Vous êtes sur la page 1sur 13

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asma merupakan suatu penyakit inflamasi kronis yang mengenai jalan
nafas pada paru-paru. Penyakit ini paling sering diderita oleh anak-anak
(Rees, et aI.,2013). Berdasarkan Survei yang dilakukan oleh The
International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC)
menemukan 14% anak-anak didunia menderita asma di usia pertengahan 5-12
tahun dengan prevalensi 0,7 % per 100.000 anak setiap tahunnya (Asher, N.,
2014). Di Indonesia, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
tahun 2013 mendapatkan hasil prevalensi nasional untuk penyakit asma pada
anak umur 5 – 14 tahun sebesar 10,06% dan secara nasional penyakit asma
mengalami kenaikan sebesar 1% dari hasil RISKESDAS 2007. Tingkat
kunjungan penderita asma di intalasi gawat darurat yang meningkat hingga
tujuh kali lipat menjadikan penyakit asma penyebab ketiga rawat inap pada
anak-anak dan remaja usia dibawah 15 tahun (Erwin, et al., 2016).
Stres psikologis atau emosional menjadi salah satu faktor yang dapat
memperparah asma pada anak dan mengakibatkan menurunnya daya tahan
tubuh serta sistem kekebalan pada jalan nafas (Lahman, et al., 2009). Tekanan
psikologis pada asma berkaitan dengan peningkatan resistensi di saluran
nafas. Hal ini menimbulkan beberapa respon fundamental paradoks terhadap
komponen stres generik yaitu peningkatan aktivitas pada sistem saraf
simpatik yang pada prinsipnya mengarah pada bronkodilasi. Disisi lain,
respons stres generik menunjukkan bahwa psikofiologis dapat mempengaruhi
pernafasan. Pengelolaan keluhan asma yang memadai bergantung pada
kemampuan individu untuk mendeteksi perubahan pernapasan dan
meresponnya secara tepat, sehingga diperlukan suatu terapi psikologis yang
mempengaruhi aktivitas jalan nafas dan menyeimbangkan susunan saraf
otonom (Aboussafy, et al., 2005).

Serly S. Mahoklory | Guided Imagery Pada Anak Dengan Asma 1


Pada setting klinik penatalaksanaan pasien dengan asma yang datang
ke Unit Gawat Darurat harus mendapatkan terapi oksigenasi, beta-agonis
inhalasi, kortikosteroid dan kolinergik (NAEPP, 2007). Namun seringkali
ketidakpuasan dengan penggunaan obat konvesional dan kekhawatiran akan
adanya efek samping, mendorong penderita asma untuk mencari alternatif
terapi komplementer untuk membantu proses penggobatannya (Cotton, et al.,
2011). Salah satu terapi komplementer yang bekerja dengan teknik relaksasi
singkat berdasarkan prinsip psikoterapi dan psikodinamik yang menyebabkan
perbaikan simtomatik dan fungsi paru secara signifikan pada penderita asma
dengan efek sebanding dengan yang diinduksi oleh inhalasi 2-
sympathomimetic adalah guided imagery (Loew T, et al., 2001).
Aplikasi terapi ini di Unit Gawat Darurat dilakukan seiring sejalan
dengan terapi medis yakni pada saat serangan asma terjadi dan pasien
mengalami sesak nafas dimana frekuensi pernafasan lebih dari 30 x/menit
(Adams, et al., 2012). Kondisi ini merupakan salah satu kondisi kegawatan
yang dapat mengancam nyawa pasien. Sehingga penatalaksaanaan terapi
guided imagery menjadi penting dalam menstabilkan sistem saraf otonom
untuk meningkatkan kualitas hidup dan fungsi paru-paru dengan mengurangi
kecemasan serta mencegah tubuh mengeluarkan respon terhadap asma
(Vinneta, et al., 2010). Selain itu, guided imagery memberikan efek sintesis
yang sangat kompleks dalam menurunkan kadar serum IgE total dalam tubuh
penderita yang berfungsi pada penurunan hipersensitivitas sentral dari respon
alergi dari asma (Lahman, et al., 2010).
Terapi komplementer guided imagery termasuk dalam tindakan
mandiri keperawatan yang pengaplikasiannya masih belum maksimal. Oleh
karena itu, penulis tertarik untuk mengembangkan terapi guided imagery
dalam penatalaksanaan anak dengan asma di instalasi gawat darurat sebagai
pengobatan complementer.

