Vous êtes sur la page 1sur 19

LAPORAN PENDAHULUAN BBLR

A. KONSEP MEDIS
1. Defenisi
BBLR (Bayi berat lahir rendah) adalah bayi dengan berat badan
kurang dari 2500 gram pada waktu lahir . (Amru sofian, 2015).
BBLR (Bayi berat lahir rendah) adalah bayi baru lahir dengan berat
badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi .
(Wong,2009).
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan
berat badan pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram atau lebih
rendah (WHO, 1961).
Jadi dapat disimpulkan bahwa bayi berat lahir rendah adalah bayi
baru lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa melihat
apakah prematur atau dismatur yang dapat menyebabkan terjadinya
gangguan pertumbuhan dan pematangan (maturitas) organ serta
menimbulkan kematian.
2. Klasifikasi BBLR
Ada dua macam BBLR yaitu :
a. Prematuritas murni / Bayi yang kurang bulan ( KB / SMK ): Bayi
yang dilahirkan dengan umur kurang dari 37 minggu dengan berat
badan sesuai.
b. Dismaturitas /Bayi kecil masa kehamilan ( KMK ) : Bayi yang
dilahirkan dengan berat badan lahir kurang dari persentie ke-10
kurva pertumbuhan janin dan tidak sesuai dengan usia kehamilan..
Sedangkan Bayi dengan berat lahir kurang dari 1500 gram disebut
bayi berat lahir sangat rendah ( BBLSR ).
3. Etiologi
Menurut Maryanti, et al (2012: 169) faktor yang mempengaruhi
terjadinya BBLR adalah :
a. Faktor ibu
1) Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan,
misalnya perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis,
DM, toksemia gravidarum, dan nefritis akut.
2) Usia ibu
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia <20
tahun, dan multigravida yang jarak kelahiran terlalu dekat.
3) Keadaan sosial ekonomi
Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi
rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik
dan pengawasan antenatal yang kurang.
4) Sebab lain
Ibu perokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat narkotik.
b. Faktor janin
Hidramnion atau polihidramnion, kehamilan ganda, dan kelainan
koromosom.
c. Faktor lingkungan
Tempat tinggal dataran tinggi radiasi dan zat-zat racun.
4. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan
yang belum cukup bulan atau prematur, disamping itu juga disebabkan
dismaturitas. Artinya, bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38
minggu), tapi BB lahirnya lebih kecil ketimbang kehamilannya, yaitu
tidak mencapai 2500 gram.
Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi
sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti
adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi, dan keadaan-keadaan
lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang. Gizi
yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan
berat normal.
Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal,
tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa
prahamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar
daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebailknya, ibu dengan
kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi
BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi
bila ibu menderitaanemia.
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan
pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi
dapat mengakibatkan kematian janin di dalam kandungan, abortus,
cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini dapat
mengakibatkan morbiditas dan mortilitas ibu dan kematian perinatal
secara bermakna lebih tinggi.
Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan
resiko morbiditas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR
dan prematur juga lebih besar
Pada saat ini harapan hidup bayi dengan berat 1501- 2500 gram
adalah 95 %, tetapi berat bayi kurang dari 1500 gram masih
mempunyai angka kematian yang tinggi. Kematian diduga karena
displasia bronkhopulmonal, enterokolitis nekrotikans, atau infeksi
sekunder.
5. Tanda dan Gejala
Menurut Huda dan Hardhi. (2013) tanda dan gejala dari bayi berat
badan rendah adalah :
a. Sebelum lahir
1) Pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan.
2) Pergerakan janin lebih lambat.
3) Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai yang
seharusnya.
b. Setelah bayi lahir
1) Berat Badan Kurang dari 2.500 gram, panjang badan
kurang dari 45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm,
lingkar dada kurang dari 30 cm.
2) Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
3) Kepala lebih besar dari badan.
4) Lanugo (bulu halus ) banyak terutama pada dahi, pelipis,
telinga dan lengan
5) Lemak sub kutan kurang.
6) Ubun – ubun dan sutura melebar
7) Genitalia belum sempurna, labia minora belun tertup
oleh labia mayora (pada wanita) pada pria testis
8) Pembuluh darah kulit banyak terlihat peristaltik usus
dapat terlihat.
9) Rambut halus dan tipis.
10) Banyak tidur dan tangis lemah.
11) Kulit tampak mengkilat dan licin
12) Pergerakan kurang dan lemah.
13) Refleks tonus leher lemah, refleks isap kurang, refleks
menelan kurang dan refleks batuk masih lemah.
6. Komplikasi
Ada beberapa hal yang dapat terjadi apabila BBLR tidak ditangani
secepatnya menurut Mitayani, 2009 yaitu :
a. Sindrom aspirasi mekonium (menyebabkan kesulitan bernapas
pada bayi)
b. Hipoglikemia simptomatik, terutama pada laki-laki
c. Penyakit membran hialin: disebabkan karena surfaktan paru belum
sempurna/ cukup, sehingga olveoli kolaps. Sesudah bayi
mengadakan inspirasi, tidak tertinggal udara residu dalam alveoli,
sehingga selalu dibutuhkan tenaga negatif yang tinggi untuk yang
berikutnya
d. Asfiksia neonetorum
e. Hiperbilirubinemia
Bayi dismatur sering mendapatkan hiperbilirubinemia, hal ini
mungkin disebabkan karena gangguan pertumbuhan hati.
7. Penatalaksanaan BBLR
a. Penatalaksanaan Keperawatan :
1) Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin
besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi
serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus
dilakukan didalam incubator
2) Mempertahankan suhu tubuh
Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam
mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara
memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d
370 C.Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu
lingkungan dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan
dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat rendah yang
dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan
pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan
harus diatas 25 0C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan
sampai 300C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram
3) Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam
incubator. Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui
“jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi
kedalam incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan,
sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan
32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam
keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang
adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi
terhadap pernafasan lebih mudah.
4) Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi
preterm BBLR, akibat tidak adanya alveolo dan surfaktan.
Konsentrasi O2yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan
menggunakan head box, konsentrasi o2yang tinggi dalam masa
yang panjangakan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina
bayi yang dapat menimbulkan kebutaan
5) Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system
imunologi yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau
tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah
infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan
sebelum dan sesudah merawat bayi.
6) Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu
mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI
merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter (
sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya
lemah. Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih
banyak kalori, dibandingkan dengan bayi preterm.
b. Medis
1) Resusitasi yang adekuat, pengaturan suhu, terapi oksigen
2) Pengawasan terhadap PDA (Patent Ductus Arteriosus)
3) Keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian nutrisi yang
cukup
4) Pengelolaan hiperbilirubinemia, penanganan infeksi dengan
antibiotik yang tepat.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan usia
kehamilan kurang bulan, dapat dimulai pada umur 8 jam.
Gambaran foto thoraks pada bayi dengan penyakit membran
hyalin karena kekurangan surfaktan berupa terdapatnya
retikulogranular pada parenkim dan bronkogram udara. Pada
kondisi berat hanya tampak gambaran white lung .
b. USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35
minggu dimulai pada umur 2 hari untuk mengetahui adanya
hidrosefalus atau perdarahan intrakranial dengan memvisualisasi
ventrikel dan struktur otak garis tengah dengan fontanel anterior
yang terbuka.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aktifitas/istirahat
Status sadar, bayi tampak semi koma saat tidur malam, meringis
atau tersenyum adalah bukti tidur dengan gerakan mata cepat
(REM), tidur sehari rata-rata 20 jam.
b. Sirkulasi
Nadi apikal mungkin cepat dan tidak teratur dalam batas normal
(120 – 160 detik per menit). Murmur jantung yang dapat didengar
dapat menandakan duktus arterious (PDA)
c. Pernapasan
Mungkin dangkal, tidak teratur, dan pernapasan diafragmatik
intermiten atau periodik (40 – 60 kali/menit), Pernapsan cuping
hidung, retraksi suprasternal atau substernal, juga derajat sianosis
yang mungkin ada. Adanya bunyi ampela pada auskultasi,
menandakan sindrom distres pernapasan (RDS)
d. Neurosensori
Sutura tengkorak dan fontanel tampak melebar, penonjolan
karena ketidakadekuatan pertumbuhan mungkin terlihat Kepala
kecil dengan dahi menonjol, batang hidung cekung, hidung
pendek mencuat, bibir atas tipis, dan dagu maju, tonus otot dapat
tampak kencang dengan fleksi ekstremitas bawah dan atas serta
keterbatasan gerak, Pelebaran tampilan mata.
e. Makanan/cairan
Disproporsi berat badan dibandingkan dengan panjang dan
lingkar kepala.
Kulit kering pecah-pecah dan terkelupas dan tidak adanya
jaringan subkutan.
Penurunan massa otot, khususnya pada pipi, bokong, dan paha
Ketidakstabilan metabolik dan hipoglikemia / hipokalsemia
f. Genitounaria
Jelaskan setiap abnormalitas genitalia. Jelaskan jumlah
(dibandingkan engnaberta badan), warna, pH, temuan lab-stick,
dan berat jenis kemih (untuk menyaring kecukupan hidrasi)
Periksa berat badan (pengukuran yang paling akurat dalam
mengkaji hidrasi).
g. Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah, Tidak terdapat garis alur pada
telapak tangan, Warna mekonium mungkin jelas pada jari tangan
dan dasar pada tali pusat dengan warna kehijauan dan Menangis
mungkin lemah
h. Seksualitas
Labia monira wanita mungkin lebih besar dari labia mayora
dengan klitoris menonjol
Testis pria mungkin tidak turun, ruge mungkin banyak atau tidak
pada skrotum.
i. Suhu tubuh
Tentukan suhu kulit dan aksila.
Tentukan dengan suhu lingkungan.
j. Pengkajian kulit
Terangkan adanya perubahan warna, daerah yang memerah, tanda
irirtasi, lepuh, abrasi, atau daerah terkelupas, terutama dimana
peralatan pemantau, infuse atau alat lain bersentuhan dengan
kulit; periks, dan tempat juga dan catat setiap preparat kulit yang
dipakai (misal: plester povidone – iodine).
Tentukan tekstur dan turgor kulit: kering, lembut, bersisik,
terkelupas, dll.
Terngkan adanya ruam, lesi kulit, atau tanda lahir
Tentukan apakah kateter infuse IV atau jarum terpasang dengan
benar, dan periksa adanya tanda infiltrasi.
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi
4. Implementasi
Menurut Nursalam (2001) pelaksanaan keperawatan adalah
inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik
(Lyer et al, 1996). Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana
tindakan disusun dan ditujukan kepada nursing orders untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan dengan harapan
untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan klien mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.
Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan. Dalam melakukan tindakan keperawatan
pada klien dengan BBLR yang harus diperhatikan adalah timbang
berat badan setiap hari dan observasi tanda-tanda vital,
memberikan minum, rawat klien dalam inkubator, berikan posisi
semi fowler dan kolaborasi pemberian oksigen tambahan.
5. Evaluasi
Menurut Nursalam (2001) evaluasi adalah tindakan intelektual
untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa
jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat
untuk memonitor”kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian,
analisa, perencanaan dan pelaksanaan tindakan.
Adapun evaluasi yang diharapkan pada bayi dengan berat badan
lahir rendah (BBLR) adalah oksigenisasi klien kembali adekuat,
klien dapat mempertahankan suhu tubuh yang stabil, klien tidak
mengalami infeksi, kebutuhan nutrisi klien kembali terpenuhi,
kebutuhan cairan klien kembali seimbang, integritas kulit klien
tetap utuh, klien tidak mengalami cidera, klien mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang normal, keluarga klien
menunjukkan perilaku kedekatan yang positif.
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Irene M. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.

