Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di Fasilitas
Pedoman Interim WHO WHO/CDS/EPR/2007.6
Pelayanan Kesehatan
Pencegahan dan
pengendalian infeksi
pandemi di fasilitas
pelayanan kesehatan
Juni 2007
Pencegahan dan
pengendalian infeksi
pandemi di fasilitas
pelayanan kesehatan
Juni 2007
–2–
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pemutakhiran Pedoman
l Mohon dipastikan apakah versi yang dipakai adalah versi yang paling akhir yang dapat
HYPERLINK
dilihat di
http://www.who.int/csr/resources/publications/csrpublications/en/index7.html.
“http://www.
who.int/csr/re
Setelah ada kesimpulan dari tes-tes percontohan, yang akan dilakukan pada 200/2008,
l
sources/publi
dari
versipedoman
revisi ini akan diterbitkan.
cations/csrpu
l Dalam hal peristiwa epidemik atau pandemik baru, rekomendasi akan disediakan.
blications/en/i
ndex7.html”
Daftar isi
–1–
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
IV.5 Pemulasaraan
IV.5.1
jenazahPemindahan............... jenazah dari ruang isolasi .................................................................
IV.5.2 Perawatan jenazah .................................................................................................
32
...............................
IV.5.3 Pemeriksaan
32 post mortem ..................................................................................... 32
...............................
IV.5.4 Pencegahan dan pengendalian teknis dan lingkungan untuk autopsi ....................
...........................
33
V. Ventilasi ruangan untuk infeksi pernapasan
32 ........................................................................... 34
V.1 Konsep dan prinsip
umum ..........................
V.2 Penggunaan ventilasi alami di ruang
.....................................
isolasi
V.3 Penggunaan....................................................
exhaust fan di ruang isolasi................................................................................. 39
.....................................
...................... 36
V.4 Penggunaan ventilasi mekanis di ruang
.. 35
isolasi .........................................................
V.5
............. 39
Ke
VI. Perencanaan kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan ............... 41
si
VI.1 menghadapi epidemi ISPA
mp Rencana kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan menghadapi pandemi
ISPA
ula ..................... 41
Lampiran A. Pelindung pernapasan ...................................................................................................... 45
n .
Lampiran B. Prinsip dan rancangan ventilasi alami ............................................................................ 50
.....
Lampiran
..... C. Pencegahan dan pengendalian infeksi secara rutin dan
spesifik
.....
Lampiran .....................................
D. Contoh daftar tilik 55 penilaian kondisi lingkungan untuk perawatan di rumah
.....
bagi pasien ISPA yang dapat menimbulkan kehawatiran ................................................ 64
.....
Lampiran E. Contoh formulir pemantauan ILI pada petugas kesehatan untuk petugas
.....
yang
kesehatanterpajan pasien ISPA yang dapat menimbulkan kekhawatiran ............................... 65
.....
Lampiran F. Ruang
.....
isolasi ...................
Lampiran G. Perawatan kamar jenazah dan pemeriksaan post mortem ............................................... 72
.....
................................
.....
Lampiran H. Penggunaan disinfektan: alkohol dan bahan
................................
.....
pemutih
Lampiran....................................................
I. Kapasitas lonjakan: kebutuhan74 APD fasilitas pelayanan kesehatan
...............................
.....
selama terjadinya epidemi/pandemi ................................................................................ 76
67
.....
Lampiran J. Pembersihan dan disinfeksi peralatan
.....
pernapasan
Lampiran K. Pencegahan .........................................................
dan pengendalian infeksi di semua jajaran pelayanan
.....
80
kesehatan ............... 82
.....
Referensi
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
....
40
–2–
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Kata Pengantar
Pedoman ini disusun agar dapat digunakan oleh para perencana pemerintahan,
pelayanan kesehatan,
administrator fasilitastenaga profesional pengendalian infeksi, spesialis kesehatan kerja,
lain yang
tenaga terlibat dalam pelayanan pasien, dan penyedia pelayanan langsung.
profesional
Informasi pengendalian infeksi yang diberikan dalam pedoman ini didasarkan pada
mengenai rute utama
informasi yang penularan patogen dan dimaksudkan untuk memberikan pedoman
tersedia
keselamatan dan
bagi peningkatan pelayanan kesehatan yang terus-menerus dan berkelanjutan. Pedoman ini
memberikan
dirancang untukkerangka konseptual kepada Negara-negara Anggota untuk disesuaikan
negara menurut peraturan, keadaan, kebutuhan, dan sumber daya setempat. Fasilitas
di masing-masing
sebaiknya
pelayanan mempertimbangkan
kesehatan rekomendasi yang diberikan dan kemudian
menyesuaikannya.
Pedoman ini disusun setelah melakukan kajian sistematis atas literatur ilmiah (dalam
diidentifikasi
bahasa Inggris)melalui
yang PubMed (Perpustakaan Kedokteran Nasional Amerika Serikat [US
National Library Perpustakaan Cochrane (Cochrane Library), dan artikel-artikel
of Medicine]) dan
Inggris,
tambahandan juga bahasa
(dalam dalam bahasa Cina, Perancis, Portugis, dan Spanyol) yang
yang sudah ada.
diidentifikasi dariPedoman
pedomanpengendalian infeksi internasional dan nasional dan buku-
infeksi juga digunakan.
buku pengendalian Pedoman ini telah mengalami kajian sejawat internal dan
Pengarah Pedoman
eksternal. Kelompok (the Guideline Steering Group)
1mengevaluasi komentar yang dikemukakan oleh
para pengkaji yang memberikan pedoman bila terdapat perbedaan pendapat dan
perubahan
mengawasidan finalisasi pedoman.
pelaksanaan
Uji coba pedoman ini akan dilakukan pada tahun 2007 dan 2008 di setiap wilayah di
untuk membantu
keenam memberikan data lokal mengenai kejelasan pedoman dan memberikan
Wilayah WHO
sumber
informasi mengenaidiperlukan untuk melaksanakan rekomendasi, kelayakan, dan validitas
daya yang
diperlukan. Uji coba ini bisa juga membantu memberikan informasi untuk menetapkan
intervensi yang
dan penyebaran. Pedoman ini akan dikaji dan diperbarui setelah berakhirnya uji coba.
strategi pelaksanaan
Sebagaimana bidang-bidang pengetahuan lainnya, pengetahuan mengenai cara
pernapasan terus berubah dengan cepat. Selain itu, pengawasan kasus dan penelitian
penularan penyakit
sangat penting
kasus dan kontak dalam mendefinisikan dan mengidentifikasi perubahan epidemiologi
dan akan terus memberikan informasi untuk menentukan rekomendasi pengendalian
infeksi pada manusia
pedoman
infeksi. Perubahandilakukan sesuai keperluan bila diperoleh informasi baru.
ini akan
Pedoman ini merupakan hasil kerja sama di kalangan World Health Organisation
oleh Department
(WHO), of Communicable Disease Surveillance and Response at the WHO
yang dipimpin
Western Pacific and the Department of Epidemic and Pandemic Alert and Response at
Regional Office for the
dengan masukan
WHO Headquarters, berharga dari para staf di kantor-kantor wilayah WHO lainnya, dan dari
bekerja sama
para mitra dengan WHO di seluruh dunia.
yang
WHO mengucapkan terima kasih kepada Department of International Cooperation
of
of Foreign Affairs, the Swiss Humanitarian Aid Agency of the Federal Department
Italy’s Ministry
the Alfred P. Sloan Foundation, the United States Centers for Disease Control and
of Foreign Affairs,
United
Prevention, and the for International Development atas bantuan keuangan mereka untuk
States Agency
penerbitan pedoman
penyusunan dan ini.
WHO mengucapkan terima kasih atas komitmen para pakar dari seluruh dunia yang
penyusunan pedoman ini:
ikut membantu
Michael Bell, Maureen Birmingham, Denise Mary Cardo, Mary Chamberland, Yves
Ching,
Chartier,Gerald Dziekan, Ana Estrela, Pierre Formenty, Keiji Fukuda, Paul Gully,
Patricia
Frederick Hayden, Suzanne Hill, Stéphane Hugonnet, William R Jarvis, Dominique
Kathleen Harriman,
Marlo Libel,
Legros, Yuguo JoseLi,C Martines, Ziad A Memish, Sylvie Mortier, Cathryn Murphy, Fernando
Otaiza, Ulysses Paton, Carmem L Pessoa-Silva, Nicoletta Previsani, Sue Resnik,
Panisset, Shirley
Victor
GuenaëlDRMRosenthal,
Rodier, Cathy Roth, Michael J Ryan, Sharon Salmon, Wing-Hong Seto,
Thomson, Teresa
Nikki Shindo, Gail KF Wang, Martin W Weber, Susan Wilburn, Rosamund Williams.
