Vous êtes sur la page 1sur 8

GAMBARAN DEMENSIA PADA USIA LANJUT DI UPTD RUMOH SEUJAHTERA

GEUNASEH SAYANG ULEE KARENG BANDA ACEH

THE DESCRIPTION OF DEMENTIA IN ELEDERLY AT REGIONAL TECHNICAL


IMPLEMENTATION UNIT OF RUMOH ACEH GEUNASEH SAYANG IN ULEE
KARENG OF BANDA ACEH

Mohd. Rizal Fahmi Adha1, Nurhasanah2


1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
2
Bagian Keilmuan Keperawatan Gerontik Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
e-mail: mohd.rizalfahmiadha@gmail.com; nurhasanah_@unsyiah.ac.id

ABSTRAK
Meningkatnya usia harapan hidup penduduk di Indonesia, menyebabkan jumlah penduduk usia lanjut terus
meningkat dari tahun ketahun. Salah satu permasalahan yang sering timbul pada usia lanjut salah satunya
berupa gangguan fungsi kognitif atau demensia. Demensia merupakan suatu keadaan dimana terjadi penurunan
fungsi kognitif berupa kemunduran daya ingat dan daya pikir sehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan
sehari-hari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat demensia pada usia lanjut di UPTD Rumoh
Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh tahun 2016. Desain penelitian ini bersifat deskriptif
dengan jumlah populasi 70 orang dan menggunakan teknik pengambilan sampel total sampling. Alat
pengumpulan data menggunakan kuesioner dan wawancara terpimpin. Waktu pengumpulan data 09 mei s/d 28
juni 2016. Hasil analisa univariat didapatkan demensia ringan sebanyak 19 orang (27,1%), demensia sedang
sebanyak 29 orang (41,4%), demensia berat sebanyak 14 orang (20,0%) dan yang tidak mengalami demensia
sebanyak 8 orang (11,4%). Kesimpulan penelitian adalah lansia yang berada di UPTD Rumoh Seujahtera
Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh sebagian besar mengalami demensia (penurunan daya ingat)
sedang. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis menyarankan kepada petugas Panti agar dapat
menyiapkan dan mendukung kebutuhan yang diperlukan untuk para lansia dengan demensia. Kemungkinan
strategi untuk dukungan yang lebih efektif meliputi asuhan keperawatan dalam merawat lansia dengan demensia
serta dapat memfasilitasi lansia untuk melakukan latihan senam otak secara efektif dan teratur untuk
mengurangi kejadian demensia.
Kata kunci : Lansia, Demensia

ABSTRACT
Increasing life expectancy of the population in Indonesia has caused the number of elderly population continues
to increase over the years. One of the problems that often arises in the elderly is a cognitive impairment or
dementia. Dementia is a condition where there is a decline in cognitive functions such as deterioration of
memory and the power of thought that affect daily activities. The purpose of this research was to find out the
level of dementia in elderly at Regional Technical Implementation Unit (UPTD) of Rumoh Aceh Geunaseh
Sayang in Ulee Kareng of Banda Aceh in 2016. This research used descriptive research design with total
population of 70 people and samples were collected by using total sampling technique. Instrument used were
questionnaires and guided interview. Data were collected on June 23 to 28, 2016. The result of univariate
analysis showed that elderly with mild dementia were 19 people (27.1%), with moderate dementia were 29
people (41.4%), with severe dementia were 14 people (20.0%) and without dementia were 8 people (11.4%). It
can be concluded that a majority the elderly at Regional Technical Implementation Unit (UPTD) of Rumoh
Aceh Geunaseh Sayang in Ulee Kareng of Banda Aceh had moderate dementia. Based on the results of the
research, the researcher suggests the caregivers in the nursing home provide and support the needs of elderly
with dementia. The possible strategies to provide more effective support are by providing nursing care in caring
for the elderly with dementia and facilitating the elderly to do brain gymnastics effectively and regularly to
reduce the occurrence of dementia.
Keywords: Elderly, Dementia

