Vous êtes sur la page 1sur 27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POSTPARTUM

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan maternitas


Dosen pengajar Berthiana T, S.Pd., M.Kes.

Di Susun Oleh :

Adelia Falentina PO.62.20.1.17.313 Alfandy Costario PO.62.20.1.17.315

Anis Setiawati S. PO.62.20.1.17.317 Dea Fitri M. PO.62.20.1.17.322

Friendky PO.62.20.1.17.325 Grace Nazavira PO.62.20.1.17.326

Indah Tri K. PO.62.20.1.17.329 Jhonatan Mei D. PO.62.20.1.17.330

Karina Ayu S. PO.62.20.1.17.331 Lailatul Udhiyah PO.62.20.1.17.332

Lia Oktaria PO.62.20.1.17.333 Maulana Akbar PO.62.20.1.17.335

Nindi Theresia PO.62.20.1.17.339 Nurul Hidayah PO.62.20.1.17.340

Ribka Westinia PO.62.20.1.17.341 Rike Agustika B. PO.62.20.1.17.342

Risha Risna D. PO.62.20.1.17.344 Tuti Hariati PO.62.20.1.17.348

D-IV KEPERAWATAN REGULER 4

POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami selaku penulis dapat
menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini
membahas mengenai Asuhan Keperawatan Postpartum . Makalah ini dibuat dengan
tujuan agar kita dapat memperoleh suatu ilmu yang berguna dalam bidang studi
keperawatan dan dengan adanya makalah ini di harapkan dapat membantu dalam
proses pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan para pembaca.

Kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat
balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, baik
dari segi bahasa, pengolahan maupun dalam penyusunan.Untuk itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya dapat membangun demi tercapainya
suatu kesempurnaan. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian.

Palangka Raya, 12 September 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan .................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Post Partum ............................................................................................. 3


B. Klasifikasi ................................................................................................................. 4
C. Anatomi dan Fisiologi .............................................................................................. 4
D. Etiologi ..................................................................................................................... 8
E. Patofisiologi .............................................................................................................. 8
F. Manifestasi Klinis ..................................................................................................... 9
G. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................................ 10
H. Penatalaksanaan ........................................................................................................ 10

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM NORMAL

1. Pengkajian ................................................................................................................. 11
2. Diagnosa Keperawatan ............................................................................................. 12
3. Perencanaan Asuhan Keperawatan ........................................................................... 12
4. Pelaksanaan/ Implementasi ....................................................................................... 20
5. Evaluasi ..................................................................................................................... 21

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................................ 23
B. Saran ......................................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis,
perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah
mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan
adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian wanita mengganggap
sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya.
Perubahan fisik dan emisional yang kompleks, memerlukan adaptasi terhadap
penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara
keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma-norma sosial
cultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri dapat merupakan pencetus
berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan hingga ke tingkat
gangguan jiwa yang berat.
Pada makalah ini kami akan membahas secara khusus mengenai berbagai
macam komplikasi post partum. Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh wanita
dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada minggu-minggu
atau bulan-bulan pertama setelah melahirkan, baik dari segi fisik maupun segi
psikologis. Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi
sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-
gangguan psikologis dengan berbagai gejala atau sindroma yang oleh para peneliti
dan klinisi disebut post-partum blues, atau karena kurangnya penanganan ibu post
partum sangat rentan mengalami infeksi dan perdarahan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan post partum ?
2. Apa saja etiologi dari post partum ?
3. Bagaimana patofisiologi dari post partum ?
4. Apa saja komplikasi dari post partum ?
5. Bagaimana penatalaksanaan klien dengan post partum ?
6. Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan post partum normal ?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi post partum.
2. Untuk mengetahui dan memahami etiologi post partum.
3. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi post partum.
4. Untuk mengetahui dan memahami komplikasi dari post partum.
5. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan klien dengan post partum.
6. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan klien dengan post
partum normal.

