Vous êtes sur la page 1sur 14

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 7 MODUL 1 “INFEKSI DAN KEKEBALAN TUBUH”

Tutor : drg. Aria Fransiska, MDSc

Kelompok 4 :

1. Putri Habci Amran ( 1711412026)


2. Brillianti Vica Dewi As (1711411008)
3. Dian Syahira (1711411013)
4. Nabilla Ramadhanty (1711412022)
5. Khazana Rahmatika (1711412004)
6. Suci Ramadhani (1711411011)
7. Anisa Raudhatul Husna (1711411009)
8. Putri Aisyah Astuti (1711412028)
9. Zhafirah Fidinina (1711411001)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS ANDALAS

2018/2019
MODUL 1

INFEKSI BAKTERI, VIRUS DAN JAMUR

SKENARIO 1:

“Bengkak di pipi”

Pasien laki-laki (24 th) sudah 2 hari sakit gigi dan bengkak berwarna merah di pipi
disertai rasa sakit. Makin lama bengkak semakun membesar dan sakit disertai demam.

Hasil pemeriksaan dokter gigi pada pemeriksaan bentuk muka asimetris di regio
mandibular sebelah kanan disebelah kanan disertai warna kemerahan dan sakit bila
tersentuh. Pemeriksaan intraoral ditemukan gigi ganggren, lidah terdapat bercak putih
seperti pulau. Dokter gigi menjelaskan bahwa terdapat infeksi yang sudah meluas dengan
tanda-tanda reaksi jaringan. Gigi 47 yang ganggren sebagai salah satu penyebabnya.
Tanda-tanda infeksi lainnya dapat dilihat/didiagnosa melalui pemeriksaan darah.

Bagaimana saudara menjelaskan infeksi yang diderita pasien?


I. Klarifikasi Terminologi

1. Gangren

- Kematian jaringan akibat kurangnya suplai darah

- Keadaan gigi dimana jaringan pulpa sudah mulai mati sebagaisistem pertahanan pulpa sudah
tidak dapat lagi menahanrangsangan

- Akibat nekrosis atau pun dikarenakan infeksi bakteri

2. Infeksi
- Proses inflamasi mikroorganisme kedalam tubuh
- Berhasilnya jaringan tubuh di inflasmasi oleh mikroorganisme
- Sudah mapannya kuman dalam tubuh inang yang menghasilkan toksinitas
3. Virus
- Mikroorganisme yang kecil dapat dilihat dengan mikroskop elektrik berkekuatan tinggi
- Bersifat obligat parasite dan berkembang biak dengan mereplikasi diri didalam MH.

II. Menentukan Masalah

1. Apa perbedaan infeksi jamur, virus dan bakteri ?


2. Apa tanda-tanda infeksi pada darah ?
3. Apa tanda-tanda reaksi jaringan apabila terdapat infeksi?
4. Apa penyebab gigi ganggren?
5. Apa ciri-ciri gigi ganggren pada pemeriksaan intraoral?
6. Bagaimana cara tubuh melawan infeksi yang disebabkan oleh ganggren?
7. Mengapa penderita terdapat bercak putih pada lidah?
8. Apakah ada hubungan bercak putih dan ganggren?
9. Mengapa pipi bengkak dapat menyebabkan demam dan mengapa pip bengkak?
III. Identifikasi Masalah

1. Perbedaan nya terdapat pada gejala yang ditimbulkan :


- Gejala dari bakteri : Hidung berair, demam tidak mendadak
- Gejala dari virus : Flu, hidung lender, mimisan , demam dan susah tidur
- Gejala dari jamu r : Gatal, kemerahan dan sensasi terbakar.

2. Dapat dilihat dari leukosit darah, jumlah leukosit darah akan naik drastic yang
menandakan adanya perlawanan mikroorganisme didalam tubuh.
3. – Adanya Rubor (kemerahan)
Adanya Kalor (panas)
Adanya Dolor (Nyeri)
Adanya Tumor (Pembengkakan)
Adanya Perubahan fungsi jaringan.

Dari inflamasi :
Akut (Rubor, Kalor, Dolor, Tumor, Leukosit naik)
Supuratif (nanah dan nekrotik)
Kronik (Perubahan fungsi jaringan)

Dari respon imun :


Bisa menyebabkan demam

4. – Karies, dari enamel dentin menjadi pembengkakan pada pulpa. Dari bakteri
yang menyebabkan karies.
Karies intermedia menjadi karies media lalu menjadi karies profunda.
Arteri tersumbat, trauma, dan radang dingin.

