Vous êtes sur la page 1sur 5

Budi Daya Tanaman Jahe Di Dalam Polybag/Karung

27 Maret 2014 pukul 16:47

Memilih tanaman budi- daya yang tepat memang sangat berpeng- aruh pada hasil dan
keuntungan yang akan didapat, namun jika terlalu larut dalam
memilih komoditi/tanaman yang te- pat, bisa jadi keuntungan yang diharapkan akan terlewati
karena musim. Hal ini terjadi akibat harga berkaitan
dengan musim panen, dimana musim yang kurang mendukung menyebabkan harga komoditi
tertentu mencapai harga tinggi, dan sebaliknya saat
musim baik dan banyak orang berbudidaya biasanya hargapun juga turun hal ini sesuai
dengan hukum ekonomi. Untuk mencegah hal itu terjadi,
maka kita tak perlu menunggu musim atau rame- rame menanam sebagaimana sifat latah
sebagian besar petani kita, sehingga tidak lagi terjadi
“panen massal/over produksi”. Dengan demikian tak perlu terjadi fluktuasi harga yang berarti
dikarenakan terlalu banyak stok dan menurunnya
jumlah permintaan.
Jahe Merah, tanaman ini tak terlalu sulit dalam berbudidayanya. Cukup di sela-sela tanaman
pokok (sengon, kopi, atau tanaman buah-
buahan), ataupun lahan kosong di sekeliling rumah.
Sebelum memulai untuk menanam Jahe sebaiknya kalkulasi secara matang seberapa besar
investasi yang di tanam untuk budidaya jahe agar
dapat mengetahui laba rugi setalah masa panen. Berikut adalah langkah-langkah praktis
dalam membudidayakan Jahe Merah dalam karung atau
polybag
1. Menyiapkan media tanam
Media tanam yang dipakai adalah karung bekas atau polybag. Jika menggunakan karung, bisa
menggunakan
karung bekas beras atau pakan ternak. Semakin besar ukuran karung, media pengisi juga
semakin banyak, namun produktivitas Jahe Merah juga
akan semakin tinggi. Jika menggunakan polybag, gunakan polybag dengan ukuran minimal
40 x 50 cm.
Media pengisi karung atau polybag adalah tanah, pasir rambon dan pupuk organik dengan
perbandingan 1:1:1 atau 1:1:2
Tanah
Tanah yang baik adalah tanah yang gembur dan subur. Gembur artinya remah dan komposisi
liat, pasir, dan debunya seimbang. Subur berarti banyak kandungan unsur haranya. Jika tanah
yang
digunakan sudah subur dan gembur, sebenarnya tidak diperlukan penambahan bahan lain.
Namun
karena jarang didapatkan tanah yang subur dan gembur, maka diperlukan penambahan bahan
lain
seperti pasir dan pupuk.
Pasir
Pasir diperlukan jika tanah yang digunakan mengandung fraksi liat yang cukup tinggi. Pasir
yang digunakan adalah pasir ladu atau pasir yang bercampur dengan lumpur. Selain murah,
pasir ini
juga masih mengandung bahan-bahan mineral endapan.
Pupuk Organik
Pupuk organik bisa menggunakan pupuk kandang, pupuk kompos atau bokashi (hasil
fermentasi mikroorganisme). Meskipun menggunakan
pupuk kandang, akan lebih bagus jika pupuk kandang yang telah dihancurkan dan
difermentasi sehingga lebih cepat diserap oleh akar tanaman.
Seluruh media tersebut dicampur merata sambil dibersihkan dari benda-benda yang
mengganggu, misalnya plastik, batu atau benda lainnya.
Kemudian media pengisi dimasukkan ke dalam karung atau polybag yang telah disiapkan.
Pengisian karung atau polybag cukup ¼ bagian saja,
karena selama pertumbuhan tanaman nanti, akan dilakukan penambahan pupuk organik.
2. Membibitkan Jahe
Persiapan bibitan Jahe
Syarat memilih bibit jahe yang baik untuk di tanam :
1. Berasal dari tanaman jahe yang sudah tua yang di tandai tajuk kering sekitar ber umur 9
sampai dengan 10 bulan.