D. Manfaat Penulisan
Penulis dan pembaca dapat memahami lebih dalam lagi mengenai konsep post
partum dan asuhan keperawatan pada ibu dengan post partum.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Post Partum

Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6
minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke
keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2010).
Masa nifas atau masa purpenium adalah masa setelah partus selesai dan
berakhir setelah kira-kira 6-8 minggu (Manjoer, A dkk, 2001). Akan tetapi
seluruh alat genetal baruh pulih kembali seperti sebelumnya ada kehamilan
dalam waktu 3 bulan (Ilmu kebidanan, 2007).
Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Hadijono, 2008:356).
Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan
alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari
24 jam (Saifuddin, 2002). Post partum adalah masa pulih kembali dari persalinan
sampai alat-alat kandung kembali seperti sebelum hamil, lama massa nifas yaitu
6-8 minggu (Rustam, 1991)
Jadi dapat disimpulkan bahwa masa nifas atau post partum adalah masa
setelah kelahiran bayi pervagina dan berakhir setelah alat-alat kandungan
kembali seperti semula tanpa adanya komplikasi.

3
B. Klasifikasi

Masa nifas dibagi dalam 3 periode yaitu :


1. Post partum dini yaitu keputihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri,
berjalan-jalan. Dalam agama Isalam dianggap telah bersih dan boleh bekerja
setelah 40 hari.
2. Post partum intermedial yaitu keputihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya 6-8 minggu.
3. Post partum terlambat yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau
tahunan.

C. Anatomi dan Fisiologi

Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak didalam
rongga pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia eksterna, yang
terletak di perineum. Struktur reproduksi interna dan eksterna berkembang
menjadi matur akibat rangsang hormon estrogen dan progesteron (Bobak, 2005).
1. Stuktur eksterna
a. Vulva
Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa.
Kata ini berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong,
berukuran panjang, mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke
belakang dibatasi perineum.
b. Mons pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan
berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang
di atas simfisis pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea

4
dan ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar, dan ikal pada masa pubertas,
mons berperan dalam sensualitas dan melindungi simfisis pubis selama
koitus.
c. Labia mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang
menutupi lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis.
Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengililingi labia
minora, berakhir di perineum pada garis tengah. Labia mayora melindungi
labia minora, meatus urinarius, dan introitus vagina. Pada wanita yang
belum pernah melahirkan anak pervaginam, kedua labia mayora terletak
berdekatan di garis tengah, menutupi stuktur-struktur di bawahnya. Setelah
melahirkan anak dan mengalami cedera pada vagina atau pada perineum,
labia sedikit terpisah dan bahkan introitus vagina terbuka.
d. Labia minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan
kulit yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang, memanjang ke arah
bawah dari bawah klitoris dan menyatu dengan fourchett. Sementara
bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan
medial labia minora sama dengan mukosa vagina. Pembuluh darah yang
sangat banyak membuat labia berwarna merah kemerahan dan
memungkankan labia minora membengkak, bila ada stimulus emosional
atau stimulus fisik. Kelenjar-kelenjar di labia minora juga melumasi vulva.
Suplai saraf yang sangat banyak membuat labia minora sensitif, sehingga
meningkatkan fungsi erotiknya.
e. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak tepat
di bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang
terlihat adalah sekitar 6x6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris dinamai

5
glans dan lebih sensitif dari pada badannya. Saat wanita secara seksual
terangsang, glans dan badan klitoris membesar.
f. Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau
lojong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum
terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar
paravagina. Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah
teriritasi oleh bahan kimia. Kelenjar vestibulum mayora adalah gabungan
dua kelenjar di dasar labia mayora, masing-masing satu pada setiap sisi
orifisium vagina.
g. Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, dan
terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis
tengah di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan dan fosa navikularis
terletak di antara fourchette dan himen.
h. Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus
vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum.
2. Struktur interna
a. Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang
tuba falopi. Dua lagamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian
mesovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi
dinding pelvis lateral kira-kira setinggi krista iliaka anterosuperior, dan
ligamentum ovari proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. Dua fungsi
ovarium adalah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon. Saat
lahir, ovarium wanita normal mengandung banyak ovum primordial. Di
antara interval selama masa usia subur ovarium juga merupakan tempat

