Vous êtes sur la page 1sur 7

AL ISTIQAMAH

(Konsisten)
Sinopsis

Istiqamah merupakan komitmen dan konsistensi kita kepada Allah. Segala


aktivitas dan tingkah laku kita merujuk kepada Allah. Aktivitas yang tidak
merujuk kepada Allah atau tidak mempunyai konsistensi maka disebut
tidak istiqamah. Beberapa ciri istiqamah yang perlu dilaksanakan oleh muslim
adalah menjadikan dasar aktivitasnya (mabda atau prinsip) dan hidupnya
karena Allah, yaitu karena Islam. Karena secara konseptual, kehidupan ini
karena Dia, maka kita mesti hidup beserta Allah (ma'allah), yaitu dengan
mengikuti minhaj Allah (al Islam). Kemudian istiqamah juga mesti diiringi
dengan tujuan hidup yaitu menuju kepada Allah atau menuju Islam. Ciri-ciri
yang demikian disebut istiqamah.

Bagi mereka yang tidak Islam atau kafir, mabda (prinsip hidupnya) karena
untuk bukan Islam (misalnya untuk ismeisme jahiliyah) maka hasilnya juga
untuk selain Allah. Dalam konsep (manhaj) jahiliyah yang dibawanya itu,
mereka hidup tanpa Islam atau bukan dengan Islam. Dengan demikian ia
hidup beserta syaitan. Dari segi tujuan hidup pula mereka menuju kepada
selain Islam atau menuju selain Allah. Keadaaan demikian disebut tidak
istiqamah yang diamalkan oleh pihak kafir.

Sedangkan pihak munharrifin atau munafik bersifat mudzabdzab yang


berarti kadang istiqamah dan kadang tidak istiqamah, kadang iman kadang
kufur dengan maksiatnya sehingga mereka ini sama saja dengan kafir
yaitu tidak istiqamah terhadap Islam. Kaum munafik pun akan
mengalami azab dan siksaan yang pedih sebagai balasan amalan yang tidak
istiqamah.

Istiqamah dijadikan sebagai sikap seorang muslim dimana mereka tetap teguh
untuk menjadikan Allah (al haq) sebagai loyalitasnya dan meninggalkan
kebatilan. Istiqamah berarti teguh dengan melaksanakan al haq dan teguh
meninggalkan kebatilan. Loyalitas seorang muslim kepada al haq berarti
mengagungkan pemuliaan ini dengan seagung-agungnya dan beribadah
kepada Allah dengan ibadah yang sebenar-benarnya. la pun
meninggalkan bahkan memusuhi segala bentuk kebatilan dan peribadatan
yang hendak membuatnya tunduk kepada kekuasaan selain Allah.

Apabila seorang muslim tidak istiqamah maka is akan tergelincir sehingga


menyembah selain Allah (apakah dengan bentuk syiar atau syariat maupun
ketaatan dan ketundukan). Keadaan ini menyebabkan ia jatuh dari
kedudukan dan kemuliaan yang dimilikinya menuju penyembahan berbagai
hawa nafsu serta paham dan ideologi yang merobek-robek kehidupannya
dan menghilangkan akhiratnya. Akhirnya, is akan hidup sengsara
sekalipun ia menganggap dirinya bahagia. Itu disebabkan karena tidak
istiqamah kepada ajaranajaran Allah. Mereka menyembah selain Allah dengan
cara yang bukan Islam serta ditujukan kepada selain Allah. Kebahagiaan dan
kesengsaraan dalam konsep Islam adalah bersumber sejauh mana is istiqamah
kepada al haq dan syariatnya serta mengikhlaskan diri kepadanya. Adapun
kesengsaraan diperoleh apabila is tidak istiqamah, ia menyembah
kepada taghut dan hawa nafsu yang merupakan tempat kesengsaraan bagi
setiap crang yang berpaling dari petunjuk Allah dan agama. Loyalitai kepada se
lain orang yang beriman dan melakukan kedurhakaan kepada Allah adalah
sumber keterombang-ambingan yang menjadikan seseorang berpenyakit jiwa
dan menimbulkan kekeruhan hati dalam kehidupan pelakunya. Sebab is tidak
berafiliasi ke sana atau kemari. Saat ini penuh percampuran antara berbagai
paham yang akan memunculkan keguncangan pendapat dan terjadi
percampuran antara yang haq dan bathil. Bahkan yang haq disingkirkan dan
bendera kebatilan diangkat.

