Vous êtes sur la page 1sur 26

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
World Health Organisation (WHO) memperkirakan diseluruh dunia terdapat
kematian ibu sebesar 500.000 jiwa per tahun. Kematian tersebut terjadi terutama di
negara berkembang sebesar 99%. Meskipun jumlahnya sangat besar, tetapi tidak
menarik perhatian karena kejadian terbesar (sporadis), sebenarnya kematian ibu dan
bayi mempunyai peluang besar untuk dicegah dengan meningkatnya kerja sama antara
pemerintah, swasta dan badan-badan sosial lainnya (Manuaba, 2010).
Menurut WHO, sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau
kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara
berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100.000 kelahiran
hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di 9 negara maju dan 51 negara
persemakmuran. Menurut WHO Angka Kematian Ibu (AKI) di tahun 2011, 81 %
diakibatkan karena komplikasi selama kehamilan, persalinan, dan nifas. Bahkan
sebagian besar dari kematian ibu disebabkan karena perdarahan, infeksi dan
preeklampsia. (WHO, 2012).
Berdasarkan data Dinkes kota palembang jumlah kematian ibu tahun 2013 masih
dibawah angka nasional untuk RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional) tahun 2014 (118 per 100.000 kelahiran hidup). ada 13 kasus kematian ibu
dari 29.911 kelahiran hidup, penyebab kematian terbanyak adalah pre eklampsia berat
(31%), diikuti oleh hipertensi dalam kehamilan (23%). Penyebab kematian ibu lainnya
adalah perdarahan (15%), syok hipovolemik (8%), persalinan lama (8%) dan lain-lain
(15%). (profil pelayanan kesehatan dasar, 2014).
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang dapat menyebabkan ibu hamil dan
bayi menjadi sakit dan meninggal, sebelum persalinan berlangsung. Banyak faktor
resiko ibu hamil dan faktor yang memengaruhi diantaranya adalah usia dan paritas
ibu. Ibu hamil pada usia lebih dari 35 tahun lebih beresiko tinggi untuk hamil
dibandingkan bila hamil pada usia normal, yang biasanya terjadi sekitar 21-30 tahun.

1
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pre Eklamsia ?
2. Apa Etiologi Pre Eklamsia?
3. Bagimana patofisilogi penyakit Pre Eklamsia ?
4. Bagaimana manifestasi klinis Pre Eklamsia?
5. Apa pemeriksaan Pre Eklamsia?
6. Apa komplikasi dari Pre Eklamsia?
7. Apa penatalaksanaan Pre Eklamsia?

C. Tujuan penulisan makalah


Tujuan umum :
1. Dapat memahami konsep asuhan keperawatan pada klien PEB
2. Dapat menambah wawasan baru mengenai PEB
Tujuan khusus :
1. Makalah ini untuk memenuhi salah satu syarat penilaian mata pelajaran
“Maternitas”
2. Makalah ini mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien PEB.

D. Manfaat penulisan makalah


1. Manfaat bagi penulis
Adapun manfaat yang dapat diperoleh kelompok yakni dapat mengerjakan
tugas kelompok dengan meningkatnya kerjasama dan kekompakan.
2. Manfaat bagi pembaca
Dapat menambah pengetahuannya tentang Preeklamsia.
3. Manfaat bagi dosen yang bersangkutan
Dapat memberikan penilaian kepada mahasiswa dari hasil penulisan
makalah dan diskusi kelompok dalam kelas dan mengetahui seberapa jauh
mahasiswa mampu memahami materi yang dibahas dalam diskusi.

2
BAB II

TINJAUAN KASUS

pre eklampsia berat (PEB)

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Pre eklamsia merupakan penyakit khas akibat kehamilan yang memperlihatkan
gejala trias (hipertensi, edema, dan proteinuria), kadang-kadang hanya hipertensi dan
edema atau hipertensi dan proteinuria (dua gejala dari trias dan satu gejala yang harus
ada yaitu hipertensi).
Menurut Mansjoer (2000), pre eklamsia merupakan timbulnya hipertensi disertai
proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera
setelah persalinan. Pre eklampsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana
hipertensi terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan
darah normal dan diartikan juga sebagai penyakit vasospastik yang melibatkan banyak
sistem dan ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi dan proteinuria (Bobak,
Lowdermilk, & Jensen, 2005).

