayat, Sudarmoko, Virtuous Setyaka
FIB dan FISIP Universitas Andalas, Padang
bahren@fsastra.unand.ac.id
ABSTRAK
Tulisan ini ditujukan untuk menganalisis perkembangan dan konsep dasar
industri kreatif berbasis potensi sosial budaya di Sumatera Barat, khususnya
dalam bidang seni dan budaya. Secara umum, seni tidak memiliki posisi yang
ideal dalam pengembangan industri kreatif. Akan tetapi, berdasarkan pada
pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan dalam penelitian ini, terdapat
beberapa komunitas dan seniman yang menyiapkan diri dan menerapkan
manajemen modern dalam produksi seninya. Seni memiliki hubungan yang
dilematis dengan industri, antara nilai estetika dan nilai pasar. Dalam situasi
seperti ini, manajemen memiliki posisi yang penting dalam upaya
menghubungkan dan menjembatani antara seniman, pasar, pemerintah, kritikus
dan para ahli. Dengan menggunakan metode triple helix, diketahui bahwa daerah
terpilih dalam penelitian ini memiliki peluang besar untuk dikembangkan industri
kreatifnya, baik itu karena potensi artistik, lokasi, seniman, pemerintah,
masyarakat dan pihak terkait lainnya.
ABSTRACT
This article analyses the development and basic concept of creative industries
based on social and cultural potencies in West Sumatra, in particular on arts and
cultural practices. In general, arts have no ideal position in the development of
creative industries. However, based on observation and interviews conducted in
this research, there are some communities and artists prepared and more over
implemented modern management in their arts production. Arts have dilemmatic
correlation with industries, the problem of aesthetics and market values. In this
regard, management has important position in order to connect and bridge
between artists, markets, goverment, and critics or scholars. By using triple helix
method, this article shows how three selected areas of research have big
opportunities to be developed in the term of creative industries, based on artistic
potential, place and landscape of areas, artists, goverment, society and other
related parties.
133
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
134
Bahren, dkk, Industri Kreatif Berbasis Potensi Seni dan Sosial Budaya di Sumatera Barat
135
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
136
Bahren, dkk, Industri Kreatif Berbasis Potensi Seni dan Sosial Budaya di Sumatera Barat
Saat ini, hanya ada sedikit jaringan termasuk akses broadband dan
usaha (working network) yang berhasil jaringan transportasi, juga ada.
di Jerman dengan fokus ekonomi Pengembangan peluang kebijakan dan
budaya yang mungkin bisa berfungsi jaringan penting dalam mendukung
sebagai panutan bagi kota-kota kecil di pertumbuhan sektor di daerah
berbegai tempat. pedesaan.
Pauline White (2010) yang Pradel Pareja-Eastaway dan
membahas potensi dan tantangan bagi Marc Pradel i Miquel (2010)
sektor kreatif di daerah pedesaan menunjukkan pentingnya lembaga
melalui kasus Wilayah Barat pedesaan pemerintah dan bagaimana lembaga-
Irlandia dan kegiatan Komisi lembaga yang berbeda dan mekanisme
Pembangunan Barat (Western Region pemerintahan berkontribusi untuk
of Ireland and the activities of the mempromosikan industri kreatif dan
Western Development Commission). ekonomi pengetahuan sebagai landasan
Sektor kreatif di rekening daerah pertumbuhan ekonomi di Barcelona
sekitar 3 persen dari lapangan kerja Metropolitan Region (BMR). Tidak
dan 1,3 persen dari Nilai Tambah hanya akan keterlibatan aktor publik,
Bruto, didominasi oleh usaha mikro swasta dan masyarakat dieksplorasi,
dan wiraswasta individu dan memiliki tetapi juga hubungan antara kota yang
aktivitas ekspor yang rendah. Kualitas berbeda dalam skala geografis.
