Vous êtes sur la page 1sur 32

Audrey Betsy/5

Aulia Salsabila/6
HAKIKAT ILMU SEJARAH Daffa Adiputra/7
Dyah Ayu/8
Edwin/9
Asal usul Kata Sejarah (Etimologi)
Sejarah:
Syajara (Arab)  terjadi
Syajarah / Syajaratun  pohon
Syajarah an nasab  pohon silsilah
Istoria (Yunani kuno)  ilmu, atau belajar dengan cara
bertanya-tanya
History (Inggris): masa lampau umat manusia atau kejadian-
kejadian yang dibuat oleh alam.
Geschiedenis (Belanda): kejadian-kejadian yang telah dibuat
oleh manusia
Geschichte (Jerman): sesuatu yang telah terjadi

9/12/2015 2
PENGERTIAN SEJARAH
Kata sejarah dalam bahasa Yunani adalah ἱστορία yang berarti
penyelidikan, pengetahuan yang diperoleh dengan investigasi.
Sejarah adalah istilah umum yang berhubungan dengan peristiwa
masa lalu serta penemuan, pengumpulan, pengorganisasian, dan
penyajian informasi mengenai suatu peristiwa. Istilah-istilah tersebut
meliputi kosmik, geologi, dan sejarah.
SEJARAH DALAM PANDANGAN
PARA TOKOH

Herodotus (bapa sejarah): Sejarah ialah satu


kajian untuk menceritakan satu kitaran jatuh
bangunnya seseorang tokoh, masyarakat dan
peradaban
Aristoteles: Sejarah bergelut dengan yang
partikular dan hal aktual yang sudah terjadi.
Francis Bacon: Sejarah mempelajari sesuatu
dalam waktu dan tempat dengan ingatan
sebagai instrumen esensial.
Vico: Sejarah adalah disiplin ilmu pertama
manusia. Ia pusat pengertian manusia karena
manusia menciptakan sejarah.

9/12/2015 4
SEJARAH DALAM PANDANGAN
PARA TOKOH

 Collingwood: sejarah ialah ilmu


tentang tindakan manusia di
masa lalu dan diperoleh
melalui interpretasi bukti-bukti
sejarah.
 Kuntowijoyo: sejarah
menyuguhkan fakta secara
diakronis atau memanjang
dalam waktu, ideografis atau
bersifat mendeskripsikan, unik,
dan empiris atau bersandar
pada pengalaman manusia
yang sungguh-sungguh.
9/12/2015 5
Ciri Utama Sejarah
1. Peristiwa tersebut hanya terjadi sekali (unique)
2. Peristiwa tersebut merupakan peristiwa penting dan
besar pengaruhnya dalam kehidupan (important)
3. Peristiwa tersebut tidak berubah-ubah dan tetap
dikenang sepanjang masa (immortal)
KEDUDUKAN SEJARAH
Sejarah merupakan peristiwa
yang pernah dialami oleh
manusia pada masa lampau.
Kemudian peristiwa-peristiwa Sejarah
tersebut dikisahkan kembali sebagai:
setelah terlebih dahulu dikaji
berdasarkan metodologi disiplin
ilmu sejarah. Peristiwa
Sehingga kisah tentang
Kisah
peristiwa sejarah tersebut dapat Ilmu
dipercaya kebenarannya, karena Seni
didasarkan pada bukti-bukti
autentik yang berhubungan
dengan ruang, waktu dan
manusia.
Menurut R. Mohammad Ali
Sejarah sebagai peristiwa ( res gestae ) disebut
sejarah objektif karena menunjuk pada peristiwa atau
kejadian itu sendiri.
Sejarah sebagai peristiwa hanya berlangsung satu kali
serta tidak memuat unsur-unsur subjektif baik pelaku
maupun saksi sejarah.
Tidak semua peristiwa menjadi sejarah apabila tidak
ada hubungannya dengan peristiwa yang lain.
1. Sejarah sebagai Peristiwa
Sejarah sebagai peristiwa ( history as event )
merupakan sejarah sebagaimana terjadinya peristiwa
( histoire realite ) yang berhubungan dengan
perubahan didalam kehidupan manusia.
Oleh karena itu peristiwa sejarah harus saling
berkaitan dengan peristiwa yang lain, serta memiliki
hubungan sebab akibat.
*Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau
menjadi materi yang sangat penting dalam
pembahasan ilmu sejarah.
2. Sejarah menurut Kisah
Sejarah sebagai kisah ( history as narative ) adalah
cerita sejarah yang disusun dari catatan, kesan dan
tafsiran manusia terhadap kejadian yang berlangsung
pada masa lampau.
Bersifat
Subjekti
f Sejarah yang seperti ini
Karen
dalam kehidupan sehari-
a hari dikenal sebagai cerita
tertulis yang dapat dibaca
dipengaruhi oleh oleh setiap orang dalam
latar belakang majalah, koran, tabloid dan
kepribadian dan sebagainya.
sifat sejarawan.
Menurut Huizinga seorang sejarawan dari Belanda
mengatakan bahwa
“Sejarah adalah suatu kisah yang telah berlalu.
Sejarah sebagai kisah (histoire recite ) mencoba
menangkap dan memahami sejarah sebagaimana
terjadinya ( histoire realite ).”

