Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
World Health Organisation (WHO) memperkirakan diseluruh dunia terdapat
kematian ibu sebesar 500.000 jiwa per tahun. Kematian tersebut terjadi terutama di
negara berkembang sebesar 99%. Meskipun jumlahnya sangat besar, tetapi tidak
menarik perhatian karena kejadian terbesar (sporadis), sebenarnya kematian ibu dan
bayi mempunyai peluang besar untuk dicegah dengan meningkatnya kerja sama antara
pemerintah, swasta dan badan-badan sosial lainnya (Manuaba, 2010).
Menurut WHO, sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau
kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara
berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100.000 kelahiran
hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di 9 negara maju dan 51 negara
persemakmuran. Menurut WHO Angka Kematian Ibu (AKI) di tahun 2011, 81 %
diakibatkan karena komplikasi selama kehamilan, persalinan, dan nifas. Bahkan
sebagian besar dari kematian ibu disebabkan karena perdarahan, infeksi dan
preeklampsia. (WHO, 2012).
Berdasarkan data Dinkes kota palembang jumlah kematian ibu tahun 2013 masih
dibawah angka nasional untuk RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional) tahun 2014 (118 per 100.000 kelahiran hidup). ada 13 kasus kematian ibu
dari 29.911 kelahiran hidup, penyebab kematian terbanyak adalah pre eklampsia berat
(31%), diikuti oleh hipertensi dalam kehamilan (23%). Penyebab kematian ibu lainnya
adalah perdarahan (15%), syok hipovolemik (8%), persalinan lama (8%) dan lain-lain
(15%). (profil pelayanan kesehatan dasar, 2014).
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang dapat menyebabkan ibu hamil dan
bayi menjadi sakit dan meninggal, sebelum persalinan berlangsung. Banyak faktor
resiko ibu hamil dan faktor yang memengaruhi diantaranya adalah usia dan paritas
ibu. Ibu hamil pada usia lebih dari 35 tahun lebih beresiko tinggi untuk hamil
dibandingkan bila hamil pada usia normal, yang biasanya terjadi sekitar 21-30 tahun.
1
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pre Eklamsia ?
2. Apa Etiologi Pre Eklamsia?
3. Bagimana patofisilogi penyakit Pre Eklamsia ?
4. Bagaimana manifestasi klinis Pre Eklamsia?
5. Apa pemeriksaan Pre Eklamsia?
6. Apa komplikasi dari Pre Eklamsia?
7. Apa penatalaksanaan Pre Eklamsia?
2
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Pre eklamsia merupakan penyakit khas akibat kehamilan yang memperlihatkan
gejala trias (hipertensi, edema, dan proteinuria), kadang-kadang hanya hipertensi dan
edema atau hipertensi dan proteinuria (dua gejala dari trias dan satu gejala yang harus
ada yaitu hipertensi).
Menurut Mansjoer (2000), pre eklamsia merupakan timbulnya hipertensi disertai
proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera
setelah persalinan. Pre eklampsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana
hipertensi terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan
darah normal dan diartikan juga sebagai penyakit vasospastik yang melibatkan banyak
sistem dan ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi dan proteinuria (Bobak,
Lowdermilk, & Jensen, 2005).
3
2. Etiologi
Penyebab pre-eklampsia belum diketahui secara jelas. Penyakit ini dianggap
sebagai "maladaptation syndrome" akibat penyempitan pembuluh darah secara umum
yang mengakibatkan iskemia plasenta sehingga berakibat kurangnya pasukan darah yang
membawa nutrisi ke janin. Ada beberapa faktor predisposisi terjadinya pre eklamsia,
yaitu:
a. Primigravida atau primipara mudab (85%).
b. Grand multigravida
c. Sosial ekonomi rendah.
d. Gizi buruk.
e. Faktor usia (remaja; < 20 tahun dan usia diatas 35 tahun).
f. Pernah pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya.
g. Hipertensi kronik.
h. Diabetes mellitus.
i. Mola hidatidosa.
j. Pemuaian uterus yang berlebihan, biasanya akibat dari kehamilan ganda atau
polihidramnion (14-20%).
k. Riwayat keluarga dengan pre eklamsia dan eklamsia (ibu dan saudara perempuan).
l. Hidrofetalis.
m. Penyakit ginjal kronik.
n. Hiperplasentosis: mola hidatidosa, kehamilan ganda, hidrops fetalis, bayi besar, dan
diabetes mellitus.
o. Obesitas.
p. Interval antar kehamilan yang jauh.
