Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia.
Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh.
Keadaan demikian itu tampak pula pada semua system musculoskeletal dan jaringan lain yang ada
kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan reumatik. Salah satu golongan penyakit
reumatik yang sering menyertai usia lanjut yang menimbulkan gangguan musculoskeletal terutama adalah
atritis rheumatoid. Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia
manusia.
Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat menurun bila otot pada bagian
yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Arthritis rheumatoid memang lebih sering
dialami oleh lansia, untuk itu perlu perawatan dan perhatian khusus bagi lansia dengan arthritis
rheumatoid terutama dalam keluarga.
Asuhan keperawatan harus didasarkan pada kepercayaan bahwa pemeliharaan mobilitas merupakan hal
yang kritis untuk kesehatan, kesejahteraan dan kualitas hidup. Perawat juga memainkan suatu peran
penting dalam mengenali dan mengajarkan kepada orang lain tentang kerentanan lansia karena perpaduan
antara faktor-faktor yang berhubungan dengan perubahan usia dan kemungkinan adanya faktor iatrogenic
yang terjadi pada lansia yang dirawat di rumah sakit kerena gangguan mobilitas mereka.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1.1 Definisi
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti sendi. Kedua, itis yang berarti
peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu
penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga
terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi.
Artritis rheumatoid merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya,
dikarakteristikkan oleh kerusakan dan proliferasi membrane synovial yang menyebabkan kerusakan pada
tulang sendi, ankilosis, dan deformitas.
AR adalah suatu penyakit kronis, seistemik, yang secara khas berkembang perlahan-lahan dan ditandai
oleh adanya radang yang sering kambuh pada sendi-sendi diartrodial dan struktur yang berhubungan. AR
sering disertai dengan nodul-nodul rheumatoid, arthritis, neuropati, skleritis, perikarditis, limfadenopati,
dan splenomegali. AR ditandai oleh periode-periode remisi dan bertambah parahnya penyakit.
2.1.2 Etiologi
Penyebab penyakit rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor predisposisinya adalah
mekanisme imunitas (antigen-antibodi), faktor metabolik, dan infeksi virus.
Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori yang dikemukakan mengenai penyebab
artritis reumatoid, yaitu :
2. Endokrin
3. Autoimun
4. Metabolik
Pada saat ini, artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi. Autoimun ini
bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme
mikoplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi
penderita.
2.1.3 Patofisiologi
Pada rheumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya) terutama terjadi dalam jaringan
sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan
memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial dan akhirnya pembentukan
pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah
menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena
serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan
kontraksi otot (Smeltzer & Bare, 2002).
Lamanya rheumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan adanya masa serangan dan tidak
adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak
terserang lagi. Namun pada sebagian kecil individu terjadi progresif yang cepat ditandai dengan
kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi vaskulitis yang difus (Long, 1996).
Kelompok 1 adalah RA klasik. Sendi-sendi kecil pada kaki dan tangan sebagian besar terlibat. Terdapat
faktor rheumatoid, dan nodula-nodula rheumatoid sering terjadi. Penyakit dalam kelompok ini dapat
mendorong ke arah kerusakan sendi yang progresif.
Kelompok 2 termasuk klien yang memenuhi kriteria dari American Rheumatologic Association untuk AR
karena mereka mempunyai radang sinovitis yang terus-menerus dan simetris, sering melibatkan
pergelangan tangan dan sendi-sendi jari.
Kelompok 3, sinovitis terutama memengaruhi bagian proksimal sendi, bahu, dan penggul. Awitannya
mendadak, sering ditandai dengan kekakuan pada pagi hari. Pergelangan tangan pasien sering mengalami
hal ini, dengan adanya bengkak, nyeri tekan, penurunan kekuatan genggaman, dan sindrom carpal tunnel.
Kelompok ini mewakili suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri yang dapat dikendalikan secara baik
dengan menggunakan prednisone dosis rendah atau agens antiinflamasi dan memiliki prognosis yang
baik.
1. Terapat radang sendi dengan pembengkakan membrane synovial dan kelebihan produksi cairan
synovial. Tidak ada perubahan yang bersifat merusak terlihat pada radiografi. Bukti osteoporosis mungkin
ada.
2. Secara radiologis, keruakan tulang pipih atau tulang rawan dapat dilihat. Klien mungkin mengalami
keterbatasan gerak tetapi tidak ada deformitas sendi.
3. Jaringan ikat fibrosa yang keras menggantikan pannus, sehingga mengurangi ruang gerak sendi.
Ankilosis fibrosa mengakibatkan penurunan gerakan sendi, perubahan kesejajaran tubuh, dan deformitas.
Secara radiologis terlihat adanya kerusakan kartilago dan tulang.