Editor
Carmem L Pessoa-Silva, Wing-Hong Seto.
Panitia penulisan
(bertanggung jawab merancang dan menyelesaikan pedoman)
Patricia Ching, Kathleen Harriman, Yuguo Li, Carmem L Pessoa-Silva, Wing-Hong
Wang.
Seto, Teresa KF
Kelompok pengarah pedoman
(bertanggung jawab mengawasi proses penyusunan pedoman)
Denise Mary Cardo, Cathryn Murphy, Fernando Otaiza, Shirley Paton, Carmem L
Roth, Wing-Hong
Pessoa-Silva, Cathy Seto.
Dewan kajian sejawat eksternal
(para pakar yang bertanggung jawab atas kajian teknis eksternal)
Michael Bell, Mary Chamberland, Stéphane Hugonnet, William R Jarvis, Ziad A
Victor D Rosenthal.
Memish, Sue Resnik,
Staf administrasi dan sekretariat
Sylvie Mortier
Penyuntingan teknis
Rosamund Williams
–4–
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
I. Daftar singkatan dan definisi istilah yang digunakan
da-
lam pedoman ini
Singkatan
ACH air changes per hour (pertukaran udara per jam)
AORN Professional Organization of Perioperative Registered Nurses (USA)
ASTM American Society for Testing and Materials (former name)
BFE bacterial filtration efficiency
BiPAP bilevel positive airway pressure
BSL biosafety level
CDC (US) Centers for Disease Control and Prevention, Atlanta, United States of America
CE Conformité Européenne (European Conformity)
Co-V coronavirus
CPAP continuous positive airway pressure
EU European Union
FDA Food and Drug Administration (United States of America)
FFP filtering face piece
HVAC heating, ventilation, and air conditioning
IHR International Health Regulations
ILI Influenza-like illness
NIOSH (US) National Institute for Occupational Safety and Health
OR operating room
PFE particulate filtration efficiency
ppm parts per million
RSV respiratory syncytial virus
RT-PCR Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction
SARS Severe Acute Respiratory Disease
SIGN(WHO) Safe Injection Global Network
WHO World Health Organization
APD Alat Pelindung Diri
ISPA Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ARD – Acute Respiratory Disease)
FPK Fasilitas Pelayanan Kesehatan
PK Petugas Kesehatan
–5–
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Definisi
Anteroom
Ruangan berukuran kecil yang menghubungkan koridor dengan ruangan lain yang
isolasi.
biasanya ruangan
Antiseptik berbasis alkohol
Bahan mengandung alkohol yang dirancang untuk digosokkan di tangan sebagai
antiseptik.
Disinfeksi
Proses yang menghilangkan semua mikroorganisme patogen, kecuali spora, dari benda
mengurangi
mati, denganrisiko
tujuaninfeksi.
Fasilitas pelayanan kesehatan
Setiap unit yang terlibat dalam perawatan pasien secara langsung
(7).
Konteks klinis di mana pelayanan kesehatan diberikan (misalnya, rumah sakit, klinik
rumah).
pasien rawat jalan,
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas
menular,
atau bawah,yangbiasanya
dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari
atau
penyakit tanpa gejalasampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada
infeksi ringan
faktor
patogenlingkungan,
penyebabnya,dan faktor pejamu. Namun demikian, di dalam pedoman ini, ISPA
penyakit saluran pernapasan
didefinisikan sebagai akut yang disebabkan oleh agen infeksius yang
ke manusia. Timbulnya
ditularkan dari manusia gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam
Gejalanya meliputi
sampai beberapa hari. demam, batuk, dan sering juga nyeri tenggorok, coryza (pilek),
atau kesulitan
sesak bernapas. Contoh patogen yang menyebabkan ISPA yang dimasukkan
napas, mengi,
adalah rhinovirus,
dalam pedoman ini respiratory syncytial virus, paraininfluenzaenza virus, severe acute
associated
respiratory syndrome- (SARS-CoV), dan virus Influenza.
coronavirus
–6–
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pembersihan
Proses menghilangkan kotoran dari peralatan dan permukaan secara manual dengan
dan air atau surfaktan
menggunakan deterjen (misalnya,
enzymatic cleaner
), atau proses yang menggunakan energi (misalnya,
pembersih ultrasonik) dengan bahan yang sesuai.
–7–
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Petugas kesehatan
Para profesional (dokter, perawat, fisioterapis, pekerja sosial, apoteker, konsultan spiritual,
dalam
dll.) memberikan
yang terlibat pelayanan yang terkoordinasi dan menyeluruh
(7).
Transmisi droplet
Droplet ditimbulkan dari orang (sumber) yang terinfeksi terutama selama terjadinya
berbicara. Penularan
batuk, bersin, dan terjadi bila droplet yang mengandung mikroorganisme ini
dekat
tersembur dalam<jarak
(biasanya 1m) melalui udara dan terdeposit di mukosa mata, mulut,
faring orang
hidung, lain. Karena
tenggorokan, atau droplet tidak terus melayang di udara, penanganan udara
tidak
dan ventilasi khusus mencegah penularan melalui (3).
diperlukan untuk droplet
Ventilasi gabungan
Ventilasi yang menggabungkan sistem mekanis dan alami yang dirancang dengan baik.
–9–
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
II. Ringkasan Eksekutif
Pedoman ini dimaksudkan untuk membantu para pembuat kebijakan, administrator, dan
yang bertanggung
petugas kesehatan jawab dalam program pengendalian infeksi untuk memprioritaskan
infeksi dalam pelayanan kesehatan, terutama di lingkungan yang sumber dayanya terbatas.
langkah pengendalian
Pedoman ini terdiri atas enam bagian: Bagian I mendefinisikan istilah-istilah yang
ini; Bagiandalam
digunakan II menyajikan
pedomanrangkuman dari sejumlah rekomendasi dan landasan pemikiran
menyajikan
penting; Bagian III konsep-konsep yang akan dibahas dalam pedoman ini; Bagian IV
pengantar
rinci mengenai
menyajikan rekomendasi pencegahan dan pengendalian infeksi; Bagian V menguraikan
uraian
ventilasi lingkungan untuk infeksi yang menular melalui udara; dan Bagian VI
prinsip-prinsip
utama dari rencana
menguraikan kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan untuk mencegah dan
komponen
ISPA yang dapat
mengendalikan wabah menimbulkan kekhawatiran kesehatan masyarakat internasional.
memberikan informasi
Lampiran-lampiran pendukung untuk rekomendasi pada Bagian IV.
nLangkah pengendalian sumber infeksi harus dilakukan untuk semua orang yang
gejala infeksi pernapasan melalui kebersihan pernafasan dan etika batuk (Lampiran C.1.3).
memperlihatkan
– 11 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
III. Pendahuluan dan ruang lingkup pedoman
ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia.
meninggal
Hampir empat akibat
jutaISPA setiap tahun, 98%-nya disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan
orang
mortalitas sangat tinggi pada bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama di
bawah. Tingkat
pendapatan
negara-negara per dengan
kapita rendah dan menengah
(12). Begitu pula, ISPA merupakan salah satu penyebab utama
konsultasi atau rawat inap di fasilitas pelayanan kesehatan terutama pada bagian (13).
perawatan anak
Bakteri adalah penyebab utama infeksi saluran pernapasan bawah, dan
Streptococcus pneumoniae
di banyak
negara merupakan penyebab paling umum pneumonia yang didapat dari luar rumah sakit
oleh
yangbakteri. Namun demikian, patogen yang paling sering menyebabkan ISPA adalah
disebabkan
gabungan virus-bakteri.
virus, atau infeksi Sementara itu, ancaman ISPA akibat organisme baru yang
epidemi atau pandemi
dapat menimbulkan memerlukan tindakan pencegahan dan kesiapan (14)
khusus
.