Klasifikasi pre eklamsia dibagi menjadi 2 yaitu sebagai berikut:


a. Pre eklamsia ringan
Pre eklamsia ringan ditandai dengan :
1. tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang;
kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih dari tensi baseline (tensi sebelum kehamilan
20 minggu); dan kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran sekurang-
kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, atau berada dalam
interval 4-6 jam.
2. Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; kenaikan berat badan 1 kg atau lebih
dalam seminggu.
3. Proteinuria kuantatif 0,3 gr atau lebih per liter; kualitatif 1 + atau 2 + pada urin
kateter atau midstream (aliran tengah).

b. Pre eklamsia berat


Pre eklamsia berat ditandai dengan:
1. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
2. Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.
3. Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam .
4. Adanya gangguan serebral atau kesadaran, gangguan visus atau penglihatan, dan
rasa nyeri pada epigastrium.
5. Terdapat edema paru dan sianosis
6. Kadar enzim hati (SGOT, SGPT) meningkat disertai ikterik.
7. Perdarahan pada retina.
8. Trombosit kurang dari 100.000/mm.

3
2. Etiologi
Penyebab pre-eklampsia belum diketahui secara jelas. Penyakit ini dianggap
sebagai "maladaptation syndrome" akibat penyempitan pembuluh darah secara umum
yang mengakibatkan iskemia plasenta sehingga berakibat kurangnya pasukan darah yang
membawa nutrisi ke janin. Ada beberapa faktor predisposisi terjadinya pre eklamsia,
yaitu:
a. Primigravida atau primipara mudab (85%).
b. Grand multigravida
c. Sosial ekonomi rendah.
d. Gizi buruk.
e. Faktor usia (remaja; < 20 tahun dan usia diatas 35 tahun).
f. Pernah pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya.
g. Hipertensi kronik.
h. Diabetes mellitus.
i. Mola hidatidosa.
j. Pemuaian uterus yang berlebihan, biasanya akibat dari kehamilan ganda atau
polihidramnion (14-20%).
k. Riwayat keluarga dengan pre eklamsia dan eklamsia (ibu dan saudara perempuan).
l. Hidrofetalis.
m. Penyakit ginjal kronik.
n. Hiperplasentosis: mola hidatidosa, kehamilan ganda, hidrops fetalis, bayi besar, dan
diabetes mellitus.
o. Obesitas.
p. Interval antar kehamilan yang jauh.

3. Patofisiologi

Pada preeklampsia terdapat penurunan aliran darah. Perubahan ini menyebabkan

prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia uterus. Keadaan iskemia

pada uterus, merangsang pelepasan bahan tropoblastik yaitu akibat.hiperoksidase lemak

dan pelepasan renin uterus. Bahan tropoblastik berperan dalam proses terjadinya

endotheliosis yang menyebabkan pelepasan tromboplastin.

Tromboplastin yang dilepaskan mengakibatkan pelepasan tomboksan dan

aktivasi/ agregasi trombosit deposisi fibrin. Pelepasan tromboksan akan menyebabkan

terjadinya vasospasme sedangkan aktivasi/agregasi trombosit deposisi fibrin akan

menyebabkan koagulasi intravaskular yang mengakibatkan perfusi darah menurun dan

konsumtif koagulapati.

4
Konsumtif koagulapati mengakibatkan trombosit dan faktor pembekuan darah

menurun dan menyebabkan gangguan faal hemostasis. Tekanan perifer akan meningkat

agar oksigen mencukupi kebutuhan sehingga menyebabkan terjadinya hipertensi. Selain

menyebabkan vasospasme, angiotensin II akan merangsang glandula suprarenal untuk

mengeluarkan aldosteron. Vasospasme bersama dengan koagulasi intravaskular akan

menyebabkan gangguan perfusi darah dan gangguan multi organ.

Gangguan multiorgan terjadi pada organ- oragan tubuh diantaranya otak, darah,

paru- paru, hati/ liver, renal dan plasenta. Pada otak akan dapat menyebabkan terjadinya

edema serebri dan selanjutnya terjadi peningkatan tekanan intrakranial. Tekanan

intrakranial yang meningkat menyebabkan terjadinya gangguan perfusi serebral, nyeri

dan terjadinya kejang sehingga menimbulkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada

darah akan terjadi endotheliosis menyebabkan sel darah merah dan pembuluh darah

pecah. Pecahnya pembuluh darah akan menyebabkan terjadinya pendarahan, sedangkan

sel darah merah yang pecah akan menyebabkan terjadinya anemia hemolitik.

Pada paru-paru, LADEP akan meningkat menyebabkan terjadinya kongesti vena

pulmonal, perpindahan cairan sehingga akan mengakibatkan terjadinya edema paru.

Edema paru akan menyebabkan terjadinya gangguan pertukaran gas.

Pada hati, vasokontriksi pembuluh darah akan menyebabkan gangguan

kontraktilitas miokard sehingga menyebabkan payah jantung dan memunculkan

diagnosa keperawatan penurunan curah jantung.