Doenges E marlyn,2007.Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Difinisi Dan Klasifikasi

2012-2014/Editor,T. Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Suwarwati Dan Nike

Budhi Subekti. Jakarta: EGC.

Huda, Nuratif dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa NANDA NIC-NOC. Jakarta: Media Action.

Mansjoer, Arif. 2006. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta : EGC.

Maryunani, Anik. 2009. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta : TIM.

NANDA NIC NOC. 2016.Asuhan Keperawatan Praktis Edisi Revisi Jilid 1.

Jogjakarta: Mediaction.

Notoatmodjo, S.2007.Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta :Rineka

Cipta.
2. Diagnosa yang mungkin muncul
a. Ketidakefektifan pola nafas b/d tidak adekuatnya ekspansi paru
b. Resiko tinggi hipotermi atau hipertermi b/d imaturitas fungsi termoregulasi atau
perubahan suhu lingkungan
c. Resiko tinggi gangguan integritas kulit b/d imaturitas struktur kulit
d. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d ketidakmampuan menerima nutrisi
e. Disfungsi motilitas gastrointestinal b/d ketidakadekuatan aktivitas peristaltic di
dalam system gastrointestinal
f. Resti Infeksi b/d pertahanan imunologis tidak adekuat
g. Ikterus neonatus b/d bilirubin tidak konjugasi dalam sirkulasi

