Vous êtes sur la page 1sur 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Suatu radang konjungtiva akut dan hebat dengan disertai sekret purulen yang
disebabkan kuman Neisseria Gonorhea. Gonokok terdiri dari 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2
yang mempunyai vili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak mempunyai vili
yang bersifat nonvirulen, vili akan melekat pada mucosa epitel dan akan menimbulkan
reaksi sedang (Yumizone.html, 11 februari 2011).
Gonoblenore adalah radang selaput lendir mata yang sangat mendadak
ditandai dengan getah mata yang bernanah yang kadang-kadang bercampur
darah yang disebabkan oleh kuman Neisseria gonoroika. Proses peradangan yang sangat
mendadak pada selaput lendir mata dapat disebabkan oieh Neisseria gonoroika, yaitu
kuman-kuman berbentuk bulat, yang sering menjadi penyebab uretritis (radang saluran
kemih) pada pria dan vaginitis (radang kemaluan) pada wanita. Proses ini dapat
menyebar ke organ di sekitarnya (Sidharta Ilyas. 2001 ).
Dan tanda vaginitis pada wanita adalah adanya getah yang keluar lewat
kemaluan bernanah. Penyakit Gonoblenore dapat terjadi secara mendadak. Masa
inkubasi(massa mulai masuknya kuman sampai timbul gejala penyakit) dapat terjadi
beberapa jam sampai 3 hari. Keluhan utamanya adalah: mata merah bengkak,
dengan getah mata seperti nanah kadang bercampur darah. Laju infeksi dapat dikurangi
dengan menghindari hubungan seksual dengan sembarang orang (bukan istri atau
suaminya).
Pembasmian GO (Gonokkus) dengan cepat dari individu yang terinfeksi
dengan cara diagnosa dini dan pengobatan, dan penemuan kasus dan kontak melalui
pendidikan dan penyaringan penduduk yang mempunyai resiko tinggi. Proses peradangan
yang sangat mendadak pada selaput lendir mata .
Proses ini juga dapat menyebar ke organ di sekitarnya yaitu saluran telur, yang
lama-kelamaan dapat berakibat kemandulan. lnfeksi pada mata ini dapat terjadi karena
adanya kontak langsung antara neisseria pada kemaluan dengan lapisan mata luar.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian, tanda dan gejala dari Gonoblenore
2. Untuk mengetahui bagaimana proses perjalanan penyakit Gonoblenore
3. Untuk menambah pemahaman tentang asuhan keperawatan pada penyakit
Gonoblenore

1.3 Manfaat
1. Agar dapat mengetahui pengertian, tanda dan gejala pada dari Gonoblenore.
2. Agar dapat mengetahui bagaimana proses perjalanan penyakit Gonoblenore.
3. Agar dapat menambah pemahaman tentang asuhan keperawatan pada penyakit
Gonoblenore

1
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN PADA GONOBLENORE

2.1 Definisi
Gonoblenore adalah suatu manifestasi dari penyakit infeksi konjungtiva mata
yang pengertiannya sendiri adalah radang selaput lendir mata yang sangat mendadak
ditandai dengan getah mata yang bernanah yang kadang-kadang bercampur
darah yang disebabkan oleh kuman Neisseria gonoroika (Brunner and suddarth. 2001).

2.2 Etiologi
Gonoblenore yang disebabkan kuman “Neisseria gonoroika” sangat berbahaya
sebab dapat menembus kornea mata yang utuh, ini dikarenakan kuman ini mempunyai
enzim-enzim penghancur yang dapat merusak (menghancurkan kornea).Biasanya dalam
waktu 2-3 hari jika terlambat dalam pengobatan maka komea sudah hancur.
Jika kornea hancur maka jelas dari penglihatan akan sangat turun. Di samping itu jika
tidak segera diobati maka kuman akan dapat menjalar ke seluruh isi bola mata. Jika sudah
begini maka semua bola mata harus diangkat (diambil) sehingga penderita rongga
matanya akan kosong karena tidak ada isinya.