Terjadinya ISPA tertentu bervariasi menurut beberapa faktor. Penyebaran dan dampak
dengan (15-17)
penyakit :
berkaitan
nkondisi lingkungan (misalnya, polutan udara, kepadatan anggota keluarga),
kebersihan, musim, temperatur);
kelembaban,
nketersediaan dan efektivitas pelayanan kesehatan dan langkah pencegahan infeksi
mencegah penyebaran (misalnya, vaksin, akses terhadap fasilitas pelayanan
untuk
kapasitas
kesehatan,ruang isolasi);
nfaktor pejamu, seperti usia, kebiasaan merokok, kemampuan pejamu menularkan
status kekebalan, status gizi, infeksi sebelumnya atau infeksi serentak yang disebabkan
infeksi,
patogen lain, kondisi kesehatan umum; dan
oleh
nkarakteristik patogen, seperti cara penularan, daya tular, faktor virulensi (misalnya,
penyandi toksin), dan jumlah atau dosis mikroba (ukuran inokulum).
gen
Infeksi saluran pernapasan akut dapat terjadi dengan berbagai gejala klinis. Dalam
infeksi
pedomansaluran pernapasan akut menular secara umum dan ISPA yang dapat
ini dibahas
pandemi. ISPA ini dapat
menimbulkan epidemi ataumenyebar dengan cepat dan menimbulkan dampak besar
masyarakat. Menurut
terhadap kesehatan Peraturan Kesehatan Internasional, IHR (2005) penyakit pernapasan yang
1, kejadian
dapat menimbulkan keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian
internasional meliputi:
nSARS
ninfluenza manusia yang disebabkan oleh subtipe baru, termasuk episode flu burung
manusia
pada
npes paru
nagen ISPA baru yang dapat menyebabkan wabah skala besar atau wabah dengan
dan mortalitas tinggi.
morbiditas
– 12 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Rekomendasi pengendalian infeksi untuk pencegahan dan pengendalian pes paru telah
WHO
dibahassebelumnya, Plague Manual. Epidemiology, Distribution, Surveillance and Control,
pada terbitan 1, dan tidak
dibahas dalam pedoman ini.
1999
Pedoman ini berfokus pada langkah pencegahan dan pengendalian infeksi ISPA yang:
menyebabkan infeksi saluran pernapasan akut, seperti radang paru-paru atau SARS;
n
nmenyebabkan penyakit parah pada orang yang rentan dengan sistem kekebalan yang
normal;
jelas
ndapat menimbulkan keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian
sebagaimana didefinisikan oleh IHR (2005) (di atas), kecuali penyakit pes.
internasional
Tuberkulosis jarang muncul sebagai ISPA, tapi penyebarannya berkaitan dengan
dan menjadi
pelayanan masalah besar. Rekomendasi pengendalian infeksi untuk pencegahan
kesehatan
tuberkulosis di fasilitas pelayanan kesehatan telah dibahas pada terbitan WHOGuidelines
dan pengendalian
for the Prevention
sebelumnya, of Tuberculosis in Health Care Facilities in Resource-Limited
1999Settings,
2, dan tidak
akan dibahas dalam pedoman ini. Pedoman ini berfokus pada ISPA yang paling umum dan
yang dapatISPA
menyoroti menimbulkan kekhawatiran.
yang mungkin terjadi dari manusia ke manusia, penularan berkaitan dengan kontak tanpa
dekat dan berkelanjutan,
pelindung yang yang menunjukkan bahwa penularan umumnya terjadi melalui
dan/atau kontak
( 29)
droplet pernapasan.
III.3.3 ISPA baru yang dapat menimbulkan dampak besar terhadap kesehatan
masyarakat
Penyakit menular telah menyebar ke semua penduduk dan wilayah sepanjang sejarah dan
menular
mungkinyang baru muncul akan terus teridentifikasi. Banyak penyakit menular
penyakit
dan dapat menginfeksi
mempunyai tandon hewanmanusia dalam keadaan tertentu. Faktor-faktor berikut ini terbukti
kemunculan dan
berkaitan denganpenyebaran penyakit menular
(14, 30):
nperubahan pada demografi dan perilaku manusia
ndampak teknologi baru dan industri
nperkembangan ekonomi dan perubahan dalam penggunaan tanah
npeningkatan perjalanan dan perdagangan internasional
nadaptasi dan perubahan mikroba
nkegagalan program kesehatan masyarakat, dan
ntinggal di lingkungan yang sama dengan hewan atau burung peliharaan atau liar.
Faktor-faktor ini dapat memudahkan penularan agen infeksius dari hewan ke manusia dan
manusia. Saatke
dari manusia penyakit menular baru dikenali, cara penularannya belum benar-benar
epidemiologi dan mikrobiologi untuk membantu menentukan cara penularan dan
dipahami. Penelitian
pencegahan dan pengendalian
mengidentifikasi langkah yang mungkin dilakukan dapat diperpanjang. Karena
mengenai cara penularan,
kurangnya informasi Kewaspadaan Transmisi
Airbornedan Kontak harus dilakukan sebagai tambahan
bagi Kewaspadaan Standar bila memungkinkan untuk mengurangi risiko penularan suatu
muncul.
agen yangTindakan
baru pencegahan ini harus dilakukan sampai penelitian lebih lanjut
penularannya.
mengungkapkan cara yang menunjukkan bahwa tindakan pencegahan tambahan
Indikasi
tanda-tanda epidemiologis dan klinis, sebagaimana diuraikan pada bagian IV.1. Indikasi
diperlukan mencakup
bila diperoleh informasi baru.
ini dapat berubah
Pengawasan ketat atas petugas kesehatan harus terus dilakukan sejak awal dan
yang
selamadisebabkan
terjadinya patogen
wabah baru, karena patogen ini mungkin menjadi sumber informasi
cara
penting mengenai untuk penularan di luar rumah sakit maupun penularan yang
penularan, baik
sakit.
berkaitan dengan rumah
Kondisi dan tingkat kompleksitas fasilitas pelayanan kesehatan bervariasi di suatu negara
Pembuat kebijakan dan administrator kesehatan harus mengidentifikasi strategi
dan antarnegara.
biaya yang
dengan layak
rasio berdasarkan karakteristik fasilitas pelayanan kesehatan dan kemungkinan
efektivitas
berkelanjutan
perbaikan yang terus-menerus.
dan
Landasan pencegahan dan pengendalian infeksi untuk perawatan pasien ISPA meliputi
secara dini dan
pengenalan cepat, pelaksanaan tindakan pengendalian infeksi rutin untuk semua pasien
pasien
Standar lihat
(Kewaspadaan Lampiran C.1), tindakan pencegahan tambahan pada pasien tertentu
diagnosis presumtif),
(misalnya, berdasarkandan pembangunan prasarana pencegahan dan pengendalian
pelayanan
infeksi bagi fasilitasuntuk mendukung kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi.
kesehatan
– 14 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Ventilasi ruangan adalah proses memasukkan dan menyebarkan udara luar, dan/atau udara
telah diolahyang
daur ulang dengan benar ke dalam gedung atau ruangan. Ventilasi dan pengkondisian
konsep yang berbeda.
udara adalah dua Tujuan pengkondisian udara adalah mempertahankan lingkungan
bertemperatur
dalam ruang yangnyaman. Tujuan ventilasi adalah mempertahankan kualitas udara dalam
yaitu menjamin
ruang yang baik, agar udara dalam ruang aman untuk keperluan pernapasan. Ruang
isolasi dengan sistem
– 15 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
kontrol ventilasi yang memadai dan aliran udara satu arah yang terkontrol harus tersedia
di
bilafasilitas pelayanan kesehatan Ini sangat penting untuk mengurangi penularan
memungkinkan
dengan penularan
patogen yang ditularkan obligat atau preferensial melalui
airborne(misalnya, tuberkulosis paru, campak, cacar
air). Sebagian besar penyakit pernapasan (misalnya, virus parainfluenza, RSV, virus
dengan cepat
influenza) melalui
tidak udara dalam jarak jauh di lingkungan layanan kesehatan, dan pasien
menular
dengan memadai
dapat dilindungi tanpa sistem kontrol ventilasi lingkungan. Namun demikian, karena
airborne b isa
penularan melaluiterjadi untuk sebagian ISPA, untuk pasien yang terinfeksi agen baru yang
ISPA yang dapat menimbulkan kekhawatiran, Kewaspadaan Airborne
menyebabkan Transmisi
harus dilakukan sampai
cara penularannya diketahui. Dengan demikian, bila ruang pencegahan infeksi
pasien
melaluiiniudara
juga harus ditempatkan di ruang tersebut. Bila ruang pencegahan
tersedia, infeksi
airbornetidak tersedia,
penempatan pasien ini di ruang untuk satu pasien yang berventilasi memadai, yang
tapi dengan aliran
mempunyai =12 ACHudara satu arah yang belum tentu terkontrol, harus dipertimbangkan.