4. Ketika jaringan fibrosa mengalami kalsifikasi, ankilosis tulang dapat mengakibatkan terjadinya
imobilisasi sendi secara total. Atrofi otot yang meluas dan luka pada jaringan lunak sepewrti nodula-
nodula mungkin terjadi.
2.1.5 Komplikasi
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang merupakan
komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan
penyakit ( disease modifying antirhematoid drugs, DMARD ) yang menjadi faktor penyebab morbiditas
dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid.
Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi
artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra
servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.
Diagnosis arthritis reumatoid tidak bersandar pada satu karakteristik saja tetapi berdasar pada evaluasi
dari sekelompok tanda dan gejala.
Diagnosis artritis reumatoid dikatakan positif apabila sekurang-kurangnya empat dari tujuh kriteria ini
terpenuhi. Empat kriteria yang disebutkan terdahulu harus sudah berlangsung sekurang-kurangnya 6
minggu.
2.1.7 Penatalaksanaan
Penanganan medis bergantung pada tahap penyakit ketika diagnosis dibuat dan termasuk dalam kelompok
mana yang sesuai dengan kondisi tersebut. Untuk menghilangkan nyeri dengan menggunakan agens
antiinflamasi, obat yang dapat dipilih adalah aspirin. Namun, efek antiinflamasi dari aspirin tidak terlihat
pada dosis kurang dari 12 tablet per hari, yang dapat menyebabkan gejala system gastrointestinal dan
system saraf pusat. Obat anti-inflamasi non steroid sangat bermanfaat, tetapi dianjurkan untuk
menggunakan dosis yang direkomendasikan oleh pabrik dan pemantauan efek samping secara hati-hati
perlu dilakukan.
Terapi kortikosteroid yang di injeksikan melalui sendi mungkin di gunakan untuk infeksi di dalam satu
atau dua sendi. Injeksi secara cepat dihubungkan dengan nekrosis dan penurunan kekuatan tulang.
Biasanya, injeksi yang diberikan ke dalam sendi apapun tidak boleh diulangi lebih dari tiga kali. Rasa
nyeri dan pembengkakan umumnya hilang untuk waktu 1 sampai 6 minggu.
Penatalaksanaan keperawatan menekankan pemahaman klien tentang sifat alami AR kronis dan kelompok
serta tahap-tahap yang berbeda untuk memantau perkembangan penyakit. Klien harus ingat bahwa
walaupun pengobatan mungkin mengurangi radang dan nyeri sendi,mereka harus pula mempertahankan
pergerakan dan kekuatan untuk mencegah deformitas sendi. Suatu program aktivitas dan istirahat yang
seimbang sangat penting untuk mencegah peningkatan tekanan pada sendi.
2.2 TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN
2.2.1 Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya (
misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan
keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
1. Aktivitas/ istirahat
Gejala
Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi; kekakuan pada pagi hari,
biasanya terjadi bilateral dan simetris.
Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan.
Tanda
§ Malaise
Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/ kelaianan pada sendi.
2. Kardiovaskuler
Gejala
Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat intermitten, sianosis, kemudian kemerahan pada jari
sebelum warna kembali normal).
3. Integritas ego
Gejala
§ Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi ( misalnya ketergantungan pada orang lain).
4. Makanan/ cairan
Gejala
5. Hygiene
Gejala
6. Neurosensori
Gejala
Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.
7. Nyeri/ kenyamanan
Gejala
Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan lunak pada sendi ).
8. Keamanan
Gejala
Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki. Kesulitan dalam ringan dalam menangani
tugas/ pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan menetap Kekeringan pada mata dan membran mukosa.
9. Interaksi sosial
Gejala
Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran; isolasi.
2.2.2 Diagnosa
1. Nyeri (akut )
Berhubungan dengan
Agen pencedera : distensi jaringan oleh akumulasi cairan atau proses inflamasi destruksi sendi.
Ditandai dengan
§ Terlihat rileks, dapat tidur atau beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan
Tindakan Keperawatan
Tindakan/intervensi Rasional
Mandiri
2. Berikan matras/kasur lembut dan bantal Matras lembut dan bantal kecil mencegah
kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai pemeliharaan kesejajaran tubuh yang
kebutuhan tepat, mengistirahatkan sendi yang sakit.
Peninggian linen tempat tidur
menurunkan tekanan sendi yang
terinflamasi/nyeri
Kolaborasi
- Produk kodein
10. Bantu dengan terapi fisik, missal sarung Member dukungan panas untuk sendi
tangan parafin yang sakit
Berhubungan dengan
§ Deformitas skeletal
§ Nyeri, ketidaknyamanan
Ditandai dengan
§ Keengganan untuk mencoba bergerak atau ketidakmampuan untuk bergerak dalam lingkungan fisik
§ Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/atau kompensasi bagian tubuh
Tindakan Keperawatan
Tindakan/intervensi Rasional
Mandiri
3. Bantu rentang gerak aktif/pasif, latihan Meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot
resistif dan isometrik dan stamina
Kolaborasi
10. Berikan matras busa atau pengubah Menurunkan tekanan pada jaringan yang
tekanan mudah pecah dan mengurangi risko
imobilitas dan dekubitus.