Umat Islam diharapkan istiqamah kepada keimanan. Karena kekafiran yang


dipropagandakan di tengah kehidupan manusia bertentangan dengan nilai
Islam. Paham sosialisme, demokrasi, sekulerisme, nasionalisrne atau komunisme
yang bertentangan dengan Islam dapat nlempengaruhi keimanan seorang
muslim. Untuk itu seorang muslim diminta kesungguhannya dalam
melaksanakan syariat Allah dan menghadapi berbagai macam propaganda yang
dilakukan oleh syaitan untuk mengajak kepada kemungkaran. Loyalitas
seorang muslim dapat digunakan menghadapi musuh-musuh Allah sebaliknya
mereka yang tidak loyal kepada Islam akan mudah terpengaruh kepada nilai-
nilai kekufuran.

Mencapai istiqamah harus diawali dengan pengetahuan hakikat wala dan tiara
dalam konsep Islam secara benar. Wala merupakan loyalitas yang didasari rasa
cinta kepada Allah dalam mengabdi kepadaNya, sedangkan bara merupakan
penolakan kepada kebatilan yang dibawa oleh syaitan. Dengan kata lain,
istiqamah adalah wala kepada nilai-nilai Islam dan tiara kepada nilai-nilai
selain Islam.

Al Quran membentuk kepribadian muslim yang istiqamah dengan


membebaskan walanya hanya kepada Rabb, Rasul dan Islam. Kemudian
melakukan pemisahan secara total dari halhal yang tidak mengikuti Allah,
tidak mengikuti kepemimpinan Rasulullah dan yang tidak berhimpun dalam
jamaah yang mencerminkan hizbullah. Istiqamah dapat dibentuk dengan
menyadarkan bahwa pilihan Allah sebagai cerminan kekuasaanNya dan
sebagai alat dalam merealisasikan ketetapanNya terhadap kehidupan
manusia serta realitas sejarah. Pilihan ini dengan segala
konsekuensinya merupakan karunia Allah yang dianugerahkan kepada
mereka yang istiqamah. Mereka yang tidak istiqamah adalah mereka yang
memberikan walanya kepada selain Islam yang berarti adanya penolakan
kepada Allah serta menodai kehormatannya. Karena itu orang yang istigamah
mesti memberikan walanya hanya kepada Allah saja. Allah berfirman dalam
surat Al Maidah:55 yang artinya "Sesungguhnya wali (pemimpin) kamu hanya
Allah, RasulNya, dan orang-orang yang beriman yang menegakkan shalat dan
menunaikan zakat seraya mereka tunduk kepada Allah".

Surat Al Maidah tadi menggambarkan suatu alasan bahwa tidak dibenarkan


seorang muslim memberikan loyalitasnya selain kepada ketiga hal tersebut
(Allah, Rasul dan orang beriman). Mereka yang beristiqamah adalah mereka
yang menjadikan Allah, Rasul dan orang yang beriman sebagai tempat
loyalitasnya. Hal ini merupakan suatu kewajiban yang mendasar karena
menyangkut persoalan aqidah. Tujuan ini dilakukan agar seorang muslim tetap
dalam istiqamah dan yakin kepada kebenaran Allah. Selain itu, istiqamah dapat
menjadikan Islam sebagai then yang tetap lestari dan dapat memisahkan secara
total antara barisan Islam dan barisan bukan Islam. Agar Islam tidak hanya
formalitas, slogan dan syiar maka Islam harus diamalkan.