6
utama produksi hormon seks steroid dalam jumlah yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi wanita normal.
b. Tuba fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini
memanjang ke arah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar dan
berlekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium. Panjang tuba ini kira-kira 10
cm dengan berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi merupakan jalan bagi ovum.
Ovum didorong di sepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi terutama oleh
gerakan peristaltis lapisan otot. Esterogen dan prostaglandin mempengaruhi
gerakan peristaltis. Aktevites peristaltis tuba fallopi dan fungsi sekresi
lapisan mukosa yang terbesar ialah pada saat ovulasi.
c. Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang
tampak mirip buah pir yang terbalik. Uterus normal memiliki bentuk
simetris, nyeri bila di tekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga
bagian, fudus yang merupakan tonjolan bulat di bagian atas dan insersituba
fallopi, korpus yang merupakan bagian utama yang mengelilingi cavum
uteri, dan istmus, yakni bagian sedikit konstriksi yang menghubungkan
korpus dengan serviks dan dikenal sebagai sekmen uterus bagian bawah
pada masa hamil. Tiga fungsi uterus adalah siklus menstruasi dengan
peremajaan endometrium, kehamilan dan persalinan.
d. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan
mampu meregang secara luas. Mukosa vagina berespon dengan cepat
terhadap stimulai esterogen dan progesteron. sel-sel mukosa tanggal
terutama selama siklus menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel yang di
ambil dari mukosa vagina dapat digunakan untuk mengukur kadar hormon
seks steroid. Cairan vagina berasal dari traktus genetalis atas atau bawah.
Cairan sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus vagina dan glikogen

7
mempertahankan keasaman. Apabila pH nik diatas lima, insiden infeksi
vagina meningkat. Cairan yang terus mengalir dari vagina
mempertahankan kebersihan relatif vagina.

D. Etiologi
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui secara pasti
atau jelas terdapat beberapa teori antara lain (Rustma Muchtar, 1998) :
1. Penurunan kadar progesterone
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen
meninggikan ketentraman otot rahim.
2. Peningkatan kadar oxytocin
Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah, oleh karena itu timbul
kontraksi otot rahim.
3. Keregangan otot-otot
Dengan majunya kehamilan makin regang otot-otot dan otot-otot rahim
makin rentan.
4. Pengaruh janin
Hypofisis dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang
peranan oleh karena itu pada enencephalus kehamilan sering lebih lama dan
biasa.
5. Teori prostaglandin
Teori prostaglandin yang dihasilkan dan decidua, disangka menjadi salah
satu sebab permulaan persalinan.

E. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun
eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”.
Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni

8
memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh
lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mama.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh darah
yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang
terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga
seperticorong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin.
Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya
trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari
pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan
yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium
terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu.
Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang merenggang sewaktu
kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia
kala.

F. Manifestasi Klinis
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita
memasuki “bulannya atau minggunya atau harinya” yang disebut kala
pendahuluan (preparatory stage of labor) ini memberikan tanda-tanda sebagai
berikut :
1. Lightening atau setting atau droping yaitu kepala turun memasuki pintu atas
panggul terutama pada primigravida pada multipara tidak begitu kentara.
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3. Perasaan sering atau susah kencing (potakisurla) karena kandung kemih
tertekan oleh bagian terbawa janin.
4. Perasaan sakit perut dan dipinggang oleh adanya kontraksi lemah dari uterus,
kadang disebut “false labor pains”.

9
5. Serviks menjadi lembek, mulai melebar dan sekresinya bertambah dan bisa
bercampur darah (bloody shoe).

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan post partum menurut Siswosudarmo, 2008:
- Pemerikasaan umum: tensi,nadi,keluhan dan sebagainya
- Keadaan umum: TTV, selera makan dll
- Payudara: air susu, putting
- Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum
- Sekres yang keluar atau lochea
- Keadaan alat kandungan
Pemeriksaan penunjang post partum menurut Manjoer arif dkk, 2001
- Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum
- Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta.

H. Penatalaksanaan
1. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
2. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan
kiri
3. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar
dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas,
pemberian informasi tentang senam nifas.
4. Hari ke-2 : mulai latihan duduk
5. Hari ke-3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan

10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM NORMAL

1. Pengkajian

a. Aktivitas atau istirahat – Insomnia mungkin teramati.


b. Sirkulasi – Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.
c. Integritas ego – Peka rangsang, takut/menangis (“postpartum blues”sering
terlihat kira-kira 3 hari setelah melahirkan).
d. Eliminasi – Diuresis diantara hari kedua dan kelima
e. Makanan/cairan – Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari
ketiga
f. Nyeri/ketidaknyamanan – Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi
diantara hari 3 sampai ke-5 pascapartum.
g. Seksualitas

1) Uterus 1 cm diatas umbilicus pada 12 jam setelah kelahiran menurun


kira-kira 1 lebar jari setiap harinya.
2) Lokhea rubra berlanjut sampai hari ke2 – 3 , berlanjut menjadi lokhea
serosa dengan aliran tergantung pada posisi (mis, rekumben versus
ambulasi berdiri) dan aktivitas (mis, menyusui).
3) Payudara : produksi kolostrum 48 jam pertama, berlanjut pada susu
matur, biasanya pada hari ke 3; mungkin lebih didini, tergantung kapan
menyusui dimulai.