Pada ginjal, akibat pengaruh aldosteron, terjadi peningkatan reabsorpsi natrium

dan menyebabkan retensi cairan dan dapat menyebabkan terjadinya edema sehingga

dapat memunculkan diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan. Selin itu,

5
vasospasme arteriol pada ginjal akan meyebabkan penurunan GFR dan permeabilitas

terhadap protein akan meningkat.

Penurunan GFR tidak diimbangi dengan peningkatan reabsorpsi oleh tubulus

sehingga menyebabkan diuresis menurun sehingga menyebabkan terjadinya oligouri dan

anuri. Oligouri atau anuri akan memunculkan diagnosa keperawatan gangguan eliminasi

urin. Permeabilitas terhadap protein yang meningkat akan menyebabkan banyak protein

akan lolos dari filtrasi glomerulus dan menyenabkan proteinuria. Pada mata, akan terjadi

spasmus arteriola selanjutnya menyebabkan edema diskus optikus dan retina.

Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya diplopia dan memunculkan diagnosa

keperawatan risiko cedera. Pada plasenta penurunan perfusi akan menyebabkan

hipoksia/anoksia sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga

dapat berakibat terjadinya intra Uterin Growth Retardation serta memunculkan diagnosa

keperawatan risiko gawat janin. Hipertensi akan merangsang medula oblongata dan

sistem saraf parasimpatis akan meningkat. Peningkatan saraf simpatis mempengaruhi

traktus gastrointestinal dan ekstrimitas.

Selanjutnya akan terjadi akumulasi gas yang meningkat, merangsang mual dan

timbulnya muntah sehingga muncul diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh.

Pada ektremitas dapat terjadi metabolisme anaerob yang menyebabkan ATP

diproduksi dalam jumlah yang sedikit yaitu 2 ATP dan pembentukan asam laktat.

Terbentuknya asam laktat dan sedikitnya ATP yang diproduksi akan menimbulkan

keadaan cepat lelah, lemah sehingga muncul diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas.

6
Keadaan hipertensi akan mengakibatkan seseorang kurang terpajan informasi dan

memunculkan diagnosa keperawatan kurang pengetahuan.

4. Manifestasi Klinis

Biasanya tanda-tanda pre eklampsia timbul dengan urutan pertambahan berat

badan yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria.

Pada pre eklampsia ringan tidak ditemukan gejala-gejala subyektif. Sedangkan

pada pre eklampsia berat ditemukan gejala subjektif berupa sakit kepala di daerah

frontal, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, dan mual atau muntah.

Gejala-gejala ini sering ditemukan pada pre eklampsia yang meningkat dan merupakan

petunjuk bahwa eklampsia akan timbul.

Penegakkan diagnosa pre eklampsia yaitu adanya 2 gejala, dimana tanda

utamanya yaitu hipertensi dan 2 tanda yang lain yaitu edema atau proteinuria. Tetapi

dalam praktik medis hanya hipertensi dan proteinuria saja yang dijadikan sebagai 2 tanda

dalam penegakkan diagnosa pre eklamsia.

5. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan pre eklamsia

yaitu sebagai berikut :

a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan Darah Lengkap dan Apusan Darah
a. Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk wanita
hamil adalah 12-14 gr%).
b. Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%).
c. Trombosit menurun (nilai rujukan 150.000-450.000/mm.

2) Urinalisis : Ditemukan protein dalam urine.


3) Pemeriksaan Fungsi Hati
a. Bilirubin meningkat (N= < 1 mg/dL).
b. LDH (laktat dehidrogenase) meningkat.

7
c. Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 uL.
d. Serum Glutamat Pirufat Transaminase (SGPT) meningkat (N= 15-45 u/ml)
e. Serum Glutamat Oxaloacetic transaminase (SGOT) meningkat (N= < 31 u/ml)
f. Total protein serum menurun (N= 6,7 – 8,7 g/dL) 4).

4) Tes Kimia Darah Asam urat meningkat > 2,7 mg/dL, dimana nilai normalnya yaitu
2,4 – 2,7 mg/dL.

5) Pemeriksaan Radiologi
Ultrasonografi (USG). Hasil USG menunjukan bahwa ditemukan retardasi
perteumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat,
dan volume cairan ketuban sedikit.
Kardiotografi Hasil pemeriksaan dengan menggunakan kardiotografi menunjukan
bahwa denyut jantung janin lemah.