Serly S. Mahoklory | Guided Imagery Pada Anak Dengan Asma 2


1.2 Tujuan Penulisan
Mengetahui penatalaksaan terapi komplementer guided imagery pada
anak dengan asma di instalasi gawat darurat

1.3 Manfaat Penulisan


Manfaat terapi komplementer bagi keperawatan adalah perawat dapat
mengaplikasikan tindakan mandiri keperawatan sebagai satu profesi yang
komprehensif dan memiliki ilmu pengetahuan. Dengan mengaplikasikan dan
mengembangkan terapi guided imagery sebagai bentuk caring perawat dalam
menunjukkan profesionalisme asuhan keperawatan, sehingga profesi
keperawatan tidak dipandang sebelah mata oleh profesi lain dalam
mengupdate ilmu pengetahuan yang ada khususnya di instalasi gawat darurat.

Serly S. Mahoklory | Guided Imagery Pada Anak Dengan Asma 3


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Terapi Guided Imagery Pada Anak dengan Asma


Pengobatan pelengkap atau terapi komplementer pada anak dengan
asma merupakan alternatif perawatan kesehatan yang mencakup intervensi
tubuh dan pikiran, latihan pernapasan, relaksasi, doa, ritual penyembuhan,
serta meditasi yang tidak termasuk dari pengobatan konvensional (Adams, et
al., 2007). Penggunaan terapi komplementer guided imagery dapat membantu
penderita asma untuk mengendalikan sistem tubuh yang tidak dapat
dikendalikan secara sadar melalui bimbingan imajinasi secara visual oleh
perawat (Lahman, et al., 2009). Guided imagery adalah terapi self regulation
yang menggunakan relaksasi otot progresif sehingga memungkinkan
penderita asma dipandu secara aktif untuk menciptakan relaksasi yang
memudahkan dalam proses penyembuhan. Proses ini sangat efektif pada
anak-anak karena kemampuan mereka dalam mengola kreatifitas imaginasi
yang aktif dengan tingkat sugestifitas tinggi (Weydert, et al., 2006).
Menurut Freeman, et al., (2005) dalam penelitiannya yang berjudul
Efeects of Imagery, Critical Thingking, and Asthma Education on Symptoms
and Mood State in Adult Asthma Patients: A Pilot Study terhadap 70 pasien
asma secara acak dengan variabel penelitian meliputi gejala asma mengi,
batuk, serangan asma saat tidur dan aktivitas melalui pre post design terhadap
2 kelompok intervensi Biological Targed Imagery dan Critical Thingking
Asma Management yaitu efek dari penatalaksanaan Imagery secara statistik
meningkatkan 6 nilai POMS-BI (Profile of Mood-Biological Imagery)
sehingga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap Biological Targed
Imagery dan Critical Thingking Asma Management dalam mengurangi tanda
dan gejala dari asma bahkan ketika terjadi disfungsi pada kekebalan tubuh
dengan kekuatan pikiran dari guided imagery.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Vinneta, et al (2010) dengan
menggunakan design baseline yaitu data dikumpulkan kedalam tiga fase
termasuk fase awal yaitu wawancara, intervensi dan tindak lanjut selama 4

Serly S. Mahoklory | Guided Imagery Pada Anak Dengan Asma 4


periode terhadap 3 partisipan anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan pada fungsi paru-paru terutama pada kapasitas paksa paru
(Force Expiratory Volume/FEV1) dengan tingat ukuran 0,32 sampai 2,48 dan
terjadi peningkatan 25 – 75 pada aliran exprirasi paksa (Forced expiratory
Flow/FEF) serta dampak positif juga terlihat pada penurunan tingkat
kecemasan dengan ukuran efek mulai dari 0,12 sampai 1,69 skala STAI-S.
Penelitian yang dilakukan oleh Lahman, et al (2010) yang berjudul
Effects of Fuctional Relaxation and Guided Imagery on IgE in Dust-Mite
Allergic Adult Asrhmatics melibatkan 291 pasien usia dibawah 18 tahun
dengan alergi asma ringan sampai berat. Berdasarkan hasil uji coba secara
acak terhadap 64 pasien yang telah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi
diperoleh hasil penelitian bahwa guided imagery dapat menurunkan kadar
serum IgE total dalam tubuh penderita sebesar 67,1 IU/mL dengan fuction
relaxation dan 93,4 untuk intervensi guided imagery yang berfungsi pada
penurunan hipersensitivitas sentral dari respon alergi asma. Guided imagery
membimbing klien untuk merasakan atau visualisasi dengan tujuan relaksasi
dan penyembuhan. Terapi ini sangat baik untuk manajemen sakit dan gejala
fisik akibat masalah dan psikologis (George & Topaz, 2013)
Sebuah penelitian oleh Lahman, et al (2009) yang berjudul Functional
Relaxation and Guided Imagery as Complementary Therapy in Asthma: A
Randomized Controlled Clinical Trial, menunjukkan adanya pengaruh positif
dari terapi guided imagery terhadap salah satu fungsi paru yang dievaluasi
melalui partisipasi dari 64 pasien asma bronkial secara acak selama periode
pengobatan. Hasil penelitian terhadap 14 pasien yang menerima intervensi
terapi guided imagery menunjukkan efek positif terhadap parameter
pernafasan dengan tingkat signifikan 8,1% pada peningkatan kapasitas paksa
paru (Force Expiratory Volume/FEV) pasien asma.
Adapun beberapa tahap yang dilakukan dalam terapi guided imagery
yakni: 1) Tahap pertama, pasien diinstruksikan untuk berimajinasi tentang
suatu hal yang menyenangkan bagi pasien disertai dengan teknik nafas dalam
secara santai; 2) Tahap kedua, diawali dengan penjelasan singkat mengenai
konsep alergi dan mast sel, dilanjutkan dengan latihan berimajinasi tentang