hidup, lingkungan alam dan warisan Penelitian tentang industri
kreatif di kawasan ini merupakan budaya, bagaimanapun, telah
faktor penting dalam menarik orang- mengungkapkan ketegangan laten
orang kreatif ini wilayah pedesaan. antara seni dan pertimbangan
Tantangan untuk bisnis di sektor ini komersial (Gua 2000; Cowen dan
termasuk kebutuhan untuk menarik dan Tabarrok 2000; Kloosterman 2010a).
mempertahankan bakat kreatif saat ini Amanda M. C Brandellero dan Robert
dan masa depan, serta ancaman C. Kloosterman (2010) mengatakan
terhadap kekuatan utama di kawasan sebagai industri budaya, yang hanya
itu tempat yang kreatif. Isu-isu seputar bisa bertahan hidup jangka panjang
penyediaan dan kualitas infrastruktur, melalui diferensiasi produk konstan
137
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
138
Bahren, dkk, Industri Kreatif Berbasis Potensi Seni dan Sosial Budaya di Sumatera Barat
139
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
140
Bahren, dkk, Industri Kreatif Berbasis Potensi Seni dan Sosial Budaya di Sumatera Barat
141
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
Tapi yang jadi masalah besar adalah Safnir, Wakil Ketua Komunitas
belum adanya persepsi yang sama Saluang Luhak Limapuluh Koto
dalam memahami apa itu ekonomi dan menyebutkan tahapan dan perubahan
industri kreatif. yang terjadi pada seni tradisi saluang
Hal yang mungkin tak kalah ini. Sebelum tahun 2007, saluang jo
pentingnya adalah masalah perizinan, dendang di Payakumbuh, masih kental
konsistensi, dan komitmen. D’Cress dengan tradisinya, sering dimainkan
merasakan bagaimana sulitnya pada helat perkawinan dan alek nagari.
pengurusan perizinan itu. Misalnya, Setelah 2007, saluang jo dendang
D’Cress sudah membuat komitmen perlahan terlempar karena masuknya
kontrak dengan sebuah perusahaan organ tunggal dan adanya salung
klien dalam jangka satu tahun dengan dendang dangdut yang sering disebut
melaksanakan iven di space yang telah “Salut”, yang memiliki penggemar
disepakati. Namun, saat urusan izin, cukup banyak.
selalu berbenturan dengan pihak Komunitas Salung Dendang
kepolisian dan juga SKPD terkait. Dan jumlahnya sekitar 30-an. Pengurus
ini setiap iven yang mau digelar selalu masih mendata detil dan aktivitasnya.
bermasalah dengan izin ini. Selain itu, Aktivitas seniman tradisi ini masih
apresiasi pemerintah, terutama yang jauh dari profesional. Kebanyakan,
terkait dengan pengembangan ekonomi melakukan pertunjukan atas dasar
kreatif, terkesan masih minim dan tak permintaan warga untuk mengisi acara
memahami potensi yang dimiliki alek atau pesta perkawinan. Menurut
daerahnya. Uwan Safnir, selain tampil di
Sementara itu, terkait dengan perhelatan para pedendang saluang
potensi dan kekayaan seni tradisi yang juga melakukan pertunjukan di
dimiliki Kota Payakumbuh dan pelbagai lokasi di Payakumbuh, yaitu
Limapuluh Kota, dan masyarakatnya di pelataran Kantor Pos, Pasar Ibuah,
yang apreasitif dengan keseniannya, dan Pasar Panampuang. Selain itu juga
juga menghadapi persoalan di Ngalau, Padang Data, Kawabebe,
pengelolaan dan minimnya ruang yang dilaksanakan pada hari-hari
ekspresi seniman rakyat itu. Uwan tertentu, dan bahkan dilakukan pada
142
Bahren, dkk, Industri Kreatif Berbasis Potensi Seni dan Sosial Budaya di Sumatera Barat
143
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
144
Bahren, dkk, Industri Kreatif Berbasis Potensi Seni dan Sosial Budaya di Sumatera Barat
studi naskah drama. Nyaris semua dengan latar belakang profesi. Padahal
anggota yang masuk ke Teater Noktah untuk perkembangan kesenian (teater)
tidak memiliki latar belakang pemahaman seperti itu malah
pendidikan teater. Saat itu, Noktah merugikan komunitas itu sendiri, dan
berpendapat, naskah-naskah Arifin memperkecil ruang lingkupnya. Kini,
sudah memiliki standar yang jelas. ketika seni pertunjukan dianggap
Kelompok ini juga mementaskan mampu membangkitkan industri dan
naskah-naskah asing dalam proses ekonomi kreatif, Noktah merasa telah
selanjutnya. jauh tertinggal dan memulai dari nol
Fase berikutnya KSST Noktah lagi untuk mengejar pengelolaan yang
berusaha untuk merespons budaya lebih profesional.