Pengamalan Islam perlu dilaksanakan secara istiqamah. Di antara cirinya


adalah secara konsisten menegakkan shalat dan menunaikan zakat seperti yang
Allah sebutkan dalam surat Al Maidah:55, "Orang-orang yang beriman
menegakkan shalat dan menunaikan zakat seraya mereka tunduk".

Ciri pokok orang yang istiqamah di antaranya juga memiliki semangat keimanan
dimana is merasa tersingung kalau agama, aqidah dan shalatnya dihina.
Mereka yang tidak istiqamah akan menerima berbagai bentuk godaan
syaitan yang mempermainkan agama Allah. Dalam Al Quran
digambarkan pula bagaimana mereka yang mempermainkan dienullah itu
sehingga mempengaruhi beberapa orang yang tidak percaya kepada Allah.
Namun demikian Allah tetap meletakkan dasar konsep Islam secara
berkesinambungan karena Allah memberikan kekuatan kepada mereka yang
istiqamah menjalankan Islam.

Al Quran sebagai kitab yang berisi pedoman hidup dan konsep-konsep


keyakinan diturunkan untuk mengalahkan konsep-konsep dan sistem-sistem
lainnya di muka bumi. Nilai tersebut tidak akan menang apabila tidak diikuti
dengan sikap istigamah dalam menjalankannya. Al Quran mengajarkan
umatnya agar tidak memberikan wala kecuali hanya kepada Allah dan
terlarang memberikan walanya kepada orang kafir. Orang yang istiqamah adalah
orang yang melandaskan aqidahnya dengan nilai Islam bukan pada keturunan,
kulit, ras dan tanah air. Keistiqamahan seseorang dapat terganggu dengan
beberapa hal seperti keturunan, asabiyah kesukuan dan kepentingan.

Istiqamah kepada jalan Islam berarti menjadikan Allah sebagai dasar sikap dan
perbuatannya sehingga hanya kepada Allah saja tujuan kegiatannya. Dalam
pelaksanaan kegiatan dan perbuatannya itu dengan berlandaskan sistem Islam
dan ditujukan kepada Allah. Dasar dan proses kegiatan tersebut diiringi loyalitas
kepada Allah, Rasul dan orang yang beriman. Barangsiapa yang menjadikan
Allah sebagai pemimpinnya maka Allah akan cukupkan baginya segala urusan.
Dalam surat Ali Imran : 68, Allah berfirman, "Dan Allah adalah pelindung
orang-orang yang beriman". Orang yang istiqamah yaitu orang yang setiap
kegiatannya didasari ajaran Islam sehingga ujian yang dialaminya, seperti
musibah dapat memotivasinya untuk melakukan kebaikan. Allah tidak akan
lepas tangan dari kepemimpinanNya terhadap orang yang istiqamah dan
tidak pula akan menghianati janji untuk menolongnya. Orang yang tidak
istiqamah menjadikan selain Allah sebagai pemimpinnya. la dipimpin
oleh semua jin dan manusia, akhirnya lemah dan tak berdaya walaupun
ia berhasil mendapatkan perlindungan dan kekuatan dari selain Allah.

Al Quran mendidik kesadaran muslim terhadap hakikat permusuhan dan


musuhnya serta pertarungan yang terjadi antara haq dan bathil. Hal ini
merupakan pertarungan aqidah karena menyangkut persoalan asasi antara
muslim dan musuh-musuhnya. Mereka memerangi muslim karena aqidah
dan agamanya. Mereka juga melancarkan permusuhan dan kebenciannya
karena kafasikannya. Dengan kefasikan ini mereka membenci orang-orang
yang istiqamah di dalam lien Allah. Allah berfirman dalam surat Al Maidah:59,
"Bukankah kamu membenci kami melainkan karena kami beriman kepada Allah,
kepada apa yang diturunkan kepada kami dan kepada apa yang diturunkan sebelumnya,
sedang kebanyakan dari kamu adalah orang-orang yang fasik".