Serly S. Mahoklory | Guided Imagery Pada Anak Dengan Asma 5


cara kerja mast sel terkait reaksi hypersensitive pada saluran nafas; 3) Tahap
ketiga, berfokus pada persepsi sehat pasien, seperti berimajinasi untuk
memiliki kondisi fisik yang lebih baik ; 4) Tahap terakhir, merupakan
pengulangan langkah-langkah yang dilakukan pada tiap tahap terapi yang
telah disebutkan sebelumnya (Lahman, et al., 2009).
Di Indonesia, berdasarkan hasil studi kasus asuhan keperawatan pada
pasien asma bronchial di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Gatot
Soebroto Jakarta Pusat Indonesia mengemukakan bahwa pemberian terapi
oksigen sangat diperlukan dalam mengatasi kegawatan pada pasien asma.
Setelah terapi oksigen dan obat-obatan diberikan, pasien kemudian dianjurkan
untuk relaksasi nafas dalam dengan metode guided imagery relaxacation
yang signifikan mengurangi kecemasan sebesar 63,1% sehingga dapat
memberikan rasa nyaman dan menyenangkan, serta membuat pasien merasa
lebih rileks (Budi, 2008).

Serly S. Mahoklory | Guided Imagery Pada Anak Dengan Asma 6


BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Penatalaksanaan Terapi Guided Imagery Pada Anak Dengan Asma


Terapi guided imagery merupakan suatu terapi komplementer
keperawatan yang tidak dapat berdiri sendiri tanpa terapi medis. Aplikasi
terapi ini pada pasien dengan status asma di Unit Gawat Darurat dilakukan
seiring sejalan dengan terapi medis. Setelah prinsip A, B, C (airway,
breathing dan circulation) dari pasien teratasi maka terapi guided imagery
dapat dilakukan pada pasien. Selain itu, Penerapan terapi guided imagery juga
dapat diberikan bersamaan dengan terapi oksigen dan bronkodilator, pasien
akan dibimbing perawat untuk berelaksasi dan berimajinasi secara visual
tentang sistem pernafasannya. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan efek
relaksasi terhadap kecemasan dan menstabilkan kembali jalan nafas penderita
asma.
Kelebihan penerapan guided imagery dibandingkan terapi
complementer lain adalah dapat memberikan efek yang bekerja dengan teknik
relaksasi singkat berdasarkan prinsip psikoterapi dan psikodinamik yang
menyebabkan perbaikan simtomatik dan fungsi paru secara signifikan pada
penderita asma dengan efek sebanding dengan yang diinduksi oleh inhalasi 2-
sympathomimetic sehingga meningkatkan fungsi paru-paru dengan mencegah
tubuh mengeluarkan respon asma, mengurangi kecemasan pada anak-anak
serta berperan dalam menurunkan kadar serum IgE yang memicu degranulasi
mast cell untuk melepaskan mediator inflamasi pemicu timbulnya reaksi
hipersensitivitas pada asma. Selain itu, konsep pengaplikasiannya yang
sederhana dengan berimajinasi tentang pengalaman menyenangkan yang
berhubungan langsung dengan reaksi stress tubuh pada sistem saraf simpatis,
sehingga menimbulkan reaksi terhadap stimulus berupa perasaan senang dan
mengendalikan sistem tubuh yang tidak dapat dikendalikan dalam kondisi
sadar melalui keseimbangan saraf otonom untuk mencegah tubuh
mengeluarkan reaksi alergi dari asma.

