Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
oleh :
Pendamping:
1
DAFTAR ISI
BAB I .......................................................................................................... 3
BAB II ......................................................................................................... 4
BAB IV ....................................................................................................... 28
BAB V......................................................................................................... 33
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sirosis hepatis adalah penyakit hepar yang menahun yang difus yang
ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya
dimulai dengan adanya proses peradangan, nekrosis sel hepar yang luas,
pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hepar
akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur
akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut.8
B. Epidemiologi
4
oesofagus sekitar 30% - 70% sedangkan varises gaster sekitar 5 – 33%. Varises
oesofagus akan terbentuk sebesar 5 – 8% pertahun, namun varises yang cukup
besar untuk menimbulkan resiko perdarahan hanya 1-2% kasus. Sekitar 30-40%
pasien dengan varises kecil akan menjadi varises besar setiap tahun sehingga akan
beresiko perdarahan.9
5
Tabel 2. Klasifikasi Sirosis dengan Skor Child-Turcotte-Pugh8
penyakit hati least severe, kelas B (7-9 poin) mengindikasikan penyakit hati
D. Patofisiologi
6
dapatmenghubungkan daerah porta yang satu dengan yang lainnya atau porta
dengansentral (bridging necrosis).3
Beberapa sel tumbuh kembali dan membentuk nodul dengan berbagaiukuran
dan ini menyebabkan distorsi percabangan pembuluh hepatik dan gangguan aliran
darah porta, dan menimbulkan hipertensi portal. Hal demikian dapat pula terjadi
pada sirosis alkoholik tapi prosesnya lebih lama.Tahap berikutnya terjadi
peradangan dari sirosis pada sel duktules, sinusoid dretikulo endotel, terjadi
abrogenesis dan septa aktif. Jaringan kolagen berubah dari reversibel menjadi
ireversibel bila telah tertbentuk septa permanen yang aselular pada daerah porta
dan parenkim hati.Gambaran septa ini bergantung etiologi sirosis. Pada sirosis
dengan etiologi hemokromatosis, besi mengakibatkan fibrosis daerah portal, pada
sirosis alkoholik timbul fibrosis daerah sentral. Sel limfosit T dan makrofag
menghasilkan limfokin dan monokin, mungkin sebagai mediator timbulnya
fibrinogen. Mediator ini tidak memerlukan peradangan dan nekrosisaktif. Septa
aktif ini berasal dari daerah porta menyebar ke parenkim hati.8
2. Fase Dekompensasi
Manifestasi klinis pasien sirosis pada fase dekompensasi secara garis besar
dibagi menjadi 2 yaitu 3:
7
a. Manifestasi Gagal Hepatoseluler
8
pada sirosis lanjut adalah ensefalopati hepatikum yang diyakini akibat
kelainan metabolisme ammonia dan peningkatan kepekaan otak terhadap
toksin.
9
tekanan didaerah ini tidak setinggi tekanan pada esophagus karena jarak yang
lebih jauh dari vena porta. Splenomegali pada sirosis dapat dijelaskan
berdasarkan kongestif pasif kronis akibat aliran balik dan tekanan darah yang
lebih tinggi pada vena lienalis.
F. Diagnosis
Diagnosis sirosis hepatis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis, labo-
ratorium dan pemeriksaan penunjang. Pada stadium kompensasi sempurna
kadang-kadang sulit menegakkan diagnosis sirosis hepatis. Pada stadium
dekompensasi kadang tidak sulit menegakkan diagnosis dengan adanya asites,
edema pretibial, splenomegali, vena kolateral, eritema palmaris. Pada
pemeriksaan laboratorium darah tepi sering didapatkan anemia normositik
normokrom, leukepenia dan trombositopenia. Waktu protrombin sering
memanjang. Tes fungsi hati dapat normal terutama pada penderita yang masih
tergolong kompensata-inaktif. Pada stadium dekompensata ditemui kelainan
fungsi hati. Kadar alkali fosfatase sering meningkat terutama pada sirosis billier.
Pemeriksaan elektroforesis protein pada sirosis didapat-kan kadar albumin rendah
dengan pening-katan kadar gama globulin.1,2,10
Ultrasonografi merupakan pemeriksaan noninvasif, aman dan mempunyai
ketepatan yang tinggi. Gambaran USG pada sirosis hepatis tergantung pada berat
ringannya penyakit. Keterbatasan USG adalah sangat tergantung pada
subjektifitas pemeriksa dan pada sirosis pada tahap awal sulit didiagnosis.
