Vous êtes sur la page 1sur 13

Tugas BK

MAKALAH
Tentang

MASALAH SISWA
TIDAK MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH

Disusun oleh :
KELOMPOK 5

 Anjani Akmal Fauziah


 Nabil Sabili
 Ning Vanny Syifa Nur Auliyah
 Siti Aulia
 Muhammad Sodik

Kelas : X MIPA 2

SMA SAPTA DHARMA SOREANG


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Karena rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan dan dapat menyusun makalah tentang “masalah siswa tidak menaati tata tertib
sekolah”. Guna memenuhi tugas mata pelajaran BK

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik membangun yang ditujukan demi kesempurnan makalah ini.
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak.

Soreang, September 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
BAB II........................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 2
A. Teori Tentang Bimbingan Konseling ............................................................................. 2
B. Permasalahan atau kasus .............................................................................................. 4
BAB III ...................................................................................................................................... 6
PENUTUP.................................................................................................................................. 6
Penyelesaian ........................................................................................................................... 6
A. Konseling Individual ....................................................................................................... 6
B. Konsultasi ....................................................................................................................... 7
KESIMPULAN .......................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyaknya permasalahan yang muncul di bidang pendidikan akhir-akhir ini merupakan salah
satu tanda bahwa pendidikan yang terjadi di sekolah perlu ditinjau ulang. Pendidikan kita
telah dinilai tidak berhasil membangun karakter bangsa. Kurikulum sekolah yang
menempatkan pendidikan agama, pendidikan moral Pancasila, serta peran bimbingan
penyuluhan belum sepenuhnya menghasilkan anak didik yang beraklak mulia. Krisisnya rasa
hormat kepada guru, banyaknya anak yang nyontek dalam ulangan atau ujian nasional adalah
bukti sedikit gambaran tidak efektifnya mata pelajaran-mata pelajaran tersebut. Dalam
pemberian bimbingan konseling diperlukan dasar - dasar yang dapat digunakan sebagai acuan
dalam proses pemberian bimbingan. Prinsip-prinsip yang digunakan untuk mengambil
langkah dengan memperhatikan masalah dari berbagai prespektif atau sudut pandang tertentu
yang biasa disebut dengan teori-teori bimbingan konseling. Oleh karena itu,dalam makalah
ini yang akan dibahas adalah mengenai teori-teori konseling.

Dalam pemberian bimbingan konseling diperlukan dasar - dasar yang dapat digunakan
sebagai acuan dalam proses pemberian bimbingan. Prinsip-prinsip yang digunakan untuk
mengambil langkah dengan memperhatikan masalah dari berbagai prespektif atau sudut
pandang tertentu yang biasa disebut dengan teori-teori bimbingan konseling. Oleh karena itu
dalam makalah ini yang akan dibahas adalah mengenai teori-teori konseling.

B. Rumusan Masalah

1. Teori apa saja apa yang digunakan dalam menangani masalah siswa yang tidak
menaati tata tertib sekolah

2. Bagaimana penyelesaian masalah pelanggaran tata tertib sekolah

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Tentang Bimbingan Konseling

Lahirnya suatu teori mempunyai kaitan dasar pribadi, sosiologis, dan filosofis. Ciri khas yang
ditampilkan oleh beragam teori sangat dipengaruhi oleh kepribadian pembuatnya, kehidupan
dan lingkungan sekitarnya, serta cara pandang pengarang dalam berfilsafat. Munculnya teori-
teori dalam konseling sendiri bersamaan dengan awal munculnya Bimbingan Konseling yaitu
pada abad ke 20.

Berikut ini adalah teori – teori dalam Bimbingan Konseling :

A. Teori Psikoanalisis
Teori Psikoanalisis merupakan teori kepribadian yang paling komprehensif yang
mengemukakan tentang tiga pokok pembahasan yaitu struktur kepribadian, dinamika
kepribadian, dan perkembangan kepribadian.(Alwisol,2004,p.15). Psikoanalisis sering juga
disebut dengan Psikologi Dalam, karena pendekatan ini berpendapat bahwa segala tingkah
laku manusia bersumber pada dorongan yang terletak jauh di dalam ketidaksadaran.