3. Patofisiologi
dan pelepasan renin uterus. Bahan tropoblastik berperan dalam proses terjadinya
konsumtif koagulapati.
4
Konsumtif koagulapati mengakibatkan trombosit dan faktor pembekuan darah
menurun dan menyebabkan gangguan faal hemostasis. Tekanan perifer akan meningkat
Gangguan multiorgan terjadi pada organ- oragan tubuh diantaranya otak, darah,
paru- paru, hati/ liver, renal dan plasenta. Pada otak akan dapat menyebabkan terjadinya
dan terjadinya kejang sehingga menimbulkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada
darah akan terjadi endotheliosis menyebabkan sel darah merah dan pembuluh darah
sel darah merah yang pecah akan menyebabkan terjadinya anemia hemolitik.
dan menyebabkan retensi cairan dan dapat menyebabkan terjadinya edema sehingga
5
vasospasme arteriol pada ginjal akan meyebabkan penurunan GFR dan permeabilitas
anuri. Oligouri atau anuri akan memunculkan diagnosa keperawatan gangguan eliminasi
urin. Permeabilitas terhadap protein yang meningkat akan menyebabkan banyak protein
akan lolos dari filtrasi glomerulus dan menyenabkan proteinuria. Pada mata, akan terjadi
dapat berakibat terjadinya intra Uterin Growth Retardation serta memunculkan diagnosa
keperawatan risiko gawat janin. Hipertensi akan merangsang medula oblongata dan
Selanjutnya akan terjadi akumulasi gas yang meningkat, merangsang mual dan
diproduksi dalam jumlah yang sedikit yaitu 2 ATP dan pembentukan asam laktat.
Terbentuknya asam laktat dan sedikitnya ATP yang diproduksi akan menimbulkan
keadaan cepat lelah, lemah sehingga muncul diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas.
6
Keadaan hipertensi akan mengakibatkan seseorang kurang terpajan informasi dan
4. Manifestasi Klinis
pada pre eklampsia berat ditemukan gejala subjektif berupa sakit kepala di daerah
frontal, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, dan mual atau muntah.
Gejala-gejala ini sering ditemukan pada pre eklampsia yang meningkat dan merupakan
utamanya yaitu hipertensi dan 2 tanda yang lain yaitu edema atau proteinuria. Tetapi
dalam praktik medis hanya hipertensi dan proteinuria saja yang dijadikan sebagai 2 tanda
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan pre eklamsia
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan Darah Lengkap dan Apusan Darah
a. Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk wanita
hamil adalah 12-14 gr%).
b. Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%).
c. Trombosit menurun (nilai rujukan 150.000-450.000/mm.
7
c. Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 uL.
d. Serum Glutamat Pirufat Transaminase (SGPT) meningkat (N= 15-45 u/ml)
e. Serum Glutamat Oxaloacetic transaminase (SGOT) meningkat (N= < 31 u/ml)
f. Total protein serum menurun (N= 6,7 – 8,7 g/dL) 4).
4) Tes Kimia Darah Asam urat meningkat > 2,7 mg/dL, dimana nilai normalnya yaitu
2,4 – 2,7 mg/dL.
5) Pemeriksaan Radiologi
Ultrasonografi (USG). Hasil USG menunjukan bahwa ditemukan retardasi
perteumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat,
dan volume cairan ketuban sedikit.
Kardiotografi Hasil pemeriksaan dengan menggunakan kardiotografi menunjukan
bahwa denyut jantung janin lemah.
6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan pre eklamsia tergantung pada
derajat pre eklamsia yang dialami. Namun yang termasuk komplikasi pre eklamsia
antara lain:
a. Komplikasi pada Ibu
1. Eklamsia.
2. Tekanan darah meningkat dan dapat menyebabkan perdarahan otak dan gagal
jantung mendadak yang berakibat pada kematian ibu.
