Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Faktor Atrium
Inflamasi
Telah diketahui bahwa stres oksidatif dan inflamasi dapat berperan dalam
timbulnya FA.8,9 Studi yang dilakukan oleh Chung dkk. dikutip dari 9 didapatkan
kadar C- reactive protein (CRP), suatu petanda inflamasi, lebih tinggi
pada pasien dengan FA dibandingkan pada pasien tanpa FA dan pasien
dengan persisten FA mempunyai kadar CRP lebih tinggi dibandingkan
pasien dengan paroksismal FA. Penelitian yang dilakukan Aviles dkk. 8
menunjukkan CRP tidak hanya dihubungkan dengan FA tetapi juga
memprediksi risiko timbulnya FA di masa yang akan datang. Sin dkk. 7 dan
Andreas dkk.20 mendapatkan inflamasi menetap pada pasien PPOK
sedang sampai berat yang ditandai dengan peningkatan kadar CRP.
Kadar petanda inflamasi sistemik lainnya seperti fibrinogen, leukosit dan
tumor necrosis factor (TNF)-α juga meningkat.5 Penyakit paru obstruktif
kronik merupakan penyakit inflamasi sistemik, bukan hanya inflamasi pada
sistem paru saja.1,5,20,21 Beratnya inflamasi yang terjadi berbanding lurus
dengan beratnya PPOK.1
http://www.klikpdpi.com/jurnal-warta/jri-07-07/dr.kardio.htm
9. Patofisiologi penyakit ?
Sumber :
Nasution SA, Ismail D. 2006. Fibrilasi Atrial. Buku Ajar Ilmu
penyakit Dalaml. Ed.3. Jakarta. EGC,
Wattigney WA, Mensah GA, Croft JB (2002). "Increased atrial
fibrillation mortality: United States, 1980-1998". Am. J. Epidemiol
Kesimpulan :
Mekanisme AF terdiri dari 2 proses, yaitu proses aktivasi lokal dan
multiple wavelet reentry.
a. Aktivasi lokal merupakan mekanisme AF yang berasal dari fokus
ektopik yang dominan (vena pulmonalis superior), dimana fokus
ektopik ini menimbulkan sinyal elektrik yang mempengaruhi
aktivitas potensial aksi nodus SA pada atrium.
b. Multiple wavelet reentry merupakan proses potensial aksi yang
berulangualng, melibatkan sirkuit/jalur depolarisasi, tidak
tergantung pada adanya fokus ektopik seperti pada proses aktivasi
lokal dan dipengaruhi oleh pembesaran atrium, pemendekan
periode refractory serta penurunan kecepatan konduksi.
10.Penatalaksanaan penyakit ?
a. Mengurangi denyut jantung
Terdapat 3 jenis obat yang dapat digunakan untuk menurunkan
peningkatan denyut jantung, yaitu obat digitalis, β-blocker dan
antagonis
kalsium. Obat-obat tersebut bisa digunakan secara individual
ataupun
kombinasi.
1. Digitalis
Obat ini digunakan untuk meningkatkan kontraktilitas jantung
dan menurunkan denyut jantung. Hal ini membuat kinerja jantung
menjadi lebih efisien. Disamping itu, digitalis juga memperlambat
sinyal elektrik yang abnormal dari atrium ke ventrikel. Hal ini
mengakibatkan peningkatan pengisian ventrikel dari kontraksi
atrium yang abnormal.
2. β-blocker
Obat β-blocker merupakan obat yang menghambat efek sistem
saraf simpatis. Saraf simpatis pada jantung bekerja untuk
meningkatkan denyut jantung dan kontraktilitas jantung. Efek ini
akan berakibat dalam efisiensi kinerja jantung.
3. Antagonis Kalsium
Obat antagonis kalsium menyebabkan penurunan kontraktilitas
jantung akibat dihambatnya ion Ca2+ dari ekstraseluler ke dalam
intraseluler melewati Ca2+ channel yang terdapat pada membran
sel.
2. Electrical Cardioversion
Suatu teknik memberikan arus listrik ke jantung melalui dua
pelat logam (bantalan) ditempatkan pada dada. Fungsi dari terapi
listrik ini adalah mengembalikan irama jantung kembali normal
atau sesuai dengan NSR (nodus sinus rhythm).
Sumber :
Sumber
Wattigney WA, Mensah GA, Croft JB (2002). "Increased atrial
fibrillation mortality: United States, 1980-1998"
Pada dasarnya AF, tidak memberikan tanda dan gejala yang khas
pada perjalanan penyakitnya. Umumnya gejala dari AF adalah ---
12.Pembagian Disritmia ?
Sumber :
Rahayuningsih, Sri Endah. 2005. Sindrom Wolff Parkinson White. Sari
Pediatri, Vol. 7, No. 2, September 2005: 73 - 76