Vous êtes sur la page 1sur 8

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER PADA

PROCUREMENT SUKU CADANG DENGAN METODE


AHP-MPE
(Studi Kasus : PLTD Bitung)

Kelompok 2:
Ahmad Syarif Yumna I0314008
Faishal Arham Pratikno I0314036
Karima Batennia Murti I0314052

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
SURAKARTA
2017
ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER PADA
PROCUREMENT SUKU CADANG DENGAN METODE
AHP-MPE (Studi Kasus : PLTD Bitung)
Faishal Arham Pratikno 1), Ahmad Syarif Yumna 2), Karima Batennia Murti3), dan
Yuniaristanto4)
1,2,3,4)
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret
Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126, Indonesia
Email: faishalarham2@gmail.com, najmudinoke@gmail.com, kbatenniam@gmail.com,
yuniaristanto@ft.uns.ac.id)

Abstrak
Untuk melayani keperluan listrik di Bitung, PLTD Bitung memerlukan fasilitas serta suku cadang
yang memadai setiap saat. Dalam pemilihan supplier suku cadang di perusahaan, khususnya di PLTD
Bitung, diperlukan banyak pertimbangan dalam mengambil keputusan yang tepat. Oleh karena itu
perusahaan harus dapat menentukan kriteria apa yang perlu diprioritaskan dalam memilih supplier
suku cadang. Dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dan Metode
Perbandingan Eksponensial (MPE), peneliti akan melakukan pembobotan kriteria yang digunakan
dalam proses procurement berdasarkan data wawancara dengan supervisor operator terhadap
supplier. Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan, didapatkan bahwa kriteria kontinuitas
memiliki prioritas tertinggi (0,5047) untuk pemilihan supplier suku cadang di PLTD Bitung. Supplier
PT. Kawanua Rekacipta adalah supplier yang memiliki bobot tertinggi sebagai supplier suku cadang
di PLTD Bitung berdasarkan olahan data menggunakan metode AHP (0,4944) maupun MPE
(5,160).

Kata Kunci: Analytic Hierarchy Process, Metode Perbandingan Eksponensial, Pengadaan


dan Supplier.

Abstract
To serve electrical needs in Bitung, Bitung power plant requires adequate facilities and
spare parts at any time. In the selection of spare parts suppliers in this company, especially
in Bitung power plant, it takes a lot of consideration in making the right decision. Therefore
the company should be able to determine what criteria should be prioritized in choosing
suppliers of the spare parts. Using the Analytic Hierarchy Process (AHP) and Exponential
Comparison Method (MPE) method, the researcher will weight the criteria used in the
procurement process based on interview data with the supervisor operator to the supplier.
Based on the results of data processing conducted, it is found that the continuity criteria has
the highest priority (0.504) for the selection of spare parts suppliers in Bitung power plant.
Supplier PT. Kawanua Rekacipta is the supplier that has the highest weight as spare parts
supplier in Bitung power plantbased on data processing using AHP (0,4944) and MPE
(5,160) method.

Keywords: Analytic Hierarchy Process, Exponential Comparative Method, Procurement


and Supplier.

