Vous êtes sur la page 1sur 5

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

KSM PARU

RSUD Dr. MOEWARDI

ABSES PARU

Abses paruadalahpengumpulansetempatcairanterinfeksi, berupa pus


1. Pengertian (Definisi) ataujaringannekrotiksupuratif, dalamsuatukavitasyang
terbentukakibatpenghancuranjaringansekitarnya (parenkim paru).

Manifestasi klinik abses paru mungkin mirip dengan gejala awal pneumonia atau kondisi
penyakit dasar yang lain.

 Demam
 batuk produktif
 kehilangan berat badan
2. Anamnesis  nyeri dada
 rasa berat di dada
 malaise
 petanda patognomonik infeksi anaerob adalah napas berbau atau sputum berbau
busuk
 hemoptisis
hasil pemeriksaan fisik dapat bervariasi dan berhubungan dengan kondisi penyakit sekunder
yang mendasari misalnya pneumonia atau efusi pleura, juga tergantung pada
mikroorganisme yang terlibat, berat dan perluasan penyakit serta kondisi komorbid yang
ada.
 Demam

3. Pemeriksaanfisik  Apabila terjadi konsolidasi akan ditemukan penurunan suara napas, perkusi paru redup,
suara napas bronchial dan ronki saat inspirasi.
 Setelah kaviti terbentuk dapat muncul suara napas amforik pada daerah paru yang
terkena.
 Pada abses paru kronik akan memperlihatkan clubbing fingers (jari tabuh), efusi pleura
dan kakeksia.
 Jari tabuh dapat terjadi pada 20% pasien.
4. Kriteria diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
5. Diagnosis Kerja Abses paru

1. Empiema
6. Diagnosis banding
2. bullae terinfeksi
3. Tumor paru
 Foto toraks menunjukkan rongga berisi udara dan cairan dalam paru dengan air
fluid level. Abses di perifer dengan foto toraks biasa kemungkinan sulit dibedakan
dengan empiema terlokalisir dengan fistula bronkopleural sehingga diperlukan
pemeriksaan CT-scan toraks.
 Diagnosis penyebab spesifik abses paru tergantung pada pemeriksaan mikrobiologi.
Kultur sputum yang dibatukkan tidak dapat digunakan untuk konfirmasi karena
Pemeriksaanpenunja
7. kemungkinan kontaminasi kuman gram negative dan Staphylococcus aureus yang
ng
berkolonisasi di orofaring sehingga kultur sputum sulit dipercaya dalam
menentukan kuman penyebab.
Untukmemperolehhasilanalisismikrobiologi yang
bebaskontaminasibisadilakukankurasanbronkoalveolar (bronchoalveolar
lavage=BAL), protected specimens bronchoscopy (PSB), transthoracal aspiration
(TTA), percutaneus lung aspiration danpercutaneustranstracheal aspiration.

pemberian antibiotik sesuai empiris dilanjutkan sesuai dengan kultur resistensi. Sambil menunggu
hasil kultur, agar terapi lebih efektif, diberikan terapi beradasarkan data empiris dan terutama
ditujukan untuk melawan bakteri anaerob sebagai penyebab terbesar abses paru. Lama terapi