1
PENDAHULUAN sebut dengan pikun. Demensia atau pikun adalah
Menua merupakan proses sepanjang hidup, suatu sindroma penurunan kemampuan
tidak hanya di mulai dari suatu waktu tertentu, intelektual yang biasanya bersifat progresif dan
tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan mempengaruhi aktivitas sosial dan aktivitas
(Nugroho, 2008). Usia permulaan tua menurut sehari-hari. Demensia bukanlah suatu penyakit
Depkes RI tahun 2003 adalah mereka yang yang spesifik, melainkan suatu gejala yang bisa
berumur 60 tahun ke atas. Memasuki masa tua disebabkan oleh berbagai kelainan yang
banyak mengalami perubahan sistem tubuh mempengaruhi otak. Seorang penderita
meliputi sistem kardiovaskuler, pernafasan, demensia memiliki fungsi intelektual yang
penglihatan, pendengaran, integumen, endokrin, terganggu dan menyebabkan gangguan dalam
genitorurinaria dan sistem gastrointestinal. aktivitas sehari-hari maupun hubungan dengan
Selain itu perubahan yang sering di alami oleh orang sekitarnya. Penderita demensia juga
lansia adalah perubahan kognitif meliputi lansia kehilangan kemampuan untuk memecahkan
mudah lupa, orientasi terhadap waktu, ruang, masalah, mengontrol emosi, bahkan bisa
tempat, serta tidak mudah menerima hal atau ide mengalami perubahan kepribadian dan masalah
baru (Mubarak, 2011). tingkah laku seperti mudah marah dan
Saat ini di dunia, terjadi peningkatan jumlah berhalusinasi. Seseorang yang dikatakan
lanjut usia yang berusia lebih dari 60 tahun ke demensia bila dua atau lebih fungsi otak
atas sekitar 13,4% pada tahun 2013, dan pada mengalami penurunan seperti daya ingat dan
tahun 2050 diperkirakan akan meningkat keterampilan berbahasa menurun secara
menjadi 25,3%. Pada tahun 2100 yang akan signifikan tanpa disertai penurunan kesadaran
datang menjadi 35,1%. Peningkatan persentase (Stanley & Beare, 2006).
lansia akan meningkat setiap tahunnya dan Demensia merupakan kemunduran kognitif
angka beban tanggungan juga semakin yang sedemikian berat sehingga menggangu
meningkat seiring meningkatnya jumlah aktivitas hidup sehari-hari dan aktivitas sosial.
populasi lansia (Kemenkes RI, 2014). Kemunduran kognitif pada lansia biasanya
Menurut hasil estimasi Kementerian Kesehatan meliputi kemunduran memori atau daya ingat.
Republik Indonesia 2015, diperoleh jumlah Demensia terutama disebabkan oleh penyakit
lansia di Indonesia pada tahun 2014 sebanyak Alzheimer yang berkaitan erat dengan usia
12.740.265 jiwa. Jumlah ini tergolong besar dan lanjut. Penyakit alzheimer ini 60%
membuktikan bahwa angka harapan hidup lansia menyebabkan kepikunan atau demensia dan di
di Indonesia semakin tinggi. Berdasarkan data perkirakan akan terus meningkat (Nugroho,
yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik 2008)
Provinsi Aceh tahun 2015, jumlah lansia saat ini Demensia biasanya dimulai secara perlahan
dengan rentang usia lebih dari 65 tahun dan makin lama makin parah, sehingga keadaan
mencapai 188.100 jiwa dan diperkirakan akan ini pada mulanya tidak di sadari. Terjadi
terus meningkat setiap tahunnya, hal ini penurunan dalam ingatan, kemampuan untuk
dibuktikan dengan peningkatan jumlah lansia mengingat waktu, mengenali orang, tempat dan
pada tahun-tahun sebelumnya sejak tahun 2010- benda. Gejala awal biasanya adalah kemunduran
2014. fungsi kognitif ringan, kemunduran dalam
Meningkatnya populasi lansia akan dapat mempelajari hal-hal yang baru, ingatan terhadap
menimbulkan berbagai masalah kesehatan di peristiwa jangka pendek menurun, dan kesulitan
antaranya adalah demensia atau yang sering kita