1. Pendahuluan
Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif pada saat ini, perusahaan menganggap proses
pengadaan adalah salah satu yang penting karena pemenuhan barang dan jasa dapat
mempengaruhi pencapaian tujuan dan sasaran utama perusahaan (Prasad, et al., 2016). Menurut
Kalakota, dkk., (2001), procurement adalah semua aktivitas yang melibatkan akivitas
mendapatkan barang meliputi pembelian, juga kegiatan logistik ke dalam seperti, transportasi
barang masuk dan penyimpanan di gudang sebelum barang tersebut digunakan. Salah satu
faktor yang mendorong kelancaran procurement adalah keberadaan supplier. Hal ini berkaitan
dengan fungsi supplier sebagai pemasok bahan baku maupun suku cadang yang mendukung
berjalannya operasional perusahaan. Karena supplier memainkan peran yang penting dalam
rantai pasok perusahaan, diperlukan adanya peningkatan kebutuhan untuk evaluasi kinerja
supplier yang lebih objektif. Sebagian besar artikel yang dipublikasikan tentang pemilihan
supplier telah menyimpulkan bahwa proses pemilihan dan evaluasi supplier berbeda-beda
berdasarkan kriteria yang diinginkan(Imeri, dkk., 2015). Supplier yang tidak tepat dapat
menyebabkan kerugian yang tidak sedikit bagi perusahaan, contohnya adalah apabila Supplier
kurang responsif dalam memenuhi permintaan, maka perusahaan dapat berakibat kehabisan atau
kehabisan persediaan. (Maria Felicia Limansantoso, 2013). Kesalahan dalam pemilihan
Supplier bahan baku akan berdampak pada penurunan produktivitas perusahaan. Hal ini
dikarenakan bahan baku merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan proses produksi
karena akan berpengaruh secara langsung terhadap produk yang dihasilkan. (Miftakhul Jannah,
dkk., 2012). Menurut Ulutas, dkk. (2016), tinjauan literatur mengenai pemilihan dan evaluasi
supplier menunjukkan bahwa penelitian saat ini berfokus pada usulan model baru untuk
menghadapi kompleksitas pengambilan keputusan dalam evaluasi supplier.
Pada perusahaan yang bergerak dalam kelistrikan, contohnya Pembangkit Listrik Tenaga
Diesel (PLTD) juga menggunakan jasa supplier dalam pengiriman suku cadang yang
dibutuhkan untuk operasional perusahaan. Berbagai fakta atau kejadian yang nyata terjadi di
PLTD Bitung untuk memilih supplier yang memasok suku cadang. Pengambilan keputusan
harga supplier sistem procurement yang dilakukan PLTD Bitung saat ini adalah berdasarkan
dengan harga terendah yang ditawarkan. Dalam hal ini tidak ada sistem pendukung keputusan
yang sesuai standar dan jelas pada proses pemilihan supplier tersebut. Oleh karena itu
pengambilan keputusan pemilihan supplier memerlukan sistem pendukung keputusan yang
terintegrasi dan konsisten dalam penggunaannya. Salah satu metode yang dapat digunakan
dalam pemilihan supplier adalah Analytic Hierarchy Process (AHP) dan metode perbandingan
eksponensial (MPE). AHP merupakan salah satu model pengambilan keputusan yang pada
dasarnya berusaha menutupi semua kekurangan dari model-model sebelumnya. Perbedaan yang
mencolok dari model AHP dengan model pengambilan keputusan lainnya adalah dari jenis
inputnya. Model yang sudah ada umumnya memakai input kuantitatif, sedangkan AHP
menggunakan persepsi manusia yang dianggap ahli sebagai input utamanya. Karena dengan
input persepsi manusia (kualitatif) maka model ini dapat mengolah juga hal-hal yang kualitatif
disampingi hal-hal kuantitatif. Menurut Marimin (2005) Metode Perbandingan Eksponensial
(MPE) merupakan salah satu metode untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan
dengan kriteria jamak. Dalam menggunakan MPE ada beberapa tahap yang harus dilakukan,
yaitu: menyusun alternatif-alternatif keputusan yang akan dipilih, menentukan kriteria atau
perbandingan keputusan yang penting untuk dievaluasi, menentukan tingkat kepentingan dari
setiap kriteria keputusan, melakukan penilaian terhadap semua alternatif pada setiap kriteria,
menghitung skor atau nilai total setiap alternatif, dan menentukan urutan prioritas keputusan
didasarkan pada skor atau nilai total masing-masing alternatif. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengidentifikasi bobot dalam kriteria pemilihan supplier menggunakan metode AHP-
MPE di PLTD Bitung.