8. Terapi tergantung pada respons klinis dan radiologis pasien, bisa diberikan 4-6 minggu kemudian
dilanjutkan sampai didapatkan perbaikan klinis dan radiologis. Pada tahap awal diberikan
antibiotik intravena sampai pasien tidak demam dan menunjukkan perbaikan klinis (4-8 hari)
diikuti terapi oral 6-8 minggu. Bila respons terapi buruk, perlu dipertimbangkan penyebab lain
misalnya obstruksi benda asing, keganasan, infeksi bakteri resisten, mikobakteria atau jamur.
 Drainase perkutan
Dilakukan apabila tidak berhasil dengan terapi medis dan drainase postural. Tindakan
lebih mudah bila abses terletak di perifer. Untuk meningkatkan keberhasilan terapi,
tindakan ini dapat dipandu dengan CT-scan toraks, fluoroskopi atau ultrasonografi
(USG). Antibiotik intravena sebaiknya tetap dilanjutkan selama dan setelah drainase
perkutan. Indikasi khusus drainase perkutan adalah tension abses yaitu perubahan
mediastinal, pergeseran fisura, pergerakan diafragma ke bawah, kontaminasi paru
kontralateral, tanda sepsis setelah 72 jam pemberian antibiotik, ukuran abses lebih dari 4
cm, peningkatan ukuran abses, peningkatan fluid level dan ketergantungan ventilator
yang persisten.
 bronkial toilet dengan bronkoskopi
 Pembedahan
Sebelum era antibiotik ditemukan sebagai terapi abses paru, terapi bedah sangat luas
digunakan namun sekarang hanya sekitar 10%. Intervensi bedah berupa reseksi atau
lobektomi biasanya dilakukan bila terdapat komplikasi misalnya ukuran abses > 6 cm,
hemoptisis massif, empiema, obstruksi bronchial, fistel bronkopleural, kecurigaan kanker
secara klinis dan kegagalan terapi konservatif (4-6 minggu).
Fisioterapi
Fisioterapi dada terdiri atas latihan pernapasan, latihan batuk, perkusi dada, dan drainase
postural. Drainase postural akan membantu pasien membersihkan materi purulen
sehingga mengatasi gejala dan memperbaiki pertukaran gas. Fisioterapi sebaiknya dikerjakan
pada semua pasien terutama pasien dengan produksi sputum yang banyak dan ukuran air-fluid
level yang besar.
9 Kompetensi spesialisparu

Merah Kuning Hijau Biru


Diagnosis 1 2 3 3
10 Kompetensi PPDS
Pengelolaan 1 2 3 3
Medis
Prosedur 1 2 3 3
1. oral hygiene
2. penjelasan tentang penyakit dasar
11. Edukasi
3. prognosis penyakit
4. tindakan yang akan dilakukan
5. komplikasi penyakit
Ad vitam : Dubia ad bonam/ malam
12. Prognosis Ad sanam : Dubia ad bonam/ malam
Ad fungsionam : Dubia ad bonam/ malam
Diagnosis : I
13. Tingkat evidens
Terapi : I

1. Prof. DR. Suradi, dr.Sp.P(K), MARS


2. DR.dr. Eddy Soerjanto, Sp.P(K)
3. dr. Yusup Subagyo S, Sp.P(K)
14. Penelaahkritis 4. dr. Ana Rima, Sp.P(K)
5. DR.dr. Reviono, Sp.P(K)
6. DR. dr. Harsini, Sp.P(K)
7. dr. Jatu Aphridasari, Sp.P(K)
8. dr. A. Farih Raharjo, SpP, M.Kes
9. dr. Dewi Makhabah, Sp.P, M.Kes
1. Pemeriksaan fisik paru didapatkan suara napas vesikuler.
15. Indikatormedis 2. Suhu tubuh ≤37,8°C
3. Perbaikan radiologis ditandaiinfiltrat pneumonia menghilangdanabsesmengecil,
biasanyadalamwaktu 2 – 3 bulantergantungbesarnyaabses.
4. Pemeriksaan mikrobiologis kuman penyebab menjadi steril
1. PerhimpunanDokterParu Indonesia. Abses paru
16. Kepustakaan 2. Mason: Murray and Nadel’s Textbook of Respiratory medicine, 4th edition. Lung Abscess.
2005. Saunders Elsevier
Surakarta,
KomiteMedik Ketua KSM Paru
Ketua

Prof. DR. Suroto, dr. Sp.S(K) dr. YusupSubagioSutanto, Sp.P(K)


NIP. NIP.

Direktur RSUD DrMoewardi

dr. EndangAgustina, M.Kes

Vous aimerez peut-être aussi