11
2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon


manusia ( status kesehatan atau resiko perubahan pola ) dari individu atau
kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan,
membatasi, mencegah dan merubah (carpenito, 2000)
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien postpartum menurut Marilyn
doengoes, 2001 yaitu :
a. Nyeri (akut)/ ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis, edema/
pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.
b. Gangguan pemenuhan kebutuhan ADL berhubungan dengan kelemahan
tubuh.
c. Menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman
sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur karakteristik fisik
payudara ibu.
d. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan biokimia, fungsi regulator
(misal hipotensi ortostatik, terjadinya HKK atau eklamsia); efek anestesia;
tromboembolisme; profil darah abnormal (anemia, sensivitas
rubella,inkompabilitas Rh).
e. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan/atau
kerusakan kulit, penurunan Hb prosedur invasive dan /atau peningkatan
peningkatan lingkungan, rupture ketuban lama, mal nutrisi.

3. Perencanaan Asuhan Keperawatan

Perencanaan merupakan tahap ketiga dari proses keperawatan yang meliputi


pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi atau mengoreksi
masalah-masalah yang diidentifikasi pada diagnose keperawatan.

12
a. Nyeri (akut)/ ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis,
edema/pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.
1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan rasa nyeri teratasi
2) Kriteria hasil : Mengidentifikasi dan mengunakan intervensi untuk
mengatasi ketidaknyamanan dengan tepat, mengungkapkan berkurangnya
ketidaknyamanan.
3) Intervensi :
Mandiri :

1. Tentukan adanya lokasi, dan sifat ketidaknyamanan. Tinjau ulang


persalinan dan catatan kelahiran.
2. Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomy. Perhatikan edema,
ekimosis, nyeri tekan local, eksudat purulen, atau kehilangan
perlekatan jaringan.
3. Berikan kompres es pada perineum, khusus nya selama 24 jam
pertama setelah kelahiran.
4. Berikan kompres panas lembab (misal rendam duduk/bak mandi)
diantara 100o dan 105o F (38o sampai 43,2o C) selam 20 menit, 3-4
kali sehari, setelah 24 jam 1.
5. Anjurkan duduk dengan otot gluteal terkontraksi diatas perbaikan
episiotomy.
6. Infeksi hemoroid pada perineum. Anjurkan penggunaan kompres es
selama 20 menit setiap 4 jam, penggunaan kompres witch hazel, dan
menaikan pelvis pada bantal.
7. Kaji nyeri tekan uterus; tentukan adanya dan frekuensi/intensitas
afterpain.
8. Anjurkan klien berbaring tengkurap dengan bantal dibawah
abdomen, dan melakukan tehnik visualisasi atau aktivitas pengalihan.

13
9. Inspeksi payudara dan jaringan putting; jika adanya pembesaran
dan/atau pitung pecah – pecah.
10. Ajurkan untuk mengunakan bra penyokong
11. Berikan informasi mengenai peningkatan frekuensi temuan,
memberikan kompres panas sebelum member makan, mengubah
posisi bayi dengan tepat, dan mengeluarkan susu secara berurutan ,
bila hanya satu putting yang sakit atau luka.
12. Berikan kompres es pada area aksila payudara bila klien tidak
merencanakan menyusui.
13. Kaji klien terhadap kepenuhan kandung kemih.
14. Evaluasi terhadap sakit kepala, khususnya setelah anesthesia
subaraknoid. Hindari member obat klien sebelum sifat dan penyebab
dari sakit kepala ditentukan.

Kolaborasi :

1. Berikan bromokriptin mesilat (parlodel) dua kali sehari dengan


makan selama 2 – 3 minggu. Kaji hipotensi pada klien; tetap dengan
klien selama ambulasi pertama.
2. Berikan analgesic 30 – 60 menit sebelum menyusui. Untuk klien
yang tidak menyusui, berikan analgesic setiap 3 – 4 jam selama
pembesaran payudara dan afterpain.
3. Berikan sprei anestetik, salep topical, dan kompres witc hazel untuk
perineum bila dibutuhkan.
4. Bantu sesuai dengan injeksi salin atau pemberian “ blood patch “
pada sisi pungsi dural. Pertahankan klien pada posisi horizontal
setelah prosedur.