3. Gangguan fungsi hati: Sindrom HELLP (Hemolisis, Elevated, Liver, Enzymes
and Low Plateleted) dan hemolisis yang dapat menyebabkan ikterik. Sindrom
HELLP merupakan singkatan dari hemolisis (pecahnya sel darah merah),
meningkatnya enzim hati, serta rendahnya jumlah platelet/trombosit darah.
4. Solutio plasenta.
5. Hipofebrinogemia yang berakibat perdarahan.
6. Gangguan fungsi ginjal: oligo sampai anuria.
7. Perdarahan atau ablasio retina yang dapat menyebabkan kehilangan penglihatan
untuk sementara.
8. Aspirasi dan edema paru-paru yang dapat mengganggu pernafasan.
9. Cedera fisik karena lidah tergigit, terbentur atau terjatuuh dari tempat tidur saat
serangan kejang.
10. DIC (Disseminated Intravascular Coagulation) atau kelainan pembekuan darah.
8
7. Penatalaksanaan
a. Pencegahan atau Tindakan preventif
1) Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu secara teliti, mengenali tanda-
tanda sedini mungkin (pre-eklamsi ringan), lalu diberikan pengobatan yang cukup
supaya penyakit tidak menjadi lebih berat.
2) Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pre-eklemsi kalau ada
faktor-faktor predisposisi.
3) Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan, serta
pentingnya mengatur diet rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi
protein, juga menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.
9
4. Terapi nutrisi : spesialis nutrisi menganjurkan penggunaan vitamin dan
suplemen mineral, khususnya zinc dan vitamin B6.
8. Pathway
9. Konsep Keperawatan
A. Pengkajian Fokus
1. Pengkajian
a) Data Subjektif
1. Umur biasanya sering terjadi pada primigravida , < 20 tahun atau > 35 tahun
2. Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tekanan darah, adanya
edema, pusing, nyeri epigastrium, mual, muntah, penglihatan kabur,
pertambahan berat badan yang berlebihan yaitu naik > 1 kg/minggu,
pembengkakan ditungkai, muka, dan bagian tubuh lainnya, dan urin keruh dan
atau sedikit (pada pre eklamsia berat < 400 ml/24 jam).
3. Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial,
hipertensi kronik, DM.
4. Riwayat kehamilan: riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion
serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya.
5. Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun
selingan.
6. Psikososial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan,
oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya.
10
b) Data Objektif
1. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam.
b. Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, dan lokasi edema.
c. Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM
jika refleks positif.
d. Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress.
Selain itu, untuk pre eklamsia ringan tekanan darah pasien > 140/90
mmHg atau peningkatan sistolik > 30 mmHg dan diastolik > 15 mmHg
dari tekanan biasa (base line level/tekanan darah sebelum usia kehamilan
20 minggu). Sedangkan untuk pre eklamsia berat tekanan darah sistolik >
160 mmHg, dan atau tekanan darah diastolik > 110 mmHg.
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali
dengan interval 4-6 jam
b. Laboratorium : proteinuria dengan kateter atau midstream (biasanya
meningkat hingga 0,3 gr/lt atau lebih dan +1 hingga +2 pada skala
kualitatif), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum
kreatinin meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml.
c. Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu.
d. Tingkat kesadaran: penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada
otak.
e. USG: untuk mengetahui keadaan janin.
f. NST: untuk mengetahui kesejahteraan janin.
B. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan pre eklamsia
berat.
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
11
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan/ Intervensi Rasional
Kriteria
1. Risiko Setelah dilakukan 1. Monitor ukuran 1. Klien dengan cedera
ketidakefektifan pupil, bentuk, kepala akan
tindakan
perfusi jaringan simetris dan mempengaruhi
otak keperawatan selama reaktifitas pupil reaktivitas pupil
berhubungan karena pupil diatur oleh
1 jam diharapkan
dengan pre syaraf cranialis
eklamsia berat. status neurologi
2. Monitor keadaan 2. Mengetahui penurunan
membaik dan
klien dengan GCS. kesadaran klien
ketidakefektifan
3. Monitor TTV 3. Memantau kondisi
perfusi jaringan
hemodinamik klien
serebral teratasi
4. Monitor status 4. Mengetahui kondisi
dengan indikator :
respirasi pernafasan klien
12
2. Kelebihan Setelah dilakukan 1. Monitor 1. Pengeluaran urin
volume cairan tindakan pengeluaran urin,
mungkin sedikit dan
berhubungan keperawatan selama catat jumlah dan
dengan 3x24 jam, warna saat dimana pekat karena penurunan
gangguan diharapkan volume diuresis terjadi.
perfusi ginjal.
mekanisme cairan pasien stabil
regulasi dengan kriteria hasil: Pemantauan urin
jumlah dan warna urin
Keseimbangan
intake dan output akan membantu dalam
cairan.
proses penentuan
TTV normal. diagnosa pasien.