IV.1 Pengenalan dini, isolasi, pelaporan, dan pengawasan episode ISPA yang
dapat menimbulkan kekhawatiran kesehatan masyarakat internasional
Pengenalan dini, isolasi, pelaporan, dan surveilans episode ISPA yang dapat
merupakan
menimbulkan langkah pengendalian manajerial. Rekomendasi yang berkaitan dengan
kekhawatiran
pada
masalah ini diletakkan yang terpisah karena rekomendasi ini paling penting untuk
bagian pertama
ISPA yang dapat
pencegahan menimbulkan kekhawatiran, baik di fasilitas pelayanan kesehatan
penularan
masyarakat
maupun di internasional.
kalangan Fasilitas pelayanan kesehatan harus:
a Memprioritaskan penetapan metode yang menjamin pengenalan dini dan
yang mungkin
investigasi orang menderita ISPA yang dapat menimbulkan kekhawatiran (lihat (31, Gambar
32). 1)
a Melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi dengan segera bila diduga
ISPA yang dapat menimbulkan kekhawatiran (lihat Tabel
terjadi (33). 1)
a Menghubungkan sistem surveilans infeksi di rumah sakit dengan sistem surveilans
kesehatan masyarakat dan segera melaporkan semua informasi yang tersedia
infeksi
kemungkinan
mengenai episode ISPA yang dapat menimbulkan kekhawatiran kepada lembaga
kesehatan pemerintah yang berwenang melalui sistem surveilans (34).lokal
Ini sesuai dengan
persyaratan IHR (2005) yang berlaku sejak bulan Juni 2007. IHR (2005)
pemberitahuan internasional kepada WHO oleh Negara-negara Anggota mengenai
mengharuskan
yang dapat menimbulkan keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi
kejadian
internasional.
kekhawatiran
a Lembaga kesehatan pemerintah juga harus menetapkan saluran untuk memberikan
kepada fasilitas pelayanan kesehatan dan masyarakat mengenai epidemi ISPA yang terjadi
informasi
fasilitas
agar pelayanan kesehatan tetap mengetahui tingkat dan jenis masalah yang akan
dan ditanggulangi.
dihadapi
a Semua pasien yang diduga atau pasti menderita ISPA yang dapat menimbulkan
harus ditempatkan di ruang atau tempat yang terpisah dari pasien lain dan diperiksa
kekhawatiran
mungkin
sesegera(35, 36).
– 16 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Dasar pemikiran
Pasien infeksi saluran pernapasan akut parah cenderung berusaha mendapatkan
pelayanan
perawatan kesehatan,
di fasilitas sehingga fasilitas pelayanan kesehatan memainkan peran
mengidentifikasi
penting dalam tanda-tanda awal ISPA yang baru muncul yang dapat menimbulkan
kesehatan masyarakat yang menjadi kekhawatiran lokal atau internasional. Identifikasi
keadaan darurat
memberikan peluang keberhasilan usaha penghentian penularan. Identifikasi segera dan
dini dan pelaporan
penanganan pasien,atau pengunjung yang dapat terinfeksi ISPA yang dapat menimbulkan
petugas kesehatan,
berpotensi menimbulkan
kekhawatiran dan pandemi dan epidemi merupakan langkah pengendalian
sangat penting untuk mengurangi
administratif penting dan risiko penularan yang berkaitan dengan perawatan
memungkinkan tanggapan kesehatan masyarakat yang efisien. Tanggapan tersebut
kesehatan dan untuk
pelaksanaan
mencakup langkah
isolasi pengendalian infeksi yang memadai, pengobatan, dan pelaporan
pasien,
kemungkinan
segera. Pengenalan tergantung pada definisi kasus ISPA, yang mungkin berubah bila
episode
epidemiologis
diperoleh dan klinis baru.
informasi
– 17 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
a Di dalam pedoman ini, ISPA yang dapat menimbulkan kekhawatiran meliputi: SARS,
infeksi
virus pada manusia
influenza baru yang(misalnya,
menyebabkankasus flu burung pada manusia), dan organisme baru
menyebabkan
yang wabah
menyebabkan dengan
ISPA yangmorbiditas
dapat dan mortalitas tinggi. Tanda-tanda klinis dan
penyakit parah
epidemiologis pada pejamu
(Bagian yang sebelumnya
IV.1):terhadap
misalnya, sehat, pajanan terhadap anggota keluarga
cluster, perjalanan, pajanan hewan yang sakit atau laboratorium.
b atau berdekatan
Ruangan dengan ISPA
Kewaspadaan parah, ruangan berventilasi
Transmisi
Airborne
meliputi mekanis maupun alami dengan =12 ACH dan arah
aliran udara terkontrol (Bagian V).
c Istilah “langkah khusus” berarti membolehkan pasien dengan tanda-tanda
diagnosis sama ditempatkan di ruangan yang sama tapi dengan pemisahan tempat =1 m.
epidemiologis dan klinis yang memperlihatkan
– 18 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
– 19 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
a ISPA yang disebabkan oleh bakteri adalah infeksi pernapasan umum yang disebabkan Streptococcus
pneumoniae, Haemophilus influenzae, ,Chlamydia danMycoplasma
spp. pneumoniae
.
oleh organisme seperti
b Saat ISPA baru teridentifikasi, cara penularannya biasanya belum diketahui. Lakukan
yang tersedia
tingkat sampaiinfeksi
pengendalian situasitertinggi
dan cara penularannya diketahui.
c Membersihkan tangan sesuai dengan Kewaspadaan Standar (lihat Lampiran C).
d Sarung tangan dan gaun pelindung harus dipakai sesuai dengan Kewaspadaan
sarung(lihat
Standar tangan mungkinC).
Lampiran melebihi persediaan, pemakaian sarung tangan harus selalu
Bila kebutuhan
dan cairan tubuh (sarung tangan tak steril), dan kontak dengan lokasi steril (sarung tangan
diprioritaskan untuk kontak dengan darah
e Bila ada kemungkinan percikan darah atau cairan tubuh lainnya dan gaun pelindung
steril).
tidak kedapsebagai
dipakai lapisankedap
air, celemek gaun air
pelindung.
harus
f Pelindung wajah (masker bedah dan pelindung mata) harus digunakan sesuai
kesehatan
dengan bila kegiatan yang dilakukan
Kewaspadaan dapat menimbulkan percikan atau cipratan darah,
mukosa mata, hidung,Standar olehatau
atau mulut; petugas
bila dengan pasien yang memperlihatkan gejala
cairan
bersin) tubuh, sekret, sekresi
dan ekskresi ke
penyakitdan cipratan
pernapasan dapatbatuk/
(misalnya, menjangkau mukosa mata, hidung, atau mulut.
g Pada saat pedoman ini disusun, belum pernah terjadi penularan flu burung tipe A dari
berkelanjutan,
manusia dan buktiefisien
yang tersedia tidak menunjukkan penularan dari manusia ke
bedah ke manusia
sudah cukupyanguntuk tindakandan perawatan rutin.
manusia melalui udara. Karena itu, masker
h Bukti yang ada sekarang menunjukkan bahwa penularan SARS di fasilitas layanan
dan kontak.
kesehatan Karenaterjadi
umumnya itu, masker
melaluibedah sudah cukup untuk tindakan perawatan rutin.
droplet
i Lihat Tabel 6.
j Sebagian prosedur yang menimbulkan aerosol terbukti berkaitan dengan peningkatan
(Tabel
risiko 6). Sampai sekarang, risiko infeksi yang berkaitan dengan prosedur yang
ISPApenularan SARS
yang disebabkan dan tuberkulosis
rhinovirus,
oleh parainfluenzae,
danadenovirus
RSV, belum diketahui. Sebagai tindakan pencegahan
menimbulkan
minimal, masker aerosol
bedahpadayangpasien ISPArapat
terpasang bakteri,
harus digunakan.