6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan pre eklamsia tergantung pada
derajat pre eklamsia yang dialami. Namun yang termasuk komplikasi pre eklamsia
antara lain:
a. Komplikasi pada Ibu
1. Eklamsia.
2. Tekanan darah meningkat dan dapat menyebabkan perdarahan otak dan gagal
jantung mendadak yang berakibat pada kematian ibu.
3. Gangguan fungsi hati: Sindrom HELLP (Hemolisis, Elevated, Liver, Enzymes
and Low Plateleted) dan hemolisis yang dapat menyebabkan ikterik. Sindrom
HELLP merupakan singkatan dari hemolisis (pecahnya sel darah merah),
meningkatnya enzim hati, serta rendahnya jumlah platelet/trombosit darah.
4. Solutio plasenta.
5. Hipofebrinogemia yang berakibat perdarahan.
6. Gangguan fungsi ginjal: oligo sampai anuria.
7. Perdarahan atau ablasio retina yang dapat menyebabkan kehilangan penglihatan
untuk sementara.
8. Aspirasi dan edema paru-paru yang dapat mengganggu pernafasan.
9. Cedera fisik karena lidah tergigit, terbentur atau terjatuuh dari tempat tidur saat
serangan kejang.
10. DIC (Disseminated Intravascular Coagulation) atau kelainan pembekuan darah.

b. Komplikasi pada Janin


1. Hipoksia karena solustio plasenta.
2. Terhambatnya pertumbuhan janin dalam uterus sehingga terjadi peningkatan
angka morbiditas dan mortalitas perinatal.
3. Asfiksia mendadak atau asfiksia neonatorum karena spasme pembuluh darah dan
dapat menyebabkan kematian janin (IUFD).
4. Lahir prematur dengan risiko HMD (Hyalin Membran Disease).

8
7. Penatalaksanaan
a. Pencegahan atau Tindakan preventif
1) Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu secara teliti, mengenali tanda-
tanda sedini mungkin (pre-eklamsi ringan), lalu diberikan pengobatan yang cukup
supaya penyakit tidak menjadi lebih berat.
2) Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pre-eklemsi kalau ada
faktor-faktor predisposisi.
3) Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan, serta
pentingnya mengatur diet rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi
protein, juga menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.

b. Penatalaksanaan atau Tindakan kuratif


Tujuan utama penatalaksanaan atau penanganan adalah untuk mencegah
terjadinya pre-eklamsia berlanjut dan eklamsia, sehingga janin bisa lahir hidup dan
sehat serta mencegah trauma pada janin seminimal mungkin.
1) Penanganan pre eklamsia ringan
Pengobatan hanya bersifat simtomatis dan selain rawat inap, maka
penderita dapat dirawat jalan dengan skema periksa ulang yang lebih sering,
misalnya 2 kali seminggu. Penanganan pada penderita rawat jalan atau rawat inap
adalah dengan istirahat ditempat, diit rendah garam, dan berikan obat-obatan
seperti valium tablet 5 mg dosis 3 kali sehari atau fenobarbital tablet 30 mg
dengan dosis 3 kali 1 sehari. Diuretika dan obat antihipertensi tidak dianjurkan,
karena obat ini tidak begitu bermanfaat, bahkan bisa menutupi tanda dan gejala
pre-eklampsi berat.
Bila gejala masih menetap, penderita tetap dirawat inap.Monitor keadaan
janin : kadar estriol urin, lakukan aminoskopi, dan ultrasografi, dan
sebagainya.Bila keadaan mengizinkan, barulah dilakukan induksi partus pada usia
kehamilan minggu 37 ke atas.

2) Penanganan pre eklamsia berat


a) Pre eklamsia berat pada kehamilan kurang dari 37 minggu. Jika janin belum
menunjukan tanda-tanda maturitas paru-paru dengan uji kocok dan rasio L/S,
maka penanganannya adalah sebagai berikut:
1. Berikan suntikan sulfas magnesikus dengan dosis 8 gr intramuskular
kemudian disusul dengan injeksi tambahan 4 gr itramuskular selama tidak
ada kontraindikasi.
b) Perawatan Mandiri untuk Kasus Pre Eklamsia
1. Aromatherapy : penelitian membuktikan bahwa minyak tertentu dapat
menimbulkan efek pada penurunan tekanan darah dan membantu
relaksasi seperti : levender, kamomile, kenanga, neroli dan cendana.
Tetapi ada juga aromatehrapy yang dapat meningkatkan tekanan darah
diantaranya rosemary, fenel, hyssop dan sage.
2. Pijat : pijat bagian punggung, leher, bahu, kaki, bisa memberikan
ketenangan dan kenyamanan.
3. Shiatsu, tai chi, yoga, dan latihan relaksasi

9
4. Terapi nutrisi : spesialis nutrisi menganjurkan penggunaan vitamin dan
suplemen mineral, khususnya zinc dan vitamin B6.

