Vous êtes sur la page 1sur 18

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

DENGAN REUMATOID ARTRITIS


Nama: Avince Dakuri/NIM. 2014025

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia.
Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh.
Keadaan demikian itu tampak pula pada semua system musculoskeletal dan jaringan lain yang ada
kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan reumatik. Salah satu golongan penyakit
reumatik yang sering menyertai usia lanjut yang menimbulkan gangguan musculoskeletal terutama adalah
atritis rheumatoid. Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia
manusia.

Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat menurun bila otot pada bagian
yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Arthritis rheumatoid memang lebih sering
dialami oleh lansia, untuk itu perlu perawatan dan perhatian khusus bagi lansia dengan arthritis
rheumatoid terutama dalam keluarga.

Asuhan keperawatan harus didasarkan pada kepercayaan bahwa pemeliharaan mobilitas merupakan hal
yang kritis untuk kesehatan, kesejahteraan dan kualitas hidup. Perawat juga memainkan suatu peran
penting dalam mengenali dan mengajarkan kepada orang lain tentang kerentanan lansia karena perpaduan
antara faktor-faktor yang berhubungan dengan perubahan usia dan kemungkinan adanya faktor iatrogenic
yang terjadi pada lansia yang dirawat di rumah sakit kerena gangguan mobilitas mereka.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 TINJAUAN TEORITIS MEDIS

2.1.1 Definisi

Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti sendi. Kedua, itis yang berarti
peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu
penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga
terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi.

Artritis rheumatoid merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya,
dikarakteristikkan oleh kerusakan dan proliferasi membrane synovial yang menyebabkan kerusakan pada
tulang sendi, ankilosis, dan deformitas.

AR adalah suatu penyakit kronis, seistemik, yang secara khas berkembang perlahan-lahan dan ditandai
oleh adanya radang yang sering kambuh pada sendi-sendi diartrodial dan struktur yang berhubungan. AR
sering disertai dengan nodul-nodul rheumatoid, arthritis, neuropati, skleritis, perikarditis, limfadenopati,
dan splenomegali. AR ditandai oleh periode-periode remisi dan bertambah parahnya penyakit.

2.1.2 Etiologi

Penyebab penyakit rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor predisposisinya adalah
mekanisme imunitas (antigen-antibodi), faktor metabolik, dan infeksi virus.

Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori yang dikemukakan mengenai penyebab
artritis reumatoid, yaitu :

1. Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non-hemolitikus

2. Endokrin

3. Autoimun

4. Metabolik

5. Faktor genetik serta faktor pemicu lainnya.

Pada saat ini, artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi. Autoimun ini
bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme
mikoplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi
penderita.
2.1.3 Patofisiologi

Pada rheumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya) terutama terjadi dalam jaringan
sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan
memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial dan akhirnya pembentukan
pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah
menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena
serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan
kontraksi otot (Smeltzer & Bare, 2002).

Lamanya rheumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan adanya masa serangan dan tidak
adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak
terserang lagi. Namun pada sebagian kecil individu terjadi progresif yang cepat ditandai dengan
kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi vaskulitis yang difus (Long, 1996).

2.1.4 Manifestasi Klinis

Pada lansia, AR dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok.

Kelompok 1 adalah RA klasik. Sendi-sendi kecil pada kaki dan tangan sebagian besar terlibat. Terdapat
faktor rheumatoid, dan nodula-nodula rheumatoid sering terjadi. Penyakit dalam kelompok ini dapat
mendorong ke arah kerusakan sendi yang progresif.

Kelompok 2 termasuk klien yang memenuhi kriteria dari American Rheumatologic Association untuk AR
karena mereka mempunyai radang sinovitis yang terus-menerus dan simetris, sering melibatkan
pergelangan tangan dan sendi-sendi jari.

