Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Puji dan syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa atas hikmat dan karunia-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini adalah bagian dari penugasan II yang
terkait dengan penyakit neuroinfeksi, di mana makalah ini akan membahas mengenai definisi
Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan
bantuan, bimbingan serta dukungan sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu. Harapan
saya semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi pembaca. Saya sadar sepenuhnya
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, saya sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun demi tercapainya kesempurnaan makalah ini.
PENULIS
Abses serebri| 1
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
PARKINSON DISEASE
A. Definisi ........................................................ 4
B. Epidemiologi ........................................................ 4
C. Etiopatogenesis ........................................................ 5
D. Manifestasi Klinis ........................................................ 8
E. Penatalaksanaan ........................................................ 10
PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................ 11
Abses serebri| 2
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu penyakit infeksi yang paling berbahaya dari sistem saraf pusat
(SSP) adalah abses serebri. Abses serebri adalah infeksi fokal, intraserebral, yang
awalnya berada di area lokal serebritis, kemudian berkembang menjadi sekumpulan
nanah dan dikelilingi oleh kapsul. Penyakit ini menyebabkan kerusakan signifikan
pada sistem saraf pusat dan merupakan masalah kesehatan di dunia, dengan
morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi (Miranda et al, 2013).
Abses serebri lebih sering terjadi pada laki-laki dan dalam empat dekade
terakhir, penyakit ini memiliki angka kesakitan atau morbiditas paling tinggi. Abses
serebri masih menjadi masalah utama pada fasilitas pelayanan kesehatan di seluruh
dunia, terutama di negara berkembang terkait dengan kemiskinan, buta huruf, dan
kurangnya kebersihan (Miranda et al, 2013). Oleh karena itu kita sebagai dokter perlu
mengetahui informasi mengenai penyakit ini.
B. Tujuan Penulisan
Abses serebri| 3
ABSES SEREBRI
A. Definisi
Abses serebri adalah infeksi fokal, intraserebral, yang awalnya berada di area
lokal serebritis, kemudian berkembang menjadi sekumpulan nanah dan dikelilingi
oleh kapsul. Abses seringnya terjadi di hemisferium serebri, kemudian di serebelum,
dan sangat jarang bahkan hampir tidak pernah ditemukan di batang otak (Miranda et
al, 2013; Mardjono dan Sidharta, 2012).
B. Epidemiologi
C. Etiopatogenesis
Penyebab utama infeksi atau faktor predisposisi abses serebri, usia pasien,
penyakit yang mendasari atau status kekebalan tubuh dan penggunaan antibiotik
sebelumnya menentukan hasil akhir pada pasien dengan abses serebri. Pembentukan
abses serebri dapat terjadi bersebelahan, hematogen atau dengan metastasis. Biasanya
abses terletak di daerah alba, karena perdarahan pada lokasi tersebut kurang intensif
dibandingkan dengan daerah kelabu. Reaksi awal dari jaringan otak terhadap bakteri
yang bersarang di daerah tersebut adalah edema dan kongesti yang kemudian disusul
dengan pelunakan dan pembentukan nanah (Muzumdar et al, 2011; Mardjono dan
Sidharta, 2012)
Abses serebri| 4
Perkembangan abses serebri dibagi menjadi 4 stages. Tahap pertama, early
serebritis berlangsung 1 – 4 hari, tahap kedua, late serebritis berlangsung 4 – 10 hari,
tahap ketiga, early pembentukan kapsul, selama 11 – 14 hari, dan yang terakhir, late
pembentukan kapsul, lebih dari 14 hari. Staging tersebut berdasar dari hasil temuan
pada CT scan atau MRI (Muzumdar et al, 2011).
Abses serebri| 5
Abses serebri yang disebabkan oleh jamur, meningkat sebagai akibat dari
penggunaan imunosupresan dan kortikosteroid. Candida, spp., seringnya tidak
ditemukan sampai dilakukan otopsi. Abses serebri oleh karena Aspergillus, spp.,
terjadi melalui penyebaran organism dari paru – paru atau langsung dari bagian yang
dekat dengan otak. Sebagian besar kasus abses serebri Aspergillus, spp., terjadi pada
orang dewasa (Miranda et al, 2013; Mustafa et al, 2014).
Selain jamur, berbagai protozoa dan helminth juga telah dilaporkan dapat
menyebabkan abses serebri, termasuk Trypanosomacruzi, Entamoebahistolyitica,
Schistosoma spp, dan Paragonimus spp., Neurocysticcercosis, yang disebabkan oleh
bentuk larva Taneiasolium, merupakan penyebab utama lesi otak di negara
berkembang (Miranda et al, 2013; Mustafa et al, 2014).
Trauma adalah mekanisme patogen abses serebri, dimana abses serebri terjadi
sekunder terkait fraktur cranial terbuka, atau sebagai akibat dari prosedur pembedahan
saraf, atau cedera benda asing. Faktor predisposisi lainnya yang menyebabkan abses
Abses serebri| 6
serebri adalah fraktur tengkorak, gigitan anjing, patukan ayam dan tindik lidah
(Mustafa et al, 2014).
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang paling banyak muncul pada pasien adalah sakit kepala
dengan persentase 70% dan memiliki intensitas sedang hingga berat. Diikuti gejala
lain seperti, mual dan muntah sebesar 50%, defisit fokal neurologi 50%, demam 45%
- 50%, kejang 25% – 35%, kaku kuduk dan edema papil 25%. Beberapa pasien juga
mengalami perubahan status mental (Mustafa et al, 2014).