2
menemukan kata-kata yang tepat (Pieter, negara-negara Asia Pasifik. Hal ini tidak hanya
Janiwarti, & Saragih, 2011). disebabkan karena penduduk bertambah
Saat ini di negara maju seperti Amerika ubanan, tetapi karena demensia adalah satu
jumlah lanjut usia yang mengalami demensia penyakit kronis yang dapat menyebabkan
mencapai 10-15% atau sekitar 3-4 juta orang. ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas
Demensia alzheimer merupakan kasus demensia sehari-hari. Beban penyakit demensia melebihi
terbanyak di Amerika dan eropa sekitar 50-70%. beban penyakit malaria, tetanus, kanker
Di perkirakan pada tahun 2050 akan ada 14 juta payudara, penyalahgunaan obat-obatan dan
orang di Amerika Serikat yang menderita diperkirakan akan meningkat sebanyak 76%
penyakit tersebut. Penyakit Alzheimer sendiri selama seperempat abad mendatang (ADI,
adalah penyakit yang paling sering di jumpai 2006).
pada usia lanjut terkait dengan pertambahan usia Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh
dan kerusakan jaringan otak yang menyebabkan Untari (2014) di Panti Wredha Darma Bakti
lansia mengalami demensia serta dapat Surakarta menunjukkan bahwa sebagian besar
menghabiskan biaya sekitar 90 miliar Dolar lansia yang ada di panti tersebut mengalami
Amerika per tahun untuk tagihan medis, biaya demensia berat. Dengan rincian, demensia
perawatan jangka panjang, dan hilangnya ringan sebanyak 11 orang (18,3%), demensia
produktivitas. Sementara di indonesia jumlah sedang sebanyak 21 orang (35%) dan demensia
lanjut usia yang mengalami demensia sekitar 5% berat sebanyak 28 orang (46,7%). Dengan
dengan rentang usia 65-70 tahun dan akan kelompok umur antara 54-65 tahun ke atas.
meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai Saat ini Jumlah lanjut usia di UPTD Rumoh
lebih dari 45% pada usia diatas 85 tahun Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng
(Wibowo, 2007 dalam Hartati, 2010). Banda Aceh sebanyak 72 orang dengan rata-rata
Sedangkan pada tahun 2005 penderita usia 60 tahun ke atas, namun belum pernah ada
demensia di kawasan Asia Pasifik berjumlah penelitian yang melihat berapa prevalensi
13,7 juta orang dan menjelang tahun 2050 demensia berdasarkan tingkatannya mulai dari
jumlah ini akan meningkat menjadi 64,6 juta demensia ringan, sedang maupun berat di panti
orang. Di samping peningkatan jumlah penderita ini. Demensia pada lansia bila dideteksi dan
demensia, ada faktor-faktor lain yang dicegah sejak dini dapat membuat golongan usia
memperparah dampak demensia pada bidang lanjut tersebut tetap bisa menjalani hidup dengan
sosial dan ekonomi. Faktor-faktor ini termasuk optimal dengan produktivitas yang relatif baik di
urbanisasi, kecenderungan meninggalkan sistem usianya. Pencegahan bisa dilakukan dengan
keluarga besar menuju keluarga batih, dan menekuni hobi seperti bermain musik, menulis,
sebagai akibatnya terjadi peningkatan dalam membaca buku, berkebun di halaman, mengikuti
jumlah orang tua yang hidup sendirian. kegiatan sosial, seperti bergabung dengan
Kemampuan merawat orang-orang ini akan beberapa yayasan amal, mengisi teka-teki silang
tergantung pada gabungan antara perawatan (TTS), selalu beraktivitas, menggambar dan
formal dan informal. Banyak negara di kawasan senam otak yang bertujuan untuk memfungsikan
Asia Pasifik mungkin belum cukup siap untuk terus-menerus organ tubuh, indera, dan otak
memberikan pelayanan kesehatan dan perawatan sehingga kepikunan dapat diperlambat saat
bermutu kepada penderita demensia dan memasuki usia lanjut (Suwarsa, 2006).
keluarga yang merawatnya. Demensia Berdasarkan hasil wawancara dengan
berpotensi mengakibatkan dampak yang petugas di Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
menghancurkan sistem kesehatan masyarakat Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee

3
Kareng Banda Aceh pada tanggal 27 Oktober Portable Mental Status Quesioner (SPMSQ)
2015 di dapatkan data bahwa lansia yang berada yang dilakukan langsung oleh peneliti kepada
di panti tersebut banyak mengalami masalah lansia yang tinggal di UPTD Rumoh Seujahtera
dengan ingatan (demensia) seperti tidak Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh.
mengingat nama, tempat, hari, tanggal dan juga Instrumen SPSMQ terdiri dari 10 pertanyaan
tanggal lahirnya. Dilatarbelakangi masalah meliputi fungsi kognitif lansia untuk mengetahui
tersebut, maka peneliti ingin mengetahui lebih tingkat kerusakan intelektual pada usia lanjut.
lanjut bagaimana “Gambaran Demensia pada Peneliti tidak melakukan uji alat ukur karena alat
usia lanjut di UPTD Rumoh Seujahtera ukur yang digunakan dalam penelitian ini sudah
Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh”. baku. Dengan kriteria penilaian sebagai berikut:
kesalahan 0-2 : fungsi intelektual utuh,
METODE kesalahan 3-4 : kerusakan fungsi intelektual
penelitian yang digunakan dalam peneltian ringan, kesalahan 5-7 : kerusakan fungsi
ini bersifat deskriptif sesuai dengan tujuan intelektual sedang dan kesalahan 8-10 :
penelitian untuk mengetahui bagaimana kerusakan fungsi intelektual berat
gambaran demensia pada usia lanjut di UPTD
Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee HASIL
Kareng Banda Aceh. Tabel 1 menunjukkan bahwa frekuensi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua responden terbanyak pada usia Lanjut (60-74
lansia yang berada di UPTD Rumoh Seujahtera tahun) dengan frekuensi sebanyak 43 orang
Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh. (61.4%), berjenis kelamin perempuan dengan
Berdasarkan data yang didapat dari UPTD frekuensi sebanyak 46 orang (65.7%), berstatus
tersebut bahwa lansia yang berada di panti Janda dengan frekuensi sebanyak 43 orang
tersebut sebanyak 70 orang. Penelitian ini yang (61,4%), yang berpendidikan rendah dengan
menjadi sampel adalah seluruh lansia yang frekuensi sebanyak 36 orang (51,4%), tidak
tinggal di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh merokok dengan frekuensi sebanyak 59 orang
Sayang Ulee Kareng Banda Aceh. Dengan kata (84.3%), tidak ada trauma kepala dengan
lain penetapan sampel dilakukan dengan teknik frekuensi sebanyak 66 orang (94.3%), tidak ada
total sampling. riwayat penyakit dengan frekuensi sebanyak 43
Alat pengumpulan data yang digunakan orang (61.4%), tidak ada riwayat keluarga yang
dalam penelitian ini adalah kuesioner dan demensia dengan frekuensi sebanyak 61 orang
wawancara terpimpin. Peneliti tidak melakukan (87.1%).
uji alat ukur karena alat ukur yang digunakan
dalam penelitian ini sudah baku. Untuk Tabel 1. Distribusi Frekuensi Demografi Lansia
mendapatkan data yang diinginkan sesuai di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang
dengan tujuan penelitian, peneliti menggunakan Ulee Kareng Banda Aceh
2 format kuesioner sebagai berikut: Bagian A
merupakan data demografi responden, meliputi: No Data Demografi f %
kode responden, umur, jenis kelamin, status 1 Usia (menurut WHO
a. Usia pertengahan 2 9
perkawinan, pendidikan terakhir, kebiasaan (45-59)
merokok, trauma kepala, riwayat penyakit, dan b. Lanjut usia (60-74) 43 61.4
riwayat keluarga dengan demensia. c. Lanjut usia tua (75-
Bagian B merupakan format pengkajian yaitu 90) 24 34.3
dengan menggunakan format pengkajian Short d. Usia sangat tua (90-