2.3 Tanda dan gejala


Penyakit Gonoblenore dapat terjadi secara mendadak. Masa inkubasi (massa
mulai masuknya kuman sampai timbul gejala penyakit) dapat terjadi beberapa jam
sampai 3 hari. Keluhan utamanya adalah:
Mata merah bengkak, dengan getah mata seperti nanah kadang bercampur darah.
Bayi urnur kurang dari 1 tahun juga bisa terkena penyakit ini, biasanya
didapatkan karena tertular oleh ibunya, pada waktu melewati jalan
lahir. Namun pada bayi ini biasanya yang kena kedua mata langsung. Bayi umur kurang
dari 5 tahun bila terkena, biasanya ada kontak dengan orang tuanya. Pengobatan
Gonoblenore ini harus benar-benar intensit, sebab jika tidak, dapat terjadi pecahnya
kornea (Wijana, Nana. 1990).

2
2.4 Path way

Perjalanan penyakit pada orang dewasa secara umum, terdiri atas 3 stadium :
1. Stadium Infiltratif.
Berlangsung 3 – 4 hari, dimana palpebra bengkak, hiperemi, tegang, blefarospasme,
disertai rasa sakit. Pada konjungtiva bulbi terdapat injeksi konjungtiva yang lembab,
kemotik dan menebal, sekret serous, kadang-kadang berdarah. Kelenjar preauikuler
membesar, mungkin disertai demam. Pada orang dewasa selaput konjungtiva lebih
bengkak dan lebih menonjol dengan gambaran hipertrofi papilar yang besar. Gambaran
ini adalah gambaran spesifik gonore dewasa. Pada umumnya kelainan ini menyerang satu
mata terlebih dahulu dan biasanya kelainan ini pada laki-laki didahului pada mata
kanannya (www.Asuhan-keperawatan-askep-infeksi Gonoblenorea .html)
2. Stadium Supurativa/Purulenta.
Berlangsung 2 – 3 minggu, berjalan tak begitu hebat lagi, palpebra masih bengkak,
hiperemis, tetapi tidak begitu tegang dan masih terdapat blefarospasme. Sekret yang
kental campur darah keluar terus-menerus. Pada bayi biasanya mengenai kedua mata
dengan sekret kuning kental, terdapat pseudomembran yang merupakan kondensasi
fibrin pada permukaan konjungtiva. Kalau palpebra dibuka, yang khas adalah sekret akan
keluar dengan mendadak (memancar muncrat), oleh karenanya harus hati-hati bila
membuka palpebra, jangan sampai sekret mengenai mata pemeriksa .
3. Stadium Konvalesen (penyembuhan).
Berlangsung 2 – 3 minggu, berjalan tak begitu hebat lagi, palpebra sedikit bengkak,
konjungtiva palpebra hiperemi, tidak infiltratif. Pada konjungtiva bulbi injeksi konjungtiva
masih nyata, tidak kemotik, sekret jauh berkurang.
Pada neonatus infeksi konjungtiva terjadi pada saat berada pada jalan kelahiran, sehingga
pada bayi penyakit ini ditularkan oleh ibu yang sedang menderita penyakit tersebut. Pada
orang dewasa penyakit ini didapatkan dari penularan penyakit kelamin sendiri.

3
Pada neonatus, penyakit ini menimbulkan sekret purulen padat dengan masa inkubasi
antara 12 jam hingga 5 hari, disertai perdarahan sub konjungtiva dan konjungtiva
kemotik.

2.5 klasifikasi
Penyakit ini dapat mengenai bayi berumur 1 – 3 hari, disebut oftalmia neonatorum,
akibat infeksi jalan lahir.
Dapat pula mengenai bayi berumur lebih dari 10 hari atau pada anak-anak yang disebut
konjungtivitis gonore infantum.
Bila mengenai orang dewasa biasanya disebut konjungtivitis gonoroika adultorum.