- Steroid
3. Gangguan Gambaran Diri
Berhubungan dengan
§ Perceptual kognitif
§ Psikososial
Ditandai dengan
§ Respon verbal terhadap perubahan struktur atau fungsi dari bagian tubuh yang sakit
§ Bicara negative tentang diri sendiri, focus pada kekuatan/fungsi masa lalu, dan penampilan
§ Perubahan gaya hidup/kemampuan fisik untuk melanjutkan peran, kehilangan pekerjaan, dan
ketergantungan pada orang terdekat
§ Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit,
perubahan gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan
Tindakan Keperawatan
Tindakan/intervensi Rasional
Mandiri
Kolaborasi
9. Berikan obat sesuai indikasi (missal Dibutuhkan saat munculnya depresi hebat
antiansietas) sampai klien dapat menggunakan
kemampuan koping efektif.
Berhubungan dengan
§ Kerusakan musculoskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, dan nyeri pada waktu bergerak
§ Depresi
§ Pembatasan aktivitas
Ditandai dengan
§ Ketidakmampuan mengatur aktivitas kehidupan sehari-hari (makan, mandi, berpakaian, dan eliminasi).
§ Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan individual
§ Mendemonstrasikan perubahan teknik atau gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
§ Mengidentifikasi sumber pribadi atau komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri.
Tindakan Keperawatan
Tindakan/intervensi Rasional
Mandiri
5. Beri dorongan agar berpartisipasi dalam Partisipasi klien dalam merawat diri
merawat diri. Aktivitas yang terjadwal meningkatkan harga diri dan menurunkan
memungkinkan waktu untuk merawat diri. perasaan ketergantungan.
Kolaborasi
Berhubungan dengan
§ Kurangnya pemajanan/mengingat
§ Tidak dapat mengikuti instruksi atau terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.
§ Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi gaya hidup yang konsisten dengan
mobilitas atau pembatasan aktivitas.
Tindakan Keperawatan
Tindakan/intervensi Rasional
Mandiri
11. Dorong mempertahankan posisi tubuh Mekanika tubuh yang baik harus menjadi
yang benar pada saat istirahat dan waktu bagian dari gaya hidup klien untuk
melakukan aktivitas, misal, menjaga agar mengurangi tekanan sendi dan nyeri.
sendi tetap meregang, tidak fleksi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
RA adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kroni yang tidak diketahui penyebabnya, dikarakteristikkan
oelh kerusakan dan poriliferasi membrane synovial yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi,
ankilosis, dan deformitas.
Sebagian besar penderita menunjukkan gejala penyakit kronik yang hilang timbul, yang jika tidak diobati
akan menyebabkan terjadinya kerusakan persendian dan deformitas sendi yang progresif yang
menyebabkan disabilitas bahkan kematian dini. Walaupun faktor genetik, hormon sex, infeksi dan umur
telah diketahui berpengaruh kuat dalam menentukan pola morbiditas penyakit ini.hingga etiologi AR
yang sebenarnya tetap belum dapat diketahui dengan pasti.
3.2 Saran
Penyakit musculoskeletal bukan merupakan suatu konsekuensi penuaan yang tidak dapat dihindari
dan karenanya harus dianggap sebagai suatu proses penyakit spesifik, tidak hanay sebagai akibat penuaan.
Sebagai seorang perawat , untuk mengatasi terjadinya cedera sebagai akibat efek perubahan postur tubuh
sebagai seorang perawat kita harus dapat menjadi perawat yang terpercaya untuk meningkatkan kesehatan
merekan sendiri dan melakukan latihan yang teratur, postur tubuh dan diet yang benar setiap hari dalam
kehidupan mereka sendiri, kemudian dalam merawat lansia yang mengalami masalah musculoskeletal
kita harus dapat memahami suatu pemahaman terkait masalah tersebut, agar asuhan keperawatan dapat
berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah,Lilik Ma’rifatul. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Garaha Ilmu. Yogyakarta. 2011
Kushariyadi. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Salemba Medika. Jakarta. 2010
Mubaraq, Chayatin, Santoso. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep Dan Aplikasi. Salemba Medika.
Jakarta. 2011
Stanley, Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Alih Bahasa; Nety Juniarti, Sari Kurnianingsih.
Editor; Eny Meiliya, Monica Ester. Edisi 2. EGC. Jakarta. 2006
Tamher, S. Noorkasiani. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Salemba
Medika. Jakarta. 2011