Kelompok 3, sinovitis terutama memengaruhi bagian proksimal sendi, bahu, dan penggul. Awitannya
mendadak, sering ditandai dengan kekakuan pada pagi hari. Pergelangan tangan pasien sering mengalami
hal ini, dengan adanya bengkak, nyeri tekan, penurunan kekuatan genggaman, dan sindrom carpal tunnel.
Kelompok ini mewakili suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri yang dapat dikendalikan secara baik
dengan menggunakan prednisone dosis rendah atau agens antiinflamasi dan memiliki prognosis yang
baik.

Jika tidak diistirahatkan, AR akan berkembang menjadi empat tahap.

1. Terapat radang sendi dengan pembengkakan membrane synovial dan kelebihan produksi cairan
synovial. Tidak ada perubahan yang bersifat merusak terlihat pada radiografi. Bukti osteoporosis mungkin
ada.

2. Secara radiologis, keruakan tulang pipih atau tulang rawan dapat dilihat. Klien mungkin mengalami
keterbatasan gerak tetapi tidak ada deformitas sendi.

3. Jaringan ikat fibrosa yang keras menggantikan pannus, sehingga mengurangi ruang gerak sendi.
Ankilosis fibrosa mengakibatkan penurunan gerakan sendi, perubahan kesejajaran tubuh, dan deformitas.
Secara radiologis terlihat adanya kerusakan kartilago dan tulang.
4. Ketika jaringan fibrosa mengalami kalsifikasi, ankilosis tulang dapat mengakibatkan terjadinya
imobilisasi sendi secara total. Atrofi otot yang meluas dan luka pada jaringan lunak sepewrti nodula-
nodula mungkin terjadi.

2.1.5 Komplikasi

Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang merupakan
komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan
penyakit ( disease modifying antirhematoid drugs, DMARD ) yang menjadi faktor penyebab morbiditas
dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid.

Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi
artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra
servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.

2.1.6 Kriteria Diagnostik

Diagnosis arthritis reumatoid tidak bersandar pada satu karakteristik saja tetapi berdasar pada evaluasi
dari sekelompok tanda dan gejala.

Kriteria diagnostik adalah sebagai berikut:

1. Kekakuan pagi hari (sekurangnya 1 jam)

2. Arthritis pada tiga atau lebih sendi

3. Arthritis sendi-sendi jari-jari tangan

4. Arthritis yang simetris

5. Nodula reumatoid dan Faktor reumatoid dalam serum

6. Perubahan-perubahan radiologik (erosi atau dekalsifikasi tulang)

Diagnosis artritis reumatoid dikatakan positif apabila sekurang-kurangnya empat dari tujuh kriteria ini
terpenuhi. Empat kriteria yang disebutkan terdahulu harus sudah berlangsung sekurang-kurangnya 6
minggu.

2.1.7 Penatalaksanaan

Penanganan medis bergantung pada tahap penyakit ketika diagnosis dibuat dan termasuk dalam kelompok
mana yang sesuai dengan kondisi tersebut. Untuk menghilangkan nyeri dengan menggunakan agens
antiinflamasi, obat yang dapat dipilih adalah aspirin. Namun, efek antiinflamasi dari aspirin tidak terlihat
pada dosis kurang dari 12 tablet per hari, yang dapat menyebabkan gejala system gastrointestinal dan
system saraf pusat. Obat anti-inflamasi non steroid sangat bermanfaat, tetapi dianjurkan untuk
menggunakan dosis yang direkomendasikan oleh pabrik dan pemantauan efek samping secara hati-hati
perlu dilakukan.

Terapi kortikosteroid yang di injeksikan melalui sendi mungkin di gunakan untuk infeksi di dalam satu
atau dua sendi. Injeksi secara cepat dihubungkan dengan nekrosis dan penurunan kekuatan tulang.
Biasanya, injeksi yang diberikan ke dalam sendi apapun tidak boleh diulangi lebih dari tiga kali. Rasa
nyeri dan pembengkakan umumnya hilang untuk waktu 1 sampai 6 minggu.