Serly S. Mahoklory | Guided Imagery Pada Anak Dengan Asma 7


Adapun kekurangan dari guided imagery adalah ketrampilan individu
dalam melakukan guided imagery relaxation yang masih kurang dan
keberhasilan dari terapi ini yang masih didasari oleh kebiasaan self
managemnt pasien dan kooperatif pasien dalam mengikuti bimbingan perawat
dengan baik.

Serly S. Mahoklory | Guided Imagery Pada Anak Dengan Asma 8


BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Guided imagery sebagai salah satu terapi complementer yang efektif
digunakan oleh perawat sebagai tindakan mandiri pada pasien anak dengan
asma. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terapi guided imagery
efektif dalam menurunkan kadar serum IgE total dalam tubuh yang berperan
dalam hipersensitivitas sentral dari respon alergi asma yakni sesak nafas,
mengi, dan kecemasan berlebihan sehingga meningkatkan kualitas hidup dan
fungsi paru-paru melalui keseimbangan pada sistem saraf otonom. Oleh
karena itu terapi ini dapat dimanfaatkan pada penanganan pasien anak dengan
asma akut.

Serly S. Mahoklory | Guided Imagery Pada Anak Dengan Asma 9


Referensi

Aboussafy, D., Campbell, T. S., Lavoie, K., Aboud, F. E., & Ditto, B. (2005).
Airflow and autonomic responses to stress and relaxation in asthma: The
impact of stressor type. International Journal of Psychophysiology, 57(3),
195–201. https://doi.org/10.1016/j.ijpsycho.2005.02.004

Adams, J. Y., Sutter, M. E., & Albertson, T. E. (2012). The patient with asthma in
the emergency department. Clinical Reviews in Allergy and Immunology,
43(1–2), 14–29. https://doi.org/10.1007/s12016-011-8273-z

Adams, S. K., Murdock, K. K., & McQuaid, E. L. (2007). Complementary and


Alternative Medication (CAM) Use and Asthma Outcomes in Children: An
Urban Perspective. Journal of Asthma, 44(9), 775–782.
https://doi.org/10.1080/02770900701645835

Asher, I., & Pearce, N. (2014). Global burden of asthma among children. The
International Journal of Tuberculosis and Lung Disease : The Official
Journal of the International Union against Tuberculosis and Lung Disease,
18(11), 1269–78. https://doi.org/10.5588/ijtld.14.0170

Budi, H., Studi, P., Keperawatan, M., Keperawatan, K., Bedah, M., …
Universitas, K. (2008). JAKARTA.

Chiang, L. C., Ma, W. F., Huang, J. L., Tseng, L. F., & Hsueh, K. C. (2009).
Effect of relaxation-breathing training on anxiety and asthma
signs/symptoms of children with moderate-to-severe asthma: A randomized
controlled trial. International Journal of Nursing Studies, 46(8), 1061–1070.
https://doi.org/10.1016/j.ijnurstu.2009.01.013

Cotton, S., Luberto, C. M., Yi, M. S., & Tsevat, J. (2011). Complementary and
Alternative Medicine Behaviors and Beliefs in Urban Adolescents with
Asthma. Journal of Asthma, 48(5), 531–538.
https://doi.org/10.3109/02770903.2011.570406

Serly S. Mahoklory | Guided Imagery Pada Anak Dengan Asma 10


Dobson, R. L., Bray, M. A., Kehle, T. J., Theodore, L. A., & Peck, H. L. (2005).
Relaxation and guided imagery as an intervention for children with asthma:
A replication. Psychology in the Schools, 42(7), 707–720.
https://doi.org/10.1002/pits.20119

Erwin, K., Martin, M. A., Flippin, T., Norell, S., Shadlyn, A., Yang, J., …
Krishnan, J. A. (2016). Engaging stakeholders to design a comparative
effectiveness trial in children with uncontrolled asthma. Journal of
Comparative Effectiveness Research, 5(1), 17–30.
https://doi.org/10.2217/cer.15.52

Freeman, L. W., & Welton, D. (2005). Effects of Imagery, Critical Thinking, and
Asthma Education on Symptoms and Mood State in Adult Asthma Patients:
A Pilot Study. The Journal of Alternative and Complementary Medicine,
11(1), 57–68. https://doi.org/10.1089/acm.2005.11.57

George, M., & Topaz, M. (2013). A Systematic Review of Complementary and


Alternative Medicine for Asthma Self-management. Nursing Clinics of
North America, 48(1), 53–149. https://doi.org/10.1016/j.cnur.2012.11.002

Global Asthma Network. (2014). The Global Asthma Report 2014 (Vol. 5).
https://doi.org/ISBN:978-0-473-29125-9\r978-0-473-29126-6
(ELECTRONIC)

