Vous êtes sur la page 1sur 8

Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan interaksi obat?


2. Apa yang dimaksud dengan interaksi farmasetik?
3. Apa jenis-jenis interaksi farmasetik (inkompabilitas)?
4. Bagaimana pencegahan interaksi farmasetik?
5. Apa saja contoh obat yang berinteraksi secara farmasetik?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Interaksi Obat


Interaksi obat merupakan satu dari delapan kategori masalah terkait obat (drug-
related problem) yang diidentifikasi sebagai kejadian atau keadaan terapi obat yang
dapat mempengaruhi outcome klinis pasien. Sebuah interaksi obat terjadi ketika
farmakokinetika atau farmakodinamika obat dalam tubuh diubah oleh kehadiran satu
atau lebih zat yang berinteraksi.
Interaksi obat adalah peristiwa dimana aksi suatu obat di ubah atau dipengaruhi
oleh obat lain yang di berikan bersamaan. Interaksi obat terjadi jika suatu obat
mengubah efek obat lainnya. Kerja obat yang diubah dapat menjadi lebih atau kurang
Aktif. Pengobatan dengan beberapa obat sekaligus (Poifarmasi) yang menjadi
kebiasaan para dokter memudahkan terjadinya interaksi obat. Suatu survey yang di
laporkan pada tahun 1997 mengenai Polifarmasi pada penderita yang dirawat di rumah
sakit menunjukkan bahwa insidens efek samping pada penderita yang mendapat 0-5
macam obat adalah 3,5%, sedangkan yang mendapat 16-20 macam obat adalah 54%.
Peningkatan insidens efek samping yang jauh melebihi Peningkatan jumlah obat yang
di berikan bersama ini diperkirakan akibat terjadinya interaksi obat yang juga makin
Meningkat.
Insiden interaksi obat yang penting dalam klinik sukar diperkirakan karena (1)
dokumentasinya masih sangat kurang; (2) seringkali lolos dari pengamatan karena
kurangnya pengetahuan para dokter akan mekanisme dan kemungkinan terjadinya
interaksi obat, sehingga interaksi obat berupa peningkatan toksisitas seringkali
dianggap sebagai reaksi idiosinkrasi terhadap salah satu obat, sedangkan interaksi
berupa penurunan efektivitas seringkali diduga akibat bertambahnya keparahan
penyakit, selain itu terlalu banyak obat yang saling berinteraksi sehingga sulit untuk
diingat; dan (3) kejadian atau keparahan interaksi dipengaruhi oleh variasi individual
(populasi tertentu lebih peka misalnya pasien lanjut usia atau yang berpenyakit parah,
adanya peredaan kapasitas metabolisme antar individu, termasuk polimorfisme
genetik), penyakit tertentu (terutama gagal ginjal atau penyakit hati yang kronik, dan
penyakit yang mengurangi aliran darah ke hati atau ginjal, misalnya penyakit jantung
kongestif), dan faktor-faktor lain.

B. Interaksi Farmasetik
Interaksi farmasetik atau inkompabilitas merupakan interaksi yang terjadi
karena adanya perubahan atau reaksi fisika dan kimia antara dua obat atau lebih
yang dapat dikenal atau dilihat, yang berlangsung di luar tubuh dan mengakibatkan
aktivitas farmakologik obat tersebut hilang atau berubah.
Interaksi ini adalah interaksi fisiko kimia yang terjadi pada saat obat
diformulasikan atau disiapkan sebelum obat digunakan oleh penderita. Misalnya
interaksi antara obat dan larutan infus intravena yang dicampur bersamaan dapat
menyebabkan pecahnya emulsi atau terjadi pengendapan.
Interaksi ini terjadi diluar tubuh ( sebelum obat di berikan) antara obat yang tidak
bisa di campur (inkompatibel). Pencampuran obat demikian menyebabkan terjadinya
interaksi langsung secara fisika atau kimiawi, yang hasilnya mungkin terlihat sebagai
pembentukan endapan, perubahan warna dan lain-lain, atau mungkin juga tidak
terlihat. Interaksi ini biasanya berakibat inaktivasi obat. Beberapa tindakan untuk
menghindari interaksi farmasetik yaitu:
a) Jangan memberikan suntikan campuran obat kecuali kalau yakin betul bahwa
tidak ada interaksi antar masing-masing obat
b) Dianjurkan sedapat mungkin juga menghindari pemberian obat bersama-sama
lewat infus
c) Selalu memperhatikan petunjuk pemberian obat dari pembuatnya
(manufacturer leaflet), untuk melihat peringatan-peringatan pada pencampuran
dan cara pemberian obat (terutama untuk obat-obat parenteral misalnya injeksi
infus dan lain-lain)
d) Sebelum memakai larutan untuk pemberian infus, intravenosa atau yang lain,
diperhatikan bahwa perubahan warna, kekeruhan, dari larutan
e) Siapkan larutan hanya kalau diperlukan saja
f) Botol infus harus selalu diberi label tentang jenis larutannya, obat-obatan yang
sudah di masukkan, termasuk dosis dan waktunya.
g) Jika harus memberi per infus dua macam obat, berikan 2 jalur infus, kecuali
kalau yakin tidak ada interaksi
C. Jenis-Jenis Interaksi Farmasetik

