Vous êtes sur la page 1sur 7

asuhan keperawatan klien dengan disfungsi

ereksi dan ejakulasi dini

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
1. Disfungsi Ereksi
Ereksi merupakan efek pertama perangsangan seksual pria, dan derjat ereksi sebanding
dengan derajat perangsangan, baik oleh psikis atau fisik (Guyton, 1990).
Disfungsi ereksi ialah salah satu jenis gangguan seksual pria, dimana ketidakmampuan
mempertahankan ereksi untuk melakukan aktivitas seksual dengan baik. Sebagian masyarakat
menyebutnya dengan impotensi.
2. Ejakulasi dini

Ejakulasi dini berarti ketidakmampuan mengontrol ejakulasi sehingga terjadi dalam waktu
singkat, yang tidak sesuai dengan keinginannya, sedangkan ejakulasi sendiri adalah peristiwa
penyemburan air mani ke luar secara mendadak yang menandai klimaks bagi pria
(metroaktual.com).
Ejakulasi dini adalah sebuah fenomena yang dialami oleh kaum adamketika berhubungan seks
dimana sang pejantan terlalu cepat mengalami orgasme atau orgasme dalam waktu singkat dan
tentu saja akan memberikan dampak negatif terhadap pasangannya (Infokesehatan.com)
Ejakulasi adalah peristiwa keluarnya sperma dari penis dan biasanya di sertai dengan orgasme.
Hal ini biasanya terjadi setelah adanya stimulasi seksual yang mengakibatkan ereksi penis
(Wikipedia.com)

B. Anatomi dan Fisiologi

Organ reproduksi pria dibagi atas dua bagian, yaitu organ reproduksi eksternal dan internal.
Organ reproduksi eksternal terdiri dari penis dan scrotum. Dan organ reproduksi internal terdiri
dari testis, tubulus seminiferus, epididimis, fas deverens, vesika seminalis, duktus ejakulatorius,
duktus prostatikus dan uretra.
Penis terdiri dari tiga bagian : akar, badan, dan glans penis yang membesar dan banyak
mengandung ujung-ujung saraf sensorik. Organ ini berfungsi untuk tempat keluar urin dan semen
serta sebagai organ kopulasi (Ethel Sloane, 2003)
Testis terdiri dari sejumlah besar tubulus seminiferus yang berkelok-kelok tempat sperma
dibentuk. Sperma kemudian dikosongkan ke dalam epididimis, dan kemudian menuju ke vas
deverens, yang membesar pada ampula vas deverens segera sebelum vas masuk kebadan kelenjer
prostat. Vesika seminalis masing-masing terletak di tiap sisi prostat, bermuara dalam ujung
prostatik ampula, serta isi dari kedua ampula dan vesika seminalis berjalan msuk duktus
ejakulatorius yang masuk kedalam badan kelenjer prostat untuk bermuara ke dalam uretra interna.
Duktus prostatikus selanjutnya bermuara ke dalam duktus ejakulatorius. Akirnya, uretra
merupakan penghubung terakir keluar (Guyton, 1990)
C. Jenis-Jenis Ejakulasi
Ejakulasi dini di bagi menjadi tiga derajat berdasarkan ringan beratnya gangguan yaitu meliputi:
1. Ejakulasi Dini Ringan terjadi setelah beberapa kali gesekan singkat.
2. Ejakulasi Dini Sedang terjadi setelah penis masuk ke vagina.
3. Ejakulasi Dini Berat terjadi begitu penis menyentuh kelamin wanita bagian luar atau ejakulasi
terjadi sebelum penisnya menyentuh kelamin wanita bagian luar.
(metroaktual.com)

D. Etiologi
1. Disfungsi Ereksi
a. Penyebab organik (kelainan organ), yakni: Berkurangnya aliran darah ke penis, misalnya: penyakit
vaskuler, gangguan hormonal, pasca operasi prostat, dan Kerusakan saraf yang disebabkan
penyakit lain, misalnya: diabetes.
b. Faktor psikologis, antara lain: stress, kecemasan, depresi, rasa letih, perselisihan, sakit hati, rasa
bersalah, paranoid dan sejenisnya.