5. Gigi akan tampak berwarna hitam atau keabu-abuan


Berbau busuk
6. Dari system imun
Dari simbiosis flora normal
Dari kekebalan tubuh
Dari imunitas spesifik yang didapat

7. Adanya infeksi jamur (Candida Albican) yang terakumulasi didalam mulut.


8. Jamur akan mudah tumbuh saat kekebalan tubuh menurun
Kurang nya vitamin dan nutrisi.
9. Terjadinya bengkak karena produksi gas pada bakteri berkumpul
Terjadinya demam karena system vaskularisasi meningkat dan menghasilkan suhu
tubuh yang panas dan juga pembentukan sitokin.

IV. SKEMA
Laki-laki (24 th)

Pipi bengkak disertai sakit Demam

Pemeriksaan

Ekstra oral Intra oral

- Gigi 47 ganggren
Asimetris Mandibula
- - Bercak putih pada
Kanan
lidah

Infeksi

Reaksi jaringan Mikroorganisme Pemeriksaan


terhadap infeksi penyebab infeksi darah Infeksi

Jamur Bakteri Virus


V. Menentukan tujuan pembelajaran

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang reaksi jaringan


terhadap infeksi.
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjalaskan tentang infeksi pada
jamur.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang infeksi pada
bakteri.
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang infeksi pada virus.
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang pemeriksaan darah
infeksi.
6. Mahasiwa mampu memahami dan menjelaskan tentang proses terjadinya
ganggren pada gigi.

VI. Pembahasan tujuan pembelajaran

1. Berdasarkan responnya reaksi jaringan terhadap infeksi terbag menjadi dua


yaitu :
a. Bersifat non spesifik / innate / non adaptif
Yang dimaksud adalah reaksi jaringan untuk melawan infeksi dengan
cara yang sama kepada semua jenis mikroba (virus,jamur,bakteri). Reksi
jaringan non spesifik atau non adaptif ini tidak dapat membedakn
responnya terhadap suatu infeksi dan bekerja secara cepat.

Pertahanan yang bekerja yaitu :


1. Pertahanan fisik/mekanis
Dapat berupa kulit, laipsan mukosa/ lender, silia ataupun rambut
pada saluran pernafasan. Pertahan fisik umumnya adalah pertahanan
pertama tubuh dari lingkungan.
2. Pertahanan biokimia
Berupa zat-zat kimia yang menangani mikroba yang lolos dari
pertahanan fisik. Peetahahan bikomia ini bias berupa kadar pH asam
ataupun kelenjar keringat.
3. Imunitas
Imunitas yang bekerja pada reasi jaringan nonspesifik adalah
imunitas seluler. Dimana yang berperan adalah limfosit T, berasal
dari sumsum tulang belakang dan dimatangkan ditimus sehingga
terbentuklah antibody. Fungsi nyauntuk melawan mikroba.

b. System imun spesifik/ adaptif


Adalah system imun yang menggunakan memori (ingatan) mikroba
yang harus ia tangani. System imun ini bekerja secara spesifik karena
respon pada setiap mikroba yang harus ia tangani. System imun ini
bekerja secara spesifik karena respon pada setiap mikroba berbeda, dan
bekerja dengan waktu yang lama.
Imunitas yang berperan pada reaksi spesifik ini adalah imunitas
humoral, dengan bantuan limfosit b yang berasal dari sumsum tulang
belakang dan menghasilkan sel plasma darah sebagai antibody.

Reaksi lainnya yaitu :


- Kekebalan alami : sudah ada sejak lahir
- Kekabalan didapat : yang diperoleh selama hidup
Contoh kekebalan alami yaitu :
- Kekebalan ras (kulit hitam lebih kuat dari pada kulit putih)
- Kekebalan spesies (penyakit keturunan)

2. Jamur merupakan organisme saprofit yang dapat menyebabkan infeksi


sistemik pada pasien imunokompromais.
Tiap jamur memiliki respon mekanisme yang berbeda untuk menghindari
system imun yang bekerja dan dapat menginvasi barrier pertahan tubuh
yang pertama yaitu perthanan fisik.