Penatalaksanaan keperawatan menekankan pemahaman klien tentang sifat alami AR kronis dan kelompok
serta tahap-tahap yang berbeda untuk memantau perkembangan penyakit. Klien harus ingat bahwa
walaupun pengobatan mungkin mengurangi radang dan nyeri sendi,mereka harus pula mempertahankan
pergerakan dan kekuatan untuk mencegah deformitas sendi. Suatu program aktivitas dan istirahat yang
seimbang sangat penting untuk mencegah peningkatan tekanan pada sendi.
2.2 TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN

2.2.1 Pengkajian

Data dasar pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya (
misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan
keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.

1. Aktivitas/ istirahat

Gejala

Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi; kekakuan pada pagi hari,
biasanya terjadi bilateral dan simetris.
Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan.

Tanda

§ Malaise

Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/ kelaianan pada sendi.

2. Kardiovaskuler

Gejala

Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat intermitten, sianosis, kemudian kemerahan pada jari
sebelum warna kembali normal).

3. Integritas ego

Gejala

§ Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan, ketidakmampuan,

§ Faktor-faktor hubungan. Keputusan dan ketidakberdayaan ( situasi ketidakmampuan )

§ Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi ( misalnya ketergantungan pada orang lain).

4. Makanan/ cairan

Gejala

§ Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat: mual, anoreksia

§ Kesulitan untuk mengunyah


Tanda

Penurunan berat badan, Kekeringan pada membran mukosa.

5. Hygiene

Gejala

Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi.

6. Neurosensori

Gejala

Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.

7. Nyeri/ kenyamanan

Gejala

Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan lunak pada sendi ).

8. Keamanan

Gejala

Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki. Kesulitan dalam ringan dalam menangani
tugas/ pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan menetap Kekeringan pada mata dan membran mukosa.

9. Interaksi sosial

Gejala

Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran; isolasi.

2.2.2 Diagnosa

1. Nyeri (akut )

Berhubungan dengan

Agen pencedera : distensi jaringan oleh akumulasi cairan atau proses inflamasi destruksi sendi.

Ditandai dengan

§ Keluhan nyeri atau ketidaknyamanan, kelelahan

§ Berfokus pada diri/penyempitan focus


§ Perilaku distraksi/respon autonomic

§ Perilaku berhati-hati atau melindungi

Kriteria hasil/ kriteria evaluasi

§ Menunjukkan nyeri hilang/terkontrol

§ Terlihat rileks, dapat tidur atau beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan

§ Mengikuti program farmakologis yang diresepkan

§ Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program control/nyeri

Tindakan Keperawatan

Tindakan/intervensi Rasional

Mandiri

1. Kaji keluhan nyeri, kukalitas, lokasi, Membantu menentukan kebutuhan


intensitas (skala 0-10), dan waktu. Catat manajemen nyeri dan keefektifan program
faktor yang mempercepat dan tanda rasa
sakit nonverbal

2. Berikan matras/kasur lembut dan bantal Matras lembut dan bantal kecil mencegah
kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai pemeliharaan kesejajaran tubuh yang
kebutuhan tepat, mengistirahatkan sendi yang sakit.
Peninggian linen tempat tidur
menurunkan tekanan sendi yang
terinflamasi/nyeri

3. Berikan posisi nyaman waktu Penyakit berat/eksaserbasi, tirah baring


tidur/duduk di kursi. Tingkatkan istirahat di diperlukan untuk membatasi nyeri atau
tempat tidur sesuai indikasi cedera sendi

4. Pantau penggunaan bantal, karung Mengistirahatkan sendi yang sakit dan


pasir, bebat, dan brace mempertahankan posisi netral. Catatan :
penggunaan brace menurunkan nyeri, dan
mengurangi kerusakan sendi.