2. Rimpang Jahe sudah melewati masa dormansi (1 -1,5 bulan) masih ssegar, tidak ada tanda
bibit penyakit atau pembusukan.
3. Kulit rimpang tidak lecet atau memar akibat galian.
4. Pilih Rimpang yang besar dan subur.
5. Bibit berkualitas adalah bibit yang baik (tidak disimpan terlalu lama),
6. Memenuhi syarat mutu genetik, mutu fisiologik (persentase tumbuh tinggi), dan mutu fisik.
Mutu fisik adalah bibit bebas hama dan penyakit.
7. Rimpang untuk dijadikan benih, sebaiknya dipotong-potong dengan cuter steril atau di
potes langsung, dengan menyisakan 2 - 3 bakal mata
tunas dengan bobot sekitar 25 - 60 g untuk jahe putih besar, 20 - 40 g untuk jahe putih kecil
dan jahe merah.
8. Kebutuhan benih per ha untuk jahe putih besar (panen tua) membutuhkan benih 2 - 3
ton/ha dan 5 ton/ha untuk jahe putih besar panen muda.
Sedangkan jahe merah dan jahe emprit 1 – 1,5 ton.
Pengecambahan
Jika dikhawatirkan adanya serangan jamur, benih bisa direndam terlebih dahulu pada larutan
fungisida
(misalnya Dithane M-45) selama 15 menit (untuk budidaya secara konvensional). Jika tidak,
benih cukup
direndam atau dibasahi dengan air, kemudian diletakkan pada tampah atau nyiru, dan
ditempatkan pada
tempat yang lembab agar berkecambah. Agar kelembaban terjaga, setiap hari benih harus
dikontrol dan
dibasahi air jika terlalu kering. Benih akan mulai berkecambah setelah kira-kira 2 minggu.
Penyemaian
Salah satu cara penyemaian adalah menggunakan peti kayu dengan urutan kerja sebagai
berikut:
a. Pada bagian dasar peti kayu diletakkan bakal bibit selapis,
b. Beri abu gosok atau sekam padi, selanjutnya bakal bibit lagi beri abu gosok atau
sekam padi lagi seterusnya sehingga yang paling atas adalah abu gosok atau sekam
padi.
c. Benih tersebut akan mulai tumbuh menjadi tanaman muda dalam waktu sekitar 2-4
minggu. Setelah tumbuh dengan ketinggian sekitar 10 cm (tumbuh 4 – 5 daun), bibit
dapat diambil/dipotong dari rimpangnya dan ditanam pada media polybag yang telah
disiapkan, Ukuran polybag untuk bibit adalah diameter 7 – 10 cm .
d. Rimpang yang tersisa bisa ditanam kembali pada pesemaian agar tumbuh bibit yang
lain. Satu buah rimpang bisa menumbuhkan sekitar 2-4 bibit.
e. Setelah ditanam, tanaman Jahe tersebut jangan langsung ditempatkan pada ruang yang
terbuka
dengan sinar matahari langsung, melainkan harus diadaptasikan pada tempat yang memiliki
naungan terlebih dahulu hingga umur 1,5 - 2 bulan.
3. Menanam
Penanaman bibit Jahe pada karung atau polybag harus hati-hati. Buatlah lubang sebesar
ukuran
polybag bibit, masukkan bibit Jahe bersama medianya ke dalam lubang tanam, kemudian
tutup dengan
media disekitarnya dan padatkan sekedarnya saja. Setelah penanaman, media dan bibit harus
disiram
dengan air bersih agar tanaman mendapatkan cukup air dan kontak dengan media.
4. Memelihara
Pemeliharaan tanaman Jahe dalam karung atau polybag cukup mudah. Pemeliharaan
meliputi:
penyiraman, penyiangan dan penggemburan media, pemupukan, serta pengendalian hama
dan
penyakit.
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari, sebaiknya pada sore hari, terutama saat tidak ada
hujan. Beberapa petani menggabungkan budidaya Jahe Merah dengan budidaya ikan dalam
kolam, untuk memudahkan penyiraman dan mengantisipasi kebutuhan air saat musim
kemarau.