k Bila masker bedah tidak tersedia, gunakan cara lain untuk pengendalian sumber infeksi
saat batuk
(misalnya, dan bersin.tisu, atau tangan)
saputangan,
l Ini adalah patogen yang umum ditemukan pada anak-anak, yang mungkin tidak sesuai
dengan
m pelaksanaan
Gabungkan pasien
(cohorting) dengan diagnosis
rekomendasi ini. yang sama. Bila hal ini tidak memungkinkan, tempatkan tempat
secara terpisah minimal dengan
tidur pasien jarak 1 m.
n Ruang untuk KewaspadaanAirborne dapat
Transmisi
diberi ventilasi alami atau mekanis, dengan tingkat pertukaran udara yang
memadai minimal 12 ACH dan arah aliran udara terkontrol.
o Bila tersedia, ruang untuk Kewaspadaan Transmisi
Airborne
harus diprioritaskan untuk pasien infeksi yang dapat menular lewat
airborne(misalnya, tuberkulosis paru, cacar air, campak) dan untuk pasien yang terinfeksi
ISPA. organisme baru yang menyebabkan
– 20 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
a Perkuat atau bentuk komite pencegahan dan pengendalian infeksi dan program
pengendalian
pencegahan dan infeksi dengan personel terlatih untuk terus memperbarui kebijakan
dan pengendalian
pencegahan infeksi dan memantau pelaksanaannya
(35, 41-50).
Landasan pemikiran
Administrator rumah sakit dan pemerintah memainkan peran penting dalam
diperlukan
menciptakandi tingkat
kondisilembaga
yang untuk meningkatkan pencegahan penyebaran patogen yang
pelayanan kesehatan.
berkaitan dengan Pedoman tertulis, ketersediaan sumber daya yang diperlukan (staf
promosi budaya atau tradisi pelaksanaan praktik pencegahan dan pengendalian infeksi,
dan persediaan),
atau dukungan
dan kepemimpinan administrasi, semuanya menjadi sasaran perbaikan. Memperbaiki
sikap individu dan
– 21 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pelajaran dari Kejadian Luar Biasa SARS menunjukkan bahwa faktor-faktor penting
dengan
yang pelaksanaan kewaspadaan adalah persepsi petugas kesehatan bahwa fasilitas
berkaitan
kebijakan dan prosedur yang jelas, sikap dan tindakan pimpinan mengenai
mereka mempunyai
keselamatan kerja, mendapat
pentingnya kesehatan dan pelatihan prosedur pencegahan dan pengendalian infeksi
mendapat aksesdan
yang memadai, cepat untuk memperoleh bantuan dokter spesialis. Pendidikan,
staf yang memadai, budaya lembaga, dan kepemimpinan merupakan landasan untuk
persediaan yang teratur,
pencegahan dan pengendalian
meningkatkan praktik infeksi yang(57).
baikFasilitas pelayanan kesehatan harus menyusun
rencana kesiapan menghadapi unsur-unsur yang disebutkan di atas (lihat bagian VI).
a Saat memberikan pelayanan kepada pasien ISPA, kewaspadaan isolasi yang tepat
dilakukan. Kewaspadaan Standar (Lampiran C.1) adalah tindakan pencegahan dan
harus
infeksi RUTIN yang harus dilakukan pada SEMUA pasien, di SEMUA fasilitas
pengendalian
kesehatan(64). Lampiran C.1 merangkum penerapan dan prinsip Kewaspadaan Standar dalam
pelayanan
pelayanan kesehatan.
– 22 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
a Namun demikian, bila tidak tersedia cukup kamar untuk satu pasien, lakukan
khusus. Izinkan hanya pasien dengan informasi epidemiologis dan klinis yang
langkah
diagnosis sama yang boleh ditempatkan di ruang yang sama dan dengan jarak minimal 1
menunjukkan
antarpasien.
meter
a Hindari penggunaan peralatan yang sama untuk beberapa pasien, tapi bila terpaksa,
peralatan yang dapat digunakan kembali telah didisinfeksi dengan benar sebelum
pastikan
untuk pasien lain
digunakan (64).
a Pastikan pembersihan dan disinfeksi yang tepat di area-area (66)
umum
, dan membersihkan
tangan secara memadai oleh pasien, pengunjung, dan petugas kesehatan
(67, 68).
Untuk ISPA yang dapat menimbulkan kekhawatiran
a Bila kamar yang digunakan untuk isolasi ISPA yang dapat menimbulkan kekhawatiran
untuk satu pasien atau kamar pencegahan dan pengendalian infeksi melalui udara) tidak
(kamar
untuk
cukup isolasi perorangan, lakukan penggabungan, atau langkah khusus (lihat di atas).
a Bila memungkinkan, petugas kesehatan yang ditugaskan pada unit pelayanan
pasien
pasien ISPA yang dapat menimbulkan kekhawatiran harus berpengalaman dan tidak
untuk
ditugaskan ke tempat lainnya.
boleh
a Jumlah orang yang memasuki ruang isolasi, cohorting, atau langkah khusus harus
seminimal mungkin.
dibatasi (55, 69).
a Pertimbangkan untuk menyediakan peralatan sinar X jinjing di tempat yang ditentukan.
IV.2.3 Transpor pasien di dalam dan di luar fasilitas pelayanan kesehatan (FPK)
– 23 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
– 24 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
SARS
Masa infektivitas (daya tular) SARS belum diketahui dengan pasti. Walaupun telah
konversi
dilaporkanRT-PCR
bahwa menjadi negatif mungkin memerlukan waktu lama (rata-rata 30
hari), paling
hari, manfaatlama
klinis81dari konversi RT-PCR ini belum diketahui. Dalam penelitian yang
Daerah
dilakukan di Cina, Khusus Hong Kong, tidak ada SARS-CoV yang dibiakkan dari
Administrasi
pasien
spesimenyang terbukti
klinis dari terinfeksi setelah mereka tidak memperlihatkan gejala
(75). lagi
a Pada pasien SARS dengan fungsi sistem kekebalan normal, tindakan pencegahan
danpengendalian infeksi harus dilakukan saat pasien memperlihatkan (75).
gejala
ISPA yang baru muncul
a Lakukan kewaspadaan pada saat masuk rumah sakit dan lanjutkan sampai satu
setelah gejala hilang, atau sampai diperoleh bukti laboratorium bahwa tidak ada infeksi
minggu
Kewaspadaan
aktif. dan lamanya harus disesuaikan dengan informasi yang tersedia dan
lembaga kesehatan pemerintah setempat.
rekomendasi
– 25 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Semua ISPA
a Petugas kesehatan yang mengambil spesimen dari pasien harus mengenakan APD
diperlihatkan pada Tabel 1.
sebagaimana
a Spesimen yang akan dibawa harus dimasukkan ke dalam kantong spesimen anti
yang dilengkapi kantong terpisah yang dapat ditutup untuk tempat spesimen tersebut
bocor,
kantong
(yaitu, plastik spesimen
biohazard
), dengan label pasien pada wadah spesimen, dan formulir
permintaan yang ditulis dengan jelas. Untuk informasi lebih lanjut, lihat on
Guidance
regulations for the Transport of Infectious Substances 2007-2008
.1
a Petugas yang membawa spesimen harus dilatih dalam praktik penanganan yang
di:prosedur
Tersediaaman dan dekontaminasi percikan.
a Laboratorium di fasilitas pelayanan kesehatan harus mengikuti praktik BSL sesuai
http://www
jenis organisme yang ditangani
dengan
.who.int/cs (90).
r/resources/
publication
s/biosafety/
1WHO_CD
S_EPR_20
07_2/en/in – 26 –
dex.html
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pedoman WHO untuk penggunaan vaksin influenza musiman pada manusia tersedia di 4
laman WHO.
a Petugas kesehatan yang berisko tinggi mengalami komplikasi ISPA yang dapat
kekhawatiran (misalnya wanita hamil, orang dengan daya tahan tubuh rendah, dan orang
menimbulkan
mengalami penyakit jantung, paru atau penapasan) sebaiknya diberikan informasi medis
yang
dibebastugaskan dalam merawat pasien (79,
dan ISPA93, 94)
.