5. Anjurkan mandi air hangat/pancuran Panas meningkatkan relaksasi otot dan


pada waktu bangun. Sediakan waslap hangat mobilitas, menurunkan rasa sakit dan
untuk mengompres sendi yang sakit beberapa kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada
kali. panas dapat hilang dan luka dermal. Dapat
sembuh
6. Berikan massase yang lembut Meningkatkan relaksasi atau mengurangi
ketegangan otot.

7. Gunakan teknik manajemen stress, Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa


missal, relaksasi progresif dan distraksi, control, dan meningkatkan kemampuan
sentuhan terapeutik, biofeedback, visualisasi, koping.
pedoman imajinasi, hipnotis diri dan
pengendalian napas.

8. Libatkan dalam aktivitas hiburan yang Memfokuskan kembali


sesuai situasi individu perhatian,memberikan stimulasi,
meningkatkan rasa percaya diri dan
perasaan sehat.

Kolaborasi

9. Berikan obat sesuai petunjuk

- Asetilsalisilat (Aspirin) ASA bekerja antiinflamasi dan efek


analgesic ringan mengurangi kekakuan
dan meningkatkan mobilitas.

Digunakan bila tidak ada efek terhadap


aspirin
- NSAID lainnya ; ibuprofen,
naproksen, piroksikam, fenoprefen

- D-penisilamin ( cuprimine ) Mengontrol efek sistemik rematoid


arthritis jika terapi lainnya tidak berhasil

Diberikan dengan agen NSAID untuk


meminimalkan iritasi atau ketidaknyaman
- Antasida lambung.

Narkotik umumnya kontraindikasi karena


sifat kronis dari kondisi.

- Produk kodein

10. Bantu dengan terapi fisik, missal sarung Member dukungan panas untuk sendi
tangan parafin yang sakit

11. Siapkan intervensi operasi Penangkatan sinovium yang meradang


( sinovektomi ) mengurangi nyeri dan membatasi
progresif perubahan degenerative.

2. Kerusakan mobilitas fisik

Berhubungan dengan

§ Deformitas skeletal

§ Nyeri, ketidaknyamanan

§ Intoleransi terhadap aktivitas, penurunan kekuatan otot.

Ditandai dengan

§ Keengganan untuk mencoba bergerak atau ketidakmampuan untuk bergerak dalam lingkungan fisik

§ Membatasi rentang gerak, ketidakseimbangan koordinasi, penurunan kekuatan otot/kontroldan massa


(tahap lanjut).

Kriteria hasil/kriteria evaluasi

§ Mempertahankan fungsi posisi dengan pembatasan kontraktur

§ Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/atau kompensasi bagian tubuh

§ Mendemonstrasikan teknik/perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas.

Tindakan Keperawatan

Tindakan/intervensi Rasional

Mandiri

1. Evaluasi pemantauan tingkat Tingkat aktivitas atau latihan tergantung


inflamasi/rasa sakit pada sendi dari perkembangan proses inflamasi

2. Pertahankan tirah baring.duduk. jadwal Istirahat sistemik dianjurkan selama


aktivitas untuk memberikan periode istirahat eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit
terus-menerus dan tidur malam hari untuk mencegah kelelahan,
mempertahankan kekuatan.

3. Bantu rentang gerak aktif/pasif, latihan Meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot
resistif dan isometrik dan stamina

4. Ubah posisi dengan sering Menghilangkan tekanan jaringan dan


meningkatkan sirkulasi

5. Posisikan dengan bantal, kantung pasir, Meningkatkan stabilitas jaringan


bebat, dan brace (mengurangi risiko cedera),
mempertahankan posisi sendi yang
diperlukan dan kesejajaran tubuh,
mengurangi kontraktur.

6. Gunakan bantal kecil/tipis di bawah Mencegah fleksi leher


leher

7. Dorong klien memeprtahankan postur Memaksimalkan fungsi sendi,


tegak dan duduk tinggi, berdiri, serta berjalan mempertahankan mobilitas

8. Berikan lingkungan aman, misal Menghindari cedera akibat


menaikkan kursi, menggunakan pegangan kecelakaan/jatuh
tangga pada bak/pancuran dan toilet,
penggunaan alat bantu mobilitas atau kursi
roda

Kolaborasi

9. Konsul dengan ahli terapi fisik atau Memformulasikan program latihan


okupasi dan spesialis vokasional berdasarkan kebutuhan individual dang
mengindentifikasi bantuan mobilitas.