2.6 Gejala klinis

* Pada bayi dan anak


Gejala subjektif : (-)
Gejala objektif :
Ditemukan kelainan bilateral dengan sekret kuning kental, sekret dapat bersifat serous
tetapi kemudian menjadi kuning kental dan purulen. Kelopak mata membengkak,
sukar dibuka dan terdapat pseudomembran pada konjungtiva tarsal. Konjungtiva bulbi
merah. Konjungtivitis gonore (gonoblenore) pada bayi.

*Pada orang dewasa


Gejala subjektif :
- Rasa nyeri pada mata.
- Dapat disertai tanda-tanda infeksi umum.
- Biasanya terdapat pada satu mata. Lebih sering terdapat pada laki-laki dan
biasanya mengenai mata kanan.
Gambaran klinik meskipun mirip dengan oftalmia nenatorum tetapi mempunyai
beberapa perbedaan, yaitu sekret purulen yang tidak begitu kental. Selaput
konjungtiva terkena lebih berat dan menjadi lebih menonjol, tampak berupa
hipertrofi papiler yang besar. Pada orang dewasa infeksi ini dapat berlangsung
berminggu-minggu. (Wijana, Nana. 1990)

2.7 Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut
dibuat sediaan yang dicat dengan pengecatan gram atau giemsa dapat dijumpai sel-sel
radang polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada pengecatan
dengan giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil.
Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan sediaan langsung sekret dengan
pewarnaan gram atau Giemsa untuk mengetahui kuman penyebab dan uji sensitivitas
untuk perencanaan pengobatan. untuk membedakannya dilakukan tes maltose, dimana
gonokok memberikan test maltose (-). Sedang meningokok test maltose (+). Bila pada
anak didapatkan gonokok (+), maka kedua orang tua harus diperiksa. Jika pada orang
tuanya ditemukan gonokok, maka harus segera diobati.

2.8 Pengobatan

4
Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebab. Konjungtivitis karena bakteri
dapat diobati dengan sulfonamide (sulfacetamide 15 %) atau antibiotika (Gentamycine
0,3 %; chlorampenicol 0,5 %).
Konjungtivitis karena jamur sangat jarang sedangkan konjungtivitis karena virus
pengobatan terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder,
konjungtivitis karena alergi di obati dengan antihistamin (antazidine 0,5 %, rapazoline
0,05 %) atau kortikosteroid (misalnya dexametazone 0,1 %).

2.9 Penyulit
Penyulit yang didapat adalah tukak kornea marginal terutama di bagian atas, dimulai
dengan infiltrat, kemudian pecah menjadi ulkus. Tukak ini mudah perforasi akibat adanya
daya lisis kuman gonokok (enzim proteolitik). Tukak kornea marginal dapat terjadi pada
stadium I atau II, dimana terdapat blefarospasme dengan pembentukan sekret yang
banyak, sehingga sekret menumpuk dibawah konjungtiva palpebra yang merusak kornea
dan hidupnya intraseluler, sehingga dapat menimbulkan keratitis, tanpa didahului
kerusakan epitel kornea. Ulkus dapat cepat menimbulkan perforasi, edofthalmitis,
panofthalmitis dan dapat berakhir dengan ptisis bulbi.
Pada anak-anak sering terjadi keratitis ataupun tukak kornea sehingga sering terjadi
perporasi kornea. Pada orang dewasa tukak yang terjadi sering berbentuk cincin.