Aqidah inilah yang menjadikan motif utama permusuhan mereka. Nilai


manhaj Ilahi dan pengarahan pokok yang ada di dalamnya amat besar dan
mulia. Orang yang istiqamah tidak hanya mengetahui karakteristik dari
nilai-nilai kebenaran tetapi juga mengetahui karakteristik nilai-nilai
kebatilan. Sehingga ia mengetahui pula karakteristik permusuhan yang
terjadi antar haq dan bathil. Mengetahui hakikat musuh dengan
mengetahui kebatilan berasal dari sesuatu yang bukan Islam akan menambah
keistiqamahan seseorang. Sesuatu yang hukan Islam berarti sesuatu yang
didasarkan bukan karena Allah dengan tujuan kegiatannya bukan kepad a
Allah serta cara yang digunakannya bukan dengan cara-cara Islam.

Sikap istiqamah akan memunculkan suatu pemahamari kepada pentingnya


pemisahan total antara pendukung agidah dan semua golongan yang
menentangnya. Sikap ini diperlukan untuk mengetahui karakteristik para
musuh, motivasi permusuhan mereka dan hakikat pertarungan sehingga
dapat menguatkan aqidah Islam. Memahami karakteristik musuh dan
mengetahui secara mendalam kebenaran akan menghasilkan sikap furqan
yang dapat membedakan haq dan bathil.

1. Al Istiqamah (Konsisten)
 Lillah (Karena Allah) - Ma'allah (Bersama Allah) – Ilallah (Kepada Allah)
 Mabda (Prinsip) - Minhajan (Pedoman) - Ghayatan (Tujuan)
 Lil Islam (Karena Islam) - Bil Islam (Dengan Islam) – Ilal Islam (Kepada
Islam)

Selayaknyalah mukmin berada di atas al haq dan tetap istiqamah. Ini


merupakan kekuatan untuk membentengi serangan dari al bathil yang tidak
pernah lelah. Iblis telah membuat komitmen kepada Allah bahwa is akan
berusaha dengan kawan-kawannya untuk terus menyesatkan anak Adam
hingga hari kiamat. Oleh karena itu hanya istiqamah senjata kita. Seorang
mukmin dari awal titik tolaknya berdiri di atas prinsip bahwa "aku
memperjuangkan Al Islam ini adalah karena Allah", bukan karena yang lain. Kalau
tidak demikian, maka is tidak akan dapat bertahan.

Banyak godaan dan rayuan yang membuat mukmin itu tertipu, terpedaya,
terbelit atau akhirnya ditelan oleh jahilliyyah. Merekapun tak kurang strategi
dan taktik untuk menjaring orang mukmin. Starting point segala kegiatan kita
mestilah benar-benar lillah, yang didasarkan dari prinsip yang menjadi tujuan
mereka, hakikatnya mereka melakukan sesuatu bukan untuk Islam dan bukan
karena Allah. Tentu saja mereka bersumberkan minhaj hidup jahiliyyah yang saat
ini diberi nama modern dan bersumber dari apa saja. Teoriteori, hipotesis, zhon
dan falsafah seperti komunisme, materialisme, sosialisme serta tokoh-
tokoh pemikir jahiliyyah adalah sumber mereka. Minhaj hidup mereka diambil
dari sumber yang tidak haq, lalu hancurlah sistem kehidupan mereka. Apakah
yang menjadi sasaran akhir dari kehidupan mereka, tentu saja kerugian yang
sebenarnya. Rugi di hari bertemu Allah SWT, menyesal dan Baling berbantah-
bantahan. Sementara, di dunia mereka matimatian untuk mempertahankan
tegaknya taghut dan sistemnya. Mereka menjadi pendukung setia taghut
sehingga matilah mereka karenanya, nauzubillah. Amal baik mereka di dunia
menjadi debu yang berterbangan dan faedahnya hanyalah `maya' atau seperti
fartamorgana. Para dai jangan sampai tertipu dan gelap mata dengan apa yang
dilihat dari kebaikan mereka. Kita mesti istiqamah di atas Islam.