BB stabil dan
tidak terdapat 2. Monitor dan hitung 2. Pemantauan intake dan
edema. intake dan output
output cairan
cairan selama 24
jam. membantu dalam
proses penentuan
keseimbangan cairan
dan elektrolit pasien.
13
3. Intoleransi Setelah 1. Kaji aktivitas dan 1. Mengetahui aktivitas
aktivitas dilakukan periode istirahat dan periode istirahat
berhubungan tindakan pasien, pasien serta upaya
dengan keperawatan rencanakan dan untuk menurunkan
kelemahan selama 3x24 jadwalkan periode keletihan dan
umum jam, pasien istirahat dan tirah kelemahan pasien.
mempunyai baring yang cukup
cukup energi dan adekuat.
untuk
beraktivitas 2. Berikan latihan 2. Tahapan-tahapan yang
sehingga aktivitas fisik diberikan membantu
toleran secara bertahap proses aktivitas secara
terhadap (ROM, ambulasi perlahan dengan
aktivitas, dini, cara menghemat tenaga
dengan kriteria berpindah, dan namun tujuan tepat.
hasil: 1. pemenuhan
kebutuhan dasar).
TTV normal 3. Mengurangi pemakaian
(4). 2. 3. Bantu pasien enargi sampai kekuatan
dalam memenuhi pasien pulih kembali.
EKG normal kebutuhan dasar.
(4). 3. 4. Mencegah dan
mengurangi anemia
Koordinasi 4. Lakukan terapi berat yang berakibat
otot, tulang, komponen darah pada kelemahan.
dan anggota sesuai resep bila
gerak lainnya pasien menderita
baik (4). 4. anemia berat. 5. Menjaga kemungkinan
adanya respon
Pasien 5. Kaji aktivitas dan abnormal dari tubuh
melaporkan respon pasien sebagai akibat dari
kemampuan setelah latihan latihan.
dalam ADL (4) aktivitas (Monitor
TTV).
14
BAB III
A. IDENTITAS
Nama : Ny E
NO RM : 00732426
Status : Menikah
Umur : 45 Tahun
Tanggal lahir :-
Kabupaten : Karawang
B. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan nyeri pada bagian luka bekas operasi SC, nyeri seperti tersayat-sayat, saat di
jelaskan skala nyeri 1-10 pasien mengatakan di skala 5, pasien juga mengatakan nyeri di rasakan
dari jam 11.00 wib dan mengatakan sulit bergerak karena sakit.
15
T : Nyeri di rasakan dari jham 11.00 wib sampai jam 16.00 wib
Berapa Lama : 2 anak yang ibu berikan ASI ekslusif masing-masing 3 tahun
Apgar Score :9
Riwayat KB : Ibu sudah 9 tahun tidak menggunakan KB, ibu hanya menggunakan
suntik.
KU/Kesadaran : Baik/Composmentis
- RR : 23X/Menit
-HR : 80X/Menit
16
-S : 37,0oC
F. PEMERIKSAAN FISIK
KEPALA : warna rambut hitam, bersih, tidak ada lesi , kepala terasa pusing
Kebersihan : Bersih
tampak gelisah.
HIDUNG : Bentuk : simetris, tidak ada cuping hidung, tidak ada nyeri tekan
MULUT : Mukosa : lembab, tidak ada stomatitis, lidah bersih, tidak ada tonsil
DADA
pengeluaran colostrum.
ABDOMEN
Inspeksi : TFU : 30 CM
Kontraksi : Lembek
Palpasi : Tidak ada pembesaran hepar, nyeri pada daerah luka OP, BU 20X/menit.
Peruneum : utuh
17
Lochea : sudah ada pengeluaran lochea rubra di dalam pampers.