4
100) 1 1.4 No Tingkat f %
2 Jenis kelamin: Demensia
a. Laki-laki 24 34.3 1 Utuh 8 11,4
b. Perempuan 46 65.7
2 Ringan 19 27,1
3 Status perkawinan:
a. Menikah 3 4.3 3 Sedang 29 41,4
b. Janda 43 61.4 4 Berat 14 20,0
c. Duda 24 34.3 Total 70 100,0
4 Tingkat Pendidikan:
a. Tidak sekolah 28 40.0 PEMBAHASAN
b. Pendidikan dasar
Gambaran tingkat demensia pada usia lanjut
rendah 36 51.4
c. Pendidikan di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh
menengah 3 4.3 Sayang Ulee Kareng Banda Aceh
d. Pendidikan tinggi 3 4.3 Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat
5 Kebiasaan merokok: pada tabel 5.3 diketahui bahwa tingkat demensia
a. Ada 11 15.7 pada usia lanjut di UPTD Rumoh Seujahtera
b. Tidak ada 59 84.3 Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh
6 Trauma kepala:
berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 29
a. Ada 4 5.7
b. Tidak ada 66 943 responden (41,4%). Hasil penelitian ini sejalan
7 Riwayat penyakit: dengan penelitian Guslinda (2013) yang
a. Tidak ada 43 61.4 menunjukkan bahwa lansia yang mengalami
b. Hipertensi 20 28.6 demensia ringan sebanyak 58,4% dan demensia
c. Diabetes 5 7.1 sedang sebanyak 41,6%.
d. Kolesterol 2 2.9 Hal tersebut di dukung oleh data demografi
8 Riwayat keluarga dengan pada tabel 5.1 dengan presentase umur
demensia
responden paling banyak pada lanjut usia yaitu
a. Ada 9 12.9
b. Tidak ada 61 87.1 umur 60-74 tahun sebanyak 43 responden
Total 70 100.0 (61,4%). Penelitian yang dilakukan oleh Roan
(2009) menyatakan bahwa demensia dapat
terjadi pada setiap umur, tetapi lebih banyak
Tabel 2 menunjukkan bahwa demensia sedang pada lansia untuk rentang umur 65-74 tahun
lebih banyak dialami oleh responden dengan (5%) dan 40% bagi yang berumur >85 tahun.
frekuensi 29 orang (41,4%), demensia ringan 19 Hasil Menurut Kusuma (2013) umur merupakan
orang (27,1%), demensia berat 14 orang salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya
(20,0%), dan fungsi kognitif utuh atau yang dimensia pada usia lanjut. Biasanya penyakit ini
tidak demensia 8 orang (11,4%). sering terjadi pada seseorang yang telah berumur
di atas 65 tahun dan akan meningkat menjadi
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat lima puluh persen pada lansia yang berumur 85
Demensia Pada Usia Lanjut di UPTD Rumoh tahun ke atas.
Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Seiring pertambahan usia sel-sel tubuh
Banda Aceh banyak yang mati dan mengalami degenerasi.
Akibatnya terjadi gangguan fungsional dan
berbagai macam organ terutama pada sistem
saraf. Keadaan yang biasa dialami oleh para
lansia (usia diatas 65 tahun) adalah adanya