8. Pathway

9. Konsep Keperawatan
A. Pengkajian Fokus
1. Pengkajian
a) Data Subjektif
1. Umur biasanya sering terjadi pada primigravida , < 20 tahun atau > 35 tahun
2. Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tekanan darah, adanya
edema, pusing, nyeri epigastrium, mual, muntah, penglihatan kabur,
pertambahan berat badan yang berlebihan yaitu naik > 1 kg/minggu,
pembengkakan ditungkai, muka, dan bagian tubuh lainnya, dan urin keruh dan
atau sedikit (pada pre eklamsia berat < 400 ml/24 jam).
3. Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial,
hipertensi kronik, DM.
4. Riwayat kehamilan: riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion
serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya.
5. Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun
selingan.
6. Psikososial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan,
oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya.

10
b) Data Objektif
1. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam.
b. Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, dan lokasi edema.
c. Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM
jika refleks positif.
d. Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress.
Selain itu, untuk pre eklamsia ringan tekanan darah pasien > 140/90
mmHg atau peningkatan sistolik > 30 mmHg dan diastolik > 15 mmHg
dari tekanan biasa (base line level/tekanan darah sebelum usia kehamilan
20 minggu). Sedangkan untuk pre eklamsia berat tekanan darah sistolik >
160 mmHg, dan atau tekanan darah diastolik > 110 mmHg.
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali
dengan interval 4-6 jam
b. Laboratorium : proteinuria dengan kateter atau midstream (biasanya
meningkat hingga 0,3 gr/lt atau lebih dan +1 hingga +2 pada skala
kualitatif), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum
kreatinin meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml.
c. Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu.
d. Tingkat kesadaran: penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada
otak.
e. USG: untuk mengetahui keadaan janin.
f. NST: untuk mengetahui kesejahteraan janin.

B. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan pre eklamsia
berat.
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.

11
C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan/ Intervensi Rasional
Kriteria
1. Risiko Setelah dilakukan 1. Monitor ukuran 1. Klien dengan cedera
ketidakefektifan pupil, bentuk, kepala akan
tindakan
perfusi jaringan simetris dan mempengaruhi
otak keperawatan selama reaktifitas pupil reaktivitas pupil
berhubungan karena pupil diatur oleh
1 jam diharapkan
dengan pre syaraf cranialis
eklamsia berat. status neurologi
2. Monitor keadaan 2. Mengetahui penurunan
membaik dan
klien dengan GCS. kesadaran klien
ketidakefektifan
3. Monitor TTV 3. Memantau kondisi
perfusi jaringan
hemodinamik klien
serebral teratasi
4. Monitor status 4. Mengetahui kondisi
dengan indikator :
respirasi pernafasan klien

 TTV dalam 5. Peningkatan TIK


5. Monitor reflek
batas normal muntah
6. Memonitor kelemahan
6. Monitor
 Tidak pergerakan otot
muntah 7. Reflek babinsky (+)
7. Monitor tremor menunjukan adanya
perdarahan otak.
 Tidak gelisah

12
2. Kelebihan Setelah dilakukan 1. Monitor 1. Pengeluaran urin
volume cairan tindakan pengeluaran urin,
mungkin sedikit dan
berhubungan keperawatan selama catat jumlah dan
dengan 3x24 jam, warna saat dimana pekat karena penurunan
gangguan diharapkan volume diuresis terjadi.
perfusi ginjal.
mekanisme cairan pasien stabil
regulasi dengan kriteria hasil: Pemantauan urin
jumlah dan warna urin
 Keseimbangan
intake dan output akan membantu dalam
cairan.
proses penentuan
 TTV normal. diagnosa pasien.

 BB stabil dan
tidak terdapat 2. Monitor dan hitung 2. Pemantauan intake dan
edema. intake dan output
output cairan
cairan selama 24
jam. membantu dalam
proses penentuan
keseimbangan cairan
dan elektrolit pasien.

3. Pertahankan duduk 3. Posisi duduk atau tirah


atau tirah baring
baring dengan posisi
dengan posisi
semifowler atau semifowler dapat
posisi yang
meningkatkan filtrasi
nyaman bagi
pasien selama fase ginjal dan menurunkan
akut.
produksi ADH
sehingga meningkatkan
diuresis.