EKSTREMITAS
Ekstremitas bawah :terdapat edema pada tungkai, pasien sering kesemutan, tidak ada
STATUS NUTRISI
BB : saat hamil 75 kg
MOBILISASI ISTIRAHAT
KEADAAN MENTAL
Penerimaan terhadap bayi : bayi di terima dengan bahagia oleh keluarga, terutama
18
2018 Eritrosit 4,42 4,1-5,1
Leukosit 20,27 4,4-11,3
Trombosit 278 150-400
Hematokrit 37.7 35-47
MCV 85 80-100
KCN 29 26-34
MCHC 3 32-36
RTDU + CV 13,2 12,0-14,8
H. TERAPI OBAT
Tanggal Nama obat Waktu Dosis
pemberian
28 juni 2018 1. Keterolac (IV bolus) 1. Jam 16.10 WIB. 1. 30 ml
2. Kalnex (IV bolus) 2. Jam 16.10 WIB. 2. 5 ml
3. Cairan RL + Drip 3. Jam 16.10 WIB. 3. 500 ml
4. Oxytocin 4. Jam 16.10 WIB 4. 2 ml
I. ANALISA DATA
19
DS : Insisi Bedah - Gangguan
- Klien mengatakan nyeri bagian rasa
luka insisi SC, nyeri seperti Menyebabkan perlukaan pada abdomen nyaman
disayat-sayat nyeri
- Klien mengatakan nyeri diskala 5 Terputusnya inkontinuitas jaringan
- Nyeri dirasakan dari jam 11.00
WIB rangsang pengeluaran histamin dan
- Sulit bergerak karena sakit prostaglandin
DO :
- Terlihat meringis Gangguan rasa nyaman nyeri
- Kesadaran : CM
DS : Insisi bedah SC - Intoleransi
- Nyeri sakit saat bergerak sedikit Aktivitas
- Badan terasa lemas Luka post op. SC
DO :
- Terlihat lemah Kelemahan penurunan sirkulasi
- Keasadaran umum :
composmentis Intoleransi Aktivitas
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d insisi bedah sc
2. Intoleransi aktivitas b.d luka post SC
3. Resiko terjadinya kejang pada ibu b.d TD tinggi (170/90 mmHg ).
20
K. INTERVENSI
21
28 juni Intoleransi Setelah dilakukan 1. Anjukan pasien 1. Untuk
2018 aktivitas bd. tindakan miring kanan / memperlancar
Jam Luka post SC keperawatan 1 x kiri. sirkulasi darah.
15.40 24 jam,
WIB diharapakn : 2. Ciptakan 2. Untuk memberikan
1. Kesadaran lingkungan yang kenyamanan pasien
membaik. nyaman
2. Turgor kulit
elastis
3. TTV dalam
batas
normal
22
L. IMPLEMENTASI
M. EVALUASI
S : pasien mengatakan luyka bekas operasi masih terasa nyeri.
O : pasien tampak meringis, TD masih tinggi 160/80 mmHg
A : intervensi belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
23
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut WHO, sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau
berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100.000
kelahiran hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di 9 negara maju dan
51 negara persemakmuran. Menurut WHO Angka Kematian Ibu (AKI) di tahun 2011,
sebagian besar dari kematian ibu disebabkan karena perdarahan, infeksi dan
B. Saran
Lebih sering cek kesehatan secara rutin terutama cek tekanan darah, untuk mengetahui
apakah tekanan darah masih dalam batas normal dan jika Tekanan darah sudah tinggi
maka harus menindak lanjuti seperti minum obat untuk menurunkan tekanan darah
24
DAFTAR PUSTAKA
Arif, M. (2002). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius.
Bobak, I.M., Deitra L.L., & Margaret D. J. (2005). Buku ajar keperawatan maternitas,
Jakarta: EGC.
Johnson, M. M., & Sue M. (2000). Nursing outcame clasification. Philadelphia: Mosby.
McCloskey & Gloria M.B. (1996). Nursing Intervention Clasification. USA: Mosby.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) ,Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Edisi 1 : Jakarta
Selatan (PPNI).
Bulechek M.Gloaria , DKK (2013), Nursing intervention clarification (NIC), Edisi Keenam :
Elsevier (Indonesia).
Morhead Sue, DKK (2013), Nursing Outcomes Calsifications (NOC), Edisi Kelima : Elsevier
(Indonesia).
25
26