B. Teori Analisis Transaksional


Teori Analisis Tansaksional (transactional analysis) merupakan teori yang dapat digunakan
pada seting individual maupun kelompok.Teori ini melibatkan kontrak yang dikembangkan
oleh konseli yang dengan jelas menyebuttkan tujuan dan arah dari proses terapi. Selain itu
juga memfokuskan pada pengambilan keputusan di awal yang dilakukan oleh konseli untuk
menekankan pada kapasitas konseli untuk membuat keputusan baru. Analisis transaksional
menekankan pada aspek kognitif, rasional dan tingkah laku dari kepribadian.
Dengan demikian, analisis transaksional adalah metode yang digunakan untuk mempelajari
interaksi antar individu dan pengaruh yang bersifat timbale balik yang merupakan gambaran
kepribadian seseorang.

2
C. Teori Behavioral
Behaviorisme adalah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B. Watson pada tahun
1913 dan digerakkan oleh Burrhus Frederic Skinner. Sama halnya dengan psikoanalisa,
behaviorisme juga merupakan aliran yang revosilusioner, kuat dan berpengaruh, serta
memiliki akar sejarah yang cukup dalam. Sejumlah filsuf dan ilmuwan sebelum Watson
dalam satu dan lain bentuk telah mengajukan gagasan – gagasan megenai penekatan objektif
dalam mempelajari manusia berdasarkan pandangan yang mekanistik dan materialistis, suatu
pendekatan yang menjadi cirri utama dari behaviorisme.
Behaviorisme memandang bahwa ketika dilahirkan, manusia pada dasrnya tidak memiliki
bakat apa- apa. Manusia akan berkembang berdasarkan stimulus yang diterimanya dari
lingkungan sekitarnya.

D. Teori Rational-Emotive Behavior Therapy


Teori Rational-Emotive Behaviot Therapy (REBT) adalah teori behavior kognitif yang
menekankan pada keterkaitan anatara perasaan, tingkah laku dan pikiran. Teori Rational-
Emotive Behaviot Therapy (REBT) dikembangkan oleh Albert Ellis melalui beberapa
tahapan. Pandangan dasar teori ini tentang manusia adalah bahwa individu memiliki tendensi
untuk berpikir irasional yang salah satunya didapat melalui belajar social. Disamping itu,
individu juga memiliki kapasitas untuk belajar kembali untuk berpikir rasional. Pendekatan
ini bertujuan untuk mengajak individu untuk mengubah pikiran – pikiran irasionalnya ke
pikiran yang rasional melalui teori GABCDE.

E. Teori Realitas
Teori realitas dikembangkan oleh William Glasser, seorang psikolog dari California. Ciri
yang sangat khas dari teori ini adalah tidak terpaku pada kejadian – kejadian masa lalu, tetapi
mendorong konseli untuk menghadapi realitas. Teori ini juga tidak member perhatian pada
motif – motif bawah sadar sebagaimana pandangan kaum psikoanalisis. Akan tetai, lebbih
menekankan pada pengubahan tingkah laku yang lebih bertanggung jawab dengan
merencanakan dan melakukan tindakan – tindakan tersebut.

F. Teori Eksistensial-Humanistik
Teori Eksistensial-Humanistik pada hakikatnya mempercayai bahwa individu memiliki
potensi untuk secara aktif memilih dan membuat keputusan bagi dirinya sendiri dan
lingkungannya. Teori ini sangat menekankan tentang kebebasan yang bertanggung jawab.
3
Jadi, individu diberikan kebebasan seluas – luasnya dalam melakukan tindakan, tetapi harus
berani bertanggung jawab sekalipun menanggung resioko bagi dirinya.