3. Intervensi Keperawatan
a. Dx : Ketidakefektifan pola nafas b/d tidak adekuatnya ekspansi paru
Tujuan : setelah dilakukan tindakan leperawatan selama 1 x 24 jam Pola nafas yang
efektif
Kriteria hasil :
1. Kebutuhan oksigen menurun
2. Nafas spontan, adekuat
3. Tidak sesak.
4. Tidak ada retraksi
Rencana Tindakan :

a. Kaji TTV bayi


R/ :untuk mengetahui keadaan umum pasien
b. Beri posisi semifowler
R/ : Mengurangi rasa nyeri dan memberikan rasa nyaman pada pasien.
c. Tinjau ulang riwayat ibu terhadap obat-obatan yang akan memperberat depresi
pernapasan pada bayi
R/: mengetahui obat-obatan yang memperberat depresi pernapasan pada bayi
d. Observasi irama, kedalaman dan frekuensi pernafasan
R/ :Mengetahui irama, kedalaman dan frekuensi pernapasan
e. Kolaborasi pemberian oksigen dengan metode yang sesuai.
R/:memenuhi kecukupan oksigen dalam tubuh

b. Diagnosa : Resiko tinggi hipotermi atau hipertermi b/d imaturitas fungsi


termoregulasi atau perubahan suhu lingkungan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan leperawatan selama 1 x 24 jam suhu bayi stabil
Kreteria hasil: Suhu 36,5 0C -37,5 0C, Akral hangat
Rencana Tindakan :
a. Kaji TTV bayi
R/ :untuk mengetahui keadaan umum pasien
b. Rawat bayi dengan suhu lingkungan sesuai.
R/: Menurunkan risiko hipotermi / hipertermi.
c. Hindarkan bayi kontak langsung dengan benda sebagai sumber dingin/panas.
R/: Hindarkan bayi kontak langsung dengan benda sebagai sumber dingin/panas.
d. Ukur suhu bayi setiap 3 jam atau kalau perlu.
R/: Memantau terjadinya peningkatan / penurunan suhu tubuh.
e. Kolaborasi pemberian obat-obat sesuai dengan indikasi : fenobarbital
R/: Memperbaiki asidosis yang dapat terjadi pada hiportemia dan hipertermia.

c. Diagnosa : Resiko tinggi gangguan integritas kulit b/d imaturitas struktur kulit
Tujuan : setelah dilakukan tindakan leperawatan selama 1 x 24 jam Integritas kulit baik
Kriteria hasil : Tidak ada rash, Tidak ada iritasi,Tidak plebitis
Rencana tindakan :
a. Kaji TTV bayi
R/ :untuk mengetahui keadaan umum pasien
b. Kaji kulit bayi dari tanda-tanda kemerahan, iritasi, rash, lesi dan lecet pada
daerah yang tertekan.
R/: Memantau adanya kemerahan, iritasi, rash, lesi dan lecet.
c. Lakukan perawatan tali pusat.
R/: Menjaga tali pusat dalam keadaan baik.
d. Gunakan plester non alergi dan seminimal mungkin
R/: Menurunkan terjadinya gangguan integritas kulit
e. Kolaborasi pemeriksaan darah rutin
R/: Memantau hasil pemeriksaan laboratorium.
f. Kolaborasi pemberian antibiotika.
R/: Obat-obatan sangat penting dalam proses penyembuhan.
d. Diagnosa : Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d ketidakmampuan menerima nutrisi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan leperawatan selama 1 x 24 jam nutrisi adekuat
Kriteria hasil : Berat badan naik 10-30 gram / hari, Tidak ada edema, Protein dan albumin darah
dalam batas normal
Rencana Tindakan :
a. Kaji TTV bayi
R/ :untuk mengetahui keadaan umum pasien
b. Catat intake dan output
R/: Memantau jumlah cairan masuk dan keluar.
c. Berikan ASI/PASI dengan metode yang tepat.
R/: Memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.
d. Timbang berat badan setiap hari
R/: Timbang berat badan setiap hari
e. Kolaborasi dalam pemberiantotal parenteral nutrition kalau perlu
R/: Memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi.