Pemeriksaan serial USG dapat menilai perkembangan penyakit dan mendeteksi
dini karsinoma hepato-selular. Pemeriksaan scanning sering pula dipakai untuk
melihat situasi pembesaran hepar dan kondisi parengkimnya. Diagnosis pasti
sirosis ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologik jaringan hati yang di dapat
dari biopsi.1,2,10
10
G. Pemeriksaan Penunjang3,8
Pemeriksaan Laboratorium
1. Darah
Bisa dijumpai Hb rendah, anemia normokrom normositer, hipokrommikrositer
atau makrositer.Anemia bisa, akibat hipersplenisme dengan leukopenia dan
trombositopenia.
a) Kenaikan enzim transaminase / SGOT, SGPT tidak merupakan petunjuk
tentang berat dan luasnya kerusakan parenkhim hati. Kenaikan kadarnya
didalam serum timbul akibat kebocoran dari sel yang mengalami
kerusakan. Peninggian kadar gama GT sama dengan transaminase, ini
lebih sensitif tetapi kurang spesifik. Pemeriksaan bilirubin, transaminase
dan gama GT tidak meningkat pada sirosis inaktif.
b) Albumin. Penurunan kadar albumin dan peningkatan kadar globulin
merupakan tanda kurangnya daya hati dalam menghadapi stress.
c) Pemeriksaan CHE. Bila terjadi kerusakan sel hati, kadar CHE akan turun.
d) Pemeriksaan kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretik dan
pembatasan garam dalam diet.
e) Pemanjangan masa protombin merupakan petunjuk adanya
penurunanfungsi hati. Pemberian vit. K parenteral dapat memperbaiki
masaprotrombin.
f) Peninggian kadar gula darah pada sirosis hati fase lanjut disebabkan
kurangnya kemampuan sel hati membentuk glikogen.
g) Pemeriksaan marker serologi pertanda virus seperti HBS Ag/ HBS
Ab,HbeAg/ HbeAb, HBV DNA, HCV RNA.
Pada pemeriksaan darah, saat ini dapat ditentukan apakah pada pasien
mengalami sirosis atau tidak dengan menghitung dengan rumus P2/MS yakni
ratio jumlah platelet dan fraksi monosit serta fraksi segmentasi neutrofil.
11
Keterangan.
Untuk indikator sirosis hepatis bila nilai P2/MS < 45.0 maka berarti adasirosis
hepatis, bila nilai > 60.0 berarti tidak ada sirosis hepatis. Untukindikator fibrosis
yang signifikan, bila nilai P2/MS <62.0 berarti ada fibrosis signifikan, namun
bila nilai > 115.0 berarti tidak ada fibrosis signifikan
2. Pemeriksaan AFP
III.1.8. Penatalaksanaan
1. Pasien dalam keadaan kompensasi hati yang cukup baik, dilakukan kontrol
yang teratur, istirahat yang cukup, susunan diet tinggi kalori dan
protein,lemak secukupnya (DH III-IV). Bila timbul ensefalopati
hepatikum, protein dikurangi (DH I).
2. Pasien sirosis hepatis dengan penyebab diketahui, seperti alkohol,
hemokromatosis, penyakit Wilson, diobati penyebabnya.
3. Ada keadaan lain dilakukan terapi terhadap komplikasi yang timbul.
12
a) Untuk asites, diberi rendah garam 0,5 gr/hari dan total cairan 1,5 l/hr
spironolakton dimulai dengan dosis awal 4 x 25 mg/hr dinaikkan
sampai total dosis 800 mg sehari. Idealnya penurunan berat badan
1kg/hr. Bila perlu dikombinasikan dengan furosemid.
b) Perdarahan varises esofagus. Pasien dirawat dirumah sakit sebagai
kasus perdarahan saluran cerna atas.
c) Untuk ensefalopati dilakukan koreksi faktor pencetus sepertipemberian
KCL pada hipokalemia, mengurangi pemasukan proteinmakanan
dengan memberi diet DH I, aspirasi cairan lambung bagi pasien yang
mengalami perdarahan pada varises, dilakukan klisma untuk
mengurangi absorpsi bahan nitrogen dan pemberian duphalac2 x C II.