5
gangguan daya ingat (memori), gangguan fungsi hormon, sedangkan pada laki-laki lebih
kecerdasan (kognitif), gangguan fungsi gerak panjang masa andropousenya.
dan rasa, serta gangguan keseimbangan dan Berdasarkan tabel 1 didapatkan bahwa
koordinasi. Sehingga lansia akan merasa pendidikan terakhir responden paling banyak
terganggu pekerjaannya, aktivitas sosialnya pada tingkat SD yaitu sebanyak 31 responden
ataupun dalam berhubungan dengan orang lain (44,3%). Hasil penelitian yang dilakukan oleh
(Basuki, 2014). Khasanah (2012) mengenai hubungan antara
Hal ini sesuai dengan penelitian yang tingkat pendidikan dengan kejadian penurunan
dilakukan oleh Basuki (2014) dengan judul daya ingat pada lansia pada 32 orang lansia
“Hubungan usia dengan tingkat demensia pada menunjukan ada hubungan yang signifikan
lansia menurut pemeriksaan portable status antara tingkat pendidikan dengan kejadian
mental examination di Desa Kemantren demensia pada lansia. Jadi, semakin rendah
Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo” yang pendidikan seseorang maka seseorang tersebut
dilakukan pada 56 lansia, sampel diambil lebih mudah mengalami demensia.
dengan menggunakan teknik total sampling, Fungsi dari pendidikan sendiri adalah
berdasarkan hasil uji spearmen rho diperoleh menghilangkan penderitaan rakyat dari
data α = 0,05 ρ = 0,017 maka ρ < α maka Hο di kebodohan dan ketertinggalan. Diasumsikan
tolak H1 diterima sehingga ada hubungan usia bahwa orang yang berpendidikan akan terhindar
dengan kejadian demensia di Desa Kemantren dari kebodohan dan kemiskinan, karena dengan
Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo. modal ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
Pada saat pengumpulan data peneliti di milikinya akan mampu mengatasi problema
menemukan bahwa sebagian besar lansia kehidupan yaang dihadapinya. Semakin tinggi
perempuan lebih sulit menjawab pertanyaan pendidikan seseorang, maka diasumsikan
yang diberikan peneliti dibandingkan laki-laki. semakin tinggi pengetahuan, keterampilan, dan
Jika ditinjau dari jenis kelamin, hasil penelitian kemampuannya (Suardi, 2012).
menunjukkan bahwa sebagian besar responden Berdasarkan data yang didapatkan dari
berjenis kelamin perempuan lebih banyak jawaban responden sebanyak 42 responden
mengalami demensia dengan persentase 65.7%.. (60,0%) responden salah dalam menjawab
Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan pertanyaan kesepuluh yaitu tentang kurangi 3
Aisyah (2009) di Depok yang menunjukkan dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap
bahwa lansia yang berjenis kelamin perempuan angka baru, semua secara menurun. Hal ini
lebih banyak mengalami demensia dengan dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
persentase 52,4% di bandingkan laki-laki responden sangat kurang dalam kemampuan
dengan persentase 47,6%. Hasil penelitian lain berhitung. Hal ini sesuai dengan data demografi
yang dilakukan oleh Maryam (2015) tentang yang mengatakan bahwa sebanyak 31 responden
hubungan tingkat pendidikan dan activity daily (44,3%) berpindidikan SD.
living dengan demensia pada lanjut usia di panti Menurut Kusuma (2013) di katakan bahwa
werdha wilayah DKI Jakarta mengatakan bahwa Gaya hidup yang buruk akan berpengaruh
lansia perempuan mempunyai peluang 1,185 terjadinya penyakit alzheimer seperti merokok
kali untuk demensia dibandingkan dengan lansia dan konsumsi alkohol berlebihan dan juga
laki-laki. Menurut Kusuma (2013) perempuan kurang berolahraga. Faktor gaya hidup berkaitan
lebih berisiko terjadinya penyakit alzheimer. erat dengan penyakit-penyakit tidak menular
Kerentanan perempuan disebabkan oleh keadaan yang ditimbulkan seperti diabetes, tinggi
menopouse yang praktis menghentikan beberapa kolesterol, gangguan jantung, dan lain