2. Metode
Penelitian ini dilakukan di Kantor PLTD Bitung. Penelitian ini dilakukan dengan cara
wawancara yang dilakukan dengan supervisor operator PLTD Bitung yang berhubungan dengan
pemilihan supplier. Objek studi dari penelitian ini adalah supplier dari PLTD Bitung yang
memasok suku cadang dalam PLTD Bitung. Studi lapangan dilakukan untuk mendapatkan data
yang dibutuhkan yaitu kasus procurement pada bulan sebelumnya. Selanjutnya data diolah
dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dan Metode Perbandingan
Eksponensial (MPE) untuk menentukan kriteria pemilihan keputusan supplier.
Tahapan analisis dengan mengunakan metode AHP terdiri dari langkah sebagai berikut:
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan;
2. Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama;
3. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang memberikan gambaran kontribusi
relatif atau pengaruh terhadap setiap elemen dengan tujuan atau kriteria yang setingkat
di atasnya dengan mendefinisikan perbandingan secara pasangan hingga sejumlah
penilaian seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen
yang dibandingkan.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pemilihan keputusan dengan MPE adalah:
1. Penentuan alternatif keputusan;
2. Penyusunan kriteria keputusan yang akan dikaji,
3. Penentuan derajat kepentingan relatif setiap kriteria keputusan dengan menggunakan
skala konversi tertentu sesuai keinginan pengambil keputusan,
4. Penentuan derajat kepentingan relatif dari setiap alternatif keputusan dan
5. Membuat peringkat nilai yang diperoleh dari setiap alternatif keputusan.

3. Hasil dan Pembahasan


Berdasarkan hasil wawancara kuisioner yang dilakukan maka dapat dilakukan perhitungan
bobot kriteria dalam proses procurement PLTD Bitung dengan menggunakan Analytic
Hierarchy Process (AHP). Untuk setiap kriteria dan alternatif, dilakukan perbandingan
berpasangan (pairwise comparison) yaitu membandingkan setiap kriteria dengan kriteria
lainnya. Pada setiap tingkat hirarki secara berpasangan sehingga didapat nilai tingkat
kepentingan elemen dalam bentuk pendapat kualitatif. Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian
diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif. Kriteria kualitatif dan kriteria
kuantitatif dapat dibandingkan sesuai dengan penilaian yang telah ditentukan untuk
menghasilkan ranking dan prioritas.

Harga

Ketersediaan CV. Karya Citra Abadi


Barang

Alternatif
Kualitas PT. Kawanua Rekacipta
Supplier

Kuantitas
Produk CV. Diva Multi Prima

Kontinuitas

Gambar 1. Struktur Hirarki Alternatif Pemilihan Supplier


(Sumber:PLTD Bitung)
Langkah-langkah yang dilakukan pada perhitungan Analytic Hierarchy Process untuk
penggabungan semua hasil wawancara dengan supervisor operator PLTD Bitung. Berikut
adalah nilai matriks pairwise comparison hasil dari proses perhitungan nilai dari penggabungan
hasil wawancara dengan supervisor di PLTD Bitung:
Tabel 1. Matriks Pairwise Comparison
Ketersediaan
Kriteria Harga Kualitas Kuantitas Kontinuitas
Barang
Harga 1,0000 7,0000 3,0000 3,0000 0,2000
Ketersediaan
0,1428 1,0000 0,2000 5,0000 0,2000
Barang
Kualitas 0,3333 5,0000 1,0000 7,0000 0,1428

Kuantitas 0,3333 0,2000 0,1428 1,0000 0,1428

Kontinuitas 5,0000 5,0000 7,0000 7,0000 1,0000

Jumlah 6,8094 18,2000 11,3400 23,0000 1,6856


(Sumber:Hasil Penelitian)
Dengan unsur-unsur pada tiap kolom dibagi dengan jumlah total pada kolom yang
bersangkutan, akan diperoleh bobot relatif yang dinormalkan. Nilai vektor eigen dihasilkan dari
rata-rata nilai bobot relatif untuk tiap baris. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini:
Tabel 2. Matrik Pairwise Comparison untuk Kriteria yang Dinormalkan
Ketersediaan Eigen
Kriteria Harga Kualitas Kuantitas Kontinuitas Σ Baris
Barang Vector
Harga 0,1469 0,3846 0,2646 0,1304 0,1187 1,0451 0,20902
Ketersediaan
0,0210 0,0549 0,0176 0,2174 0,1187 0,4296 0,08591
Barang
Kualitas 0,0489 0,2747 0,0882 0,3043 0,0847 0,8009 0,16018

