Vous êtes sur la page 1sur 6

NAMA : Muhammad Adam Afriansyah

NIM : 03051181823107
KELAS : A
TEKNIK MESIN, INDERALAYA

Konsep Tuhan dalam Islam

Dalam konsep Islam, Tuhan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang
Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi,
Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta alam. Islam menitik beratkan
konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa (tauhid).
Dia itu wahid dan Esa (ahad), Maha Pengasih dan Maha Kuasa. Menurut
al-Qur’an terdapat 99 Nama Allah (asma’ul husna artinya: “nama-nama
yang paling baik”) yang mengingatkan setiap sifat-sifat Tuhan yang
berbeda. Semua nama tersebut mengacu pada Allah, nama Tuhan Maha
Tinggi dan Maha Luas. Di antara 99 nama Allah tersebut, yang paling
terkenal dan paling sering digunakan adalah “Maha Pengasih” (ar-
rahman) dan “Maha Penyayang” (ar-rahim).

Penciptaan dan penguasaan alam semesta dideskripsikan sebagai suatu tindakan


kemurahhatian yang paling utama untuk semua ciptaan yang memuji keagungan-Nya dan
menjadi saksi atas keesan-Nya dan kuasa-Nya. Menurut ajaran Islam, Tuhan muncul dimana
pun tanpa harus menjelma dalam bentuk apa pun.[8] Menurut al-Qur’an, “Dia tidak dapat
dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah
Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (QS al-An’am[6]:103)

Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga Tuhan yang
personal: Menurut al-Qur’an, Dia lebih dekat pada manusia daripada urat nadi manusia. Dia
menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jika mereka berdoa pada-Nya.
Di atas itu semua, Dia memandu manusia pada jalan yang lurus, “jalan yang diridhai-Nya.”

Islam mengajarkan bahwa Tuhan dalam konsep Islam merupakan Tuhan sama yang
disembah oleh kelompok agama Abrahamik lainnya seperti Kristen dan Yahudi (29:46).
Namun, hal ini tidak diterima secara universal oleh kalangan non-Muslim.

Konsep Tuhan

Konsep ketuhanan dalam Islam digolongkan menjadi dua: konsep ketuhanan yang berdasar
al-Qur’an dan hadits secara harafiah dengan sedikit spekulasi sehingga banyak pakar ulama
bidang akidah yang menyepakatinya, dan konsep ketuhanan yang bersifat spekulasi
berdasarkan penafsiran mandalam yang bersifat spekulatif, filosofis, bahkan mistis.

Konsep ketuhanan berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits

Menurut para mufasir, melalui wahyu pertama al-Qur’an (Al-‘Alaq [96]:1-5), Tuhan
menunjukkan dirinya sebagai pengajar manusia. Tuhan mengajarkan manusia berbagai hal
termasuk di antaranya konsep ketuhanan. Umat Muslim percaya al-Qur’an adalah kalam
Allah, sehingga semua keterangan Allah dalam al-Qur’an merupakan “penuturan Allah
tentang diri-Nya.”

Selain itu menurut Al-Qur’an sendiri, pengakuan akan Tuhan telah ada dalam diri manusia
sejak manusia pertama kali diciptakan (Al-A’raf [7]:172). Ketika masih dalam bentuk roh,
dan sebelum dilahirkan ke bumi, Allah menguji keimanan manusia terhadap-Nya dan saat itu
manusia mengiyakan Allah dan menjadi saksi. Sehingga menurut ulama, pengakuan tersebut
menjadikan bawaan alamiah bahwa manusia memang sudah mengenal Tuhan. Seperti ketika
manusia dalam kesulitan, otomatis akan ingat keberadaan Tuhan. Al-Qur’an menegaskan ini
dalam surah Az-Zumar [39]:8 dan surah Luqman [31]:32.

Tuhan mengirimkan utusan

Tuhan juga mengirimkan utusan-Nya saat kerusakan moral terjadi untuk mengembalikan
hakekat tauhid dan menegakkan ajaran-Nya (Al-Anbiya [21]:25). Semua utusan diutus untuk
tujuan yang sama, yaitu tauhid. Al-Qur’an menyebutkan perkataan nabi-nabi dahulu yang
menyerukan tauhid yang sama, di antaranya nabi Nuh, Hud, Shaleh, dan Syu’aib dalam ayat
surah Al-A’raf secara berurutan: ayat 59, 65, 73, dan 85. Nabi Musa dan Isa dan nabi-nabi
lain juga menerima wahyu tauhid yang sama. Musa menerima wahyu tauhid, Sesungguhnya
Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku. Maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat
untuk mengingat Aku, (Ta Ha [20]:13-14) dan begitu pula Isa. Isa menyampaikan kepada
Bani Israel untuk menembah Tuhan yang sama, yaitu Tuhan-nya Isa juga Tuhan Bani
Israel.(Al-Ma’idah [5]:72).
Kemudian sebagai nabi penutup, Tuhan mengutus Muhammad sebagai nabi untuk alam
semesta. Masyarakat Arab Jahiliyah saat itu, ketika Muhammad diutus, merupakan kaum
yang mengenal Allah namun dalam konsep yang salah. Arab pra-Islam memang mengenal
Allah sebagai Pencipta (Al-‘Ankabut [29]:61-63) dan bersumpah atas nama Allah (Al-An’am
[6]:106), namun beranggapan keliru atas Allah. Mereka menganggap Allah merupakan
golongan Jin (As-Saffat [37]:158), memiliki anak-anak wanita (Al-Isra’ [17]:40), dan bahwa
manusia karena tidak mampu berdialog dengan Allah, karena ketinggian dan kesucian-Nya,
menjadikan malaikat-malaikan dan berhala-berhala untuk disembah sebagai perantara mereka
dengan Allah (Az-Zumar [39]:3).