6
sebagainya. Hal ini tidak sesuai dengan data tetapi kejadian demensia lebih di pengaruhi oleh
demografi tentang kebiasaan merokok yang faktor-faktor lain seperti umur, jenis kelamin
menyatakan bahwa responden yang tidak dan pendidikan terakhir.
merokok sebanyak 59 responden (84,3%). Berdasarkan data demografi dengan kategori
Jika dilihat dari kejadian trauma kepala riwayat keluarga yang mengalami demensia
sebanyak 66 responden (94,3%) mengatakan sebanyak 61 responden (87,1%) tidak memilki
tidak ada mengalami trauma kepala. Cedera riwayat keluarga dengan demensia. Hal ini
kepala, trauma kepala, dan TBI jenis yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
dihubungkan dengan peningkatan risiko Pratiwi (2013) yang mengatakan bahwa tidak
penyakit alzheimer dan demensia jenis yang terdapat hubungan yang signifikan (p> 0.05)
lain. Cedera kepala sedang (moderate) dikaitkan antara riwayat demensia keluarga dengan
dengan dua kali risiko yang berkembang kejadian demensia pada lansia. Namun terdapat
menjadi alzheimer dibandingkan dengan kepala kecenderungan positif yang berarti bahwa
normal yang sehat. Sementara cedera kepala dengan adanya orangtua subjek yang menderita
berat (severe) meningkatkan risiko sebesar 4,5 demensia maka semakin tinggi nilai Clinical
kali. Pada cedera kepala sedang ditandai dengan dementia rating scale (CDR). Hal ini diduga
hilangnya kesadaran atau amnesia pasca-trauma karena adanya 33.3% dari keseluruhan lansia
lebih dari 30 menit. Apabila lebih dari 24 jam, yang menjadi subjek tidak diketahui ada atau
cedera yang dialami digolongkan sebagai cedera tidaknya riwayat demensia keluarganya.
kepala berat. Meskipun demikian, hubungan Akan tetapi, hasil yang didapatkan peneliti
antara cedera kepala dengan peningkatan tidak sesuai dengan teori menurut Kusuma
kejadian alzheimer masih membutuhkan (2013) mengatakan bahwa Seseorang yang
penelitian ulang. dalam sejarah keluarganya terdapat penderita
Setelah dilakukan pengumpulan data Alzheimer, sangat mungkin ada anggota
didapatkan hasil 43 responden (61,4%) tidak ada keluarganya yang lain juga akan mengalami
riwayat penyakit. Hal ini tidak sesuai dengan penyakit serupa.
Kusuma (2013) yang mengatakan bahwa Berdasarkan hasil pengolahan data dapat
Penyakit-penyakit tertentu seperti penyakit disimpulkan bahwa tingkat demensia pada usia
jantung, diabetes, stroke, darah tinggi, kolesterol lanjut di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh
tinggi, dan rendah tingkat vitamin folat dikaitkan Sayang Ulee Kareng Banda Aceh berada pada
dengan risiko peningkatan penyakit Alzheimer. kategori sedang dan berdasarkan data demografi
Tekanan darah tinggi dapat merusak pembuluh dapat disimpulkan bahwa usia, jenis kelamin,
darah di otak sehingga mengganggu area yang dan pendidikan terakhir sangat mempengaruhi
penting dalam fungsi memori dan berbahasa. terjadinaya demensia.
Akibatnya, dapat terjadi kondisi yang pada
akhirnya menjadi penyakit Alzheimer. Hasil KESIMPULAN
wawancara peneliti dengan perawat didapatkan Berdasarkan hasil penelitian dan
informasi bahwa bukan hanya lansia yang pembahasan yang telah dilakukan, maka
menderita penyakit yang mengalami demensia kesimpulan yang didapatkan mengenai tingkat
akan tetapi lansia yang tidak memilki penyakit demensia pada usia lanjut di UPTD Rumoh
juga dapat mengalami demensia. Sehingga dapat Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng
disimpulkan bahwa berdasarkan hasil penelitian Banda Aceh sebagian besar lansia yang berada
riwayat penyakit dapat dikatakan tidak memiliki di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang
pengaruh terhadap kejadian demensia, akan Ulee Kareng Banda Aceh berada dalam kategori