2. Ejakulasi Dini
1. Penyebab psikis seperti stress berkepanjangan, kebiasaan ingin cepat selesai ketika melakukan
hubungan seksual.
2. Penyebab fisik terutama kurang berfungsinya serotonin yang berfungsi menghambat.
3. Gangguan kontrol saraf yang mengatur peristiwa ejakulasi juga diduga menjadi penyebab
terjadinya ejakulasi dini (metroaktual.com).

E. Patofisiologi

1. Disfungsi Ereksi
Disfungsi ereksi berhubungan erat dengan faktor: hormonal, sistem saraf, aliran darah dan
psikologis. Gangguan pada salah satu atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut dapat
menyebabkan terjadinya disfungsi ereksi.

2. Ejakulasi Dini
Proses ejakulasi berada di bawah pengaruh saraf otonom. Asetilkolin berperan sebagai
neurotransmitter ketika saraf simapatis mengaktifasi kontraksi dari leher kandung kemih, vesika
seminalis dan vas deferens. Reflex ejakulasi berasal dari kontraksi otot bulbokavernosus dan
ischiokavernosus serta di control oleh saraf pudendus.
Singkatnya, ejakulasi terjadi karena mekanisme reflex yang di cetuskan oleh rangsangan pada
penis melalui saraf sensorik pudendus yang terhubung dengan persarafan tulang belakang ( T12-
L2 ) dan korteks sensorik ( salah satu bagian otak).
Mengapa reflex ini dapat terjadi sebelum pria tersebut menginginkannya? Penelitian terakhir
mengemukakan bahwa terdapat gangguan respon penis pria dengan ejakulasi dini. Penelitian yang
dilakukan oleh Xin dan kawan-kawan serta di muat di dalam J.Urol mengukur kadar sensorik penis
menggunakan biothesiometry pada pria dengan ejakulasi dini dan membandingkannya dengan
kadar yang normal. Pada pria tanpa ejakulasi dini, pengukuran kadar sensitivitas penis meningkat
seiring dengan bertambahnya usia. Namun pada pria dengan ejakulasi dini , justru sensitivitas
semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia. Penelitian lanjutan mengemukakan bahwa
pria dengan ejakulasi dini memiliki sensitivitas lebih tinggi daripada pria tanpa ejakulasi dini.
(metroaktual.com).
F. Manifestasi Klinis

1. Disfungsi Ereksi
Pada disfungsi ereksi, tanda-tandanya adalah sebagai berikut:
a) Tidak mampu ereksi sama sekali atau tidak mampu mempertahankan ereksi secara berulang (
paling tidak selama 3 bulan )
b) Tidak mampu mencapai ereksi yang konsisten
c) Ereksi hanya sesaat ( dalam referensi tidak disebutkan lamanya ).
2. Ejakulasi Dini

Gejala ejakulasi :
1. Ejakulasi yang selalu atau hampir selalu terjadi dalam satu menit atau kurang pada saat
melakukan penetrasi vagina.
2. Ketidakmampuan untuk menunda ejakulasi pada semua atau hampir saat melakukan penetrasi
vagina.
3. Kehidupan pribadi yang negative, seperti stress, frustasi atau menghindari keintiman seksual.
G. Penatalaksanaan

1. disfungsi ereksi
Jenis dan cara pengobatan bergantung kepada penyebab primernya. Selain itu ditujukan pula
untuk memperbaiki fungsi ereksi. Tak jarang kasus disfungsi ereksi tidak memerlukan obat,
terutama pada kasus disfungsi ereksi karena faktor psikologis. Selain itu, peran pasangan sangat
penting untuk membantu pemulihan disfungsi ereksi.
Obat-obat yang sering dipakai, antara lain: Phosphodiesterase inhibitor (PDE), misalnya:
sildenafil. Obat ini tidak boleh digunakan lebih satu kali dalam sehari. Digunakan sebagai pilihan
pertama tanpa memandang penyebabnya, karena efektif bagi sebagian besar penderita disfungsi
ereksi.
Cara lain adalah:

 Vacuum constriction, Pembedahan, dilakukan untuk memperbaiki pembuluh darah penis


(revaskularisasi).
 Penis tiruan (protesis penis), merupakan pilihan terakhir jika semua upaya tidak
memberikan hasil yang memadai.