Sejarah sebagai kisah biasa dibuat dalam bentuk


narasi berdasarkan memori, kesan dan tafsiran
terhadap kejadian masa lampau.
Jejak-jejak sejarah berisi rangkaian kejadian dalam
lingkup kehidupan manusia yang menjadi sumber
penting untuk penulisan sejarah.
3. Sejarah sebagai Ilmu
Ilmu adalah pengetahuan yang disusun secara
sistematis dan logis untuk menerangkan gejala-
gejala alam dan sosial.
Sebagai ilmu maka sejarah memiliki metode ilmiah
yang
1. terdiri
Aspek dari
teoritis : tiga aspek, yaitu :
menemukan prinsip-prinsip pemecahan masalah untuk
mencapai kebenaran sejarah.

2. Aspek metodologi :
mencari cara untuk menemukan kebenaran sejarah melalui
proses menguji dan menganalisa secara kritis terhadap
sumber dan peninggalan sejarah.

3. Aspek teknik :
keterampilan tertentu untuk menggunakan sarana penelitian
ilmiah agar dapat memperoleh kebenaran sejarah.
Sejarah sebagai ilmu dikarenakan :
1. Objek kajian sejarah ialah kejadian-kejadian di
masa lallu yang merupakan sebab-akibat.
2. Adanya metode sejarah yang menghubungkan
bukti-bukti sejarah.
3. Kisah sejarah tersusun secara sistematis dan
kronologis.
4. Kebenaran fakta diperoleh dari penelitian sumber
yang disusun secara rasional dan kritik yang
sistematis.
5. Fakta bersifat subjektif karena tiap orang melihat
masa lampau dengan cara yang berbeda.
4. Sejarah sebagai Seni
Tokoh yang berpandangan kuat sejarah sebagai seni adalah
George Macaully Travelyan.
Dikatakan sejarah sebagai seni karena untuk menyusun
cerita sejarah tidaklah mudah, perlu adanya kekuatan
intuisi, imajinasi, emosi dan gaya bahasa dari sejarawan
1. Intuisi
Sejarawan dalam melakukan pengkajian mesti didukung
oleh insting, ilham meskipun tidak terlepas dari data
secara obyektif.
2. Imajinasi
Sejarawan perlu memiliki daya imajinasi yang diperlukan
dalam menggambarkan peristiwa atau kejadian secara
kompleks dan hidup, tetapi tetap bersandar pada
obyektivitas.
3. Emosi
Sejarawan harus mampu menggamparkan suatu
peristiswa-kejadian dengan hidup dan menarik, sehingga
sejarawan harus melibatkan emosi / rasa dalam
menyusun cerita seolah dirinya mengalami sendiri, tetapi
tetap berpegang teguh pada obyektivitas
4. Gaya Bahasa
Gaya bahasa dalam penulisan sejarah diperlukan,
tetapi bukan berarti bahwa karya sejarah itu
bahasanya berbelit-belit atau berbunga-bunga,
melainkan tetap lugas dan sistematis tetapi
menarik untuk dibaca.
Tetapi bila dalam penulisan sejarah sebagai seni,
sejarawan lupa pada batas-batas dan standar
keilmuan sejarah, maka fungsi sejarah sebagai seni
akan lemah, sebab akan kurang obyektif dan terlalu
terbatas pada obyek-obyek yang ditulis.
A. KONSEP PERIODISASI DALAM
ILMU SEJARAH
Adalah pembagian waktu dalam sejarah berdasarkan zaman atau
periode
Dilakukan karena masa sejak manusia ada sampai sekarang
merupakan rentang yang sangat panjang, sehingga sejarawan
kesulitan memahami maupun membahas masalah-masalah yang
muncul dalam sejarah kehidupan manusia.
Para ahli menyusun periodisasi dengan menyajikan peristiwa dalam
tiap periode dengan urut dan sistematis.
Penyusunan periodisasi sejarah berdasarkan pada terjadinya