4. Peritonitis bacterial spontan diberi antibiotik pilihan, seperti cefotaxim 2
gr/8 jam iv.
H. Komplikasi
13
2. Varises Esophagus
Varises esophagus merupakan komplikasi yang diakibatkan oleh
hipertensi porta yang biasanya akan ditemukan pada kira-kira 50% pasien saat
diagnosis sirosis dibuat. Varises ini memiliki kemungkinan pecah dalam 1 tahun
pertama sebesar 5-15% dengan angka kematian dalam 6 minggu sebesar 15-20%
untuk setiap episodenya.
4. Sindrom Hepatorenal
Sindrom hepatorenal merepresentasikan disfungsi dari ginjal yang dapat
diamati pada pasien yang mengalami sirosis dengan komplikasi ascites. Sindrom
ini diakibatkan oleh vasokonstriksi dari arteri ginjal besar dan kecil sehingga
menyebabkan menurunnya perfusi ginjal yang selanjutnya akan menyebabkan
penurunan laju filtrasi glomerulus. Diagnosa sindrom hepatorenal ditegakkan
ketika ditemukan cretinine clearance kurang dari 40 ml/menit atau saat serum
creatinine lebih dari 1,5 mg/dl, volume urin kurang dari 500 mL/d, dan sodium
urin kurang dari 10 mEq/L.
14
I. Prognosis
15
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : Tn. Purianto
Umur : 72 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
MRS : 10-06-2018
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sekarang:
Keluhan Utama: Perut membesar
Pasien mengeluhkan datang perut membesar sejak ± 1 bulan SMRS.
Perutnya dirasakan semakin hari semakin membesar dan bertambah tegang,
namun keluhan perut membesar ini tidak sampai membuat pasien sesak dank
esulitan bernapas. Keluhan ini disertai dengan keluhan pusing seperti melayang,
mual (+) muntah (-). Muntah darah saat dirumah disangkal, buang air besar
berwarna merah segar atau hitam disangkal. Riwayat buang air kecil berwarna
seperti teh disangkal.
Saat di IGD pasin tiba-tiba muntah darah sejak 6 berupa darah bergumpal
berwarna hitam disertai darah segar dengan volume kurang lebih 1 gelas aqua,
frekuensi 3 kali.
Keluarga pasien mengatakan dirawat 1,5 buln yang lalu di RS Idaman BJB
dengan diagnosis hepatitis B.
16
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum: Tampak Sakit Sedang
Kesadaran: Compos mentis
Tanda Vital: TD : 150/90 mmHg
Nadi : 91 x/menit
RR : 24 x/menit
T : 36,5 ºC
Kulit: Sawo matang
Kepala dan Leher
Kepala: Anemis (+), Sklera ikterik (+)
Leher: JVP tidak meningkat, pembesaran KGB (-/-)
Toraks:
Paru: I = Gerak nafas simetris, tidak terdapat retraksi
P = Fremitus raba simetris
P = sonor/sonor
A = suara nafas vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung: I = ictus cordis tidak tampak
P = Thrill tidak teraba
P = Batas kiri: ICS IV LMK Sinistra
Batas kanan: ICS IV LPS Dextra
Batas atas: ICS II LPS Dextra
A = S1& S2 tunggal, murmur (-)
Abdomen : I = cembung (+)
A = BU (N) menurun
P = redup
P = Supel, H/L/M ≠ teraba, nyeri tekan (-) asites(+) dengan tes
undulasi (+)
Flank : Nyeri tekan (-/-), Nyeri ketok CVA (-/-)