Rekomendasi khusus untuk fasilitas pelayanan kesehatan yang menangani pasien ISPA
yang dapat menimbulkan kekhawatiran:
a Buat daftar petugas kesehatan yang telah memberikan pelayanan kepada pasien
ISPAdapat menimbulkan kekhawatiran untuk penelusuran kontak.
yang
a Buat sistem surveilans ILI untuk petugas kesehatan. Petugas kesehatan yang
Tersedia di:harus dijauhkan dari unit yang berisiko tinggi (misalnya, unit perawatan intensif bayi
menderita ILI
http://www
Tersedia di:baru
yang lahir, unit transplantasi sel batang hemopoietis).
.who.int/cs
http://www
r/disease/a
r/resources/
.who.int/cs
1r/disease/a
vian_influe
publication
2vian_influe
nza/guideli
s/biosafety/
3
4nza/guideli
nes/handlin
nes/human
WHO_CD
gspecimens
specimens/
S_CSR_L
nes/season
/en/index.h
en/index.ht
YO_2004_
al_vaccine/ – 27 –
tml
ml
11/en/
en/
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
a Buat sistem untuk memantau kesehatan petugas kesehatan, khususnya untuk petugas
yang memberikan pelayanan kepada pasien ISPA yang dapat menimbulkan
kesehatan
dengan pelaporan diri oleh petugas kesehatan yang memperlihatkan
kekhawatiran, lihat
gejala
Lampiran
( E).
Berikan akses segera untuk mendapatkan diagnosis, konsultasi, dan perawatan bila semua
memungkinkan.
ini
a Bila profilaksis antivirus dianjurkan menurut kebijakan setempat, administrator
pelayanan kesehatan harus membuat suatu sistem untuk memberikan profilaksis
fasilitas
kepada petugas kesehatan yang terpajan pasien ISPA yang dapat menimbulkan
antivirus
Bila diperlukan, pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan harus menghubungi Dinas
kekhawatiran.
Kesehatanuntuk mendapatkan bantuan dalam memperoleh perlengkapan yang memadai
setempat
profilaksis
untuk petugas kesehatan yang memberikan pelayanan kepada pasien ISPA yang
menimbulkan kekhawatiran, sesuai dengan pedoman setempat. Rincian mengenai
dapat
profilaksis
penggunaandapat dilihat Rapid
di Advice Guidelines on pharmacological management of
humans infected with avian influenza A (H5N1)1 virus.
a Pastikan bahwa petugas kesehatan (terutama mereka yang merawat pasien ISPA yang
menimbulkan kekhawatiran) mendapatkan akses cepat untuk memperoleh vaksin baru
dapat
mencegah
untuk infeksi ISPA yang dapat menimbulkan kekhawatiran.
a Buat metode untuk memberikan dukungan tambahan kepada petugas kesehatan
dukungan emosional dan keluarga) bila diperlukan.
(misalnya,
orang dewasa. Selain itu, petugas kesehatan yang memberikan pelayanan kepada pasien
menimbulkan kekhawatiran mungkin terpajan patogen ini dan harus dipantau dan dibantu
ISPA yang dapat
bila diperlukan.
IV.3 Pencegahan dan pengendalian teknis dan lingkungan terhadap
ISPA
– 29 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
IV.3.3 Koridor
a Koridor yang sering digunakan untuk transpor pasien harus dilengkapi ventilasi yang
(97).
memadai
a APD harus digunakan dalam konteks strategi dan rekomendasi pencegahan dan
infeksi lain(98)misalnya, Kewaspadaan Standar, Kontak, Droplet,
pengendalian Airborne
atau . (64).
a Pantau kepatuhan petugas kesehatan dalam menggunakan APD dengan benar
dengan menggunakan pengamat). Ini sangat penting saat memberikan pelayanan
(misalnya,
pasien
kepadaISPA yang dapat menimbulkan kekhawatiran.
a Pelatihan yang sesuai mengenai penggunaan APD harus diadakan
(56, 98-102).
Untuk informasi lebih lengkap mengenai penyiapan ruang isolasi dan pemakaian serta
Lampiran APD,
pelepasan F. lihat
– 30 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pelindung pernapasan
a Bila pasien ISPA yang diketahui atau suspek tertular melalui udara ditempatkan
cohorting
secara di tempat yang sama atau di beberapa kamar pada unit perawatan, dan banyak pasien
yang akan dikunjungi, mungkin lebih praktis bagi petugas kesehatan bila mengenakan
respirator
satu partikulat selama melakukan kegiatannya. Dalam penggunaan seperti ini,
tidak
respirator dilepas sembarang selama kegiatan berlangsung dan pengguna respirator
boleh
boleh
tidak menyentuh respiratornya. Bila respirator basah atau kotor terkena sekresi,
tersebut harus segera diganti.
respirator
a Pelatihan khusus mengenai bagaimana memasang respirator, melakukan pemeriksaan
setiap kali memakai respirator, menghindari kontaminasi selama pemakaian
kerapatan
melepas serta
respirator, danmembuang respirator, sangat diperlukan untuk menjamin penggunaan
yang benar
respirator ( 105).
a Bila persediaan terbatas, harus diutamakan memberikan pelayanan kepada pasien
obligat dan preferensial yang ditularkan melalui udara, yaitu petugas kesehatan yang
penyakit
prosedur
melakukanyang menimbulkan aerosol yang berkaitan dengan risiko penularan patogen
sudah
yang terbukti (Lampiran A,Tabel 6). Bila respirator partikulat tidak tersedia,
prosedur yang menimbulkan aerosol yang berkaitan dengan peningkatan risiko
pelaksanaan
patogen
penularanyang sudah terbukti harus dihindari bila memungkinkan pada pasien ISPA yang
menimbulkan
dapat kekhawatiran(71,. 72, 84, 106, 107)
.
Masker bedah
a Masker bedah harus terpasang erat di wajah menutupi hidung dan mulut pemakai
dansegera
harus dibuang setelah dipakai
(108, 109). Bila masker tersebut basah atau kotor terkena
sekret, masker tersebut harus segera diganti.
Sarung tangan
a Sediakan sarung tangan untuk situasi yang menyebabkan ada kemungkinan kontak
darah, sekret pernapasan, atau cairan tubuh, termasuk selama melakukan tindakan
dengan
menimbulkan aerosol yang berkaitan dengan risiko penularan (102,
yang patogen.
110, 111).
Gaun Pelindung
a Bila persediaan gaun pelindung petugas kesehatan terbatas, penggunaan gaun pelindung
diutamakan untuk pelaksanaan prosedur yang menimbulkan aerosol yang berkaitan
harus
risiko
denganpenularan patogen dan untuk kegiatan yang berdekatan dengan pasien (misalnya, di
perawatan
unit anak-anak), atau bila ada kemungkinan seringnya kontak langsung dengan
(102,
pasien 110)
.
a Bila gaun pelindung petugas kesehatan tidak cukup, gaun pelindung petugas
juga dipakai
kesehatan bisa untuk pelayanan lebih dari satu pasien di ruang rawat gabungan saja, dan
gaun
bila pelindung tidak bersentuhan langsung dengan pasien.
Pelindung mata
a Kacamata biasa tidak dirancang untuk perlindungan percikan terhadap mukosa mata
danboleh
tidakdigunakan sebagai pelindung mata.
a Alat pelindung mata yang dapat dipakai ulang bisa digunakan (misalnya,
pelindung
pelindung wajah). Namun demikian, peralatan ini dapat menimbulkan risiko infeksi silang
mata,
tidak
bila dibersihkan dan didekontaminasi dengan benar setelah digunakan sesuai dengan
pemakaiannya
petunjuk (56)
. Pembersihan harus dilakukan sebelum disinfeksi
(112-117). Kebersihan
– 31 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
tangan harus dilakukan setelah pembuangan atau pembersihan peralatan pelindung mata
mungkin terkontaminasi oleh percikan/semburan
yang (67, 68).