13
3. Intoleransi Setelah 1. Kaji aktivitas dan 1. Mengetahui aktivitas
aktivitas dilakukan periode istirahat dan periode istirahat
berhubungan tindakan pasien, pasien serta upaya
dengan keperawatan rencanakan dan untuk menurunkan
kelemahan selama 3x24 jadwalkan periode keletihan dan
umum jam, pasien istirahat dan tirah kelemahan pasien.
mempunyai baring yang cukup
cukup energi dan adekuat.
untuk
beraktivitas 2. Berikan latihan 2. Tahapan-tahapan yang
sehingga aktivitas fisik diberikan membantu
toleran secara bertahap proses aktivitas secara
terhadap (ROM, ambulasi perlahan dengan
aktivitas, dini, cara menghemat tenaga
dengan kriteria berpindah, dan namun tujuan tepat.
hasil: 1. pemenuhan
kebutuhan dasar).
TTV normal 3. Mengurangi pemakaian
(4). 2. 3. Bantu pasien enargi sampai kekuatan
dalam memenuhi pasien pulih kembali.
EKG normal kebutuhan dasar.
(4). 3. 4. Mencegah dan
mengurangi anemia
Koordinasi 4. Lakukan terapi berat yang berakibat
otot, tulang, komponen darah pada kelemahan.
dan anggota sesuai resep bila
gerak lainnya pasien menderita
baik (4). 4. anemia berat. 5. Menjaga kemungkinan
adanya respon
Pasien 5. Kaji aktivitas dan abnormal dari tubuh
melaporkan respon pasien sebagai akibat dari
kemampuan setelah latihan latihan.
dalam ADL (4) aktivitas (Monitor
TTV).

14
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN UJIAN MATERNITAS PADA NY.E

Ruang Cilamaya lama kamar 126, RSUD Karawang

A. IDENTITAS

Nama : Ny E

NO RM : 00732426

Status : Menikah

Umur : 45 Tahun

Tanggal lahir :-

Alamat : Cibanteng II RT 05 RW 02 Kec.Kutawaluya

Kabupaten : Karawang

Propinsi : Jawa Barat

Bahasa sehari-hari : Bahasa Sunda

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tgl MRS : 27-06-2018 Jam 14.56 WIB

Tgl Kaji : 28-06-2018 Jam 14.30 WIB

Diagnosa Medis : PEB

B. KELUHAN UTAMA

Pasien mengatakan nyeri pada bagian luka bekas operasi SC, nyeri seperti tersayat-sayat, saat di

jelaskan skala nyeri 1-10 pasien mengatakan di skala 5, pasien juga mengatakan nyeri di rasakan

dari jam 11.00 wib dan mengatakan sulit bergerak karena sakit.

P : Nyeri akibat luka Post Op SC

Q : Nyeri seperti tersayat-sayat

R : Nyeri dirasakan pada abdomen bekas operasi SC

S : Skala nyeri 5 ( di antara 1-10 )

15
T : Nyeri di rasakan dari jham 11.00 wib sampai jam 16.00 wib

C. RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN LALU

NO Tahun Jenis Penolong Jenis Keadaan Masalah


Kehamilan Persalinan Bayi Kehamilan
Waktu
Lahir
1. 1992 L Paraji Normal Normal Tidak ada
2. 1996 P Paraji Normal Normal Tidak ada
3. 2018 L Dokter SC Bayi Besar PEB

Pengalaman Menyusui : Ya, ibu mempunyai pengalaman menyusui

Berapa Lama : 2 anak yang ibu berikan ASI ekslusif masing-masing 3 tahun

D. RIWAYAT KEHAMILAN SAAT INI

Periksa Kehamilan : Di Bidan

Masalah Kehamilan : Hipertensi

Jenis Persalinan : SC2

Tgl/Jam : 09.00, 28 Juni 2018

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Apgar Score :9

Riwayat KB : Ibu sudah 9 tahun tidak menggunakan KB, ibu hanya menggunakan

KB dari anak pertama tahun 1992-1996, 4 tahun menggunakan KB

suntik.

E. DATA UMUM KESEHATAN INI

Status Obstetri : NH1 P3 A0

Bayi rawat gabung : Tidak, bayi masih di rawat di ruang perinatologi

KU/Kesadaran : Baik/Composmentis

TTV : - TD : 170/90 mmHg

- RR : 23X/Menit

-HR : 80X/Menit

16
-S : 37,0oC

F. PEMERIKSAAN FISIK

KEPALA : warna rambut hitam, bersih, tidak ada lesi , kepala terasa pusing

Kebersihan : Bersih

Palpasi : tidak ada benjolan

WAJAH : Tidak ada closma gravidarum, wajahb tampak meringis, wajah

tampak gelisah.

MATA :Sklera : anikterik, konjungtiva : ananemis, pupil : isokor

Reaksi terhadap cahaya : miosis, fungsi penglihatan : Baik

HIDUNG : Bentuk : simetris, tidak ada cuping hidung, tidak ada nyeri tekan

MULUT : Mukosa : lembab, tidak ada stomatitis, lidah bersih, tidak ada tonsil

DADA

JANTUNG : bunyi jantung : normal, irama : reguler

PARU2 : Pergerakan dada simetris, irama reguler

PAYUDARA : bentuk simetris, puting susu eksverted,terdapat hiperpigmentasi aerola,tidak

ada pembesaran KGB,tidak ada hiperpigmentasi aksila, sudah ada

pengeluaran colostrum.