Mekanisme infeksi jamur :


Pada keadaan normal kulit memiliki daya tangkis yang baik terhadap
kuman dan jamur karena adanya lapisan lemak pelindung dan terdapatnya
flora bakteri yang memelihara suatu keseimbangan biologis.Akan tetapi bila
lapisan pelindung tersebut rusak/ keseimbangan mikroorganisme terganggu,
maka spora-spora dan fungi dapat dengan mudah mengakibatkan infeksi.
Terutama pada kulit yang lembab.
Setelah terjadi infeksi, spora tumbuh menjadi mycellium dengan
menggunakan serpihan kulit sebagai makanan. Benang-benangnya
menyebar ke seluruh arah sehingga lokasi infeksi meluas. Fungi yang
menembus ke bagian dalam kulit mengakibatkan peradangan.
Candida albicans merupakan flora normal rongga mulut, saluran pencernaan
dan vagina, jamur ini dapat berubah menjadi patogen jika terjadi perubahaan
dalam diri pejamu. Perubahan yang terjadi pada pejamu tersebut dapat bersifat lokal
maupun sistemik.1 Lesi kandidiasis ini dapat berkembang di setiap rongga mulut,
tetapi lokasi yang paling sering adalah mukosa bukal, lipatan mukosa bukal,
orofaring dan lidah. Candida albicans adalah salah satu komponen dari mikroflora oral
dan sekitar 30-50% orang sebagai karier organisme ini. Tedapat lima tipe diantaranya
adalah:

1. Candida albicans
2. Candida tropicalis
3. Candida krusei
4. Candida parapsilosis
5. Candida guilliermondi

Dari kelima tipe tersebut, Candida albicans adalah yang paling sering terdapat
pada kavitas oral. Candida albicans merupakan fungi yang menyebabkan infeksi
opurtunistik pada manusia. Salah satu kemampuan yang dari Candida albicans adalah
kemampuan untuk tumbuh dalam dua cara, reproduksi dengan tunas, membentuk tunas
elipsoid, dan bentuk hifa, yang dapat meningkatkan misela baru atau bentuk seperti
jamur.Secara umum presentasi klinis dari kandidiasis oral terbagi atas lima
bentuk: kandidiasis pseudomembranosa, kandidiasis atropik, kandidiasis
hiperplastik, kandidiasis eritematosa atau keilitis angular. Pasien dapat menunjukan
satu atau kombinasi dari beberapa presentasi ini.

1. Kandidiasis pseudomembranosa
Kandidiasis pseudomembranosa secara umum diketahui sebagai thrush, yang
merupakan bentuk yang sering terdapat pada neonatus. Ini juga dapat terlihat pada
pasien yang menggunakan terapi kortikosteroid atau pada pasien dengan
imunosupresi. Kandidiasis pseudomembran memiliki presentasi dengan plak putih
yang multipel yang dapat dibersihkan. Plak putih tersebut merupakan kumpulan dari
hifa. Mukosa dapat terlihat eritema. Ketika gejala-gejala ringan pada jenis
kandidiasis ini pasien akan mengeluhkan adanya sensasi seperti tersengat ringan
atau kegagalan dalam pengecapan.
2. Kandidiasis atropik
Kandidiasis atropik ditandai dengan adanya kemerahan difus, sering dengan
mukosa yang relatif kering. Area kemerahan biasanya terdapat pada mukosa yang
berada dibawah pemakaian seperti gigi palsu. Hampir 26% pasien dengan gigi palsu
terdapat kandidiasis atropik.
3. Kandidiasis hiperplastik
Kandidiasis hiperplastik dikenal juga dengan leukoplakia kandida. Kandidiasis
hiperplastik ditandai dengan adanya plak putih yang tidak dapat deibersihkan.
Lesi harus disembuhkan dengan terapi antifungal secara rutin.
4. Kandidiasis eritematosa
Banyak penyebab yang mendasari kandidiasis eritematosa. Lesi secara klinis
lesi timbul eritema. Lesi sering timbul pada lidah dah palatum. Berlainan dengan
bentuk kandidiasis pseudomembran, penderita kandidiasis eritematosa tidak ditemui
adanya plak-plak putih. Tampilan klinis yang terlihat pada kandidiasis ini yaitu
daerah yang eritema atau kemerahan dengan adanya sedikit perdarahan di daerah
sekitar dasar lesi. Hal ini sering dikaitkan terjadinya keluhan mulut kering pada
pasien. Lesi ini dapat terjadi dimana saja dalam rongga mulut, tetapi daerah
yang paling sering terkena adalah lidah, mukosa bukal, dan palatum.
5. Keilitis angular
Keilitis angular ditandai dengan pecah-pecah, mengelupas maupun ulserasi
yang mengenai bagian sudut mulut. Gejala ini biasanya disertai dengan
kombinasi dari bentuk infeksi kandidiasis lainnya, seperti tipe erimatosa.