Landasan pemikiran
APD dimaksudkan untuk memberikan perlindungan kepada pemakainya tetapi tidak
risiko bagi orang lain atau lingkungan. Bila APD terbatas, dan penggunaan kembali tak
boleh meningkatkan
APD dapat dipakai ulang setelah dilakukan dekontaminasi. Pakailah APD sesuai indikasi.
dapat dihindari,
– 32 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
a Dalam melakukan prosedur tersebut sebaiknya jumlah staf harus seminimal mungkin.
tersebut harus dilakukan hanya (125,
Prosedur bila 126)
:
- tersedia kamar berventilasi memadai yang cocok untuk melakukan prosedur tersebut;
-dan
tersedia APD yang sesuai. Untuk rincian mengenai APD yang dianjurkan dan
memasang dan melepasAPD, lihat Lampiran G.
bagaimana
Landasan pemikiran
Prosedur keamanan untuk jenazah yang terinfeksi ISPA yang dapat menimbulkan
sesuai dengan harus
kekhawatiran prosedur yang digunakan untuk autopsi. Secara umum, bahaya kerja
di ruang autopsi
yang telah diketahuinampaknya disebabkan oleh kontak dengan bahan infeksius,
dengan percikan ke
khususnya yang berkaitanpermukaan badan petugas kesehatan, bukan akibat inhalasi bahan
demikian, bila pasien ISPA yang dapat menimbulkan kekhawatiran meninggal
infeksius. Namun
paru dan organ lainnya mungkin masih mengandung virus yang masih hidup, dan
selama masa penularan,
tambahan diperlukan
perlindungan pernapasan selama pelaksanaan prosedur yang menimbulkan aerosol
penggunaan
partikel kecil (misalnya, pencucian usus). Karena itu, pemeriksaan
gergaji listrik, post mortem
pasien ISPA yang dapat
menimbulkan kekhawatiran perlu dilakukan dengan hati-hati sehubungan dengan
lingkungan sekitar.
– 33 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
V. Ventilasi ruangan untuk infeksi pernapasan
Sudah terbukti bahwa ruangan yang dirancang dengan ventilasi yang baik dengan
yang terkontaminasi,
pembuangan penurunan konsentrasi droplet nuklei infeksius di dalam ruangan
efektif udara
risiko infeksi. Kualitas ventilasi merupakan salah satu faktor utama yang menentukan
dapat mengurangi
ruangan isolasi
risiko pajanan (132)
di . Karena itu, perlu dipertimbangkan berbagai metode yang tersedia untuk mencapai
ventilasi yang memadai pada ruangan yang digunakan untuk mengisolasi pasien yang
ISPA
mungkinyangmenderita
tertular melalui
airborne. Pada pedoman ini, istilah “ruang Kewaspadaan Transmisi
Airborne”
digunakan untuk menyatakan suatu ruangan dengan =12 ACH dan arah aliran udara yang
dapat dicapaiyang
diharapkan, dengan ventilasi alami atau mekanis. Ruangan seperti ini dapat digunakan
pasien yang terinfeksi patogen yang ditularkan melalui udara (misalnya, tuberkulosis paru,
untuk mengisolasi
air) dan ISPA yang disebabkan oleh agen baru yang dapat menimbulkan
campak, cacar
penularannya
kekhawatiran diketahui. Ruang Kewaspadaan Transmisi
sebelum cara Airbornedapat diberi ventilasi alami atau mekanis.
Sebaliknya, bila suatu ruangan berventilasi baik (=12 ACH) tapi aliran udaranya tidak
pedoman inidalam
ditentukan, ruangan tersebut dinamakan “ruang untuk satu pasien yang berventilasi
memadai”.
Walaupun standar ventilasi yang memadai di ruang isolasi telah ditetapkan sebesar(1-3),
penurunan
12 ACH risiko infeksi yang sebenarnya perlu diteliti lebih lanjut. Yang terpenting adalah
(yaitu,
tingkatACH)
ventilasidalam ruang bila ada kemungkinan penularan droplet nuklei. Tabel 2
mengenai hubungan
memberikan informasi tingkat ventilasi dengan penurunan konsentrasi droplet nuklei di
tingkat
ruang isolasi dengan berbeda, dengan menggunakan persamaan penurunan(133).
ventilasi yang konsentrasi
Asumsi untuk
persamaan ini adalah: 1) ACH tetap konstan; dan 2) konsentrasi droplet nuklei di ruang
(biasanyaseragam
tertutup tidak demikian dalam situasi yang sebenarnya). Dengan menggunakan
konsentrasi, terjadi penguraian 10 kali dalam 10 menit dengan 15 ACH. Karena kuantitas
persamaan penurunan
yang dihasilkan
atau jumlah partikel tidak seragam di fasilitas pelayanan kesehatan, ventilasi yang memadai
tetapi tidak menghilangkan
dapat mengurangi risiko infeksi, dan dengan demikian diperlukan APD yang
sesuai.
Tabel 2. Penurunan konsentrasi droplet nuklei di ruang isolasi tertutup dengan
tingkat dan lama ventilasi lingkungan yang berbeda (133)
– 34 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
V.1 Konsep dan prinsip umum
– 35 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
a Kondisi iklim
- Efektivitas ventilasi alami tergantung pada kecepatan angin dan/atau temperatur
yang memadai di lingkungan luar fasilitas pelayanan kesehatan
sekitar (138). Daerah bersuhu
ekstrem dan kecepatan angin yang selalu rendah tidak cocok untuk penggunaan ventilasi
alami.
Sistem ventilasi
nCocok untuk semua iklim dan cuaca nBiaya modal, operasional, dan
pemeliharaan yang lebih murah
nLingkungan yang lebih terkontrol
dan nyaman nDapat mencapai tingkat ventilasi yang
sangat tinggi sehingga dapat membuang
sepenuhnya polutan dalam gedung
nKontrol lingkungan oleh penghuni
Prinsip ventilasi alami adalah menghasilkan dan meningkatkan aliran udara luar gedung
alami seperti gaya
menggunakan caraangin dan gaya apung termal dari satu lubang ke lubang lain untuk
diharapkan.
mencapai ACH yang adanya ventilasi sentral dan pengkondisian udara, bangsal
Sebelum
tempat
rumah perawatan untuk pasien tuberkulosis, semuanya dilengkapi ventilasi
sakit, termasuk (139).alami
Penelitian terbaru
mengenai sistem ventilasi alami di Peru menunjukkan bahwa ventilasi alami efektif
tuberkulosis di rumah sakit
mengurangi penularan (140).
Untuk penggunaan di ruang isolasi, ada dua kekurangan utama pada sistem ventilasi
alami: Tingkat ACH yang dihasilkan ventilasi alami bervariasi.
n
nTekanan negatif diperlukan untuk Kewaspadaan Transmisi
Airborne(2-4), dan ventilasi alami
tidak dapat menghasilkan tekanan negatif.
Walaupun di kamar yang berventilasi alami ACH bisa sangat bervariasi, gedung
alami
denganmodern
sistem (bila dirancang dan dioperasikan dengan benar), dapat mencapai
ventilasi
tingkat pergantian udara
– 36 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
yang sangat tinggi dengan menggunakan gaya alami, yang jauh melebihi persyaratan
Dalam sebuah
minimal penelitian yang dilakukan di Cina, Daerah Administrasi Khusus Hong
12 ACH.
di
Kong (Tabel 4), ACHjendela terbuka dan pintu terbuka terbukti sangat tinggi (komunikasi
bangsal dengan
Seto WH,
pribadi: and H,
Qian, Li Y).
Tabel 4. Pertukaran udara per jam (ACH) di kamar berventilasi
alami yang tercatat pada sebuah eksperimen di Cina,
DAK Hong Kong
* Komunikasi pribadi, Qian, H, Seto WH, and Li Y, Universitas Hong Kong dan Rumah
Queen Mary.
Sakit
Pada ventilasi mekanis, lingkungan tekanan negatif di ruang isolasi diperlukan sebagai
aliran udara masuk
cara menghasilkan(3). Bila tidak ada tekanan negatif, aliran udaranya terjadi ke berbagai arah, ke dalam
dan ke luar ruang isolasi melalui udara yang berventilasi alami. Namun demikian,
TransmisiAirborneyang berventilasi alami dapat dirancang untuk menghasilkan arah aliran udara yang
ruang Kewaspadaan
diharapkan, yaitu dari tempat perawatan pasien ke tempat yang tidak dilalui orang,
penguraian cepat udara yang terkontaminasi ke lingkungan sekitar dan udara terbuka.
atau memungkinkan
Pilihan tempat isolasi dan penempatan pasien di dalam ruang isolasi harus direncanakan
dirancang untuk
dengan teliti dan lebih mengurangi risiko infeksi bagi orang-orang di(141)sekitarnya
. Saat merancang
suatu fasilitas pelayanan kesehatan, sebaiknya tempat isolasi ditempatkan jauh dari
sakit yang lainrumah
bagian-bagian dan dibangun di tempat yang diperkirakan mempunyai karakteristik
sepanjang
angin yang baik Udara harus diarahkan dari tempat perawatan pasien ke tempat
tahun.
yang jarang
terbuka digunakan
di luar gedunguntuk lalu-lalang orang. Di dalam ruang KewaspadaanAirborne
Transmisi
, pasien
harus ditempatkan dekat dinding luar dekat jendela terbuka, bukan dekat dinding
memperlihatkan
dalam. Gambar 2ruang Kewaspadaan Transmisi Airbornedengan ventilasi alami yang dihasilkan dengan
membuka jendela dan pintu menuju koridor.