peristiwa yang mempunyai tiga dimensi yaitu ruang (spasial),
waktu (temporal)dan tema tertentu(tematis). Peristiwa disusun
berdasarkan pada urutan waktu terjadinya sebuah peristiwa.
Tujuan Periodisasi
 Memudahkan sejarawan, peminat, pembaca, dan pemerhati
sejarah untuk menganalisis suatu peristiwa
 Memudahkan klasifikasi dalam ilmu sejarah.
 Menyederhanakan banyaknya peristiwa sejarah sehingga
mudah di pahami.
 Memenuhi persyaratan sistematika ilmu pengetahuan
CONTOH PERIODISASI SEJARAH
INDONESIA
Zaman Pra Sejarah ( Sebelum abad ke 4 M )
Zaman Hindu – Budha ( Abad ke 4 M – Abad ke 5 M )
Zaman Perkembangan Islam ( Abad ke 7 M – Abad ke 16 M )
Zaman Penjajahan Belanda ( Abad ke 16 – Tahun 1942 )
Zaman Pendudukan Jepang ( Tahun 1942 – Tahun 1945 )
Zaman Kemerdekaan ( Awal Tahun 1945 )
Zaman Revolusi ( Tahun 1945 – Tahun 1949 )
Zaman Orde Lama ( Tahun 1949 – Tahun 1966 )
Zaman Orde Baru (Tahun 1967 – Tahun 1998)
Zaman Reformasi (Tahun 1998 – Sekarang)
B. KONSEP KRONOLOGI DALAM
ILMU SEJARAH
Kronologi adalah urutan peristiwa yang disusun berdasarkan waktu
terjadinya.
Secara etimologi, kronologi berasal dari kata chronos berarti waktu
dan logos berarti ilmu, jadi kronologi adalah ilmu tentang waktu.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadarminta
menjelaskan bahwa kronologi adalah ilmu pengukur berdasarkan
kesatuan waktu dan urutan-urutan waktu dari sejumlah peritiwa
tertentu.
CONTOH KRONOLOGI: KRONOLOGI
PERISTIWA 17 AGUSTUS 1945
28 MEI 1945 : Dibentuknya BPUPKI
1 JUNI 1945 : Lahirnya Pancasila
7 AGUSTUS 1945 : Dibentuknya PPKI
14 AGUSTUS 1945 : Jepang menyerah kepada sekutu
16 AGUSTUS 1945 : Terjadi peristiwa Rengasdengklok
17 AGUSTUS 1945 : Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
C. KONSEP GENERALISASI DALAM
ILMU SEJARAH
Generalisasi (bahasa Latin generalis bermaksud umum) adalah pekerjaan
penyimpulan dari yang khusus kepada yang umum.
Tujuan Generalisasi Sejarah
1. Generalisasi Saintifikasi merupakan generalisasi yang sifatnya umum
untuk mengecek teori yang lebih luas karena sering kali berbeda dengan
generalisasi ditingkat yang lebih sempit.
Contoh :
a. Bagi kaum Marxisme, revolusi dianggap perjuangan sebagai perjuangan
kelas. Hal ini kemudian digunakan untuk menganalisis Revolusi Perancis dan
revolusi lainnya. Terbukti generalisasi ini salah.
2. Generalisasi Simplifikasi merupakan generalisasi yang sifatnya sempit dan
sederhana. Hal ini mempermudah seorang ahli sejarah dalam menganalisa suatu
peristiwa. Misalnya, revolusi social di Sumatra Timur sering disederhanakan
dengan kata “rakyat melawan bangsawan”
Macam-macam Generalisasi
a. Generalisasi Konseptual yaitu konsep yang menggambarkan fakta.
b. Generalisasi Personal yaitu penyimpulan suatu kejadian melalui
perorangan.
c. Generalisasi Tematik yaitu berdasarkan tema.
d. Generalisasi Spatial yaitu generalisasi tentang tempat..
e. Generalisasi Periodik yaitu membuat kesimpulan umum mengenai
sebuah periode.
f. Generalisasi Sosial yaitu membuat kesimpulan terhadap suatu
kelompok social.
g. Generalisasi Kausal yaitu membuat kesimpulan atas dasar sebab
akibat.
h. Generalisasi Kultural. yaitu kesimpulan atas dasar cultural “adat