2.10 Pencegahan
Kuman GO (Gonoroika) tersebar luas di dunia. Penyakit hampir semata-mata dipindahkan
dengan kontak seksual, terutama oleh wanita dan laki-laki yang mempunyai
infeksi menahun yang tidak tampak gejalanya. Sekali berhubungan dengan
pasangan seksual yang terinfeksi kemungkinannya 20-30% (atau lebih
besar) akan terkena infeksi. Laju infeksi dapat dikurangi dengan:
1. Menghindari hubungan seksual dengan sembarang orang (bukan istri atau
suaminya).
2. Pembasmian GO (Gonokkus) dengan cepat dari individu yang terinfeksi
dengan cara diagnosa dini dan pengobatan.
3. Skrining dan terapi pada perempuan hamil dengan penyakit menular seksual.
4. Secara klasik diberikan obat tetes mata AgNO3 1% Segera sesudah lahir (harus
diperhatikan bahwa konsentrasi AgNO3 tidak melebihi 1%).
5. Cara lain yang lebih aman adalah pembersihan mata dengan solusio borisi dan
pemberian kloramfenikol salep mata.
6. Operasi caesar direkomendasikan bila si ibu mempunyai lesi herpes aktif saat
melahirkan.
7. Antibiotik, diberikan intravena, bisa diberikan pada neonatus yang lahir dari ibu
dengan gonore yang tidak diterapi.
8. penemuan kasus dan kontak melalui pendidikan dan penyaringan penduduk yang
mempunyai resiko tinggi.
9. GO pada bayi dicegah dengan pemberian obat lokal zat bakterisidat terhadap
Gonokokus bila terjadi kontak pada selaput lender mata bayi-bayi yang baru lahir,
misalnya perak nitrat 1%.

2.11 Penatalaksanaan

5
1. Sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih (direbus) atau dengan
garam fisiologik setiap ¼ jam, kemudian diberi salep penisillin setiap ¼ jam. Penisillin
tetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan penisillin (caranya : 10.000 – 20.000
unit/ml) setiap 1 menit sampai 30 menit. Kemudian salep diberikan setiap 5 menit selama
30 menit., disusul pemberian salep penisillin setiap 1 jam selama 3 hari.
2. Tetes mata penisillin tiap 30 menit, kemudian salf setiap 5 menit selama 30 menit.
3. Disusul salf penisillin tiap 1 jam selama 3 hari. Antibiotik sistemik
4. Pencegahan dengan membersihkan mata bayi baru lahir dengan lar Borisi dan salf
kloramfenikol.
5. Pasien dirawat dan diberi pengobatan dengan penicillin, salep dan suntikan, pada
bayi diberikan 50.000 U/kgBB selama 7 hari.
6. Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan gonoblenore.
7. Pengobatan diberhentikan bila pada pemeriksan mikroskopik yang dibuat setiap hari
menghasilkan 3 kali berturut-turut negatif.
8. Pada pasien yang resisten terhadap penicillin dapat diberikan cefriaksone
(Rocephin) atau Azithromycin (Zithromax) dosis tinggi.

6
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS
GONOBLENORE

3.1 PENGKAJIAN
A. ANAMNESA
1. Biodata /identitas klien meliputi :
Nama
Umur
semua kalangan usia dapat terjangkit penyakit ini, Bayi umur kurang dari 1 tahun
juga bisa terkena penyakit ini, biasanya didapatkan karena tertular oleh ibunya,
pada waktu melewati jalan lahir. pada bayi ini biasanya yang kena kedua mata
langsung).
Jenis kelamin
Suku bangsa
Pekerjaan
Pendidikan
Status menikah ( karena salah satu etiologi dari gonoblenorea adalah seksual,
berganti2 pasangan).
Alamat
Tanggal MRS
Diagnosa medis.

2. Keluhan utama, Tanyakan kepada klien adanya keluhan meliputi:


- Nyeri.
- Mata berdapat secret.
- Mata merah dan bengkak
- Pada saat sakit mata pernah mengeluarkan getah mata (nanah yang bercampur
darah).
- pada daerah konjungtiva terdapat purulen.
- Terdapat Perdarahan pada sub konjungtiva

3. Riwayat Kesehatan

4. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien dengan Gonoblenorea biasanya akan diawali dengan adanya tanda-tanda seperti:
mata memerah seperti konjungtivitis akut dan bengkak atau sampai bernanah dan
mengeluarkan darah., serta terdapat penurunan tajam penglihatan karena pada
gonoblenorea kuman dapat menembus kornea sehingga bila tidak segera dilakukan
tindakan kuman dapat menghamcurkan kornea sehingga penglihatan akan mengalami
penurunan yang siknifikan.tidak lupa pada wanita yang sedang hamil tanyakan riwayat
gonore dan status pernikahan.