14
b. Menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman
sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur karakteristik
fisik payudara ibu.
1) Tujuan : setelah dilakukan demostrasi tentang perawatan payudara
diharapkan tingkat pengetahuan ibu bertambah.
2) Kriteria hasil : mengungkapkan pemahaman tentang proses
menyusui, mendemonstrasikan tehnik efektif dari menyusui,
menunjukan kepuasan regimen menyusui satu sama lain, dengan bayi
dipuaskan setelah menyusui.
3) Intervensi :

Mandiri :

1. Kaji pengetahuan dan pengalaman klien tentang menyusui


sebelumnya.
2. Tentukan system pendukung yang tersedia pada klien, dan sikap
pasangan/keluarga.
3. Berikan informasi, verbal dan tertulis, mengenai fisiologis dan
keuntungan menyusui, perawatan putting dan payudara, kenutuhan
diet khusus, dan factor – factor yang memudahkan atau mengganggu
keberhasilan menyusui.
4. Demostrasikan dan tinjauan ulang tehnik – tehnik menyusui.
Perhatikan posisi bayi selama menyusui dan lama menyusui.
5. Kaji putting klien; anjurkan klien melihat putting setiap habis
menyusui.
6. Anjurkan klien untuk mengeringkan putting dengan udara selama 20
– 30 menit setelah menyusui.
7. Instruksikan klien untuk menghindari pengunaan putting kecuali
secara khusus diindikasi.

15
8. Berikan pelindung putting payudara khusus untuk klien menyusui
dengan putting masuk atau datar.

Kolaborasi :

1. Rujuk klien pada kelompok pendukung; misal posyandu


2. Identifikasi sumber – sumber yang tersedia dimasyarakat sesuai
indikasi

c. Gangguan pemenuhan kebutuhan ADL berhubungan dengan kelemahan


fisik.
1) Tujuan : Pemenuhan ADL terpenuhi.
2) Kriteria hasil : Klien dapat memenuhi kebutuhannya (mandi, makan,
dan minum).
3) Intervensi :
1. Kaji tingkat kemampuan pasien dalam memenuhi kebutuhannya.
2. Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.
3. Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien.
4. Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhannya.
4) Rasionalisasi
1. Sebagai indikator untuk melanjutkan tindakan selanjutnya.
2. Agar kebutuhan klien dapat terpenuhi.
3. Agar klien mudah menjangkau kebutuhannya.
4. Dengan adanya hubungan dan kerjasama dari keluarga klien
terpenuhi.
d. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan biokimia, fungsi
regulator ( misal hipotensi ortostatik, terjadinya HKK atau eklamsia); efek
anestesia; tromboembolisme; profil darah abnormal (anemia, sensivitas
rubella, inkompabilitas Rh).

16
1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan resiko
cidera teratasi.
2) Kriteria hasil : mendemonstrasikan perilaku untuk menurunkan factor
– factor risiko/melindungi diri dan bebas dari komplikasi.
3) Intervensi :

Mandiri :

1. Tinjau ulang kadar hemoglobin (Hb) darah dan kehilangan darah pada
waktu melahirkan. Catat tanda – tanda anemia.
2. Anjurkan ambulasi dan latihan dini kecuali pada klien yang
mendapatkan anesthesia subaraknoid, yang mungkin yetap berbaring
selama 6 – 8 jam, tanpa penggunaan bantal atau meninggikan kepala.
Bantu klien dengan ambulasi awal. Berikan supervise yang adekuat
pada mandi shower atau rendam duduk. Berikan bel pemanggil dalam
jangkauan klien.
3. Berikan klien terhadap hiperrefleksia, nyeri kuadran kanan atas (KKaA
, sakit kepala, atau gangguan penglihatan.
4. Catat efek – efek magnesium sulfat (MgSO4), bila diberikan, kaji
respon patella dan pantau status pernapasan.
5. Inspeksi ekstremitas bawah terhadap tanda – tanda tromboflebitis,
perhatikan ada atau tidaknya tanda human.
6. Berikan kompres panas local; tingkatkan tirah baring dengan
meninggikan tungkai yang sakit.
7. Evaluasi status rubella pada grafik prenatal, kaji klien tehadap alergi
pada telur atau bulu.