Inkompatibilitas obat dapat dibagi atas 3 golongan :


1. Inkompatibilitas terapeutik.
Inkompatibilitas golongan ini mempunyai arti bahwa bila obat yang satu
dicampur/dikombinasikan dengan obat yang lain akan mengalami perubahan-
perubahan hingga sifat kerjanya dalam tubuh (in vivo) berlainan dari pada yang
diharapkan. Hasil kerjanya kadang-kadang menguntungkan, namun dalam
banyak hal justru merugikan dan malah dapat berakibat fatal. Sebagai contoh,
Absorpsi dari tetrasiklin akan terhambat bila diberikan bersama-sama dengan
suatu antasida (yang mengandung kalsium, aluminium, magnesium atau
bismuth). Fenobarbital dengan MAO² inhibitors menimbulkan efek potensiasi
dari barbituratnya. Kombinasi dari quinine dengan asetosal dapat menimbulkan
chinotoxine yang tidak dapat bekerja lagi terhadap malaria. Mencampur hipnotik
dan sedatif dengan kafein hanya dalam perbandingan yang tertentu saja itupun
harus diperhatikan bahwa mengkombinasikan berbagai antibiotik tanpa indikasi
bakteriologis yang layak sebaiknya tidak dianjurkan.
2. Inkompatibilitas fisika.
Yang di maksudkan di sini adalah perubahan-perubahan yang tidak diinginkan
yang timbul pada waktu obat dicampur satu sama lain tanpa terjadi perubahan-
perubahan kimia. Contoh :
a. Meleleh atau menjadi basahnya campuran serbuk.
Meleleh atau menjadi basahnya campuran serbuk.Terjadi karena
titik lebur campuran lebih rendah dari temperatur kamar. Jika dua
macam serbuk yang kering dicampurkan dan terjadi lelehan atau campuran
menjadi lembab. Hal ini dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
 Penurunan titik cair
 Penurunan tekanan uap relatif. Dalam beberapa hal, melelehnya
suatu campuran serbuk disebabkan karena campurannya lebih
higroskopis dari pada masing-masing zatnya. Higroskopisnya suatu zat
tergantung dari tekanan uap dari larutan jenuh zat tersebut. Jika tekanan uap
ini lebih kecil dari pada derajat kelembaban rata-rata dari udara maka zat
tersebut akan menarik air dari udara dan meleleh.
 Bebasnya air hablur, disebabkan oleh terbentuk suatu garam rangkap dengan
air hablur yang lebih sedikit dari pada garam-garam penyusunnya atau
bebasnya air disebabkan oleh terjadinya suatu rekasi kimia.
b. Tidak dapat larut dan obat-obat yang apabila disatukan tidak dapat
bercampur secara homogen.
Pada pencampuran bahan obat - obatan kemungkinan campuran yang
terbentuk tidak serba sama hal ini disebabkan oleh pencampuran zat-zat padat
dan zat-zat cair. Zat-zat padat tersebut tidak dapat larut dalam zat cair atau jika kita
mencampurkan zat-zat cair yang tidak bercampur.
c. Penggaraman (salting out).
Yang diartikan dengan penggaraman ialah pengurangan kelarutan dari zat -
zat dengan jalan menambahkan garam - garam atau zat - zat yang dapat larut ke
dalam larutannya sehingga zat tersebut tidak lagi dalam keadaan terlarut.
Peristiwa ini tergantung dari konsentrasi. Hal ini juga sangat penting untuk garam-
garam alkaloida dan bahan-bahan yang berkhasiat keras lainnya, karena jika
bahan - bahan tersebut tidak dapat larut akan mengendap pada dasar botol dan
dengan jalan pengocokan sukar membagikannya sama rata. Sehingga ada
kemungkinan bahwa penderita akan meminum obatnya dengan takaran yang
terlampau besar pada sendok yang terakhir.
d. Adsorpsi obat yang satu terhadap obat yang lain.
Adsorpsi adalah suatu peristiwa fisika yang harus diperhatikan. Macam
bahanyang dapat mengadsorpsi misalnya: Carbo adsorben, carbo ligni, bolus
alba, kaolin,dan MgO. Carbo dapat mengadsorpsi zat-zat elektronegatif
maupun elektropositif oleh sebab itu carbo dapat dikatakan sebagai
pengabsorpsi umum. Bolus alba dan kaolin mengadsorpsi alkaloida -
alkaloida dan zat-zat warna yang basa. Zat-zat yang telah diikat dengan jalan
adsorpsi pada umumnya sukar dilepaskan oleh zat pengadsorpsi. Kombinasi dari
bahan-bahan pengadsorpsi yang kuat dengan garam alkaloida harus dihindarkan
karena sesudah diadsorpsi alkaloida sangat sukar terlepas dari zat
pengadsorpsi sehingga tidak berkhasiat atau khasiatnya berkurang.
3. Inkompatibilitas kimia.
Yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada waktu pencampuran obat
yang disebabkan oleh berlangsungnya reaksi kimia/interaksi. Termasuk di sini
adalah :
 Reaksi-reaksi di mana terjadi senyawa baru yang mengendap.
 Reaksi antara obat yang bereaksi asam dan basa.
 Reaksi yang terjadi karena proses oksidasi/reduksi maupun hidrolisa.
 Perubahan-perubahan warna.
 Terbentuknya gas dll.
 Bahan pembantu obat