10. Berikan matras busa atau pengubah Menurunkan tekanan pada jaringan yang
tekanan mudah pecah dan mengurangi risko
imobilitas dan dekubitus.

11. Berikan obat sesuai indikasi :

- Agen antireumatik, misal emas, natrium Krisoterapi (garam emas) menghasilkan


tiomelat (myochrysin) atau auranofin remisi terus-menerus, tetapi
(ridaura) mengakibatkan inflamasi rebound bila
terjadi penghentian/efek samping, mis
pusing, penglihatan kabur, syok
anafilaksis.

Menekan inflamasi sistemik.

- Steroid
3. Gangguan Gambaran Diri

Berhubungan dengan

§ Perceptual kognitif

§ Psikososial

§ Perubahan kemampuan untuk melakukan tugas umum

§ Peningkatan penggunaan energy, ketidakseimbangan mobilitas

Ditandai dengan

§ Respon verbal terhadap perubahan struktur atau fungsi dari bagian tubuh yang sakit

§ Bicara negative tentang diri sendiri, focus pada kekuatan/fungsi masa lalu, dan penampilan

§ Perubahan gaya hidup/kemampuan fisik untuk melanjutkan peran, kehilangan pekerjaan, dan
ketergantungan pada orang terdekat

§ Perubahan padea keterlibatan social, rasa terisolasi

§ Perasaan tidak brdaya, putus asa

Kriteria hasil/kriteria evaluasi

§ Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit,
perubahan gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan

§ Menerima perubahan gaya tubuh dan mengintegrasikan ke dalam konsep diri

§ Menyusun tujuan/rencana realitas untuk masa depan

§ Mengembangkan keterampilan perawatan diri agar dapat berfungsi dalam masyarakat.

Tindakan Keperawatan

Tindakan/intervensi Rasional

Mandiri

1. Dorong pengungkapan mengenai proses Berikan kesempatan mengidentifikasi rasa


penyakit dan harapan masa depan takut/kesalahan konsep dan menghadapi
secara langsung

2. Diskusikan persepsi klien mengenai Isyarat verbal atau nonverbal keluarga


bagaimana keluarga menerima keterbatasan berpengaruh pada bagaimana klien
memandang dirinya

3. Bantu klien mengekspresikan perasaan Untuk mendapatkan dukungan proses


kehilangan berkabung yang adaptif

4. Perhatikan perilaku menarik diri, Menunjukkan emosional/metode koping


penggunaan menyangkal/terlalu maladaptive sehingga membutuhkan
memperhatikan tubuh intervensi lebih lanjut/dukungan
psikologis.

5. Bantu klien mengidentifikasi perilaku Membantu mempertahankan control diri


positif yang membantu koping dan meningkatkan harga diri.

6. Ikutkan klien dalam merencanakan Meningkatkan perasaan kompetisi atau


perawatan dan membuat jadwal aktivitas harga diri, mendorong kemandirian, dan
partisipasi terapi.

7. Berikan bantuan positif Memungkinkan klien merasa senang


terhadap dirinya; menguatkan perilaku
positif;serta meningkatkan percaya diri

Kolaborasi

8. Rujuk pada konselling psikiatri Klien/keluarga membutuhkan dukungan


selama berhadapan dengan proses jangka
panjang

9. Berikan obat sesuai indikasi (missal Dibutuhkan saat munculnya depresi hebat
antiansietas) sampai klien dapat menggunakan
kemampuan koping efektif.