istiadat”.
i. Generalisasi Sistemik yaitu pembuatan kesimpulan umum tentang
suatu system.
KEMAMPUAN BERPIKIR SINKRONIK
DAN DIAKRONIK
Pengertian berpikir diakronis adalah kemampuan memahami
peristiwa dengan melakukan penelusuran pada masa lalu. Contohnya,
memahami Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tanggal
17 Agustus 1945 dengan menelusuri perjuangan kemerdekaan
bangsa Indonesia sejak masa penjajahan Belanda pada abad ke-17.
Oleh karena itu cara berpikir diakronis sangat mementingkan proses
terjadinya sebuah peristiwa.
berpikir sinkronik memahami peristiwa dengan mengabaikan aspek
perkembangannya. Cara berpikir sinkronik memperluas ruang dalam
suatu peristiwa. Sebagai contoh, Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus
1945 dijelaskan dengan menguraikan berbagai aspek, seperti aspek
social, ekonomi, politik, dan hubungan internasioal. Oleh karena itu
cara berpikir sinkronik sangat mementingkan struktur yang terdapat
dalam setiap peristiwa.
Cara berpikir sejarah itu bersifat diakronik, memanjang dalam waktu,
serta memetingkan proses terjadinya sebuah peristiwa.
Cara berpikir ilmu-ilmu sosial itu bersifat sinkronik, melebar dalam
ruang, serta mementingkan struktur dalam satu peristiwa.
Cara berpikir sinkronik sangat mempengaruhi kelahiran sejarah baru
yang sangat dipengaruhi perkembangan imu-ilmu sosial. Pengaruh
itu dapat digolongan ke dalam tiga macam, yaitu konsep, teori, dan
permasalahan.
1. Konsep
Bahasa latinnya conceptus, berarti gagasan atau ide. Para sejarawan
banyak menggunakan konsep ilmu-ilmu social. Contoh, sejarawan
Anhar Gonggong dalam disertasinya tentang Kahar Muzakkar
menggunakan konsep politik lokal untuk menerangkan konflik
antargolongan di Sulawesi Selatan. Konsep ilmu sosial lain yang
digunakannya adalah konsep dari psykologi etnis yang terdapat
dalam masyarakat Sulsel, yaitu sirik yang berarti harga diri atau
martabat.
2. Teori
Bahasa Yunani theoria berarti kaidah yang mendasari suatu gejala,
yang sudah melalui verifikasi. Sebagai contoh adalah karya sejarawan
Ibrahim Alfian, Perang di Jalan Allah. Ia menerangkan perang Aceh
dengan teori perilaku kolektif dari ilmu social. diterangkan bahwa
perilaku kolektif dapat timbul, melalui ketegangan structural dan
keyakinan yang tersebar. Dalam kasus perang Aceh yang diteliti
Ibrahim Alfian dijelaskan adanya ketegangan antara orang Aceh
dengan pemerintah colonial Hindia Belanda (ketegangan structural),
dan keyakinan yang tersebar di kalangan masyarakat Aceh bahwa
musuh mereka adalah golongan kafir. Pertentangan antara kafir dan
muslim itulah yang menghasilkan ideology perang sabil.
3. Permasalahan
Dalam sejarah banyak permasalahan ilmu social yang dapat diangkat
jadi topik penelitian sejarah, seperti mobilitas social, kriminalitas,
migrasi, gerakan petani, budaya istana, kebangkitan kelas menengah
dsb. Sebagai contoh, karya Sartono Kartodirdjo tentang
perkembangan peradaban priyayi yang ditulis berdasarkan
permasalahan elite dalam pemerintahan kolonial, kemunculannya,
lambang-lambangnya, dan perubahan-perubahannya.
Perbedaan Konsep berpikir Sinkronis dan Diakronis

