Vous êtes sur la page 1sur 4

2.

Konsep Dasar Akuntansi sebagai Sebuah Teori Normatif

2.1 Konsep Teori Akuntansi Normatif

Akuntansi sebagai suatu teori normatif disebut juga teori preskriptif, yang mencoba
menjawab pertanyaan “apa yang semestinya”. Disini akuntansi dianggap sebagai norma
peraturan yang harus diikuti tidak peduli apakah berlaku atau dipraktekkan sekarang atau tidak.

Teori normatif berusaha untuk membenarkan tentang apa yang seharusnya dipraktekkan,
misalnya pernyataan yang menyebutkan bahwa laporan keuangan seharusnya didasarkan pada
metode pengukuran aktiva tertentu. Menurut Nelson (1973) dalam literature akuntansi teori
normatif sering dinamakan teori apriori (artinya dari sebab ke akibat atau bersifat deduktif).
Alasannya teori normatif bukan dihasilkandari penelitian empiris, tetapi dihasilkan dari
kegiatan “semi-research”. Teori normatif hanya menyebutkan hipotesis tentang bagaimana
akuntansi seharusnya dipraktekkan tanpa menguji hipotesis tersebut. Pada awal
perkembangannya, teori akuntansi normatif belum menggunakan pendekatan investigasi, dan
cenderung disusun untuk menghasilkan postulat akuntansi.

Perumusan akuntansi normatif mencapai masa keemasan pada tahun 1950 dan1960an.
Selama periode ini perumus akuntansi lebih tertarik pada rekomendasi kebijakan danapa yang
seharusnya dilakukan, bukan apa yang sekarang dipraktekkan. Pada periode tersebut, teori
normatif lebih berkonsentrasi pada:

1. Penciptaan laba sesungguhnya (true income)

2. Pengambilan keputusan (decision usefulness)

Teori ini pada dasarnya merupakan teori pengukuran akuntansi. Teori tersebut bersifat
normatif karena didasarkan pada anggapan:

a. Akuntansi seharusnya merupakan system pengukuran

b. Laba dan nilai dapat diukur secara tepat

c. Akuntansi keuangan bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi

d. Pasar tidak efisien (dalam pengertian ekonomi)

e. Ada beberapa pengukur laba yang unik.


Karena teori normatif dianggap merupakan pendapat pribadi yang subyrktif maka tidak
bisa diterima begitu saja, harus dapat diuji secara empiris agar memiliki dasar teori yang
kuat. Pendukung teori ini biasanya menggambarkan system akuntansi yang dihasilkan
sebagai sesuatu yang ideal, merekomendasikan penggantian system akuntansi cost
histories dan pemakaian teori normatif oleh semua pihak.

2.2 Teori Akuntansi Positif

Teori akuntansi positif berkembang seiring kebutuhan untuk menjelaskan dan


memprediksi realitas praktek-praktek akuntansi yang ada di dalam masyarakat. Teori
akuntansi positif berusaha untuk menjelaskan fenomena akuntansi yiang diamati
berdasarkan pada alas an-alasan yang menyebabkan terjadinya suatu peristiwa. Dengan
kata lain, Positive Accounting Theory (PAT) dimaksudkan untuk menjelaskan dan
memprediksi konsekuensi yang terjadi jika manajer menentukan pilihan tertentu.
Penjelasan dan prediksi dalam PAT didasarkan pada proses kontrak (contracting process)
atau hubungan keagenan (agency relationship) antara manajer dengan kelompok lain
seperti investor, kreditor, auditor, pihak pengelola pasar modal dan institusi pemerintah
(Watts dan Zimmerman, 1986).

PAT lebih bersifat deskriptif bukan preskiptif. Tidak seperti teori normatif yang
didasarkan pada prems bahwa manajer akan memaksimumkan laba atau kemakmuran
untuk kepentingan perusahaan , teroi positif didasarkan pada premis bahwa individu selalu
bertindak atasdasar motivasi pribadi (self seeking motives) dan berusaha memaksimumkan
keuntungan pribadi. Watts dan Zimmerman berpendapat bahwa premis maksimisasi laba
dalam konteks teori normatif tidak terbukti dan jauh dari bukti empiris.

2.3 Hubungan Teori Akuntansi Normatif dan Positif

Hubungan teori akuntansi normatif dan teori akuntansi positif yaitu teori akuntansi positif
pada dasarnya merupakan alat untuk menguji secara empirik asumsi-asumsi yang dibuat oleh
teori akuntansi normatif. Karena teori normatif pada dasarnya merupakan pendapat pribadi
yang subyektif yang tidak dapat diterima begitu saja dalam menentukan keputusan. Oleh
sebab itu dibutuhkan pengembangan teori akuntansi yang sekarang disebut teori akuntansi
positif yang bertujuan untuk menguji teori akuntansi normatif secara empiris agar memiliki
dasar teori yang kuat. Hubungan teori akuntansi normatif dan positif dapat ditunjukkan dengan
skema berikut:

PENUTUP

Kesimpulan
Akuntansi adalah seni pencatatan, pengolahan, dan peringkasan transaksi dan kejadian yang
bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna dalam bentuk satuan uang, dan
penginterprestasian hasil proses tersebut. Sedangkan teori akuntansi merupakan susunan konsep,
definisi, dalil yang menyajikan secara sistematis gambaran fenomena akuntansi yang menjelaskan
hubungan anatara variable dengan vriabel lainnya dalam struktur akuntansi dengan maksud dapat
menjelaskan dan meramalkan fenomena yang mungkin akan muncul.

Periodisasi teori akuntansi dibagi menjadi pre theory period, general scientific period, normatif
period, dan specific scientific period.

Perumusan teori akuntansi dibedakan menjadi dua pendekatan, yaitu pendekatan informasi dan
pendekatan teoritis. Pendekatan informal dibagi dalam pendekatan non teoritis dan pendekatan
otoriter, sedangkan pendekatan teoriti dibagi ke dalam pendekatan deduktif , induktif, etik,
sosiologis, ekonomi, dan eklektif. Atas dasar tujuannya teori akuntansi diklasifikasikan dalam dua
jenis yaitu teori akuntansi normatif yang memberikan resep terhadap teori praktek akuntansi, dan
teori akuntansi positif yang berusaha menjelaskan dan memprediksikan fenomena yang berkaitan
dengan akuntansi.

Dalam teori akuntansi normatif, isi akuntansi dianggap sebagai norma peraturan yang harus
diikuti, tidak peduli apakah berlaku atau dipraktekkan sekarang atau tidak. Metode ini disebut
juganormatif accounting research atau normatif theory of accounting, yang berguna dalam
membahas isu “true income” dan “decision usefulness”.

Berbea dengan teori akuntansi normatif, teori akuntansi positif berkembang seiring dengan
kebutuhan untuk menjelaskan dan memprediksi realitas praktek-praktek akuntansi yang ada di
dalam masyarakat. Teori akuntansi positif dimulai dari suatu modal ilmiah, dan kemudian
dirumuskan problem penelitian untuk mengamati fenomena yang nyata yang tidak ada dalam teori.
Untuk selanjutnya dikembangkan teori untuk mrnjelaskan fenomena tersebut dan melakukan
penelitian secara terstruktur dan peraturan yang standar dengan melakukan perumusan masalah,
penyusunan hipotesa, pengumpulan data dan pengujian statistic ilmiah, sehingga diketahui apakah
hipotesa yang dirumuskan diterima atau tidak.

Vous aimerez peut-être aussi