2. ejakulasi dini
1. Pertama-tama disarankan untuk melakukan sex therapy.
2. Jika sex therapy tidak berhasil, maka lakukan cara yang kedua yaitu menggunakan obat. Obat
untuk mengatasi ejakulasi dini adalah obat yang berkhasiat mengontrol ejakulasi.

Ada beberapa jenis obat yang dapat mengontrol ejakulasi.Tergantung penyebabnya karena
penyebabnya banyak berkaitan dengan fungsi serotonin, maka diperlukan obat yang mengatur
fungsi serotonin.misalnya, golongan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor).
3. Kalau ejakulasi dini diakibatkan oleh gangguan ereksi, maka dengan memperbaiki fungsi
ereksi, ejakulasi dapat diperlambat. Jadi obat disfungsi ereksi bermanfaat kalau ejakulasi dini
disebabkan oleh gangguan ereksi.
4. Cara pengobatan lainnya ialah dengan cara operasi terhadap saraf yang mengontrol terjadinya
peristiwa ejakulasi.

H. Pemeriksaan penunjang
1. Disfunsi ereksi

2. Ejakulasi dini
Pada pria dengan ejakulasi dini dan tanpa permasalahan medis umum lainnya, tidak ada
pemeriksaan Lab konvensional yang dapat membantu atau mempengaruhi pemilihan jenis terapi.
Pemeriksaan kadar testosterone dan prolactin serum cocok dilakukan jika ejakulasi dini di
sertai dengan permasalahan impotensi.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

1. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Disfungsi Ereksi


A. Pengkajian

1. Perubahan kadar hormone


2. Perubahan pola reponsif seksual
3. Tidak adanya kontraksi uterus selama orgasme
4. Klien menarik diri
5. Klien depresi
6. Klien takut akan penolakan atau reaksi orang terdekat
B. Diagnosa keperawatan
1. Disfungsi seksual, resiko tinggai terhadap Perubahan struktur tubuh, fungsi, contoh
memendeknya kanal vaginal; perubahan kadar hormone, penurunan libido.
2. Gangguan Harga Diri b.d efek hubungan seksual

D. Implementasi

Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam
rencana perawatan pasien. Agar implementasi/ pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan
efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien
terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan

E. Evaluasi
Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap perawatan
yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai.

2. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Ejakulasi Dini


A. Pengakajian
1. Identitas Klien
Nama, Umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, suku, dan lain-lain.
2. Aktivitas atau istirahat
Gejala : mudah lelah, sulit berkonsentrasi, saat memiliki waktu luang lebih banyak di gunakan
untuk melihat gambar, film ataupun berimajinasi tentang hal- hal yang membangkitkan libido.
3. Sirkulasi
Hipertensi dan Aterosklerosis
4. Integritas ego
Kecemasan, malas, takut ketidakmampuan dalam berhubungan seksual terutama kepada pasangan,
pasangan tidak mampu menerima keadaan suaminya karena tidak mendapatkan kepuasan saat
berhubungan seksual.
5. Eliminasi
Normal
6. Makanan/ cairan
Penurunan nafsu makan, anoreksia
7. Nyeri/ kenyamanan
Tidak nyaman dalam berhubungan seksual
8. Seksualitas
Ketidakmampuan dalam mempertahankan ejakulasi, penurunan libido

B. Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan yang lazim dijumpai pada klien ejakulasi dini adalah sebagai
berikut:
1. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan gangguan biopsiko seksualitas (cemas).
2. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan perubahan fungsi seksual.
3. Resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan penurunan libido.
(Doengoes, 2000)

D. Implementasi
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana
perawatan pasien. Agar implementasi/ pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif
maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap
setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan.

E. Evaluasi

Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap perawatan
yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai.

Vous aimerez peut-être aussi