Tuhan Maha Esa

Keesaan Tuhan atau Tauḥīd adalah mempercayai dan mengimani dengan sepenuh hati bahwa
Allah itu Esa dan (wāḥid). Al-Qur’an menegaskan keberadaan kebenaran-Nya yang tunggal
dan mutlak yang melebihi alam semesta sebagai; Zat yang tidak tampak dan wahid yang tidak
diciptakan.[12] Menurut al-Qur’an: “Dan Tuhanmu Maha Kaya lagi mempunyai rahmat. Jika
Dia menghendaki niscaya Dia memusnahkan kamu dan menggantimu dengan siapa yang
dikehendaki-Nya setelah kamu (musnah), sebagaimana Dia telah menjadikan kamu dari
keturunan orang-orang lain.” (al-An’am [6]:133)
Menurut Vincent J. Cornell, al-Qur’an juga memberikan citra monis Tuhan dengan
menjelaskan realitas-Nya sebagai medan semua yang ada, dengan Tuhan menjadi sebuah
konsep tunggal yang akan menjelaskan asal-muasal semua hal yang ada: “Dialah Yang Awal
dan Yang Akhir Yang Akhir dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (al-
Hadid [57]:3)” Sebagian Muslim walau begitu, mengkritik intepretasi yang mengacu pada
pandangan monis atas Tuhan sebagai pengkaburan antara Pencipta dan dicipta, dan
ketidakcocokannya dengan monoteisme redikal Islam.

Ketidakmampuan Tuhan mengimplikasikan ketidakmahakuasaan Tuhan dalam mengatur


konsepsi universal sebagai keuniversalan moral yang logis dan sepantasnya daripada
eksistensial dan kerusakan moral (seperti dalam politeisme). Dalam hal serupa, al-Qur’an
menolak bentuk pemikiran ganda sebagai gagasan dualitas atas Tuhan dengan menyatakan
bahwa kebaikan dan kejahatan diturunkan dari perilaku Tuhan dan bahwa kejahatan
menyebabkan tidak adanya daya untuk menciptakan. Tuhan dalam Islam sifatnya universal
daripada tuhan lokal, kesukuan, atau paroki; zat mutlak yang mengajarkan nilai kebaikan dan
melarang kejahatan.

Tauhid merupakan pokok bahasan Muslim. Menyamakan Tuhan dengan ciptaan adalah satu-
satunya dosa yang tidak dapat diampuni seperti yang disebutkan dalam al-Qur’an. Umat
Muslim percaya bahwa keseluruhan ajaran Islam bersandar pada prinsip Tauhid, yaitu
percaya “Allah itu Esa, dan tidak ada sekutu bagi-Nya.” Bahkan tauhid merupakan kosep
teoritis yang harus dilaksanakan karena merupakan syarat mutlak setiap Muslim.

Sifat Tuhan

Al-Qur’an merujuk sifat Tuhan ada pada asma’ul husna (lihat QS. al-A’raf [7]:180, al-Isra’
[17]:110, Ta Ha [20]:8, al-Hasyr [59]:24). Menurut Gerhard Böwering, “Nama-nama tersebut
menurut tradisi dijumlahkan 99 sebagai nama tertinggi (al-ism al-aʿẓam), nama tertinggi
Tuhan, Allāh. Perintah untuk menyeru nama-nama Tuhan dalam sastra tafsir Qurʾān ada
dalam Surah Al-Isra’ ayat 110, “Katakanlah: “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman.
Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai asma’ul husna (nama-nama yang
terbaik),” dan juga Surah Al-Hasyr ayat 22-24, yang mencakup lebih dari selusin nama
Tuhan.”[17] “Nama-nama Tuhan yang paling baik” mencakup:

 Maha Pemurah
 Maha Penyayang
 Maha Pemberi
 Maha Pemelihara
 Tuhan Yang Mengaruniakan Keamanan
 Tuhan Yang Tidak tergantung siapa-siapa
 Tuhan Yang Kekal (yang tidak pernah mati)
 Maha Adil

Tuhan Maha Tahu

Al-Qur’an menjelaskan Tuhan Maha Tahu atas segala sesuatu yang terjadi di alam semesta,
termasuk hal pribadi dan perasaan, dan menjelaskan bahwa tidak ada sesuatu yang dapat
sembunyi dari-Nya: “Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat
dari Al Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi
atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun
sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula)
yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh
Mahfuzh).”

