Vous êtes sur la page 1sur 3

Kondisi Energi

1. Jaminan Pasokan Energi Rendah


Pasokan energi yang rendah dimana Indonesia sebagai negara berkembang
dengan kebutuhan energi yang tinggi, tetapi tidak diimbangi dengan pasokan
energi. Hal ini dapat terlihat dari tidak meratanya pendistribusian energi di
Indonesia. Dimana masih banyak daerah-daerah yang mengalami kelangkaan
BBM, hal yang sama pun terjadi pada sektor energi listrik.

2. Cadangan Energi Fosil Menurun


Pengeksploitasian mintak bumi secara terus menerus mendorong terjadinya
penurunan cadangan energi fosil. Oleh karena itu diperlukan adanya pengelolaan
yang bertanggung jawab serta perlu adanya alternatif energi lain untuk
menopang kebutuhan energi nasional selain dari bahan bakar fosil.

3. Energi Fosil Sebagai Komoditi ekspor


Ekspor Indonesia pada Januari– Oktober 2017 mencapai volume 449.859,6
ribu ton dengan nilai US$138.617,1 juta, yang terdiri dari US$12.948,4 juta hasil
ekspor minyak bumi dan gas dan US$125.668,7 juta hasil ekspor komoditi
nonmigas. Dapat dilihat dari data diatas bahwa nilai sumbangsih minyak bumi
terhadap ekspor masih menyentuh angka 90% dari total nilai US$138.617,1 juta.
Ekspor yang dilakukan ini terjadi karena Indonesia yang masih belum
mampu untuk memanfaatkan SDA nasional dengan optimal. Oleh karena itu
perlu adanya pengembangan pada sektor energi agar tercipta ketahan energi
nasional yang baik.

4. Pengelolaan Belum Efisien, Upaya Konservasi Dan Kelestarian Lingkungan


Hidup Rendah
Indonesia memiliki sumber daya yang melimpah tetapi pengelolaan nya
masih belum efisien. Dimana dari sektor energi terbarukan, potensi energi panas
bumi mencapai 28.543 MW namun baru dimanfaatkan 1.341 MW.
Pengeksploitasian sumber daya alam juga masih belum diikuti dengan upaya
kelestarian lingkungan. Hal ini dapat membahayakan lingkungan hidup, akibat
kerusakan yang terjadi. Maka diperlukan pengelolaan secara bertanggung jawab
agar lingkungan tetap terjaga kelestariannya.
5. Kondisi Geopolitik Dunia dan Isu Lingkungan Global
Dinamika geopolitik global dalam beberapa dekade terakhir bergerak sangat
cepat dan cenderung tidak dapat diprediksi. Hal ini sedikit banyak telah
mempengaruhi kondisi geopolitik nasional.Perubahan geopolitik global sedikit
banyak dapat mempengaruhi ketahanan nasional. Oleh karena itu penting untuk
terciptanya kemandirian energi agar Indonesia tetap bertahan.
Isu lingkungan global seperti iklim dan dan pemanasan global menjadi
masalah yang harus diperhatikan Indonesia juga. Sedikit banyak masalah
lingkungan global akan mempengaruhi ketahanan nasional Indonesia. Perlu
adanya rasa tanggung jawab bersama dari seluruh negara dunia untuk menangani
isu lingkungan global.
6. Harga belum sesuai keekonomian
Harga bahan bakar yang tidak sesuai dengan kemampuan ekonomi
masyarakat Indonesia yang dibuktikan dengan adanya subsidi BBM yang
dilakukan pemerintah. Subsidi yang dilakukan pemerintah pun masih kurang
tepat sasaran, yang bertujuan untuk menopang masyarakat kurang mampu tetapi
masih banyak masyarakat menengah keatas bahkan industri yang menggunakan
subsidi tersebut. Kebijakan yang dilakukan pemerintah pada harga BBM hanya
bersifat responsif berdasarkan harga minyak dunia dan keadaan masyarakat yang
dibuktikan dengan sering terjadinya kenaikan dan penurunan harga BBM.
Tercatat bahwa di era Megawati Soekarnoputri, harga BBM sempat naik empat
kali. Sedangkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, 2004-2014, dia tercatat
tujuh kali menaikkan harga BBM. Pengumuman lazimnya dilakukan oleh
menteri terkait. Namun, terkait penurunan harga menjelang masa
kepemimpinannya di periode pertama, Januari 2009. Sedangkan pada era Jokowi
terjadi beberapa kali kenaikan harga BBM yang terjadi karena naiknya harga
minyak dunia.

7. Cadangan Penyangga Belum Tersedia


Penyediaan energi terbesar masih berasal dari bahan bakar fosil, yang
menyebabkan kebutuhan yang tinggi dari energi fosil. Ketergantungan pada
bahan bakar fosil ini menyebabkan ketahan energi nasional menjadi rentan. Oleh
karena itu diperlukan opsi lain sebagai cadangan penyangga energi nasional,
agar terciptanya ketahan energi yang lebih baik.

8. Pemanfaatan EBT Belum Optimal


Kendati energi terbarukan merupakan sumber utama yang mensubsitusi
energi fosil pada penyediaan energi nasional di masa mendatang, namun
pemanfaatannya masih belum optimal. Salah satunya pada panas bumi, potensi
energi panas bumi yang terkandung di Indonesia mencapai 28.617 megawatt,
akan tetapi pemanfaatannya hanya sekitar 1.341 megawatt atau setara dengan
4,7%.
9. Kapasitas Litbang, Industri dan Infrastruktur Belum Optimal
Keterbatasan teknologi dan infrastruktur menyebabkan pengolahan energi
dalam negeri menjadi belum optimal. Perhatian pemerintah terhadap litbang
pada awal pembangunan cukup tinggi, dan selanjutnya turun secara drastis
menuju keadaan stagnan. Hal ini perlu diperbaiki dan menjadi fokus pemerintah
agar pengelolaan energi dapat efektif dan kedepannya dapat menciptakan
ketahanan energi yang lebih baik.

10. Akses Masyarakat terhadap Energi Rendah


Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau, yang
menyebabkan susahnya akses energi kepada masyarakat secara merata. Masih
banyak masyarakat Indonesia khususnya di pedesaan yang belum terjamah oleh
energi listrik. Oleh karena itu perlunya pemerintah dalam memberikan akses
infrastruktur agar seluruh masyarakat Indonesia dapat menikmati energi demi
terciptanya ketahanan energi nasional dan kesejahteraan bersama.

11. Kebutuhan Energi Tinggi


Indonesia adalah negara yang masih berkembang, maka efisiensi dari
kebutuhan energinya pun tinggi. Selain itu dengan jumlah penduduk yang besar,
permintaan energi pun besar juga. Diperkirakan kebutuhan energi Indonesia
akan meningkat pada 2025 mencapai 101 Juta TOE ( 1 Ton Oil Equivalent = 7.4
bbl), pada tahun 2050 mencapai 260 Juta TOE, kenaikan kebutuhan BBM rata-
rata 2.7% per-tahun.

Vous aimerez peut-être aussi