4. Kurang Perawatan Diri

Berhubungan dengan

§ Kerusakan musculoskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, dan nyeri pada waktu bergerak

§ Depresi

§ Pembatasan aktivitas

Ditandai dengan

§ Ketidakmampuan mengatur aktivitas kehidupan sehari-hari (makan, mandi, berpakaian, dan eliminasi).

Kriteria hasil/kriteria evaluasi

§ Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan individual

§ Mendemonstrasikan perubahan teknik atau gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
§ Mengidentifikasi sumber pribadi atau komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri.

Tindakan Keperawatan

Tindakan/intervensi Rasional

Mandiri

1. Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) Melanjutkan aktivitas dengan beradaptasi


sebelum timbul penyakit pada keterbatasan saat ini

2. Kaji respons emosional klien terhadap Perubahan kemampuan merawat diri


merawat kemampuan merawat diri yang dapat membangkitkan perasaan cemas dan
menurun dan beri dukungan emosional. frustasi, dimana dapat mengganggu
kemampuan lebih lanjut

3. Pertahankan mobilitas, control terhadap Mendukung kemandirian fisik atau


nyeri dan program latihan emosional

4. Kaji hambatan terhadap partisipasi Meningkatkan kemandirian yang akan


dalam perawatan diri. Identifikasi modifikasi meningkatkan harga diri
lingkungan.

5. Beri dorongan agar berpartisipasi dalam Partisipasi klien dalam merawat diri
merawat diri. Aktivitas yang terjadwal meningkatkan harga diri dan menurunkan
memungkinkan waktu untuk merawat diri. perasaan ketergantungan.

6. Biarkan klien mengontrol lingkungan Memberi kesempatan mengontrol dapat


sebanyak mungkin, bantu klien hanya jika meningkatkan harga diri dan menurunkan
diminta. perasaan ketergantungan.

7. Jelaskan berapa lama kemampuan Dapat mengurangi ketakutan akan


merawat diri yang menurun diharapkan untuk ketergantungan jangka panjang atau
bertahan, jika diketahui. permanen.

Kolaborasi

8. Konsultasi dengan ahli terapi okupasi Menentukan alat bantu memenuhi


kebutuhan individu.

5. Kurang Pengetahuan (Kebutuhan Belajar), mengenai Kondisi, Prognosis, dan Pengobatan

Berhubungan dengan

§ Kurangnya pemajanan/mengingat

§ Kesalahan interpretasi informasi


Ditandai dengan

§ Pertanyaan atau permintaan informasi, pernyataan kesalahan konsep

§ Tidak dapat mengikuti instruksi atau terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.

Kriteria hasil/kriteria evaluasi

§ Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/prognosis dan perawatan

§ Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi gaya hidup yang konsisten dengan
mobilitas atau pembatasan aktivitas.

Tindakan Keperawatan

Tindakan/intervensi Rasional

Mandiri

1. Tinjau proses penyakit, prognosis, dan Memberikan pengetahuan dimana klien


harapan masa depan dapat membuat pilihan berdasarkan
informasi.

2. Diskusikan kebiasaan klien dalam Tujuan control penyakit adalah untuk


penatalaksanaan proses sakit melalui diet, menekan inflamasi atau jaringan lain
obat, latihan dan istirahat. untuk mempertahankan fungsi sendi dan
mencegah deformitas

3. Bantu dalam merencanakan jadwal Memberikan struktur dan mengurangi


aktivitas terintegrasi yang realitas, istirahat, ansietas pada waktu menangani proses
perawatan pribadi, pemberian obat, terapi penyakit kronis kompleks.
fisik dan manajemen stress.

4. Tekankan pentingnya melanjutkan Keuntungan dari terapi obat tergantung


manajemen farmakoterapeutik pada ketepatan dosis, missal aspirin
diberikan secara regular untuk
mendukung kadar terapeutik darah 18-25
mg.

5. Rekomendasikan penggunaan aspirin Preparat bersalut dicerna dengan


bersalut atau salisilat nonasetil makanan, meminimalkan iritasi gaster,
mengurangi risiko perdarahan.