Kolaborasi :

1. Berikan MgSO4 melalui pompa infuse, sesuai indikasi.

17
2. Berikan kaus kaki penyokong atau balutan elastic untuk kaki bila
risiko – risiko atau gejala – gejala flebitis terjadi.
3. Berikan antikoagulasi; evaluasi factor – factor koagulasi, dan
perhatikan tanda – tanda kegagalan pembekuan.
4. Berikan Rh0 (D) imun globulin (RhlgG) LM.dalam 72 jam
pascapartum, sesuai indikasi.

f. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan


dan/atau kerusakan kulit, penurunan Hb prosedur invasive dan /atau
peningkatan peningkatan lingkungan, rupture ketuban lama, mal
nutrisi.
1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
infeksi tidak terjadi.
2) Kriteria hasil : mendemonstrasikan tehnik – tehnik untuk
menurunkan risiko/meningkatkan penyembuhan, menunjukan luka
yang bebas dari drainase purulen dan bebas dari infeksi, tidak
febris, dan mempunyai aliran lokhial dan karakter normal.
3) Intervensi :

Mandiri :

1. Kaji catatan prenatal dan intrapartal, perhatikan frekuensi


pemeriksaan vagina dan komplikasi seperti ketuban pecah dini
(KPD), persalinan lama, laserasi, hemoragi, dan tertahannya
plasenta.
2. Pantau suhu dan nadi dengan rutin dan sesuai indikasi ; catat
tanda-tanda menggigil, anoreksia atau malaise.
3. Kaji lokasi dan kontraktilitis uterus ; perhatikan perubahan
involusional atau adanya nyeri tekan uterus ekstrem.Catat jumlah

18
dan bau rabas lokhial atau perubahan pada kemajuan normal dari
rubra menjadi serosa.
4. Evaluasi kondisi putting, perhatikan adanya pecah-pecah,
kemerahan atau nyeri tekan. Anjurkan pemeriksaan rutin
payudara. Tinjau perawatan yang tepat dan tehnik pemberian
makan bayi. (rujuk pada DK : Nyeri (akut)/ketidaknyamanan).
5. Inspeksi sisi perbaikan episiotomy setiap 8 jam. Perhatikan nyeri
tekan berlebihan, kemerahan, eksudat purulen, edema, sekatan
pada garis sutura (kehilangan perlekatan), atau adanya laserasi.
6. Perhatikan frekuensi/jumlah berkemih.
7. Kaji terhadap tanda-tanda infeksi saluran kemih (ISK) atau sisitis
(mis : peningkatan frekiensi, doronganatau disuria). Catat warna
dan tampilan urin, hematuria yang terlihat, dan adanya nyeri
suprapubis.
8. Anjurkan perawatan perineal, dengan menggunakan botol atau
rendam duduk 3 sampai 4 kali sehari atau setelah
berkemih/defekasi. Anjurkan klien mandi setiap hari ganti
pembalut perineal sedikitnya setiap 4 jam dari depan ke belakang.
9. Anjurkan dan gunakan tehnik mencuci tangan cermat dan
pembuangan pembalut yang kotor, pembalut perineal dan linen
terkontaminasi dengan tepat.
10. Kaji status nutrisi klien. Perhatikan tampilan rambut, kuku, kulit,
dan sebagainya. Catat berat badan kehamilan dan penambahan
berat badan prenatal.
11. Berikan informasi tentang makanan pilihan tinggi protein, vitamin
C, dan zat besi. Anjurkan klien untuk meningkatkan masukan
cairan sampai 2000 ml/hari.
12. Tingkatkan tidur dan istitahat.