3. Bakteri adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membrane inti sel,
temasuk dalam domain prokariota dan berukuran mikroskopis.

Mekanisme infeksi bakteri :


- Adhesi : Proses penempelan bakteri pada sel inang dan melekat pada
jaringan epitel
- Kholonisasi : Pembanyakan jumlah bakteri dengan cara membelah diri.
- Invasi : Bakteri masuk kedalam sel inang dan menyebar keseluruh tubuh
- Pertahanan : Bakteri akan membentuk outer capsule untuk menghindari
pengenalan dari sel fagosit.
- Toksigenesis : Kemampuan bakteri untuk menghasilkan toksin yang akan merusak
jaringan dimana bakteri berada.
- Infeksi : Bakteri berhasil menguasai dan merusak sel.
Bakteri sterptococus mutan merupakan salah satu flora normal yang hidup di
rongga mulut, tapi pada jumlah yang berlebih merupakan agen salah satu
penyebab karies pada gigi.
Bakteri ini dapat mengubah karbohidrat menjadi asam yang memicu
petembuhan bakteri nya lebih cepat apabila dalam kondisi asam.
4. Virus
Virus dari Bahasa latin artinya adalah racun. Merupakan agen infeksi yang
berbeda dari mikroorganisme lainnya karena berukuran sangat kecil dan
bersifat parasite obligat intraseluler, yaitu membutuhkan host untuk
multipikasi.
Sifat umum :
- Mengandung salah satu jenis asam nukleat yaitu DNA atau RNA
- Mengandung pembungkus protein
- Mereplikasi diri pada sel hidup
- Resisten terhadap antibiotika tetapi sensitive terhadap interferon

Virus herpes simplex

Herpes simplex adalah penyakit yang diakibatkan oleh virus yang menyerang bagian
kulit, mulut, dan alat kelamin. Virus herpes simplex dikategorikan dalam 2 tipe: tipe 1
(HSV-1 atau herpes oral) dan tipe 2 (HSV-2 atau herpes genital).

HSV-1 menyebabkan luka (kadang-kadang disebut demam lepuh atau luka dingin) di
sekitar mulut dan bibir. HSV-1 dapat menyebabkan herpes genital, namun sebagian besar
kasus herpes genital disebabkan oleh HSV-2.

Sementara itu, HSV-2 menyebabkan orang yang terinfeksi mungkin memiliki luka di
sekitar alat kelamin atau dubur. Meskipun luka HSV-2 dapat terjadi di lokasi lain, luka
yang ditimbulkan biasanya ditemukan di bawah pinggang.

Penyebab Herpes Simplex

HSV-1 yang ditularkan melalui sekresi mulut atau luka pada kulit, dapat menyebar
melalui ciuman atau barang yang digunakan bersama-sama, seperti sikat gigi atau
peralatan makan. Secara umum, seseorang hanya bisa mendapatkan infeksi HSV-2
selama kontak seksual dengan seseorang yang memiliki infeksi genital HSV-2. HSV-1
dan HSV-2 dapat menyebar bahkan jika tidak ada luka. Wanita hamil dengan herpes
genital harus berdiskusi dengan dokter karena herpes genital dapat ditularkan ke bayi saat
melahirkan.
Perlu diketahui, kambuhnya herpes dapat disebabkan oleh beberapa kondisi berikut:

 Penyakit umum (dari penyakit ringan sampai kondisi yang serius).


 Kelelahan.
 Stres fisik atau emosional.
 Imunosupresi akibat AIDS atau obat seperti kemoterapi atau steroid.
 Trauma pada daerah yang terkena, termasuk aktivitas seksual.
 Haid.

Kedua jenis virus ini sangat mudah menular dan penularannya terjadi melalui kontak
langsung dari orang yang terinfeksi. Herpes terkadang tidak menimbulkan gejala tertentu,
tapi orang yang terinfeksi tetap bisa menularkan virus. Karena gejalanya yang cukup
ringan, sekitar 80 persen orang yang terinfeksi tidak menyadari bahwa mereka telah
menderita herpes.