6. Anjurkan mencerna obat dengan Membatasi iritasi gaster. Pengurangan


makanan, susu, atau antasida pada sebelum nyeri dapat meningkatkan tidur dan kadar
tidur darah serta mengurangi kekakuan pada
pagi hari.
7. Tinjau pentingnya diet yang seimbang Meningkatkan perasaan sehat dan
dengan makanan yang banyak mengandung perbaikan atau regenerasi jaringan.
vitamin, protein, dan zat besi.

8. Dorong klien obesitas untuk Penurunan berat badan mengurangi


menurunkan berat badan dan berikan tekanan pada sendi, terutama pinggul,
informasi penurunan berat badan sesuai lutut, pergelangan kaki, dan telapak kaki.
kebutuhan

9. Berikan informasi mengenai alat bantu, Mengurangi paksaan untuk menggunakan


missal tongkat atau palang keamanan. sendi dan memungkinkan klien ikut serta
seecara lebih nyaman dalam aktivitas
yang dibutuhkan.

10. Diskusikan teknik menghemat energy, Mencegah kepenatan, memberikan


misal, duduk daripada berdiri untuk kemudahan perawatan diri, dan
mempersiapkan makanan dan mandi kemandirian.

11. Dorong mempertahankan posisi tubuh Mekanika tubuh yang baik harus menjadi
yang benar pada saat istirahat dan waktu bagian dari gaya hidup klien untuk
melakukan aktivitas, misal, menjaga agar mengurangi tekanan sendi dan nyeri.
sendi tetap meregang, tidak fleksi
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

RA adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kroni yang tidak diketahui penyebabnya, dikarakteristikkan
oelh kerusakan dan poriliferasi membrane synovial yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi,
ankilosis, dan deformitas.

Sebagian besar penderita menunjukkan gejala penyakit kronik yang hilang timbul, yang jika tidak diobati
akan menyebabkan terjadinya kerusakan persendian dan deformitas sendi yang progresif yang
menyebabkan disabilitas bahkan kematian dini. Walaupun faktor genetik, hormon sex, infeksi dan umur
telah diketahui berpengaruh kuat dalam menentukan pola morbiditas penyakit ini.hingga etiologi AR
yang sebenarnya tetap belum dapat diketahui dengan pasti.

3.2 Saran

Penyakit musculoskeletal bukan merupakan suatu konsekuensi penuaan yang tidak dapat dihindari
dan karenanya harus dianggap sebagai suatu proses penyakit spesifik, tidak hanay sebagai akibat penuaan.
Sebagai seorang perawat , untuk mengatasi terjadinya cedera sebagai akibat efek perubahan postur tubuh
sebagai seorang perawat kita harus dapat menjadi perawat yang terpercaya untuk meningkatkan kesehatan
merekan sendiri dan melakukan latihan yang teratur, postur tubuh dan diet yang benar setiap hari dalam
kehidupan mereka sendiri, kemudian dalam merawat lansia yang mengalami masalah musculoskeletal
kita harus dapat memahami suatu pemahaman terkait masalah tersebut, agar asuhan keperawatan dapat
berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah,Lilik Ma’rifatul. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Garaha Ilmu. Yogyakarta. 2011

http://akhtyo.blogspot.com/2009/04/rheumatoid-artritis.html. Askep Muskuloskeletal. dipostkan Tyo di


07.56 PM ( Diakses tanggal 11 April 2012)

Kushariyadi. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Salemba Medika. Jakarta. 2010

Mubaraq, Chayatin, Santoso. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep Dan Aplikasi. Salemba Medika.
Jakarta. 2011

Stanley, Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Alih Bahasa; Nety Juniarti, Sari Kurnianingsih.
Editor; Eny Meiliya, Monica Ester. Edisi 2. EGC. Jakarta. 2006

Tamher, S. Noorkasiani. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Salemba
Medika. Jakarta. 2011

Vous aimerez peut-être aussi