Pasien yang mengalami abses pada otak bagian lobus frontal, seringnya
memberikan manifestasi klinis, seperti sakit kepala, mengantuk, status mental
menurun, hemiparesis unilateral, dan gangguan bicara. Pasien dengan abses otak
Aspergillus, menunjukkan gejala struk baik itu iskemik maupun hemoragik.
Manifestasi klinis dari penyakit sistem saraf pusat, yang disebabkan oleh
Cryptococcus, Coccidioides, Candida, Histoplasma, dan jamur patogen lainnya
bergantung pada lokasi abses intrakranial. Sepertiga penerima transplantasi sumsum
tulang dengan abses otak yang disebabkan oleh Candida spp., tidak menunjukkan
manifestasi klinis, dan biasanya diagnosa ditegakkan postmortem (Mustafa et al,
2014).
Tabel 1. Tanda dan Gejala Klinis Abses Serebri (Miranda et al, 2013)
Demam 54,5 – 60
Meningis 52,2
Kejang 21 – 25,3
Mual muntah 31 – 40
Abses serebri| 7
Papiledema 4,1 – 50
GCS
- 3–8 - 10,3
- 9 – 12 - 28,0
- 13 – 15 - 61,7
F. Penatalaksanaan
Pada pasien abses serebri, setelah penegakan diagnosa dengan radiologi, maka
terapi antimikroba mulai diberikan. Jika aspirasi maupun pewarnaan gram tidak
membuahkan hasil, maka terapi empiris dapat diberikan dengan berdasar pada
mekanisme patogen, misalnya otitis media atau mastoid, Sinusitis frontoethmoidal
atau spheroidal, abses gigi, trauma penetrasi, penyakit jantung bawaan, abses paru,
empiema, bronkiektasis, dan endokarditis bakteri. Regimen antimikroba yang
diberikan antara lain (Mustafa et al, 2014):
Pada konfirmasi patogen, jika kultur bakteri diperoleh hasil positif, maka
terapi antimikroba dapat dimodifikasi untuk pengobatan yang optimal. Terapi
Abses serebri| 8
antimikroba intravena dosis tinggi harus dilanjutkan selama 6 sampai 8 minggu dan
sering diikuti dengan pemberian terapi antimikroba oral jika tersedia. Terapi singkat
yaitu 3 sampai 4 minggu, mungkin dapat diberikan pada pasien yang telah menjalani
bedah eksisi lengkap. Umumnya abses serebri memerlukan tindakan operasi bedah
untuk terapi yang optimal. Aspirasi abses oleh stereotactic dengan bimbingan CT
memberikan ahli bedah akses yang cepat, akurat, dan aman untuk hampir semua
lokasi intracranial (Mustafa et al, 2014).
Terapi bedah dapat menjadi pilihan bagi pasien dengan kerusakan neurologis
dan / atau lesi yang belum jelas dengan radiologi. Tekhnik bedah harus spesifik untuk
setiap pasien. Kombinasi aspirasi bedah atau penghapusan semua abses dengan
diameter lebih besar dari 2,5 cm, enam minggu atau ebih pemberian antibiotik
intravena, dan CT scan atau MRI yang dilakukan setiap minggu, harus menghasilkan
tingkat kesembuhan lebih dari 90%. Follow-up pasien dengan CT scan atau MRI,
merupakan hal yang harus dilakukan, sampai abses telah benar-benar diselesaikan.
Jika ada abses yang membesar setelah dua minggu pemberian antibiotik atau gagal
setelah tiga sampai empat minggu pemberian antibiotik, aspirasi bedah lebih lanjut
atau eksisi harus dilakukan (Muzumdar et al, 2011).
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit abses serebri adalah suatu penyakit infeksi yang paling berbahaya
pada sistem saraf pusat. Gejala yang paling sering timbul adalah sakit kepala disertai
dengan gejala neurologis lainnya. Abses serebri paling banyak disebabkan oleh
bakteri streptokokus. Terapi yang diberikan berupa medikamentosa, pembedahan, dan
terapi penunjang lainnya.
Abses serebri| 9
DAFTAR PUSTAKA
Mardjono, M. dan P. Sidharta. 2012. Neurologi Klinis Dasar. Cetakan Kelima belas. Dian
rakyat. Jakarta.
Mustafa, M., M. Iftikhar, M. I. Latif, dan R. K. Munaidy. 2014. Brain abscess: pathogenesis,
diagnosis and management strategies. International Journal of Research in Applied,
Natural and Social Sciences: 299 - 308. Available at:
http://www.impactjournals.us/download.php?fname=2-14-1401385169-34.%20Applied-
Brain%20Abscess%20Pathogenesis,%20diagnosis%20and%20management-
Murtaza%20Mustafa.pdf. [Accessed April 24th, 2016]
Muzumdar, D., S. Jhawar, dan A. Goel. 2011. Brain abscess: an overview. International
Journal of Surgery: 9(2): 136 – 144. Available at:
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1743919110004826 [Accessed April
25th, 2016]
Radoi, M., V. Ciubotaru, dan L. Tataranu. 2013. Brain Abscesses: Clinical Experience and
Outcome of 52 Consecutive Cases. Chirurgia: 108: 215 – 225. Available at:
http://www.revistachirurgia.ro/pdfs/2013-2-215.pdf. [Accessed April 24th, 2016]
Abses serebri| 10