ABDOMEN

Inspeksi : TFU : 30 CM

Posisi : 2 jari di bawah umbilikus

Kontraksi : Lembek

Palpasi : Tidak ada pembesaran hepar, nyeri pada daerah luka OP, BU 20X/menit.

PERINEUM DAN GENITAL

Vagina : tidak ada varises,tidak ada edema, tidak ada hematom

Peruneum : utuh

Tanda REEDA : tidak ada, karena pasien melahirkan OP SC.

17
Lochea : sudah ada pengeluaran lochea rubra di dalam pampers.

Hemoroid : tidak ada hemoroid.

EKSTREMITAS

Ekstremitas atas : tidak ada kesemutan

Ekstremitas bawah :terdapat edema pada tungkai, pasien sering kesemutan, tidak ada

varises, tidak ada lesi, turgor kulit : tidak elastis.

STATUS NUTRISI

Antopometri : TB : 168 cm LLA : 23 cm

BB : saat hamil 75 kg

Nafsu makan : Baik

Eliminasi : BAK : Terpasang kateter

BAB : Belum BAB 2 hari

MOBILISASI ISTIRAHAT

Mobilisasi : tingkat mobilisasi : mobilisasi di bantu

Pola tidur : saat ini 2x/hari

KEADAAN MENTAL

Adaptasi psikologi : Taking in

Penerimaan terhadap bayi : bayi di terima dengan bahagia oleh keluarga, terutama

kakaknya sangat senang dengan kelahiran bayi.

Kemampuan menyusui : ibu mampu memberikan ASI ekslusif pada bayinya.

G. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG

Waktu Pemeriksaan Hasil Nilai


laboratorium pemeriksaan normal
28 juni Hemoglobin 12,9 11,7-15,5

18
2018 Eritrosit 4,42 4,1-5,1
Leukosit 20,27 4,4-11,3
Trombosit 278 150-400
Hematokrit 37.7 35-47
MCV 85 80-100
KCN 29 26-34
MCHC 3 32-36
RTDU + CV 13,2 12,0-14,8

H. TERAPI OBAT
Tanggal Nama obat Waktu Dosis
pemberian
28 juni 2018 1. Keterolac (IV bolus) 1. Jam 16.10 WIB. 1. 30 ml
2. Kalnex (IV bolus) 2. Jam 16.10 WIB. 2. 5 ml
3. Cairan RL + Drip 3. Jam 16.10 WIB. 3. 500 ml
4. Oxytocin 4. Jam 16.10 WIB 4. 2 ml

I. ANALISA DATA

Data Etiologi Problem


DS : Tekanan Darah Tinggi - Resiko tinggi
- Pasien Mengatakan pusing (170/90 mmHg) terjadinya
DO :  kejang pada
- TD 170/90 mmHg Vaso Spasme dan peningkatan darah ibu

Resiko tinggi terjadinya kejang pada
ibu

19
DS : Insisi Bedah - Gangguan
- Klien mengatakan nyeri bagian  rasa
luka insisi SC, nyeri seperti Menyebabkan perlukaan pada abdomen nyaman
disayat-sayat  nyeri
- Klien mengatakan nyeri diskala 5 Terputusnya inkontinuitas jaringan
- Nyeri dirasakan dari jam 11.00 
WIB rangsang pengeluaran histamin dan
- Sulit bergerak karena sakit prostaglandin
DO : 
- Terlihat meringis Gangguan rasa nyaman nyeri
- Kesadaran : CM
DS : Insisi bedah SC - Intoleransi
- Nyeri sakit saat bergerak sedikit  Aktivitas
- Badan terasa lemas Luka post op. SC
DO : 
- Terlihat lemah Kelemahan penurunan sirkulasi
- Keasadaran umum : 
composmentis Intoleransi Aktivitas

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d insisi bedah sc
2. Intoleransi aktivitas b.d luka post SC
3. Resiko terjadinya kejang pada ibu b.d TD tinggi (170/90 mmHg ).