Suatu obat jadi pada umumnya terdiri dari bahan obat berkhasiat dan bahan
pembantu. Inkompatibilitas obat sering pula diakibatkan oleh bahan pembantu ini.
Hal ini terjadi karena bahan pembantu yang digunakan dalam obat jarang
dicantumkan pada etiket obat jadi (hanya diketahui oleh produsen saja). Akibatnya
di luar pengetahuan dokter yang akan menggunakan obat, khususnya pada waktu
dicampur dengan obat lain mungkin timbul kelainan-kelainan yang
tidak diinginkan. Kiranya untuk ini dapat diberikan sebuah contoh kasus yang
pernah terjadi. Propyl gallate (derivat phenol) merupakan bahan pembantu yang
berfungsi sebagai zat antioksidan. Bahan ini sering ditambahkan ke dalam preparat-
preparat yang mengandung bahan berkhasiat yang mudah teroksidasi, misalnya
preparat oxitetrasiklin injeksi dll.Bila preparat ini dicampur dengan preparat lain
yang mengandung zat besi, maka akan terjadi reaksi kimia yaitu terbentuk senyawa
baru (besi-phenolat) dan tergantung dari kepekatannya dapat berwarna biru sampai
biru tua. Karenalarutan obat suntik semula berwarna kuning (oxitetrasiklin),maka larutan
akhirnya akan nampak berwarna kehijauan.Peristiwa di atas bisa terjadi melalui
pemakaian satu jarum suntik yang sama untuk pengambilan dua jenis preparat
secara beruntun.

D. Pencegahan Interaksi Farmasetik


1. Obat intravena diberikan secara suntikan bolus
2. Hindari pemberian obat lewat cairan infus kecuali cairan glukosa dan salin
3. Hindari pencampuran obat dalam cairan infus atau jarum suntik
4. Baca petunjuk pemakaian obat dari brosur.
5. Mencampur cairan infus dengan seksama dan diamati adanya perubahan.
Tidak ada perubahan belum tentu tidak ada interaksi
6. Penyiapan larutan obat hanya kalau diperlukan.
7. Bila lebih dari satu obat yang diberikan secara bersamaan, gunakan jalur
infus yang berbeda kecuali yakin tidak ada interaksi
8. Jam pencampuran obat dalam cairan infus harus dicatat dalam label, dan ditulis
kapan infus harus habis.

E. Contoh-Contoh Interaksi Farmasetik


1. Terbentuk Zat beracun
 Asetosal + Chinine = Chinotoxin
 Asetosal + Cinchonin = Cinchonotoxin
 Calomel + Kalii Iodium = Hydrargyri Iodium
2. Terbentuk Endapan
 Argentii Nitras + Solutio NaCl fisiologik = AgCl
 Obat suntik Tetrasiklin HCl + Cortison / phenobarbital / dexfrose 5% =
Larutan keruh.
 Siprofloksasin dikombinasikan dengan sodium amoksisilin dapat
menyebabkan terjadinya pengendapan.
 Siprofloksasin ditambahkan aminophylin pada suhu 25º C selama 4 jam
dapat menyebabkan pengendapan.
 Levofloksasin dikombinasi dengan acylovir dapat menyebabkan kekeruhan
dan pengendapan.
 Oksitetrasiklin HCl + Difenhidramin = membentuk endapan/ presipitat.
3. Hidrolisis
 Serbuk aspirin (asam) + Na-bikarbonat (garam alkali) = gummy (aspirin
terhidrolisis).
4. Degradasi Sinar Matahari
 Fenitoin Na menyebabkan kekeruhan.
 Teofilin menyebabkan perubahan warna
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howard. 2011. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI Press.


Gunawan, dkk. 2007. Farmakologi Dan Terapi Edisi V. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Harkness, R. 1989, Interaksi Obat, diterjemahkan oleh Goeswin Agoes dan Mathilda S.
Widianto, Institut Teknologi Bandung, Bandung 9-10.
Piscitelli, S. C., & Rodvold, K. A. (2005). Drug Interaction in Infection Disease Second
Edition. New Jersey: Humana Press.
Setiawati, A. 2013. Interaksi obat, dalam Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta: Gaya Baru.
Tjay, Tan Hoan, dkk. 2007. Obat-Obat Penting. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

Vous aimerez peut-être aussi