e. Diagnosa : Disfungsi motilitas gastrointestinal b/d ketidakadekuatan aktivitas


peristaltic di dalam system gastrointestinal
Tujuan : setelah dilakukan tindakan leperawatan selama 1 x 24 jam system gastrointestinal
berfungsi dengan baik
Kriteria hasil : tidak ada kram abdomen, tidak ada nyeri abdomen, tidak ada diare, nafsu makan
meningkat, peristaltic usus dalam batas normal 15-30x/menit
Rencana tindakan :
a. Kaji TTV bayi
R/ :untuk mengetahui keadaan umum pasien
b. Monitor bising usus
R/: Mengetahui frekuensi bising usus yang normal
c. Monitor status cairan dan elektrolit
R/: Mengetahui banyaknya ciaran dan elektrolit dalam tubuh
d. Catat intake dan output secara akurat
R/:Mengetahui intake dan output dalam tubuh secara adekuat
e. Kaji tanda-tanda gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit(membran mukoso
kering, sianosis)
R/: mengetahui adanya tanda-tanda gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
f. Kolaborasi dengan ahli gizi jumlah kalori dan jumlah zat gizi yang dibutuhkan
R/:Terpenuhinya kalori dalam tubuh

f. Diagnosa : Resti Infeksi b/d pertahanan imunologis tidak adekuat


Tujuan : setelah dilakukan tindakan leperawatan selama 1 x 24 jam pasien tidak
memperlihatkan adanya tanda infeksi
Kriteria hasil : Suhu 36,5 0C -37,5 0C, Darah rutin normal, Tidak ada tanda-tanda infeksi
Rencana tindakan :
a. Kaji TTV bayi
R/ :untuk mengetahui keadaan umum pasien
b. Kaji adanya tanda – tanda infeksi
R/:Mengetahui adanya tanda-tanda infeksi
c. Lakukan isolasi bayi lain yang menderita infeksi sesuai kebijakan insitusi
R/: Tindakan yang dilakukan untuk meminimalkan terjadinya infeksi yang lebih
luas
d. Sebelum dan setelah menangani bayi, lakukan pencucian tangan
R/:Untuk mencegah adanya infeksi
e. Yakinkan semua peralatan yang kontak dengan bayi bersih dan steril
R/:untuk mencegah infeksi
f. Cegah personal yang mengalami infeksi menular untuk tidak kontak langsung
dengan bayi.
R/:untuk mencegah infeksi lebih lanjut pada bayi
g. Kolaborasi pemberian antibiotik
R/: untuk mencegah infeksi menyebar luas ketempat lain
g. Diagnosa : Ikterus neonatus b/d bilirubin tidak konjugasi dalam sirkulasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan leperawatan selama 1 x 24 jam
Kriteria hasil :pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam batas normal, status
nutrisi adekuat, tidak ada respon alergi sistemik
Rencana Tindakan :
a. Kaji TTV bayi
R/ :untuk mengetahui keadaan umum pasien
b. Amati tanda-tanda ikterus
R/:Mengrtahui tanda-tanda ikterus yang abnormal
c. Kaji tanda-tanda dehidrasi
R/: untuk mengetahui adanya tnda-tnada dehidrasi
d. Obsevasi peningkatan bilirubin serum
R/:Mengetahui adanya peningkatan bilirubin serum atau tidak
e. Timbang BB setiap hari
R/: mengetahui adanya peningkatan BB atau tidak
f. Kolaborasi dalam pemberian fototerapi
R/: untuk memberikan tindakan lebih lanjut

(NANDA NIC NOC, 2016)


Ribek, Nyoman dkk. 2011. Aplikasi Perawatan Bayi Resiko Tinggi Berdasarkan
Kurikulum Berbasis Kompetensi Program Keperawatan: Digunakan Sebagai
Bahan Pembelajaran Praktek Klinik dan Alat Uji Kompetensi. Denpasar:
Poltekkes Denpasar Jurusan Keperawatan.
Saifudin Bari ,Abdul. 2009.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal Edisi 1.Jakarta: ybp-sp.
Sofian, Amru. 2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri: Obstetri Operatif Obstetri
Sosial Edisi 3 Jilid 1 & 2. Jakarta: EGC
Tim adaptasi Indonesia.2009.Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah
Sakit.Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di
Kabupaten/Kota.Jakarta :Depkes.
Wong, D.L,dkk. 2008. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik. Jakarta. Buku
Kedokteran.
Diposting oleh shiha nurun di 20.10
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke
FacebookBagikan ke Pinterest

Vous aimerez peut-être aussi