Ekstremitas: Akral hangat, edem (-), parese (-)
17
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium darah
Pemeriksaan Hematologi 10-06-2018
Hb 9,0
Leukosit 5.100
Hematokrit 26,2%
Trombosit 58.000
GDS 116
SGOT/SGPT 89/66
Diagnosis Kerja:
Hematemesis ec Susp Ruptur Varises Esofagus ec Sirosis Hepatis
Penatalaksanaan:
IVFD NaCl 0,9% 500 cc loading IVFD NaCl 0,9% 30 tpm
Inj. Ranitidin 150 mg/12 jam
Inj. Santagesic 500 mg/8 jam
Inj. Mecobalamin 500mg/8 jam
Konsul dr.Abdul Halim,Sp.PD advis :
- Pasang NGT
- Kubah Lambung/4 jam dengan NaCL 0.9% dingin
- Inj Omeprazol 40mg/24 jam
- Inj. Vit K 1amp/8 jam
- Inj. Asam tranexamat 3x500mg
- Inj Ceftriaxon 1x1gr
Per-oral :
- Sucralfat syr 4x2C
- Antacid syr 4x2C
- Graphalac syr 2x2C
Monitor hemodinamik
18
Rawat rg ICU
Follow up:
Tgl S O A P
-Terpasang NGT
11/06/2018 Perut terasa TD : 100/60 Hematemesis ec
-O2 nasal kanul 2 lpm
kembung mmHg susp ruptur
-IVFD Nacl 20 tpm
(+) nyeri varises esofagus
Suhu : 36,5°C - Inj.santagesic 3x1 amp
perut ec sirosis hepatis
- Inj Ranitidin 2 x 1 amp
(+)Muntah nadi : 72 x/m + anemia
- Mecobalamin 3x1 amp
darah (-)
- As. Tranexamat 3x500mg
RR : 22 x/m.
- Inj Vit K 1x1amp
Abd : Cembung, - Inj Ceftriaxon 1 x 1 gr
distensi, redup, - Inj Omeprazol 1x40mg
BU (↓) p/o :
- Sucralfat syr 4x2C
Ascites (+)
- Antassid syr 4x2C
- Graphalax 2x2
- Kubah lambung dengan
Nacl dingin 4x500 cc
- NGT(+)
12/06/2018 Perut terasa TD : 100/60 Hematemesis ec
- O2 nasal kanul 2 lpm
kembung mmHg susp ruptur
- IVFD Nacl 20 tpm
(+) nyeri varises esofagus
Suhu : 36,5°C - Inj.santagesic 3x1 amp
perut ec sirosis hepatis
- Inj Ranitidin 2 x 1 amp
(+)Muntah nadi : 72 x/m - Mecobalamin 3x1 amp
darah (-)
- As. Tranexamat 3x500mg
RR : 22 x/m.
- Inj Vit K 1x1amp
Abd : Cembung, - Inj Ceftriaxon 1 x 1 gr
distensi, redup, - Inj Omeprazol 1x40mg
BU (↓) p/o :
19
Ascites (+) - Sucralfat syr 4x2C
- Antassid syr 4x2C
- Graphalax 2x2
Kubah lambung dengan
Nacl dingin 4x500 cc
-O2 nasal kanul 2 lpm
13/06/2018 Os minta TD : 100/60 Hematemesis ec
-IVFD Nacl 20 tpm
untuk lepas mmHg susp ruptur
- Inj.santagesic 3x1 amp
NGT varises esofagus
Suhu : 36,5°C - Inj Ranitidin 2 x 1 amp
ec sirosis hepatis
Perut terasa - Mecobalamin 3x1 amp
nadi : 72 x/m - As. Tranexamat 3x500mg
kembung
(+) nyeri - Inj Vit K 1x1amp
RR : 22 x/m.
perut - Inj Ceftriaxon 1 x 1 gr
20
- - O2 nasal kanul 2 lpm
15/06/2018 Perut terasa TD : 100/60 Hematemesis ec
- IVFD Nacl 20 tpm
kembung mmHg susp ruptur
- Inj.santagesic 3x1 amp
(+) nyeri varises esofagus
Suhu : 36,5°C - Inj Ranitidin 2 x 1 amp
perut ec sirosis hepatis
- Mecobalamin 3x1 amp
(+)Muntah nadi : 72 x/m - As. Tranexamat 3x500mg
darah (-)
- Inj Vit K 1x1amp
RR : 22 x/m.
- Inj Ceftriaxon 1 x 1 gr
Abd : Cembung, - Inj Omeprazol 1x40mg
distensi, redup, p/o :
BU (↓) - Sucralfat syr 4x2C
- Antassid syr 4x2C
Ascites (+)
- Graphalax 2x2
21
darah (-) nadi : 72 x/m - As. Tranexamat 3x500mg
- Inj Vit K 1x1amp
RR : 22 x/m.