Gejala Herpes Simplex

Gejalanya dapat terlihat seperti luka lepuh pada area yang terkena dan area sekitar yang
terkena, seperti mulut alat kelamin atau dubur. Saat lepuh pecah, hal itu meninggalkan
rasa nyari seperti terbakar.

Virus herpes simplex bisa menjadi laten atau tidak aktif di dalam tubuh selama beberapa
waktu. Namun virus ini bisa kembali aktif dan memicu timbulnya gejala herpes genital.
Dengan kata lain, setelah gejala dari infeksi pertama menghilang, bukan berarti virus juga
menghilang dari tubuh Anda. Akan tetapi, virus itu kemungkinan masih mengendap di
dalam tubuh.

Bagi yang baru pertama kali terinfeksi herpes, mungkin tidak akan menyadari adanya
gejala-gejala tertentu. Akibatnya, mereka tidak tahu bahwa dirinya telah terinfeksi virus
herpes. Gejala herpes simplex seperti:

 Merasakan sakit saat membuang air kecil.


 Sakit punggung bawah.
 Mengalami gejala-gejala flu seperti demam, kehilangan nafsu makan, dan
kelelahan.
 Luka terbuka atau melepuh pada leher rahim.
 Adanya cairan yang keluar dari vagina.
 Sensasi rasa sakit, gatal, atau geli di sekitar daerah genital atau daerah anal

5. Infeksi bakteri akut sering sukar dibedakan dari infeksi virus karena
kemiripan gejala klinis keduanya. Dalam praktik, penegakan diagnosis
infeksi bakteri dilakukan melalui pemeriksaan kultur, sedangkan infeksi
virus melalui pemeriksaan titer antibodi dan viral load. Namun,
pemeriksaan tersebut jarang dilakukan karena membutuhkan waktu lama.
Di sisi lain, pemberian terapi harus segera dilakukan. Saat ini, parameter
laboratorium yang dianggap sebagai penanda infeksi bakteri akut adalah
jumlah leukosit, hitung jenis, laju endap darah, dan berbagai jenis reaktan
fase akut. Reaktan fase akut, seperti C-reactive protein (CRP) dan
procalcitonin (PCT), memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang baik. Ada
yang mengajukan indeks gabungan nilai LED, hitung jenis, dan CRP
dengan nilai cut-o tertentu, sehingga sensitivitas dan spesifisitas
pemeriksaan diharapkan menjadi lebih tinggi.

- Laju Endap Darah (LED)


Pemeriksaan laju endap darah (LED) atau erythrocyte sedimentation rate
(ESR) tidak dapat menentukan diagnosis klinis, tetapi sering dilakukan karena
biayanya terjangkau dan dapat menilai respons terhadap terapi. Hal yang
menentukan LED adalah pembentukan rouleaux berupa agregasi eritrosit.
Agregasi eritrosit ditentukan dari dorongan elektrostatiknya. Eritrosit normal
mempunyai dorongan negatif dan saling menolak. Namun, beberapa protein
plasma mempunyai dorongan positif dan menetralisir membran eritrosit,
sehingga mengurangi daya tolak dan menyebabkan agregasi. Protein-protein
yang berperan dalam

pengendapan eritrosit adalah fibrinogen, albumin, alfa dan beta globulin,


namun fibrinogen mempunyai kontribusi paling besar. Peningkatan sedikit dari
kadar fibrinogen dapat memberikan peningkatan yang besar pada LED. Hal ini
menyebabkan pemeriksaan LEDdapat dijadikan gambaran fibrinogen secara
tidak langsung. Karena LED dipengaruhi oleh beberapa protein plasma, maka
kadar LED meningkat secara lambat dari onset inflamasi dan tetap tinggi
selama beberapa hari atau beberapa minggu setelah inflamasi teratasi. LED
tidak selalu mencerminkan reaksi fase akut. Terdapat beberapa kondisi selain
inflamasi yang dapat meningkatkan atau menurunkan nilai LED.