7
demensia sedang dengan frekuensi 29 orang (2011). Mengenal Usia
(41,4%). Adapun saran dari penulis diharapkan Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
kepada UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Salemba Medika
Maryam, R. S. (2015). Hubungan Tingkat
Sayang Ulee Kareng Banda Aceh agar lebih
Pendidikan dan Activity Daily Living
meningkatkan asuhan keperawatan dalam dengan Demensia pada Lanjut Usia di
merawat lansia dengan demensia serta dapat Panti Werdha Wilayah DKI Jakarta.
memfasilitasi lansia untuk melakukan latihan Dikutip pada tanggal 18 juli 2016, dari
senam otak secara efektif dan teratur untuk http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.
mengurangi kejadian demensia. php/kespro/article/download/4757/4217
Mubarak, W. I. (2011). Ilmu Keperawatan
REFERENSI Komunitas 2. Jakarta: Salemba Medika
(2008). Keperawatan Gerontik
dan Geriatrik. Jakarta: EGC
ADI. (2006). Demensia di Kawasan Asia
Stanley, M & Beare, P. G. (2006). Buku Ajar
Pasifik: sudah ada wabah. Indonesian:
Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC
Dementia in the Asia Pacific
Suwarsa, I. (2006). Kiat Sehat Bagi Lansia .
Aisyah, B. (2009). Hubungan AsupanZat Gizi
Bandung: MQS Publishing
Dengan Kejadian Demensia Di
Suardi, M. (2012). Pengantar Pendidikan: Teori
Kelurahan Depok Jaya. Jakarta: FKM UI.
Basuki, D. (2014). Hubungan Usia Dengan dan Aplikasi. Jakarta: Indeks
Untari, I. (2014). Kajian Tingkat Demensia pada
Tingkat Demensia Pada Lansia Menurut
Lansia di Panti Wredha Darma Bakti
Pemeriksaan Portable Status Mental
Examination Di Desa Kemantren Surakarta. Jurnal Profesi, 12, 21-25.
Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo.
Jurnal Keperawatan Sehat Vol 11 No. 01
Badan Pusat Statistik. (2015). Aceh dalam angka
2015: Aceh in figure. BPS Provinsi Aceh
Guslinda (2013). Pengaruh Senam Otak
terhadap Fungsi Kognitif pada Lansia
Dengan Dimensia Di Panti Sosial Tresna
Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin Padang
Pariaman. Dikutip pada tanggal 18 juli
2016,darihttp://journal.
mercubaktijaya.ac.id/downlotfile.php?file
=1e.pdf
Hartati, S. (2010). Clock Drawing: Asesmen
untuk Demensia. Jurnal Psikologi Undip
vol 7, No. 1
Kementerian Kesehatan RI. (2014). Situasi dan
analisis lanjut usia. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI 2014.
Kementerian Kesehatan RI. (2015). Profil
kesehatan indonesia 2014. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI 2015.
Kusuma, R. (2013). Berdamai dengan
Alzheimer. Jakarta: Katahati
Maryam, R. S. (2008). Mengenal Usia Lanjut
dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika

Vous aimerez peut-être aussi