- Inj Ceftriaxon 1 x 1 gr
22
- Graphalax 2x2
23
darah (-) nadi : 72 x/m - As. Tranexamat 3x500mg
- Inj Vit K 1x1amp
RR : 22 x/m.
- Inj Ceftriaxon 1 x 1 gr
24
Abd : Cembung, - Inj Omeprazol 1x40mg
distensi, redup, - Inj furosemid 1x1 amp
BU (↓) Ascites p/o :
(+) - Sucralfat syr 4x2C
- Antassid syr 4x2C
- Graphalax 2x2
- Spironolacton 1x1 tab
- - O2 nasal kanul 2 lpm
24/06/2018 Perut terasa TD : 100/60 Hematemesis ec
- IVFD Nacl 20 tpm
kembung mmHg susp ruptur
- Inj.santagesic 3x1 amp
(+) nyeri varises esofagus
Suhu : 36,5°C - Inj Ranitidin 2 x 1 amp
perut ec sirosis hepatis
- Mecobalamin 3x1 amp
(+)Muntah nadi : 72 x/m - As. Tranexamat 3x500mg
darah (-)
- Inj Vit K 1x1amp
RR : 22 x/m.
- Inj Ceftriaxon 1 x 1 gr
Abd : Cembung, - Inj Omeprazol 1x40mg
distensi, redup, - Inj furosemid 1x1 amp
BU (↓) Ascites p/o :
(+) - Sucralfat syr 4x2C
- Antassid syr 4x2C
- Graphalax 2x2
- Spironocalton 1x1 tab
- - O2 nasal kanul 2 lpm
25/06/2018 Perut terasa TD : 100/60 Hematemesis ec
- IVFD Nacl 20 tpm
kembung mmHg susp ruptur
- Inj.santagesic 3x1 amp
(+) nyeri varises esofagus
Suhu : 36,5°C - Inj Ranitidin 2 x 1 amp
perut ec sirosis hepatis
- Mecobalamin 3x1 amp
(+)Muntah nadi : 72 x/m - As. Tranexamat 3x500mg
darah (-)
- Inj Vit K 1x1amp
RR : 22 x/m.
- Inj Ceftriaxon 1 x 1 gr
Abd : Cembung, - Inj Omeprazol 1x40mg
distensi, redup, - Inj furosemid 1x1 amp
BU (↓) Ascites p/o :
25
(+) - Sucralfat syr 4x2C
- Antassid syr 4x2C
- Graphalax 2x2
- Spironolacton 1x1 tab
- - O2 nasal kanul 2 lpm
26/06/2018 Perut terasa TD : 100/60 Hematemesis ec
- IVFD Nacl 20 tpm
kembung mmHg susp ruptur
- Inj.santagesic 3x1 amp
(+) nyeri varises esofagus
Suhu : 36,5°C - Inj Ranitidin 2 x 1 amp
perut ec sirosis hepatis
- Mecobalamin 3x1 amp
(+)Muntah nadi : 72 x/m - As. Tranexamat 3x500mg
darah (-)
- Inj Vit K 1x1amp
RR : 22 x/m.
- Inj Ceftriaxon 1 x 1 gr
Abd : Cembung, - Inj Omeprazol 1x40mg
distensi, redup, - Inj furosemid 1x1 amp
BU (↓) Ascites p/o :
(+) - Sucralfat syr 4x2C
- Antassid syr 4x2C
- Graphalax 2x2
- Spironolacton 1x1 tab
- - O2 nasal kanul 2 lpm
27/06/2018 Perut terasa TD : 100/60 Hematemesis ec
- IVFD Nacl 20 tpm
kembung mmHg susp ruptur
- Inj.santagesic 3x1 amp
(+) nyeri varises esofagus
Suhu : 36,5°C - Inj Ranitidin 2 x 1 amp
perut ec sirosis hepatis
- Mecobalamin 3x1 amp
(+)Muntah nadi : 72 x/m - As. Tranexamat 3x500mg
darah (-)
- Inj Vit K 1x1amp
RR : 22 x/m.