Kuantitas 0,0489 0,0110 0,0126 0,0435 0,0847 0,2007 0,04014

Kontinuitas 0,7343 0,2747 0,6173 0,3043 0,5933 2,5239 0,50477


(Sumber:Hasil Penelitian)
Berikut adalah contoh perhitungan bobot relatif yang dinormalkan pada baris pertama yaitu,
harga:
1
Harga-Harga = 6,8094 = 0,1469
0,1428
Harga-Ketersediaan Barang = 6,8094 = 0,0210
0,333
Harga – Kualitas = 6,8094 = 0,0489
0,333
Harga – Kuantitas = 6,8094 = 0,0489
5
Harga – Kontinuitas = 6,8094 = 0,7343
Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka
pengambilan data (prefensi) perlu diulangi. Nilai eigen vector yang dimaksud adalah nilai eigen
vector maksimum yang diperoleh. Berikut ini adalah perhitungan nilai eigen vector.
Eigen vector harga = ∑ Baris / kolom = 1,0451 / 5 = 0,2090
Eigen vector ketersediaan barang = ∑ Baris / kolom = 0,4269 / 5 = 0,085
Eigen vector kualitas = ∑ Baris / kolom = 0,8009 / 5 = 0,1601
Eigen vector kuantitas = ∑ Baris / kolom = 0,2007 / 5 = 0,0401
Eigen vector kontinuitas = ∑ Baris / kolom = 2,523 / 3 = 0,5047
Selanjutnya nilai eigen maksimum (maksimum) didapat dengan menjumlahkan hasil
perkalian jumlah kolom dengan eigen vector. Nilai eigen maksimum yang dapat diperoleh
adalah sebagai berikut:
 maksimum = (6,8094x0,209) + (18,2x0,085) + (11,34x0,1601) + (23x0,0401) +
(1,6856x0,5047)
= 6,577
Karena matrik berordo 5 (yakni terdiri dari 5 kolom), maka nilai indeks konsistensi (CI)
yang diperoleh adalah :
𝜆 𝑚𝑎𝑘𝑠 −𝑛 6,577−5 1,577
CI = = = = 0,3942
𝑛−1 5−1 4
Untuk n = 5, RI = 1,12 (tabel skala Saaty), maka :
𝐶𝐼 0,3942
𝐶𝑅 = 𝑅𝐼 = 1,12
= 0,35 > 0,100
Karena CR (Rasio Konsistensi) > 0,100 maka hasil kurang konsisten.
Kemudian dengan menggunakan matriks tersebut dilakukan perhitungan AHP lalu
dihasilkan pula bobot dari tiap kriteria yang digunakan berdasarkan hasil perhitungan, berikut
adalah nilai bobot dari tiap kriteria yang digunakan pada proses procurement di PLTD Bitung:
Tabel 3. Bobot Kepentingan Tiap Kriteria yang Digunakan pada Proses Procurement PLTD Bitung