Golongan yang tiada pendirian dijelankan oleh Allah dalam Al Quran dengan
istilah muzabzab. Ini golongan yang munafiq dan Allah SWT mengkategorikan
mereka sebagai kufur serta menetapkan status mereka paling bawah dalam api
neraka, nauzubillah. Mereka juga tidak istiqamah, tidak tetap atas iman dan
Islamnya, baik dari awal masuknya ataupun atas sebab-sebab yang lain.
Kehadiran golongan yang menjadi duri dalam daging ini mestilah disadari dan
dilihat sebagai ancaman yang berbahaya. Allah SWT telah menjelaskan hakikat
ini dalam Al Quran, bahkan ada surah yang dinamakan untuk mereka yakni
surat Al Munafiqun. Tidak istiqamah ini adalah sifat yang berbahaya oleh karena
itu tarbiyah Islamiyah mesti terus-menerus dijalankan. Jangan menyangka bila
telah menjadi syeikh besar, tak perlu tarbiyah, tazkiyyah, tazkirah. Semuanya
memerlukan mutabaah. Setiap kita perlu nasihat dan tarbiyah yang
berkelanjutan. Tarbiyah terlalu penting untuk diabaikan.

Dalil
Q. 18:103. Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang
orang-orang yang paling merugi perbuatannya?

Q. 24:39. Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana


fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang
dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun.
Dan didapatinya (ketetapan) Allah di sisinya, lalu Allah memberikan
kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat
cepat perhitunganNya.

Q. 4:137. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, kemudian mereka kafir,


kemudian mereka beriman (pula), kemudian kafir lagi, kemudian bertambah
kekafirannya, maka sekali-kali Allah tidak akan memberi ampunan kepada
mereka, dan tidak (pula) menunjuki mereka kepada jalan yang lurus.

Q. 4:143. Mereka dalam keadaan muzabzab (tidak mempunyai pendirian


yang tetap) antara yang demikian (iman atau kafir); tidak masuk kepada
golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu
(orang-orang kafir). Barangsiapa yang disesatkan Allah, maka kamu sekali-kali
tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk baginya).

Q. 4:150. Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan Rasul-


rasulNya, dan bermaksud memperbeda bedakan antara Allah dan Rasul-
rasulNya, dengan mengatakan: "Kami beriman kepada yang sebahagian (dari
rasul-rasul itu), dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain) ", serta
bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (lain) di antara yang
demikian (iman atau kafir).

3. Al Furqan (Pembeda Antara Haq Dan Bathil)

Batas antara istiqamah dan ghairu istiqamah adalah furqan. Furqan mampu
membedakan yang berasal dari Allah (Islam) dengan yang berasal dari selain
Allah (selain Islam). Furqan diperoleh karena is memahami dasar, cara dan
tujuan hidupnya adalah Islam (Allah) serta memahami bahwa selain Islam
adalah salah.

Dalil

Q. 25:1. Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al Furqan (Al Quran) kepada
hambaNya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.

Ringkasan Dalil

 Istiqamah. Mabda/prinsip hidupnya: semata kerana Allah, iaitu kerana


selain Allah. Dalam konsep, kerana dia lillah maka is beserta Allah, iaitu
dengan minhaj Allah (Al Islam). Dari segi tujuan hidup, maka is menuju
Allah (Q. 6:162), atau menuju Islam (Hadits, Q. 2:193, 8:39) yang disebut
istiqamah (Q. 42:15, 41:30-32, a, 11:112)
 Ghairu Istiqamah. Mabda/prinsip hidupnya kerana untuk non Islam
(isme-isme jahiliyah) maka hasilnya untuk selain Allah. Dalam konsep
(manhaj) karena dia tanpa Islam atau bukan dengan Islam maka is beserta
syaitan. Dari segi tujuan hidup karena menuju selain Islam maka menuju
selain Allah (Q. 18:103, 24:39) yang disebut kufur.
Munharrifin/munafik: mudzabdzab dan tidak istiqamah (Q. 4:137,143,150, b,c)
.
 Furqan: Pembeda antara yang haq dan yang batil (Q. 25:1

Vous aimerez peut-être aussi