- Inj Ceftriaxon 1 x 1 gr
Abd : Cembung, - Inj Omeprazol 1x40mg
distensi, redup, - Inj furosemid 1x1 amp
BU (↓) Ascites p/o :
(+) - Sucralfat syr 4x2C
- Antassid syr 4x2C
- Graphalax 2x2C
26
- Spironolacton 1x1tab
- - O2 nasal kanul 2 lpm
28/06/2018 Perut terasa TD : 100/60 Hematemesis ec
- IVFD Nacl 20 tpm
kembung mmHg susp ruptur
- Inj.santagesic 3x1 amp
(+) nyeri varises esofagus
Suhu : 36,5°C - Inj Ranitidin 2 x 1 amp
perut ec sirosis hepatis
- Mecobalamin 3x1 amp
(+)Muntah nadi : 72 x/m - As. Tranexamat 3x500mg
darah (-)
- Inj Vit K 1x1amp
RR : 22 x/m.
- Inj Ceftriaxon 1 x 1 gr
Abd : Cembung, - Inj Omeprazol 1x40mg
distensi, redup, - Inj furosemid 1x1 amp
BU (↓) Ascites p/o :
(+) - Sucralfat syr 4x2C
- Antassid syr 4x2C
- Graphalax 2x2C
- Spironolaton 1x1 tab
27
BAB IV
PEMBAHASAN
Sirosis hepatis adalah penyakit hepar yang menahun yang difus yang
ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya
dimulai dengan adanya proses peradangan, nekrosis sel hepar yang luas,
pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hepar
akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur
akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut.8
Di Indonesia sirosis hepatis banyak dihubungkan dengan infeksi virus
hepatitis B dan C karena penyalahgunaan alkohol lebih jarang terjadi
dibandingkan negara-negara barat. Sekitar 57%,pasien sirosis hepatis terinfeksi
hepatitis B atau C. South East Asia Regional Office (SEARO) tahun 2011
melaporkan sekitar 5,6 juta orang di Asia Tenggara adalah pembawa hepatitis
B,sedangkan sekitar 480 000 orang pembawa hepatitis C.4,5,6
Perdarahan akibat pecahnya varises gastroesofagus (VGE) merupakan
komplikasi yang berbahaya bagi pasiensirosis hepatis. Sayangnya, pasien
seringkali datang untuk pertama kali karena hematemesis atau melena dan baru
kemudian terdiagnosis sirosis hepatis. Padahal ancaman kematian selalu ada
setiap terjadi perdarahan.7
Hipertensi portal, ascites dan varises bleeding adalah komplikasi paling sering
pada penderita sirosis hepatis.Varises esophagus memiliki dampak klinis yang sangat
besar, dengan resiko mortalitas sebesar 17-42% tiap terjadinya perdarahan.
Di Indonesia sirosis hepatis banyak dihubungkan dengan infeksi virus
hepatitis B dan C karena penyalahgunaan alkohol lebih jarang terjadi
dibandingkan negara-negara barat. Sekitar 57%,pasien sirosis hepatis terinfeksi
hepatitis B atau C. South East Asia Regional Office (SEARO) tahun 2011
melaporkan sekitar 5,6 juta orang di Asia Tenggara adalah pembawa hepatitis
B,sedangkan sekitar 480 000 orang pembawa hepatitis C.4,5,6
28
Varises esophagus merupakan komplikasi yang diakibatkan oleh hipertensi
porta yang biasanya akan ditemukan pada kira-kira 50% pasien saat diagnosis
sirosis dibuat.
Pada pasien ini juga terdapat asites yang disebabkan oleh peningkatan
tekanan hidrostatik padakapiler usus (Hipertensi Portal) dan penurunan tekanan
osmotikkoloid akibat hipoalbuminemia.
Pada asites pasien harus melakukan tirah baring dan terapi diawali dengan
diet rendah garam. Konsumsi garam sebaiknya sebanyak 5,2 gr atau 90
mmol/hari. Diet rendah garam juga disertai dengan pemberian diuretik. Diuretic
yang diberikan awalnya dapat dipilih spironolakton dengan dosis 100- 200mg
sekali perhari. Respon diuretik dapat dimonitor dengan penurunan berat badan
0,5kg/hari tanpa edema kaki atau 1kg/hari dengan edema kaki. Apabila pemberian
spironolakton tidak adekuat dapat diberikan kombinasi berupa furosemid dengan
dosis 20-40mg/hari. Pemberian furosemid dapat ditambah hingga dosis maksimal
160mg/hari. Parasintesis asites dilakukan apabila ascites sangat besar. Biasanya
pengeluarannya mencapai 4-6 liter dan dilindungi dengan pemberian albumin.