19
Kolaborasi :

1. Kaji jumlah sel darah putih (SDP).

4. Pelaksanaan/ Implementasi

Pelaksanaan keperawatan merupakan proses keperawatan yang mengikuti


rumusan dari rencana keperawatan. Pelaksanaan keperawatan mencakup
melakukan, membantu, memberikan askep untuk mencapai tujuan yang
berpusat pada klien, mencatat serta melakukan pertukaran informasi yang
relevan dengan perawatan kesehatan berkelanjutan dari klien. Proses
pelaksanaan keperawatan mempunyai lima tahap, yaitu :

a. Mengkaji ulang klien – Fase pengkajian ulang terhadap komponen


implementasi memberikan mekanisme bagi perawat untuk menentukan
apakah tindakan keperawatan yang diusulkan masih sesuai.
b. Menelaah dan modifikasi rencana asuhan keperawatan yang ada,
Modifikasi rencana asuhanyang telah ada mencakup beberapa langkah.
Pertama, data dalam kolom pengkajian direvisi sehingga mencerminkan
status kesehatan terbaru klien. Kedua, diagnose keperawatan direvisi.
Diagnose keperawatan yang tidak relevan dihapuskan, dan diagnose
keperawatan yang terbaru ditambah dan diberi tanggal. Ketiga, metoda
implementasi spesifik direvisi untuk menghubungan dengan diagnose
keperawatan yang baru dan tujuan klien yang baru.
c. Mengidentifikasi bidang bantuan – Situasi yang membutuhkan tambahan
tenaga beragam. Sebagai contoh, perawat yang ditugaskan unutk merawat
klien imobilisasi mungkin membutuhkan tambahan tenaga untuk
membantu membalik, memindahkan, dan mengubah posisi klien karena
kerja fisik yang terlibat.

20
d. Mengimplementasikan intervensi keperawatan

Berikut metode untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan :

1. Membantu dalam melakukan aktivitas sehari – hari


2. Mengonsulkan dan menyuluhkan pasien dan keluarga
3. Mengawasi dan mengevaluasi kerja anggota staf lainnya.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi


dengan criteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat
keberhasilannya.
Evaluasi disusun dengan mengunakan SOAP yang operasional dengan
pengertian :

1. S : adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara subjektif


oleh klien dan keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.
2. O :adalah keadaan objektif yang didefinisikan oleh perawat menggunakan
pengamatan yang objektif setelah implementasi keperawatan.
3. A :adalah merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif
dan objektif klien yang dibandingkan dengan criteria dan standar yang
telah ditentukan mengacu pada tujuan rencana keperawatan klien.
4. P : adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.

Adapun evaluasi dari semua tindakan keperawatan mengenai Asuhan


Keperawatan Post Partum Normal (episiotomi) yaitu :

1. Rasa nyeri teratasi


2. Tingkat pengetahuan ibu bertambah mengenai perawatan payudara

21
3. Pemenuhan ADL terpenuhi.
4. Resiko cidera tidak terjadi

22
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa
bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung
kurang dari 24 jam (Saifuddin,2002). Post portum/ masa nifas dibagi dalam 3
periode (Mochtar, 1998) yaitu puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan, purperium intermedial yaitu kepulihan
menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya mencapainya 6 – 8 minggu dan
remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil / waktu persalinan mempunyai komplikasi.

B. Saran
1. Pasien
Diharapkan pasien dapat memahami pengertian, penyebab, klasifikasi,
fisiologi dan penatalaksanaan pada saat post partum.
2. Perawat
Diharapkan kepada perawat dapat menggunakan proses keperawatan sebagai
kerangka kerja untuk perawatan pasien dengan post partum.

23
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta : EGC

Carpenito, L.J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC. Jakarta

Carpenito, L. J. 1998. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis. Edisi 6. EGC.
Jakarta

Doengoes, E. Marilyn. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi Edisi 2. Jakarta: EGC

Farrer, H. 2001. Perawatan Maternitas. Edisi 2. EGC. Jakarta

Hadijono, Soerjo. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta:Bina Pustaka

http://www. Us elsevierhealth. com. Nursing diagnoses. Outcomes and interventions

NANDA. 2001. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification. Philadelphia

Sarwono, P. 1994. Ilmu Kebidanan. Balai Penerbit UI. Jakarta

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2002.Buku Panduan Praktis Pelayanan


Kesehatan Maternal dan Neonatal

Doengoes, Marlin E.2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Jakarta : EGC

Helen Farrer, 1996. Perawatan Maternitas. Jkarta : EGC

Ida Bagus Gde Manuaba. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB untuk
Pendidikan Bidan : Jakarta EGC

Judi Januadi Endjun.2002. Persalinan Sehat. Puspa Swara

Mansjoer, Arief. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III Jilid I. Jakarta : Media

24

Vous aimerez peut-être aussi