Kriteria Bobot Prioritas Ranking

Harga 0,2090 2
Ketersediaan Barang 0,0859 4
Kualitas 0,1601 3
Kuantitas 0,0401 5
Kontinuitas 0,5047 1
(Sumber:Hasil Penelitian)
Hasil perhitungan pairwise comparison untuk menentukan bobot antara alternatif
Supplier terhadap setiap kriteria adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Pairwise Comparison antara Alternatif supplier terhadap setiap Kriteria PLTD Bitung
Ketersediaan Nilai
Harga Kualitas Kuantitas Kontinuitas
Barang Matrix
CV. Karya Cipta
1,539 1,208 1,007 1,077 1,156 1,214
Abadi
PT. Kawanua
2,159 2,097 2,301 2,097 2,641 2,417
Rekacipta
CV. Diva Multi
1,361 1,763 1,268 1,083 1,142 1,259
Prima
(Sumber:Hasil Penelitian)
Berdasarkan hasil pembobotan tersebut maka dapat diterapkan pada sistem pendukung
keputusan pemilihan supplier pada tiap proses procurement yang dilakukan oleh PLTD Bitung.
Tabel 5. Bobot Kepentingan Pemilihan Alternatif Supplier pada Proses Procurement
No Supplier Bobot Prioritas Ranking
1 CV. Karya Cipta Abadi 0,2482 3
2 PT. Kawanua Rekacipta 0,4944 1
3 CV. Diva Multi Prima 0,2575 2
(Sumber:Hasil Penelitian)
Hasil pembobotan pada masing-masing supplier menujukan bahwa supplier yang paling
besar bobotnya (terpilih) pada pemilihan supplier suku cadang adalah supplier PT. Kawanua
Rekacipta dengan bobot 0,4944.
Selanjutnya melakukan pemilihan alternatif supplier dengan menggunakan metode MPE
berdasarkan olahan data dari metode AHP sebelumnya. Metode AHP-MPE merupakan metode
MPE yang menggunakan data hasil perhitungan AHP yang telah diperoleh sebelumnya. Nilai
bobot supplier yang telah diperoleh sebelumnya dengan menggunakan metode AHP dijadikan
sebagai input untuk metode MPE. Dengan menggunakan setiap kriteria pada Tabel 3 dan Tabel
4 maka diperoleh bobot total masing-masing supplier dengan metode MPE ditunjukkan pada
Tabel 6.
Tabel 6. Perhitungan nilai MPE dan peringkat supplier
Supplier
Bobot
Kriteria CV. Karya PT. Kawanua CV. Diva
Prioritas
Cipta Abadi Rekacipta Multi Prima
Harga 0,2090 1,539 2,159 1,361
Ketersediaan Barang 0,0859 1,208 2,097 1,763
Kualitas 0,1602 1,007 2,301 1,268
Kuantitas 0,0401 1,077 2,097 1,083
Kontinuitas 0,5048 1,156 2,641 1,142
Nilai MPE 4,278 5,160 4,329
Peringkat 3 1 2
(Sumber:Hasil Penelitian)
Berikut adalah contoh perhitungan nilai MPE pada supplier CV. Karya Cipta Abadi:
𝑚
𝑇𝐾𝐾𝑗
𝑇𝑁𝑖 = ∑(𝑅𝐾𝑖𝑗 )
𝑗=1
𝑇𝑁1 = 1,5390,209 + 1,2080,0859 + 1,0070,1602 + 1,0770,0401 + 1,1560,5048
𝑇𝑁1 = 4,278

4. Simpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan metode
AHP yang melibatkan 3 alternatif supplier dan 5 kriteria variabel untuk pemilihan supplier suku
cadang PLTD Bitung, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Kriteria kontinuitas adalah yang memiliki prioritas tertinggi dengan bobot prioritas
(0,5047) untuk pemilihan supplier plastik di PLTD Bitung.
2. Supplier PT. Kawanua Rekacipta adalah supplier yang memiliki bobot tertinggi
(0,4943) pada perhitungan metode AHP dan juga yang memiliki nilai MPE yang
tertinggi (5,160) sebagai pemilihan supplier suku cadang di PLTD Bitung.
Saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah adanya penelitian lanjutan
untuk mengembangkan metode lain yang dapat digunakan untuk menentukan kriteria supplier
dalam proses pengadaan barang (procurement).