—Yunus [10]:61

Konsep Tuhan berdasar spekulasi

Sebagian ulama berbeda pendapat terkait konsep Tuhan. Namun begitu, perbedaan tersebut
belum sampai mendistorsi Al-Qur’an. Pendekatan yang bersifat spekulatif untuk menjelaskan
konsep Tuhan juga bermunculan mulai dari rasionalitas hingga agnostisisme, panteisme,
mistisme, dan lainnya dan juga ada sebagian yang bertentangan dengan konsep tauhid
sehingga dianggap sesat oleh ulama terutama ulama syariat.

Dalam Islam, bentuk spekulatif mudah dibedakan sehingga jarang masuk ke dalam konsep
tauhid sejati. Beberapa konsep tentang Tuhan yang bersifat spekulatif di antaranya
adalahHulul, Ittihad, dan Wahdatul Wujud.

Hulul

Hulul atau juga sering disebut “peleburan antara Tuhan dan manusia” adalah paham yang
dipopulerkan Mansur al-Hallaj. Paham ini menyatakan bahwa seorang sufi dalam keadaan
tertentu, dapat melebur dengan Allah. Dalam hal ini, aspek an-nasut Allah bersatu dengan
aspek al-lahut manusia. Al-Lahut merupakan aspek Ketuhanan sedangkan An-Nasutadalah
aspek kemanusiaan. Sehingga dalam paham ini, manusia maupun Tuhan memiliki dua aspek
tersebut dalam diri masing-masing.

Dalam sufistik-mistis, orang yang mengalami hulul akan mengeluarkan gumaman-


gumaman syatahat (kata-kata aneh) yang menurut para mistikus disebabkan oleh rasa cinta
yang melimpah. Para sufi yang sepaham dengan ini menyatakan gumaman itu bukan berasal
dari Zat Allah namun keluar dari roh Allah (an-nasut-Nya) yang sedang mengambil tempat
dalam diri manusia.

Mansur al-Hallaj menggunakan ayat Al-Qur’an semisal surah Al-Baqarah ayat 34 untuk
menjelaskan pahamnya. Dalam ayat itu berbunyi, “…sujudlah wahai para malaikat kepada
Adam…“. Al-Hallaj menjelaskan bahwa mengapa Allah memerintahkan bersujud kepada
Adam padahal seharusnya hanya bersujud kepada Allah dikarenakan saat itu Allah telah
mengambil tempat dalam diri Adam sehingga Adam memiliki kemuliaan Allah. Al-Hallaj
juga menyebutkan hadits yang mendukung pendapatnya, seperti, “Sesungguh-Nya Allah
menciptakan Adam sesuai bentuk-Nya.” Dan juga menurutnya hulul pernah terjadi pada diri
Isa, dimana Allah mengambil tempat pada dirinya.

Ittihad

Ittihad adalah paham yang dipopulerkan Abu Yazid al-Bustami. Ittihad sendiri memiliki arti
“bergabung menjadi satu”, sehingga paham ini berarti seorang sufi dapat bersatu dengan
Allah setelah terlebih dahulu melebur dalam sandaran rohani dan jasmani (fana) untuk
kemudian dalam keadaan baqa, bersatu dengan Allah. Dalam paham ini, seorang untuk
mencapai Ittihad harus melalui beberapa tingkatan yaitu fana dan baqa’. Fana merupakan
peleburan sifat-sifat buruk manusia agar menjadi baik. Pada saat ini, manusia mampu
menghilangkan semua kesenangan dunia sehingga yang ada dalam hatinya hanya Allah
(baqa). Inilah inti ittihad, “diam pada kesadara ilahi“.

Berbeda dengan Hulul, jika dalam Hulul “Tuhan turun dan melebur dalam diri manusia”,
maka dalam Ittihad manusia-lah yang naik dan melebur dalam diri Tuhan.[10]

Wahdatul Wujud

Wahdatul Wujud merupakan paham yang dibawa Ibnu Arabi. Wahdatul Wujud bermula dari
hadits Qudsi, “Aku pada mulanya adalah harta yang tersembunyi, kemudian Aku ingin
dikenal. Maka Ku-ciptakan makhluk, maka mereka mengenal Aku melalui diri-Ku.”
Menurutnya, Tuhan tidak akan dikenal jika tidak menciptakan alam semesta. Alam
merupakan pemampakan lahir Tuhan.

Menurut paham ini, Tuhan dahulu berada dalam kesendirian-Nya yang mutlak dan tak
dikenal. Lalu Dia memikirkan diri-Nya sehingga muncul nama dan sifat-Nya. Kemudian Dia
menciptakan alam semesta. Maka seluruh alam semesta mengandung diri Allah, sehingga
Allah adalah satu-satunya wujud yang nyata dan alam semesta hanya bayang-bayang-Nya.
Bedasar pikiran tersebut, Ibnu Arabi berpendapat seorang sufi dapat keluar dari aspek
kemakhlukan dan dapat melebur dalam diri Allah

sumber : wikipedia dan berbagai sumber lainnya

Vous aimerez peut-être aussi