sendiri, yaitu Sumatera Barat Hingga tahun 2013, KSST
(Minangkabau), tempat dimana Noktah telah memproduksi 23 kali
kelompok ini tumbuh. Persoalan yang pertunjukan teater. Akan tetapi, jika
dibicarakan adalah konsep dasar adat- dihitung jumlah pementasannya, sudah
istiadat, budaya, dan kebanyakan mencapai ratusan kali. Selama
mengkiritisi banyak hal dan mencoba produksi itu, Noktah tidak pernah
mengeksplorasinya hingga menjadi mendapat sponsor, baik itu dari
bentuk-bentuk pertunjukan. Akhirnya kalangan usaha maupun dana hibah
KSST Noktah dituntut untuk belajar CSR. Jikapun ada, misal dari Hibah
tentang budaya Minangkabau itu Kelola, itu lebih bersifat kompetisi.
sendiri, belajar tentang permainan anak Sementara itu, pemerintah daerah lebih
nagari, tentang seni tradisional. banyak membantu sebatas kemampuan
Menurut Syuhendri, sejak awal anggaran yang tersedia.
berdiri, Noktah tidak pernah diarahkan Selama ini, menurut Syuhendri,
sebagai suatu wadah untuk bisa dalam mencari biaya produksi
menghasilkan secara ekonomi dan pementasan, Noktah lebih
anggotanya bisa hidup dari kelompok mengandalkan pada hasil sumbangan
ini. Sampai kini jumlah anggota yang orang-orang yang memiliki perhatian
pernah ikut terlibat dan berproses di pada kesenian. Kadang malah
Noktah, mencapai ratusan orang, ditambah dengan sumbangan kerabat
145
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
146
Bahren, dkk, Industri Kreatif Berbasis Potensi Seni dan Sosial Budaya di Sumatera Barat
Gumarang sebagai ikon grup musik menjadi inspirasi bagi produksi musik
yang sukses menginspirasi keduanya kelompok ini, sehingga karya pertama
untuk memilki kelompok musik yang Pentassakral adalah lagu Pesta Desa
tentu saja beda dengan yang sudah ada. yang menceritakan suasana sakral
Selain itu, mendirikan kelompok musik peristiwa Oyak Tabuik itu, yang
yang ideal, juga didukung AA Navis berkisah tentang perang di Padang
(almarhum). Karbala itu.
Kehadiran Pentassakral Saat lagu Pesta Desa selesai,
memang unik. Awalnya, tutur Nina sebenarnya Pentassakral belum
Rianti yang saat itu bekerja di Kanwil memiliki alat-alat musik pendukung.