1. Cara berpikir Sinkronis :


a. Mengamati kehidupan sosial secara meluas berdimensi ruang
b. Memandang kehidupan masyarakat sebagai sebuah sistem yang
terstruktur dan saling berkaitan
c. Menguraikan kehidupan masyarakat secara deskriptif
d. Menjelaskan struktur dan fungsi dari masing-masing unit dalam
kondisi statis
e. Digunakan oleh ilmu-ilmu sosial, seperti : Geografi, Sosiologi,
Politik, Ekonomi, Antropologi dan Arkeologi
2. Cara berpikir Diakronis atau Kronologis
a. Mempelajari sosial secara memanjang berdimensi waktu
b. Memandang masyarakat sebagai sesuatu yang terus bergerak dan
memilkiki hubungan kausalitas atau sebab akibat.
c. Menguraikan proses transformasi yang terus berlangsung dari
waktu ke waktu kehidupan masyarakat secara berkesinambungan
d. Menguraikan kehidupan masyarakat secara dinamis
e. Digunakan dalam ilmu Sejarah
GUNA INTRINSIK SEJARAH
1. Sejarah sebagai ilmu. Sejarah adalah ilmu yang terbuka.
Keterbukaan itu membuat siapapun dapat mengaku sebagai
sejarawan secara sah asal hasilnya dapat dipertanggung jawabkan
sebagai ilmu. Sejarah sebagai ilmu dapat berkembang dengan
berbagai cara : (1) perkembangan dalam filsafat, (2) perkembangan
dalam teori sejarah, (3) perkembangan dalam ilmu lain dan (4)
perkembangan dalam metode sejarah.
2. Sejarah sebagai cara mengetahui masa lampau. Ada dua sikap
terhadap sejarah, yaitu melestarikan atau menolak. Melestarikan
karena manganggap masa lampau itu penuh makna.
3. Sejarah sebagai pendapat. Banyak penulis sejarah menggunakan
ilmunya untuk menyatakan pendapat. Sebagai contoh yang
berkembang di Amerika ada dua aliran yang sama-sama
menggunakan sejarah, konsensus dan konflik. Konsensus karena
mereka berpendapat bahwa dalam masyarakat selalu ada
konsensus, dan para sejarawan selalu bersikap kompromistis;
sebaliknya konflik karena menekankan seolah-olah dalam
masyarakat selalu terjadi pertentangan dan menganjurkan supaya
bersikap kritis dalam berpikir tentang sejarah.
4. Sejarah sebagai profesi. Banyak profesi yang berkenaan dengan
kesejarahan, diantaranya : guru sejarah, pegawai sejarah, pencatat
sejarah, penulis dan peneliti sejarah.
GUNA EKSTRINSIK SEJARAH
1. Sejarah sebagai pendidikan moral
Sejarah memberikan contoh tentang benar dan salah, baik dan buruk, cinta dan benci, berhak dan
tidak, merdeka dan terjajah,dermawan dan pelit serta berani dan takut dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.

2. Sejarah sebagai pendidikan penalaran


Dalam Sejarah harus berpikir plurikausal, yang menjadi penyebab suatu peristiwa itu banyak
hal. Artinya, sejarawan harus berpikir secara multidimensi, melihat segala sesuatu dari banyak segi,
dan haus bersabar.

3. Sejarah sebagai pendidikan politik


Pada zaman Orde Lama ada indoktrinasi melalui sekolah. Tujuan dari pendidikan politik ialah
dukungan atas politik kekuasaan dengan mendorong perbuatan-perbuatan revolusioner dan
menyingkirkan kaum kontrarevolusi. Zaman Orde Baru kita mengenal penataran-penataran dengan
tujuan pembangunan. Tentu saja tujuan, intensitas, dan materi berbeda-beda, tetapi semua dapat
dimasukkan dalam pendidikan politik. Hal ini bertujuan untuk mengenalkan ideology Negara serta
hak dan kewajiban warga Negara. Kita dapat menulis sejarah pendidikan politik di Indonesia yang
sumbernya berasal dari bahan-bahan tertulis mengenai sejarah organisasi yang digunakan oleh para
4. Sejarah sebagai pendidikan kebijakan
Untuk menentukan suatu kebijakan dibutuhkan pandangan tentang lingkungan alam, masyarakat dan
sejarah. Sementara lingkungan alam dapat dipenuhi oleh ilmu-ilmu lingkungan dan masyarakat oleh
ekonomi, sosiologi, antropologi dan politik, pandangan berdasar waktu hanya dapat dipenuhi oleh
sejarah Misalnya, kita akan membuat peraturan tentang otonomi daerah. Kita tidak akan tahu hasilnya,
andaikata undang-undang tentang otonomi dibuat tanpa mengetahui kebijakan serupa di masa lampau
5. Sejarah sebagai pendidikan masa depan
Indonesia dapat belajar dari negara-negara yang telah maju dalam bidang-bidang tertentu. Contohnya,
dari negara-negara yang sudah memasuki pascaindustrial, ditandai dengan semakin banyaknya jaminan
social dan menghilangnya proletariat, Indonesia dapat belajar dalam pengelolaan masyarakat. Kita harus
banyak membaca sejarah negara-negara lain, bukan karena teknologinya yang lebih maju yang dengan
mudah dapat diserap, tetapi yang lebih penting ialah belajar organisasi sosialnya. Kita juga bisa belajar
bagaimana dalam waktu yang relatif singkat dapat mengangkat ekonomi bumiputra.
6. Sejarah sebagai pendidikan keindahan
Saat membaca sejarah Indonesia, kita diminta untuk membuka hati dan perasaan, sehingga timbul rasa
bangga dan cinta terhadap sejarah tanah air.
7. Sejarah sebagai ilmu bantu

Vous aimerez peut-être aussi