G. Teori Terapi Berpusat pada Klien (Client-Centered)


Client-Centered Therapy sering juga sering disebut psikoterapi non directive yaitu suatu
meode perwatan psikis yang dilakukan dengan cara berdialog antara konselor dengan klien,
agar tercapai gambaran yang serasi antara ideal self (diri klien yang ideal) dengan acual self
(diri klien sesuai kenyataan yang sebenarnya.

H. Teori Gestalt
Teori gestalt adalah terapi eksistensial yang berlandaskan premis, bahwa individu harus
menemukan caranya sendiri dalam hidup dan menerima tanggung jawab pribadi jika individu
ingin mencapai kedewasaan. Teori ini disebut juga experiental, di mana konseli merasakan
apa yang mereka rasakan, pikirkan dan lakukan pada saat konseli berinteraksi dengan orang
lain.

I. Teori Elektik
Teori elektik juga dikenal sebagai konseling integratif. Hal ini tentu saja disebabkan karena
orientasi teori elektik adalah penggabungan teori–teori konseling dengan mempertimbangkan
kelebihan dan kekurangan pada masing – masing teori – teori tersebut.

B. Permasalahan atau kasus

Melanggar tata tertib

Kasus yang sering terjadi di Sekolah Menengah Atas Kemungkinan sebabnya adalah tidak
begitu memahami kegunaan masing-masing aturan atau tata tertib yang berlaku di sekolah
tersebut, aturan tersebut tidak didiskusikan dengan siswa sehingga siswa hanya terpaksa
mengikutinya, siswa yang bersangkutan terbiasa hidup terlalu bebas, baik di rumah maupun
di masyarakat, tindakan yang dilakukan terhadap pelanggaran terlalu keras sehingga siswa
mereaksi secara tidak wajar (negatif), khusus perkembangan remaja yang agak “sukar diatur”
tetapi “belum dapat mengatur diri sendiri”, dan ketidaksukaan pada mata pelajaran tertentu
dilampiaskan pada pelanggaran terhadap tata tertib sekolah. Akibat yang akan terjadi adalah
tingkah laku siswa makin tidak terkendali, terjadi kerenggangan hubungan antara guru dan

4
murid, suasana sekolah dirasakan kurang menyenangkan bagi siswa, proses belajar-mengajar
terganggu, kegiatan belajar siswa terganggu, nilai rendah, tidak naik kelas, dan terlambat
masuk sekolah. Perilaku menyimpang pada dasarnya merupakan kegagalan sistem pengontrol
diri anak terhadap dorongan-dorongan instingtifnya, mereka tidak mampu mengendalikan
dorongan-dorongan instingtignya dan menyalurkan kedalam perbuatan yang
bermanfaat. Akibat adanya perubahan fisik dan kelenjar, emosi sangat kuat dan susah
terkendali dan kadang-kadang tidak irasional. Contohnya mudah marah, mudah dirangsang,
emosinya seiring tidak terkontrol. Contoh di suatu Sekolah terdapat seorang siswi yang
hamil, jika merujuk pada pendekatan disiplin maka siswi tersebut akan dikeluarkan dari
sekolah, namun dengan Bimbingan dan Konseling , diharapkan siswi tersebut dapat tumbuh
pemikiran yang positif terhadap masalah yang menimpanya. Misalnya secara sadar menerima
resiko yang terjadi, dan keinginan untuk tidak menggugurrkan kandungannya karena dapat
membunuh janin yang tidak berdosa dan membahayakan dirinya sendirii. Meskipun
keputusan sekolah siswa tersebut harus keluar dari sekolah.