Selain itu, air kolam diharapkan memberi unsur hara tambahan bagi tanaman. Penyiraman
bisa
dihentikan saat tanaman Jahe mulai memasuki fase senecense (mengering) saat tua dan
mendekati panen.
b. Pemangkasan
Perlakuan Pemotongan batang jahe ketika umur 2 bulan, dilakukan untuk memacu
pertumbuhan calon
tunas baru serta memperbanyak jumlah batang yang tumbuh seragam dalam 1 pot/polybag.
c. Penyiangan dan penggemburan
Rumput yang tumbuh pada media tanam perlu disiang agar tidak mengganggu pertumbuhan
tanaman, terutama pada sekitar 4 bulan pertama, di mana tanaman Jahe belum begitu rimbun.
Beberapa
petani menambahkan mulsa jerami pada media tanam untuk menekan pertumbuhan gulma.
Selain
penyiangan, media tanam juga perlu digemburkan dengan menggunakan cetok.
Penggemburan
dimaksudkan untuk menyediakan media tumbuh yang baik bagi akar tanaman dan
memperbaiki sirkulasi
udara dalam media.
d. Pemupukan dan Pembumbunan
Pemupukan dan pembumbunan dilakukan 2 bulan sekali seiring pertumbuhan tanaman,
dengan menambahkan pupuk organik pada media
tanam. Jumlah pupuk yang diberikan tergantung dari besarnya media yang digunakan, kira-
kira 1/5 ukuran karung atau polybag yang digunakan.
Pemupukan bisa diberikan 3 kali selama umur tanaman.
Pembumbunan lebih baik bila dilakukan secara berkala yaitu di saat ada pertumbuhan
rimpang jahe baru yang muncul di dekat permukaan
tanah. Timbun rimpang yang muncul ke permukaan menggunakan media yang telah
disiapkan dengan ketebalan sekitar 5 cm.
e. Pengendalian Hama dan Penyakit
Sebenarnya kasus serangan hama dan penyakit yang serius pada tanaman Jahe jarang
terdengar. Namun akan lebih baik jika kita mengetahui
dan mengantisipasi hal tersebut.
Hama yang sering menyerang tanaman Jahe adalah belalang dan ulat yang memakan daun
terutama daun muda. Untuk pengendaliannya, kita
bisa menggunakan beberapa cara yaitu:
1. Cara mekanis, dengan memeriksa tanaman dan membunuh hama terutama ulat yang sering
memakan daun, atau dengan menggunakan
perangkap serangga berupa plastik berwarna cerah (kuning atau merah) yang dipasang
dengan bambu dan diolesi lem.
2. Cara kimiawi, dengan menyemprotkan insektisida yang tepat untuk mengendalikan
belalang dan ulat. Insektisida yang dianjurkan adalah
insektisida organik berbahan aktif tembakau atau yang lainnya.
3. Sedangkan penyakit yang mungkin bisa menyerang tanaman Jahe adalah penyakit Layu
Bakteri dan Busuk Rimpang yang disebabkan oleh jamur.
Untuk mencegah penyakit tersebut, kesehatan benih dan sanitasi lingkungan pertanamanperlu
diperhatikan. Pastikan benih merupakan benih
sehat dan berasal dari induk yang sehat. Lingkungan pertanaman juga perlu dijaga agar bersih
dan tidak terlalu lembab atau tergenang air.
Untuk tanaman yang telah terserang penyakit, bisa disemprot dengan bakterisida atau
fungisida, jika perlu dimusnahkan agar tidak menular ke
tanaman yang lain.
5. Memanen
Tanaman Jahe bisa dipanen setelah kira-kira 10 bulan. Tanaman yang sudah cukup tua dan
siap panen akan melewati masa mengering, di
mana daun dan batangnya berubah menjadi kuning dan mengering. Pemanenan Jahe dari
media karung dan polybag cukup mudah karena tidak
perlu menggali dengan susah payah. Kita cukup menggali dengan cetok dan membuka
karung atau polybag yang sudah mulai lapuk. Angkat rimpang
Jahe dengan hati-hati agar tidak rusak, bersihkan dari tanah dan kotoran yang menempel, dan
jika perlu cuci dengan air bersih. Satu rumpun
tanaman Jahe dalam 1 media tanam karung ukuran 50 kg, bisa menghasilkan rimpang Jahe
segar 2 hingga 5 kg.

Vous aimerez peut-être aussi