5.Riwayat penyakit dahulu.


Tanyakan pada klien riwayat penyakit yang dialami klien seperti: apakah klien
sebelumnya pernah mengalami penyakit yang sama, “kalaupun sudah yang kedua kalinya
tanyakan” apakah sampai mengalami penurunan penglihatan dan apakah diderita pada

7
ke dua organ matanya, serta apakah terdapat penyakit metabolic “ diabetes mellitus”
atau pernah mengalami gonore (berganti pasangan).

6. Riwayat penyakit keluarga


Dalam keluarga apakah ada yang mengalami penyakit yang sama, atau terdapat
penderita penyakit menular.

7. Riwayat psikologi
klien gonoblenorea cemas dan merasa takut pada penyakit ini, klien sering merasa
terganggu karena organ visus selalu mengeluarkan purulen atau bahkan darah yang
disertai nanah, dan selalu merasa takut untuk kehilangan tajam penglihatan.

B. Pemeriksaan fisik
Ketajaman penglihatan
Uji ketajaman penglihatan merupakan bagian dari setiap data dasar pasien. Tajam
penglihatan diuji dengan kartu mata ( snellen ) dengan jarak 6 meter.
Palpebra superior
Merah, sakit jika ditekan
Palpebra inferior.
Bengkak, merah, hiperemi, tegang, blefarospasme, disertai rasa sakit , ditekan keluar
secret kental atau bahkan padat berwarna kuning pada bayi, pada orang dewasa secret
kental, biasanya bercampur darah yang kelua secara terus menerus.

Konjungtiva tarsal superior dan inferior Inspeksi adanya :


konjungtiva mengalami peradangan
kinjungtiva edema (bengkak) dan lebih menonjol.
Membran sel di depan mukosa konjungtiva yang bila diangkat akan berdarah.
terdapat purulen bahkan nanah dan darah.
konjungtiva bulbi terdapat injeksi konjungtiva yang lembab, kemotik dan menebal, sekret
serous, kadang-kadang berdarah

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d peradangan dan pembengkakan pada daerah
konjungtiva.
2. Resiko infeksi b/d proses peradangan mendadak pada daerah konjungtiva
3. Resiko tinggi cedera b/d penurunan organ visus atau keterbatasan penglihatan
4. Gangguan integritas jaringan b/d pembengkakan pada daerah kelopak mata.

8
3.3 INTERVENSI DAN RASIONAL
1. DX. 1
Gangguan rasa nyaman nyeri b/d peradangan dan pembengkakan pada daerah
konjungtiva
Tujuan;
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2×24 jam diharapkan klien merasa nyeri
berkurang
Kriteria hasil;
- Nyeri berkurang.
- Klien merasa nyaman
- Ekspresi wajah tidak tampak kesakitan.
- Keadaan umum baik.
Intervensi Dan Rasional:
- Kaji tingkat nyeri yang dialami oleh klien.
R : Untuk mengetahui tingkat skala nyeri yang dirasakan klien.
- Berikan kompres hangat pada mata yang nyeri.
R : untuk mengurangi ketegangan otot okuli.
- Ciptakan lingkungan tidur yang nyaman, aman dan tenang.
R : Merupakan suatu cara pemenuhan rasa nyaman kepada klien dengan mengurangi
stressor yang berupa kebisingan.
- Anjurkan pasien untuk tidak menggosok – gosok mata yang sakit terutama dengan
tangan
R : Untuk mengurangi iritasi atau proses infeksi pada daerah visus.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgetik
R : Untuk memberikan terapi yang tepat dan sesuai kepada klien.

2. Dx. 2
Resiko infeksi b/d proses peradangan mendadak pada daerah konjungtiva

Tujuan:
Mampu mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi

kriteria hasil:
Proses penyebaran infeksi tidak terjadi.