20
K. INTERVENSI

Waktu Diangnosa Tujuan dan intervensi Rasional


keperawatan kriteria hasil

28 juni Gangguan rasa Setelah dilakukan 1. Ajarkan teknik 1. Untuk mengurangi


2018 nyaman nyeri tindakan relaksasi dan nyeri.
Jam b.d insisi keperawatan distraksi.
14.30 bedah SC selama 1x24 jam 2. Beri dorongan 2. Meningkatkan
WIB pasien diharapkan kepada pasien kualitas hidup.
: untuk menerima
1. Nyeri keterbatsan yang
berkurang disebabkan oleh
dari skalan nyeri.
5 menjadi 3. Memberikan 3. Untuk menambah
skala 1-2 informasi pengetahuan pasien
diantara 1- mengenai nyeri, mengenai nyeri
10. seperti penyebab yang dialami.
nyeri, dan
ketidaknyamana
n akibat dari
prosedur.
4. Kolaborasi obat 4. Mengurangi nyeri
ceterolac (30 ml
)

21
28 juni Intoleransi Setelah dilakukan 1. Anjukan pasien 1. Untuk
2018 aktivitas bd. tindakan miring kanan / memperlancar
Jam Luka post SC keperawatan 1 x kiri. sirkulasi darah.
15.40 24 jam,
WIB diharapakn : 2. Ciptakan 2. Untuk memberikan
1. Kesadaran lingkungan yang kenyamanan pasien
membaik. nyaman
2. Turgor kulit
elastis
3. TTV dalam
batas
normal

28 Juni Resiko tinggi Setelah dilakukan 1. Monitor TD tiap 1. Untuk mengetahui


2018 terjadinya tindakan 4 jam. jumlah TD .
Jam kejang pada keperawatan 1x
16.20 ibu bd. TD 24 jam, 2. Catat tingkat 2. Penurunan
WIB tinggi (170/90 diharapkan : kesadaran kesadaran sebagai
mmHg ). 1. Kesadaran pasien. indikasi penurunan
Cm, GCS aliran darah ke
15. otak.
2. TD dalam
batas
3. Observasi TTV. 3. TTV harus dalam
normal
batas Normal.
(120-
140/70-80
mmHg ).
4. Kolaborasi 4. Untuk mengatsai
3. Suhu 36-37.
pemberian terapi kejang
4. Nadi 60-80
obat MgS04 (25
x/menit
ml).

22
L. IMPLEMENTASI

Waktu Diagnosa Implementasi TTD


keperawatan

Kamis, 28 Gangguan rasa nyaman 1. Mengajarkan teknik relaksasi


juni 2018 nyeri b.d insisi bedah dan distraksi
Jam 15.35 SC 2. Memberikan terapi obat
WIB ceterolac (30 ml).

Kamis, 28 Intoleransi aktivitas bd. 1. Menganjurkan pasien miring


juni 2018 Luka post SC kanan / kiri
Jam 16.15
WIB

Kamis, 28 Resiko tinggi 1. Mengobaservasi TTV


juni 2018 terjadinya kejang pada
Jam 17.20 ibu bd. TD tinggi
WIB (170/90 mmHg ).

M. EVALUASI
S : pasien mengatakan luyka bekas operasi masih terasa nyeri.
O : pasien tampak meringis, TD masih tinggi 160/80 mmHg
A : intervensi belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

23
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut WHO, sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau

kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara

berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100.000

kelahiran hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di 9 negara maju dan

51 negara persemakmuran. Menurut WHO Angka Kematian Ibu (AKI) di tahun 2011,

81 % diakibatkan karena komplikasi selama kehamilan, persalinan, dan nifas. Bahkan

sebagian besar dari kematian ibu disebabkan karena perdarahan, infeksi dan

preeklampsia. (WHO, 2012).

B. Saran

Lebih sering cek kesehatan secara rutin terutama cek tekanan darah, untuk mengetahui

apakah tekanan darah masih dalam batas normal dan jika Tekanan darah sudah tinggi

maka harus menindak lanjuti seperti minum obat untuk menurunkan tekanan darah

kembali dalam batas normal.

24
DAFTAR PUSTAKA

 Arif, M. (2002). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius.

 Bobak, I.M., Deitra L.L., & Margaret D. J. (2005). Buku ajar keperawatan maternitas,

Edisi 4. Jakarta: EGC

 Herdman, T. H. (2012). Diagnosis keperawatan: definisi dan klasifikasi 2012-2014.

Jakarta: EGC.

 Johnson, M. M., & Sue M. (2000). Nursing outcame clasification. Philadelphia: Mosby.

 McCloskey & Gloria M.B. (1996). Nursing Intervention Clasification. USA: Mosby.

 Widiastuti, N. P. A. (2012). “Asuhan keperawatan pre eklamsia”.

 Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) ,Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Edisi 1 : Jakarta

Selatan (PPNI).

 Bulechek M.Gloaria , DKK (2013), Nursing intervention clarification (NIC), Edisi Keenam :

Elsevier (Indonesia).

 Morhead Sue, DKK (2013), Nursing Outcomes Calsifications (NOC), Edisi Kelima : Elsevier

(Indonesia).

25
26

Vous aimerez peut-être aussi