Gould, H. J., & Sutton, B. J. (2008). IgE in allergy and asthma today. Nat Rev
Immunol, 8(3), 205–217. Retrieved from http://dx.doi.org/10.1038/nri2273

Lahmann, C., Henningsen, P., Schulz, C., Schuster, T., Sauer, N., Noll-Hussong,
M., … Loew, T. (2010). Effects of functional relaxation and guided imagery
on IgE in dust-mite allergic adult asthmatics: a randomized, controlled
clinical trial. The Journal of Nervous and Mental Disease, 198(2), 125–30.
https://doi.org/10.1097/NMD.0b013e3181cc419e

Lahmann, C., Nickel, M., Schuster, T., Sauer, N., Ronel, J., Noll-Hussong, M., …
Loew, T. (2009). Functional relaxation and guided imagery as

Serly S. Mahoklory | Guided Imagery Pada Anak Dengan Asma 11


complementary therapy in asthma: A randomized controlled clinical trial.
Psychotherapy and Psychosomatics, 78(4), 233–239.
https://doi.org/10.1159/000214445

Loew, T. H., Tritt, K., Siegfried, W., Bohmann, H., Martus, P., & Hahn, E. G.
(2001). Efficacy of “functional relaxation” in comparison to terbutaline and
a “placebo relaxation” method in patients with acute asthma: A randomized,
prospective, placebo-controlled, crossover experimental investigation.
Psychotherapy and Psychosomatics, 70(3), 151–157.
https://doi.org/10.1159/000056241

Rees J., Kanabar D., and Pattani S. (2013) ABC of Asthma 6th ed. Wiley-
Blackwell. BMJ Books. ISBN 978-1-4051-8596-7

Rn, S. K. R., & Ae, C. (2007). National Institutes of Health ( NIH ) NAEPP 2007
Asthma Guideline Expert Panel Report ( EPR ) ‐ 3.

Vineeta Gandotra Kapoor, Bray, M. a., & Kehle, T. J. (2010). School-Based


Intervention: Relaxation and Guided Imagery for Students With Asthma and
Anxiety Disorder. Canadian Journal of School Psychology, 25(4), 311–327.
https://doi.org/10.1177/0829573510375551

Weydert, J. A., Shapiro, D. E., Acra, S. A., Monheim, C. J., Chambers, A. S., &
Ball, T. M. (2006). Evaluation of guided imagery as treatment for recurrent
abdominal pain in children: a randomized controlled trial. BMC Pediatrics,
6(1), 29. https://doi.org/10.1186/1471-2431-6-29

World Health Organization. (2014). World Health statistics 2014. World Health
Organization. https://doi.org/978 92 4 156458 8

Serly S. Mahoklory | Guided Imagery Pada Anak Dengan Asma 12


Lampiran 1

STANDAR OPERASIONAL TERAPI GUIDED IMAGERY

TERAPI RELAKSASI GUIDED IMAGERY


SPO Tanggal Pelaksanaan: Paraf :

Pengertian Merupakan salah satu teknik relaksasi dan distraksi yang


mampu membuat tubuh menjadi rileks, mengurangi
ketegangan otot dan kecemasan
Tujuan 1. Meningkatkan relaksasi otot
2. Mengurangi stres, baik stres fisik maupun emosional
3. Membantu menurunkan atau meredahkan nyeri dengan
mengurangi tekanan otot dan ansietas (kecemasan)
Kebijakan 1. Standar Pelayanan Medik RS Jantung dan Pembuluh
Darah Harapan Kita
2. Standar Asuhan Keperawatan Kardiovaskuler RS Jantung
dan Pembuluh Darah Harapan Kita
Prosedur 1. Instruksikan klien untuk berbaring dalam posisi semi
fowler
2. Anjurkan klien berbaring dengan tenang dan nyaman
3. Jelaskan kepada klien tujuan, manfaat, dan tata cara terapi
guided imagery
4. Anjurkan klien untuk bernapas secara perlahan dan
teratur selama terapi guided imagery
5. Anjurkan klien untuk menarik dan menghembuskan
napas secara rileks selama terapi guided imagery
6. Instruksikan klien untuk mendengarkan rekaman terapi
guided imagery melalui tape recorder yang disediakan
7. Anjurkan klien untuk memejamkan mata selama terapi
guided imagery
8. Anjurkan klien mengimajinasikan sebuah tempat yang
indah saat mendengarkan instruksi yang didengarkan
lewat tape recorder terapi guided imagery
(Sumber: Dokumen Rekam Medik RS PJNHK)

Serly S. Mahoklory | Guided Imagery Pada Anak Dengan Asma 13

Vous aimerez peut-être aussi