Daftar Pustaka
Belo, Armandina Maria., Susestyo, Joko., dan Asih, Endang Widuri. (2016). Analisis Pemilihan
Supplier Bahan Baku Untuk Produksi Dengan Menggunakan Metode Analytic Hierarchy
Process (Ahp). Yogyakarta: Jurnal REKAVASI, Vol. 4, No. 2, Desember 2016, 60-118.
Capryani, Aditha., Nugroho, Alviandi Wahyu., Saputri, Virda Hersy Lutviana. dan
Yuniaristanto. (2016). Pemilihan Lokasi Kantor Menggunakan Metode Analytical
Hierarchy Process (AHP) (Studi Kasus: PT. Monang Sianipar Abadi Surakarta). Performa
(2016) Vol. 15, No.1: 26-34.
Dalpe, R., (1994). Effects of government procurement on industrial innovation. Technology in
Society 16 (1), 65–83.
Imeri, S., Shahzad, K., Takala, J., Liu, Y., Sillanpää, I. and Ali, T. (2015). Evaluation and
Selection Process of Suppliers Through Analytical Framework: An Empirical Evidence
of Evaluation Tool. Management and Production Engineering Review, 6(3), pp. 10–20.
Jannah, Miftakhul., Fakhry, Muhammad. dan Rakhmawati. (2011). Pengambilan Keputusan
Untuk Pemilihan Supplier Bahan Baku dengan Pendekatan Analytic Hierarchy Process di
PR Pahala Sidoarjo. Sidoarjo : Agrointek Volume 5, No. 2 Agustus 2011.
Joesoef, J. R. (2002). Analytic Hierarchy Process (AHP) dan Penentuan Produk, Kinerja Jurnal
BisniS dan Ekonomi, Volume 6, hal. 30-38.
Kalakota, Ravi & Maria Robinson. (2001). E-Business 2.0 : Roadmap for Success. Addison
Wesley, Longman Inc., USA.
Mahardika, Diva. (2013). Sistem Pendukung Keputusan Promosi Kenaikan Jabatan Posisi
Manager dengan Metode Perbandingan Eksponensial Pada PT Texmaco Perkasa
Engineering Kendal. Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
Mario, Hendry., Dennys., Caesar, Sharon., Sulistiandi. dan Marpaung, Budi. (2015). Pemilihan
Supplier dengan Pendekatan Metode AHP-TOPSIS dan AHP-MPE: Studi Kasus Pada
Perusahaan Reparasi. Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer. Vol. 04 No. 13, Jan – Mar 2015.
Maryam, Sinta. dan Pratama, Ahmad Juang. (2014). Analisis Pemilihan Supplier pada Proses
Procurement di PT. M3 Ketapang Sejahtera dengan Metode Fuzzy AHP dan Software
Smartpicker. Jakarta : Jurnal PASTI Volume X No 1, 62 – 71.
Pebakirang, Sean A.M., Sutrisno, Agung. dan Neyland, Johan. (2016). Penerapan Metode AHP
(Analytical Hierarchy Process) untuk Pemilihan Supplier Suku Cadang di PLTD Bitung.
Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 6 Nomor 1.
Prasad, S. H. C., Kamath, G., Barkur, G. and Nayak, R. (2016). Does Supplier Evaluation
Impact Process Improvement? Journal of Industrial Engineering and Management, 9(3),
pp. 708-731.
Rangkuti, A. Haris. (2011). Teknik Pengambilan Keputusan Multi Kriteria Menggunakan
Metode Bayes, MPE, CPI dan AHP. ComTech Vol.2 No. 1 Juni 2011: 229-238.
Saaty, Thomas L. (1990). The Analytic Hierarchy Process: Planning, Priority Setting, Resource
Allocation. Pittsburgh: University of Pittsburgh Pers.
Ulutas, A., Shukla, N., Kiridenaa, S. and Gibson, P. (2016). A utility-driven approach to
supplier evaluation and selection: empirical validation of an integrated solution
framework. International Journal of Production Research, 54(5), pp. 1554–1567.
Wachira, R. K. (2013). Factors influencing procurement practices in public secondary schools
in Mathioya. Unpublished PhD thesis. Nairobi: University of Nairobi.

Vous aimerez peut-être aussi