5
BAB III

PENUTUP

Penyelesaian

A. Konseling Individual
Konseling individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam
wawancara antara guru BK dan siswa. Siswa yang mengalami masalah pribadi yang sulit atau
tidak bisa diselesaikan sendiri, kemudian meminta bantuan kepada guru BK sebagai petugas
yang profesional dalam jabatannya dengan pengetahuan dan keterampilan psikologi. Dalam
konseling diharapkan siswa dapat mengubah sikap, keputusan diri sendiri sehingga ia dapat
lebih baik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan memberikan kesejahteraan
pada diri sendiri dan masyarakat di sekitarnya. Menurut Nurihsan (2007, hlm. 11) teknik
yang digunakan dalam konseling individual yaitu: Menghampiri siswa, empatirefleksi,
eksplorasi, menangkap pesan utama, bertanya untuk membuka percakapan, bertanya tertutup,
dorongan minimal, interpretasi, mengarahkan, menyimpulkan sementara, memimpin,
memfokus, konfrontasi, menjernihkan, memudahkan, diam, mengambil inisiatif, memberi
nasihat, memberi informasi, merencanakan, dan menyimpulkan. Secara umum Nurihsan
(2007) membagi proses konseling individual ke dalam tiga tahapan yaitu:

1. Tahap awal konseling


Adapun yang dilakukan guru BK dalam proses konseling tahap awal adalah sebagai berikut:
a. Membangun hubungan konseling dengan melibatkan siswa yang mengalami masalah
b. Memperjelas dan mendefinisikan masalah
c. Membuat penjajakan alternatif bantuan untuk mengatasi masalah
d. Menegosiasikan kontrak

2. Tahap Pertengahan Konseling (Tahap Kerja)


Tujuan pada tahap pertengahan ini adalah sebagai berikut:
a. Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah serta kepedulian siswa dan lingkungannya dalam
mengatasi masalah tersebut.

6
b. Menjaga agar hubungan konseling selalu terpelihara.
c. Proses konseling agar berjalan sesuai kontra

3. Tahap Akhir Konseling


Menurut Cavanagh (dalam Nurihsan, 2007, hlm. 15) menyebut tahap ini dengan istilah
termination. Pada tahap ini, konseling ditandai oleh beberapa hal berikut:
a. Menurunnya kecemasan siswa. Hal ini diketahui setelah guru BK menanyakan keadaan
kecemasannya.
b. Adanya perubahan perilaku yang jelas ke arah yang lebih positif, sehat, dan dinamik.
c. Adanya tujuan hidup yang jelas di masa yang akan datang dengan program yang jelas
pula.
d. Terjadinya perubahan sikap positif terhadap masalah yang dialaminya, dapat mengoreksi
diri dan meniadakan sikap yang suka menyalahkan dunia luar, seperti orang tua, teman,
dan keadaan yang tidak menguntungkan.

Tujuan tahap akhir ini adalah memutuskan perubahan sikap dan perilaku yang tidak
bermasalah. Adapun tujuan lainnya dari tahap ini adalah:
a. Terjadinya transfer of learning pada diri siswa.
b. Melaksanakan perubahan perilaku siswa agar mampu mengatasi masalahnya.
c. Mengakhiri hubungan konseling.

B. Konsultasi
Konsultasi merupakan salah satu strategi bimbingan yang penting sebab banyak masalah
karena sesuatu hal akan lebih berhasil jika ditangani secara tidak langsung oleh guru BK.
Konsultasi dalam pengertian umum dipandang sebagai nasihat dari seseorang yang
profesional. Pengertian konsultasi dalam program bimbingan dipandang sebagai suatu proses
menyediakan bantuan teknis untuk guru, orang tua, administrator, dan guru BK lainnya
dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi efektivitas siswa atau
sekolah. Menurut Nurihsan (2007) ada delapan tujuan konsultasi, yaitu:
1) Mengembangkan dan menyempurnakan lingkungan belajar bagi siswa, orang tua, dan
administrator sekolah.
2) Menyempurnakan komunikasi dengan mengembangkan informasi diantara orang yang
penting.

7
3) Mengajak bersama pribadi yang memiliki peranan dan fungsi yang bermacam-macam
untuk menyempurnakan lingkungan belajar.
4) Memperluas layanan dari para ahli.
5) Memperluas layanan pendidikan dari guru dan administrator.
6) Membantu orang lain bagaimana belajar tentang perilaku.
7) Menciptakan suatu lingkungan yang berisi semua komponen lingukngan belajar yang
baik.
8) Menggerakkan organisasi yang mandiri.