Perdarahan varises esofagus (hematemesis , hematemesis dengan melena
atau melena saja ). Pasien dirawat di rumah sakit sebagai kasus perdarahan saluran
cerna atas.Pertama dilakukan pemasangan NGT tube untuk mengetahui apakah
perdarahan berasal dari saluran cerna, disamping melakukan aspirasi cairan
lambung yang berisi darah dan untuk mengetahui apakah perdarahan sudah
berhenti atau belum. Bila perdarahan banyak, tekanan sistolik di bawah 100
mmHg, nadi di atas 100x/ menit atau Hb di bawah 9 g% dilakukan pemberian
IVFD dekstrosa atau salin dan tranfusi darah secukupnya. Diberikan vasopresin 2
amp 0,1 g dalam 500 cc cairan D 5% atau salin. Untuk mencegah rebleeding
dapat diberikan cbat penyekat reseptor beta (beta bloker) secara oral dalam dosis
yang dapat menurunkan denyut nadi sampai 25%.
Kasus Kepustakaan
1. Asites Diuretik yang diberikan awalnya dapat
dipilih spironolakton dengan dosis 100-
29
Spironolacton 200mg sekali perhari. Respon diuretik
1x200mg dapat dimonitor dengan penurunan berat
Inj Furosemid 1x1 badan 0,5kg/hari tanpa edema kaki atau
amp 1kg/hari dengan edema kaki. Apabila
pemberian spironolakton tidak adekuat
dapat diberikan kombinasi berupa
furosemid dengan dosis 20-40mg/hari.
Pemberian furosemid dapat ditambah
hingga dosis maksimal 160mg/hari.
-Parasintesis asites dilakukan apabila
ascites sangat besar. Biasanya
pengeluarannya mencapai 4-6 liter dan
dilindungi dengan pemberian albumin
2. Varises Esofagus - Pasien dirawat di rumah sakit sebagai
NGT kasus perdarahan saluran cerna atas.
Transfusi darah Pertama dilakukan pemasangan NGT
Inj Vitamin K 3x1amp tube untuk mengetahui apakah
30
oktreotid (stomatostatin menyebabkan
vasokonstriksi sphlancnic selektif dan
menurunkan tekanan portal dan aliran
darah portal) diteruskan dengan tindakan
skleroterapi atau ligase endoskopi.
3. Inj Ceftriaxon 1x1 g -Pemberian obat tersebut untuk mencegah
Graphalac 2x2 C peritonitis bakterial spontan.
- Pada pasien ini, ditemukan hematemesis
melena oleh karena itu perlu dilakukan
sterilisasi usus dengan pemberian,
antibiotik. Hal ini ditujukan untuk
mengurangi jumlah bakteri di usus yang
bisa menyebabkan peritonitis bakterial
spontan serta mengurangi produksi
amonia oleh bakteri di usus yang dapat
menyebabkan ensepalopati hepatikum
jika terlalu banyak amonia yang masuk
ke peredaran darah.
-Pemakaian laktulosa diberikan secara
oral dengan dosis 60-120 ml perhari
untuk merangsang defekasi. Laktulosa
merupakan suatu disakarida sintesis yang
tidak diabsorbsi oleh usus halus, tetapi
dihidrolisis oleh bakteri usus besar,
sehingga terjadi lingkungan dengan pH
asam yang akan menghambat penyerapan
amoniak. Selain itu, frekuensi defekasi
bertambah sehingga memperpendek
waktu transit protein di usus. Penggunaan
laktulosa bersama antibiotika yang tidak
absorbsi usus seperti neomisin, akan
31
memberikan hasil yang lebih baik.
4. Omeprazole 1x40 mg Pemberian obat tersebut sebagai
Inj Ranitidin 2x1amp pelindung mukosa lambung agar tidak
Sucralfat syr 4x2C terjadi perdarahan akibat erosi gastropati
Antacid syr 4x2C hipertensi porta.
32
BAB V
PENUTUP
33
DAFTAR PUSTAKA
34
35