Departemen Penerangan (Deppen) Beberapa seniman, salah seorang di
Sumatera Barat, kantornya berencana antaranya Mak Etek Anduska dan
membeli alat-alat musik tradisional Sexri Budiman, menyumbang
Minang. Tapi, peralatan musik yang talempong. Dan beberapa kawan-
yang dibeli mengecewakan. Berangkat kawan ikut bergabung, antara lain
dari kekecewaan inilah, ia Atong, Ar, In dan lain sebagainya.
membicarakan persoalan tersebut Pengalaman pertunjukan pertama
kepada Alda Wimar. Maka disepakati, Pentassakral adalah saat diundang
untuk mendirikan kelompok musik panitia Musda AMPI Sumbar di
sesuai dengan apa yang dicita-citakan. Asrama Haji Padang. Pentassakral
Dari sinilah Pentassakral menjadi membawakan dua lagu. Selain Pesta
sebuah kelompok seni musik. Desa dan Laut Bernyanyi, Gelombang
Lalu, sekitar tahun 1990, di Pun Teduh.
Pariaman ada acara ritual Oyak Penampilan Pentassakral yang
Tabuik. Kedua orang pendiri kelompok dinilai banyak kalangan sukses itu,
ini ikut serta meneliti proses ritual menjadi langkah awal untuk
tersebut, sejak mengambil tanah hingga mengembangkan dan menggarap puisi-
membuang tabuik ke laut. Upacara puisi menjadi bentuk aransemen musik,
religius dan sakral ini menjadi inspirasi antara lain puisi Chairil Anwar,
lahirnya nama kelompok musik Yusrizal KW, Alda Wimar, Leon
Pantassakral itu. Prosesi tersebut juga Agusta, dan lain sebagainya.
147
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
148
Bahren, dkk, Industri Kreatif Berbasis Potensi Seni dan Sosial Budaya di Sumatera Barat
alat musik tradisi dengan Barat. Analisis Peta Potensi dan Tantangan
Industri Kreatif di Sumatera Barat
Keunikan alat musik tradisi Minang
itu, nadanya yang minor, seperti Tantangan dalam industri
saluang dan sampelong. Nada dasar kreatif dapat dilihat dalam dua arena
minor ini merupakan tantangan proses kajian, yaitu arena kajian ekonomi dan
kreatif komposer. Sebagai kelompok arena kajian kreatifitas. Tantangan
musik yang memahami betul kondisi utama yang paling mungkin menjadi
kesenian Indonesia yang belum berada pertanyaan dan perdebatan adalah
di posisi penting bagi nmasyarakat, semakin bergesernya makna kreatifitas
Pentassakral tak menerapkan tarif jika dengan nilai-nilai yang lebih tinggi dari
diundang, malah bisa gratis jika iven segi artistik sebagai karya seni budaya.
terkait dengan upaya aksi sosial dan Di sisi lain, karya seni akan menjadi
kemanusiaan. produk barang atau jasa yang laku
Lima tahun terakhir, dijual dalam pasaran seni budaya,
musikalisasi puisi menjadi tren di tanpa mempertimbangkan lebih lanjut
sekolah-sekolah dan masuk dalam aspek segi artistik sebagai karya seni
ekstra kurikuler. Program ini juga budaya. Industri kreatif atau industri
dikembangkan Balai-balai Bahasa di budaya adalah kegiatan yang
Indonesia. Badan Bahasa juga juga bersangkutan dengan produksi dan
mengadakan festival musikalisasi puisi pemasaran barang dan jasa yang
sejak tingkat kota hingga nasional. memiliki konten estetika atau
Personil Pentassakral seringkali semiotika (Scott, 2004). Berbagai
menjadi instruktur dan terlibat dalam penelitian mengungkapkan,
pengembangan ini. Bekerja sama kemunculan industri kreatif sebagai
dengan Balai Bahasa Padang, kini mesin pertumbuhan ekonomi
upaya ini memperlihatkan mencerminkan konjungtur ekonomi
perkembangan positif dimana utusan dan budaya di mana produksi
Sumbar beberapa kali meraih juara komoditas telah menjadi terikat dengan
nasional. Indikator ini memperlihatkan, eksperimen artistik yang menghasilkan
potensi Sumbar untuk pengembangan ketegangan laten antara seni dan
musikalisasi puisi cukup besar. pertimbangan komersial (Gua 2000,
149
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
150
Bahren, dkk, Industri Kreatif Berbasis Potensi Seni dan Sosial Budaya di Sumatera Barat
Tabel 1.