Langkah proses konsultasi menurut Nurihsan (2007) yaitu:


1) Menumbuhkan hubungan berdasarkan komunikasi dan perhatian pada siswa.
2) Menentukan diagnosis atau sebuah hipotesis kerja sebagai rencana kegiatan.
3) Mengembangkan motivasi untuk melaksanakan kegiatan.
4) Melakukan pemecahan masalah.
5) Melakukan alternatif lain apabila masalah belum terpecahkan.

Pendekatan merujuk pada tata tertib dan aturan sekolah, penegakan sanksi terhadap
penyimpangan perilaku yang terjadi pada siswa perlu dilakukan untuk mencegah
penyimpangan-penyimpanagan yang akan terus terjadi. Namun perlu diingat bahwa sekolah
bukanlah lembaga hukum.

Pendekatan Bimbingan dan Konseling, berbeda dengan pendekatan sanksi yang diberikan
kepada siswa sebagai akibat untuk efek jera, dalam bimbingan dan konesling justru lebih
mengutamakan pemberian bantuan, upaya, penyembuhan terhadap maslah-masalah yang
sedang dihadapi siswa. Pendekatan Bimbingan Konseling tidak sedikitpun melakukan sanksi
apapun tetapi lebih menekankan kepada kualitas hubungan antara konselor dan konseli
(siswa). Sehingga sedikit demi sedikit siswa bisa menerima, lebih terbuka dan tecapainya
penyesuaian diri antara dirinya dan konselor.

8
KESIMPULAN

Berkembangnya teori – teori Bimbingan konseling serta Psikologi mendorong pengembangan


teori – teori pendekatan klasik, sehingga muncullah berbagai teori konseling. Munculnya
teori – teori dalam konseling dapat berupa pengembangan dari teori yang telah ada, kritik
terhadap teori maupun pengembangan teori.

Berlangsungnya proses belajar mengajar di dalam kelas dengan suasana yang harmonis
dimana guru dapat menyampaikan bahan pelajaran dengan baik dan murid dapat belajar atau
mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru dengan baik pula tergantung sekali kepada
disiplin kelas. Kelas yang tidak berdisiplin sudah tentu kegiatan belajar mengajarnya pun
akan menjadi kacau dan tidak menentu pula. Guru sering tidak masuk mengajar, murid-murid
sering datang terlambat. Tugas-tugas seperti piket kelas tidak dilaksanakan sehingga kelas
menjadi kotor dan sebagainya. Dalam rangka untuk menciptakan suasana kelas yang efektif
bagi berlangsungnya proses belajar mengajar, maka disiplin kelas perlu ditegakkan baik oleh
guru maupun murid-murid.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam pembinaan disiplin kelas adalah:
 Mengadakan perencanaan bersama antara guru dengan siswa.
 Mengembangkan kepemimpinan dan tanggung jawab pada siswa kewajibannya.
 Membiasakan siswa untuk berpartisipasi sesuai dengan kemampuannya
 Memberikan dorongan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan.

9
DAFTAR PUSTAKA

etheses.uinmataram.ac.id/15/1/Dori%20Satriawan%20.pdf
digilib.uin-suka.ac.id/.../BAB%20%20I%2C%20IV%2C%20DAFTAR%20PUSTAKA.pd...
http://eostudent.blogspot.co.id/2013/12/perilaku-menyimpang-atau-kenakalan.html
http://makalah-bimbingan-konseling.blogspot.co.id/2014/11/makalah-teori-teori-
konseling.html
http://novatyantika.blogspot.co.id/2015/04/masalah-masalah-siswa-di-sekolah-serta.html
http://syafaafays.blogspot.co.id/2015/03/resume-masalah-masalah-siswa-di-sekolah.html

10

Vous aimerez peut-être aussi