Vous êtes sur la page 1sur 3

Antara Bulan Dan Bintang

Ketika malam mulai menampakkan diri, bulan terlihat menerangi, seakan dialah benda
paling indah di angkasa. Meskipun dia sendiri tahu, bintanglah yang selalu menyinarkan
cahaya yang begitu nyaman untuk bumi. Bintang juga yang membuat bulan dapat memiliki
cahaya.
Dengan kerendahan hatinya, bintang seakan tidak mempedulikan semua pujian untuk
bulan, mereka dengan setia tetap menemani malam kelam di bumi.
Ketika semua orang sibuk memuji bulan, bintang hanya bisa tersenyum, tidak ada sedikitpun
kedengkian yang menyelimutinya.

“Wahai bintang, kenapa kamu tetap diam, padahal bulan yang selalu dipuji untuk kerja
kerasmu?” tanya bumi suatu malam.
Dengan senyuman yang begitu manis, bintang menjawab dengan kelembutannya. “Lalu aku
harus bagaimana? Bukankah itu memang tugasku untuk menemani malam yang begitu
mencekam? Apakah aku harus iri? Padahal Dia tidak pernah marah meskipun hamba-Nya
lupa.”

“Apa kamu benar-benar tidak ingin menerima pujian?” tanya Angin yang ikut dalam
pembicaraan.
“Meskipun tidak dipuji, apa itu membuat sinarku menghilang? Tidak.., aku tidak butuh
pujian untuk menemani malam.”

“Apa kamu tidak ingin menjadi bulan?” tanya bumi lagi. Dengan tersenyum bintang
menggeleng lembut.
“Aku menyukai diriku apa adanya, meskipun banyak yang memuji bulan, tetap ada yang
tahu bahwa aku yang menemani malam mereka. Itu sudah cukup untukku. Aku hanya ingin
hidup bahagia dengan menjadi diriku sendiri.”

Begitulah sang bintang, meskipun banyak yang tidak mempedulikannya, dia tetap
menjalankan tugasnya tanpa merasa terbebani. Hatinya terlalu suci untuk merasa iri kepada
bulan. Meskipun banyak yang memuji bulan atas apa yang ia kerjakan, itu tidak
membuatnya marah ataupun memusuhi bulan. Dia sangat dekat dengan sang bulan.
Pensil Ajaib

Siang hari yang cerah Rara sedang membaca buku di kasurnya, tetapi tiba tiba saja ia
mengingat sesuatu. “oh ya kan ada pr bahasa inggris.” katanya sambil beranjak menunju
meja belajarnya. Tapi tiba tiba… Tring, ada suara benda yang jatuh. “apa ya?” setelah dilihat
oleh Rara adalah sebuah pensil. “wah, pensilnya bagus, aku pake buat ngerjain pr ah.” kata
Rara.

Tapi, tiba tiba pensil itu langsung mengerjakan pr Rara sendiri, dan hasilnya semuanya
benar. “wah kalo gini aku bisa jadi bintang kelas deh.” ucap Rara senang.

Akhirnya pun gara gara pensil itu nilai Rara naik, dan Rara menjadi bintang kelas.

Tapiii pada suatu hari. “makasih ya pensil gara gara kamu aku jadi bintang kelas” ucap Rara.
Tapi pada saat Rara memegang pensil itu ada anak laki laki yang sedang bermain kejar
kejaran dan Alhasil pensil itu terlempar entah ke mana. Rara pun menangis tersedu sedu.

Malamnya Rara masih sedih atas kehilangan pensilnya, ia bingung padahal besok ada
ulangan matematika, tapi pensilnya sudah hilang, Rara pun berpikir untuk apa dia nangis, itu
kan tak ada gunanya, setelah itu Rara menyadari bahwa yang harus ia lakukan sekarang
adalah belajar B-E-L-A-J-A-R, setelah itu Rara pun langsung belajar.

Hari ini adalah pembagian hasil nilai ulangan mtk, yang sudah dilaksanakan kemarin, Rara
sangat khawatir ia berharap nilainya tidak hancur. “Rara semangat kamu mendapat nilai
100.” kata Bu Fira sambil tersenyum. Rara tak percaya ia sangat bahagia, sekarang hasil
kerja kerasnya tak sia sia.
Irene Si Peri Yang Baik Hati

“Irene.. tolong ibu sebentar nak!!” panggil ibu Irene.


“tolongin apa bu?” tanya Irene.
“tolong antarin kue ini ke Ratu Peri Ranty.” pinta ibu Irene.
“Iya bu.. Irene pergi dulu ya..” pamit Irene
“IYa.. hati hati Rene” jawab ibu Irene.

Irene pun membawa kue itu ke Kerajaan Ratu Peri Ranty. Di tengah perjalanan, Irene
bertemu dengan seorang anak dan ibunya yang sepertinya miskin.

Bruk!! Tiba tiba anak itu terjatuh bersama ibunya. Kaki mereka berdua berdarah. Anak itu
pun menangis
“Ibu.. kaki Ani berdarah” tangis anak yang ternyata bernama Ani
“Ani. jangan nangis ya. Sini ibu gendong, sekarang naik ke punggung ibu. Sekarang kita
pulang ke rumah dulu. Nanti di rumah ibu obati.” jawab ibu itu kepada anaknya.

Irene yang melihat itu langsung heran dan iba. Heran karena sebanyak itu orang di sana,
tidak ada ibu itu ditolongnya. Iba karena mereka kesakitan di tengah kerumunan orang
orang yang bahagia. Irene pun langsung menolong ibu dan anaknya itu.
“Bu.. Sini saya bantu ibu.” tawar Irene.
Irene pun mengoleskan obat ke luka ibu dan anak itu. Irene juga memberikan kue itu ke Ibu
itu.

Cringg!! Cahaya silau pun menyilaukan mata Irene. Sekejap, Ibu itu berubah menjadi Ratu
Peri. Ratu Peri memilih Irene sebagai Ratu di sana karena kebaikan hati Irene. Akhirnya Irene
menjadi Ratu yang bijaksana.

Vous aimerez peut-être aussi