Pemetaan Potensi dan Tantangan Industri Kreatif
Di Sumatera Barat
151
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
152
Bahren, dkk, Industri Kreatif Berbasis Potensi Seni dan Sosial Budaya di Sumatera Barat
153
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
154
Bahren, dkk, Industri Kreatif Berbasis Potensi Seni dan Sosial Budaya di Sumatera Barat
155
EKSPRESI SENI
Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni
Redaksi menerima naskah artikel jurnal dengan format penulisan sebagai berikut:
1. Jurnal Ekspresi Seni menerima sumbangan artikel berupa hasil penelitian
atau penciptaan di bidang seni yang dilakukan dalam tiga tahun terakhir,
dan belum pernah dipublikasikan di media lain dan bukan hasil dari
plagiarisme.
2. Artikel ditulis menggunakan bahasa Indonesia dalam 15-20 hlm (termasuk
gambar dan tabel), kertas A4, spasi 1.5, font times new roman 12 pt,
dengan margin 4cm (atas)-3cm (kanan)-3cm (bawah)-4 cm (kiri).
3. Judul artikel maksimal 12 kata ditulis menggunakan huruf kapital (22 pt);
diikuti nama penulis, nama instansi, alamat dan email (11 pt).
4. Abstrak ditulis dalam dua bahasa (Inggris dan Indonesia) 100-150 kata
dan diikuti kata kunci maksimal 5 kata (11 pt).
5. Sistematika penulisan sebagai berikut:
a. Bagian pendahuluan mencakup latar belakang, permasalahan,
tujuan, landasan teori/penciptaan dan metode penelitian/penciptaan
b. Pembahasan terdiri atas beberapa sub bahasan dan diberi sub judul
sesuai dengan sub bahasan.
c. Penutup mengemukakan jawaban terhadap permasalahan yang
menjadi fokus bahasan.
6. Referensi dianjurkan yang mutakhir ditulis di dalam teks, footnote hanya
untuk menjelaskan istilah khusus.
Contoh: Salah satu kebutuhan dalam pertunjukan tari adalah
kebutuhan terhadap estetika atau sisi artistik. Kebutuhan
artistik melahirkan sikap yang berbeda daripada pelahiran
karya tari sebagai artikulasi kebudayaan (Erlinda,
2012:142).
Atau: Mengenai pengembangan dan inovasi terhadap tari
Minangkabau yang dilakukan oleh para seniman di kota
Padang, Erlinda (2012:147-156) mengelompokkan hasilnya
dalam dua bentuk utama, yakni (1) tari kreasi dan ciptaan
baru; serta (2) tari eksperimen.
7. Kepustakaan harus berkaitan langsung dengan topik artikel.
Contoh penulisan kepustakaan:
Erlinda. 2012. Diskursus Tari Minangkabau di Kota Padang:
Estetika, Ideologi dan Komunikasi. Padangpanjang: ISI
Press.
Pramayoza, Dede. 2013(a). Dramaturgi Sandiwara: Potret Teater
Populer dalam Masyarakat Poskolonial. Yogyakarta:
Penerbit Ombak.
_________. 2013(b). “Pementasan Teater sebagai Suatu Sistem
Penandaan”, dalam Dewa Ruci: Jurnal Pengkajian &
Penciptaan Seni Vol. 8 No. 2. Surakarta: ISI Press.
Simatupang, Lono. 2013. Pergelaran: Sebuah Mozaik Penelitian Seni
Budaya. Yogyakarta: Jalasutra.
Takari, Muhammad. 2010. “Tari dalam Konteks Budaya Melayu”,
dalam Hajizar (Ed.), Komunikasi Tradisi dalam Realitas
Seni Rumpun Melayu. Padangpanjang: Puslit & P2M ISI.
8. Gambar atau foto dianjurkan mendukung teks dan disajikan dalam format
JPEG.