- C-Reactive Protein (CRP)


CRP adalah sebuah reaktan fase akut yang disintesis di hati terhadap respons
dari sitokin IL-1 dan IL-6.11 Istilah CRP digunakan karena reaksi terhadap
dinding sel C-polisakarida pneumokokal. Kadar CRP mulai meningkat
beberapa jam setelah inflamasi dan akan mencapai puncaknya pada 2-3 hari.
Semakin besar stimulusnya, maka akan semakin tinggi

dan lama kadar CRP akan bertahan. Setelah stimulus inflamasi dihilangkan,
nilai CRP akan turun dengan cepat. CRP bekerja dengan cara berikatan
langsung pada mikroorganisme

sebagai opsonin untuk komplemen, mengaktivasi neutrofil dan menginhibisi


agregasi trombosit. CRP juga berperan untuk membersihkan jaringan nekrotik
dan mengaktivasi natural killer cell.CRP sangat berguna untuk menilai respons
terhadap terapi dan derajat inflamasi. Pemeriksaan CRP merupakan
pemeriksaan yang sangat baik untuk melihat adanya

kemungkinan infeksi bakteri berat (serious bacterial infection/ SBI) pada


neonatus. Karena CRP tidak menembus plasenta.

- Procalcitonin
Procalcitonin (PCT) adalah prehormon dari calcitonin, yang normalnya
disekresikan oleh sel C kelenjar tiroid sebagai respons terhadap hiperkalsemia.
Mekanisme produksi PCT terhadap respons inflamasi dan fungsinya masih
belum diketahui, namun diduga procalcitonin dihasilkan oleh hati, sel
mononuklear periferal dan termasuk dalam sitokin yan berhubungan dengan
sepsis. Procalcitonin dinilai sangat baik untuk mendeteksi adanya infeksi
bakteri berat (serious bacterial infection/SBI) seperti bakteremia, meningitis,
infeksi saluran kemih,atau pneumonia. PCT lebih baik dibandingkan CRP.
Selain itu, PCT dinilai lebih unggul dalam kecepatan diagnosa dini, yaitu pada
8 jam pertama demam PCT sudah dapat digunakan untuk mengidentifikasi
adanya infeksi bakterial.
6. Gangren Pulpa adalah keadaan gigi dimana jarigan pulpa sudah mati
sebagai sistem pertahanan pulpa sudah tidak dapat menahan rangsangan
sehingga jumlah sel pulpa yang rusak menjadi semakin banyak dan
menempati sebagian besar ruang pulpa. Sel-sel pulpa yang rusak tersebut
akan mati dan menjadi antigen sel-sel sebagian besar pulpa yang masih
hidup. Proses terjadinya gangren pulpa diawali oleh proses karies. Karies
dentis adalah suatu penghancuran struktur gigi (email, dentin dan
sementum) oleh aktivitas sel jasad renik (mikro-organisme) dalam dental
plak.

Jadi proses karies hanya dapat terbentuk apabila terdapat faktor yang saling
tumpang tindih. Adapun faktor-faktor tersebut adalah bakteri, karbohidrat
makanan, kerentanan permukaan gigi serta waktu. Perjalanan gangren pulpa
dimulai dengan adanya karies yang mengenai email (karies superfisialis),
dimana terdapat lubang dangkal, tidak lebih dari 1 mm. selanjutnya proses
berlanjut menjadi karies pada dentin (karies media) yang disertai dengan rasa
nyeri yang spontan pada saat pulpa terangsang oleh suhu dingin atau makanan
yang manis dan segera hilang jika rangsangan dihilangkan. Karies dentin
kemudian berlanjut menjadi karies pada pulpa yang didiagnosa sebagai
pulpitis. Pada pulpitis terdapat lubang lebih dari 1 mm. pada pulpitis terjadi
peradangan kamar pulpa yang berisi saraf, pembuluh darah, dan pempuluh
limfe, sehingga timbul rasa nyeri yang hebat, jika proses karies berlanjut dan
mencapai bagian yang lebih dalam (karies profunda). Maka akan menyebabkan
terjadinya gangren pulpa yang ditandai dengan perubahan warna gigi terlihat
berwarna kecoklatan atau keabu-abuan, dan pada lubang perforasi tersebut
tercium bau busuk akibat dari proses pembusukan dari toksin kuman.

VII. Daftar Pustaka

https://www.researchgate.net/publication/312175687_Respons_Imun_Terhadap_Infeksi_
Bakteri

http://www.kalbemed.com/Portals/6/21_241Analisis-
Pemeriksaan%20Laboratorium%20untuk%20Membedakan%20Infeksi%20Bakteri%20dan%
20Infeksi%20Virus.pdf

https://www.researchgate.net/publication/310161677_Oral_Candidiasis_Kandidiasis_Oral

Vous aimerez peut-être aussi