Intervensi Dan Rasional:


- Kaji tanda-tanda infeksi
R : Mengetahui seberapa tingkat keparahan dari infeksi.
- Bersihkan kelopak mata dari dalam ke arah luar ( lakukan irigasi).
R : Dengan membersihkan mata dan irigasi mata, maka mata menjadi bersih serta
meminimalkan terjadinya infeksi.
- Berikan antibiotika sesuai dosis dan umur.
R : Pemberian antibiotik diharapkan penyebaran infeksi tidak terjadi
- Pertahankan tindakan septik dan aseptik.
R : Diharapkan tidak terjadi penularan baik dari pasien ke perawat atau perawat ke
pasien.

9
- Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh/mengobati mata.
R : Meminimalkan terjadinya infeksi dan penularan.
- Tekankan pentingnya tidak menyentuh/menggaruk mata yang sakit kemudian
yang sehat
R : Meminimalkan adanya banteri yang amsuk serta mencegah terjadinya infeksi
berualang.
- Anjurkan keluarga untuk memisahkan handuk, lap atau sapu tangan.
R : Untuk meminimalkan terjadinya penularan pada keluarga klien.
- kolaborasi dengan tim medist untuk memberikan terapi antibiotic
R : Untuk memberikan terapi dan tindakan yang tepat pada klien serta utuk
mengurangi terjadinya infeksi.

3. Dx. 3
Resiko tinggi cedera b/d penurunan organ visus atau keterbatasan penglihatan

Tujuan:
Klien mampu mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan yang
terjadi.
Klien dapat mengontrol aktivitas yang dapat mengakibatkan dirinya cedera.
Mampu mengidentifikasi / memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.

Kriteria hasil:
Cedera tidak sampai terjadi.
Mampu berkompensasi dengan keadaanya sekarang.
Intervensi dan rasional
- kaji tingkat ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua mata terlibat.
R : mengetahui tingkat kenormalan visus klien serta mengetahui tingkat perjalanan
atau prognosis penyakit
- Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata,
membungkuk
R : Menurunkan resiko jatuh (cedera).
- Orientasikan pasien terhadap lingkungan, dekatkan alat yang dibutuhkan pasien
ke tubuhnya.
R : Mencegah cedera, meningkatkan kemandirian
- Lakukan tindakan untuk membantu pasien menangani keterbatasan penglihatan
seperti kurangi kekacauan, ingatkan memutar kepala ke subjek yang terlihat dan
perbaiki sinar suram
R : untuk meningkatkan kenyamanan dan ketenanagan klien serta untuk
memudahkan klien meningat tempat yang diingikan.
- Atur lingkungan sekitar pasien, jauhkan benda-benda yang dapat menimbulkan
kecelakaan
R : Meminimalkan resiko cedera, memberikan perasaan aman bagi pasien.
- Anjurkan keluarga untuk mengawasi / menemani pasien saat melakukan aktivitas.
R : Mengontrol kegiatan pasien dan menurunkan bahaya keamanan
- Anjurkan keluarga untuk mendekatkan benda-benda yang sangat dibutuhkan
klien.
R : untuk mempermudah klien menjangkau benda yang diinginkan.

10
3.4 EVALUASI

Pemahamani faktor yang dapat memungkinkan dapat menimbulkan cedera.


Menunjukkan perubahan prilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan
melindungi diri dari cedera.
Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.
Tidak terdapat tanda-tanda dini dari penyebaran penyakit.

11
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and suddarth. ( 2001 ). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih bahasa : dr.
H.Y. Kuncara dkk.Jakarta : EGC
Sidharta Ilyas. ( 2001 ).Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Penerbit FKUI
Wijana, Nana. 1990. Ilmu Penyakit mata. Cetakan V. Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Penerbit: EGC,
Jakarta.
www. Asuhan-keperawatan-askep-infeksi Gonoblenorea .html
http//.KONJUNGTIVITIS GONORE DAN PENATALAKSANAANNYA « Yumizone.11 januari
2011, html
www. google.com

12

Vous aimerez peut-être aussi