Pertimbangan lain yang berkaitan dengan penggunaan ventilasi alami adalah pajanan
vektor
pasien artropoda
terhadap (misalnya, nyamuk) di daerah endemi. Penggunaan kelambu dan
vektor lainnya dapat membantu mengurangi risiko penularan penyakit melalui vektor.
langkah pencegahan
– 37 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Gambar 2. Ilustrasi arah aliran udara yang diharapkan di ruang isolasi berventilasi
alami yang dirancang dengan benar (dihasilkan dengan membuka
jendela dan pintu di antara ruang isolasi dan koridor)
Toilet
Ruang Isolasi
Koridor
Untuk mendapatkan rincian mengenai prinsip dan rancangan ventilasi alami, lihat .
Lampiran B
– 38 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
V.3 Penggunaan exhaust fan di ruang isolasi
Tabel 5. Tingkat ventilasi (ACH) di kamar berventilasi alami yang tercatat dalam
sebuah eksperimen di Cina, DAK Hong Kong, dalam kondisi eksperimen
yang berbeda*
– 39 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
V.5 Kesimpulan
nJenis ventilasi ruangan harus dipertimbangkan dengan cermat saat merancang suatu
pelayanan kesehatan. Ventilasi adalah strategi pencegahan dan pengendalian infeksi
fasilitas
penting
yang untuk penyakit yang mungkin ditularkan melalui droplet nuklei, dan
bukan
manfaatnya untuk keperluan isolasi tapi juga untuk keamanan areal lain di fasilitas
hanya
kesehatan
pelayanan tersebut(3).
nBila ruang Kewaspadaan Transmisi Airborne
berventilasi mekanis, perlu dipastikan bahwa
sistem ventilasinya berfungsi dengan baik melalui pemantauan berkala.
nTidak tersedia data yang memadai mengenai dampak dari sistem ventilasi yang
terhadap penurunan risiko infeksi. Perbandingan efektivitas dari berbagai sistem
berbeda
harus diteliti.
ventilasi
Kejadian Luar Biasa (KLB) SARS baru-baru ini dan ancaman pandemi influenza
pentingnya
telah kesiapan dalam menghadapi penyakit menular. Fasilitas pelayanan
membuktikan
mempersiapkan
kesehatan harusdiri menghadapi keadaan darurat penyakit menular(144-147)
dengan:
nmengatur kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi yang permanen, surveilans,
pelatihan personel khusus dan staf klinis;
dan
nmembentuk kelompok fasilitas pelayanan kesehatan multidisipliner untuk menyusun
kesiapan;
rencana
nmenyusun rencana kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan;
nmelakukan evaluasi rencana, latihan pemantauan, dan pemutakhiran; dan
nmemperkuat hubungan dengan berbagai tingkat sistem pelayanan kesehatan/non-
yang terkait.
kesehatan
Landasan pemikiran
Bila pencegahan awal virus saluran pernapasan baru yang cenderung menjadi
dan mengingat sebagian
epidemi/pandemi gagal, besar orang tidak mempunyai kekebalan terhadap patogen
penduduk,
ini, sebagian besar petugas kesehatan, mungkin jatuh sakit dan memerlukan tingkat
termasuk
yang berbeda.
pelayanan Hal ini akan menimbulkan tantangan dalam penanganan pasien dan
kesehatan
penularan yang
pencegahan risiko berkaitan dengan pelayanan kesehatan. Kesiapan fasilitas pelayanan
sebagai bagian penting
kesehatan dianggap dari rencana kesiapan pandemi(148,
umum 149)
. Tujuan utamanya adalah:
nmengidentifikasi, mengisolasi, dan melaporkan kasus awal virus ISPA yang cenderung
epidemi/pandemi;
menjadi
nmenjaga agar sistem pelayanan kesehatan tetap dapat melayani pasien pandemi atau
pandemi; dan
non-
nmengurangi risiko penularan ISPA pandemik yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan.
Kemampuan fasilitas pelayanan kesehatan memberikan respons yang efisien terhadap
pandemi sangat
ancaman epidemitergantung
atau pada standar pelayanan yang ada. Pelaksanaan langkah-
terjadinya wabah menghadapi
langkah tambahan selama banyak tantangan, dan tidak adanya standar pelayanan
menghambat usaha respons epidemi/pandemi. Dengan demikian, kesiapan merespons
yang efektif dapat
ISPA terletak
ancaman pandemi pada peningkatan kemampuan deteksi dini berkelanjutan terhadap
yang aman di fasilitas
episode dan pelayanan pelayanan kesehatan tersebut. Promosi Kewaspadaan Standar rutin
kesehatan adalah
dalam pelayanan landasan untuk mengurangi penyebaran patogen dan harus ditingkatkan
untuk membantu
di seluruh dunia kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan menghadapi kemungkinan
pandemi.
VI.1 Rencana kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan menghadapi
pandemi ISPA
– 41 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
a. Surveilans
nMemprioritaskan penetapan metode untuk memastikan pengenalan dini dan
ISPA yangpasien
penelitian dapat menimbulkan pandemi
(31, 32).
nMenghubungkan sistem surveilans penyakit menular berbasis rumah sakit dengan sistem
penyakit menular lembaga kesehatan pemerintah, dan melaporkan segera semua informasi
surveilans
yang tersedia mengenai kasus ISPA yang cenderung menjadi pandemi kepada lembaga
penting
pemerintah,
kesehatan sesuai dengan Lampiran 1 Peraturan Kesehatan Internasional
(2005),
1
nLembaga kesehatan pemerintah juga harus terus memberikan informasi kepada fasilitas
kesehatan mengenai epidemi yang terjadi.
pelayanan
nSelain langkah di atas, untuk kesiapan menghadapi pandemi influenza, fasilitas
kesehatan harus:
pelayanan
- meningkatkan surveilans ILI (
lihatLampiran E)(144, 150);
- merumuskan kriteria yang akan mengubah surveilans episode influenza yang dapat
menimbulkan kekhawatiran (misalnya, episode flu burung pada manusia) dari pasif ke
(144, 147, 151)
aktif .
– 42 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
– 43 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
– 44 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Lampiran A. Pelindung pernapasan
Aerosol dihasilkan bila aliran udara bergerak melalui permukaan suatu lapisan cairan,
partikel-partikel
yang menimbulkan kecil pada pertemuan permukaan udara dan cairan. Ukuran partikel
dengan kecepatan
berbanding udara. Karena itu, bila suatu prosedur menyebabkan udara bergerak
terbalik
di atas mukosa dan
dengan kecepatan tinggiepitelium pernapasan, ada risiko timbulnya aerosol kecil (misalnya,
droplet nuklei).
Suatu prosedur yang menimbulkan aerosol didefinisikan sebagai semua prosedur yang
pasien yang
dilakukan dapat menimbulkan aerosol dengan berbagai ukuran, termasuk droplet nuklei.
terhadap
medis telah dilaporkan menimbulkan aerosol
Beberapa prosedur (71, 72, 100, 107, 143, 168-178),
dan sebagian dilaporkan
berkaitan dengan peningkatan risiko penularan patogen (Tabel (71, 72,
6) 100, 107, 130, 143, 168, 169,
171, 172, 174-182). Banyak penelitian selanjutnya mempunyai kelemahan metodologis yang signifikan
sehingga kesimpulan penelitian ini tidak dapat digunakan untuk membuat rekomendasi.
yang berkaitan
Sebenarnya, dengan berbagai prosedur yang menimbulkan aerosol belum diketahui
risiko
pemahaman
dengan pasti, danmengenai aerobiologi prosedur yang menimbulkan aerosol dapat
sejalan
berubah dan berkembangselanjutnya di bidang tersebut. Tabel 6 memperlihatkan beberapa
dengan penelitian
mengkaji
penelitian risiko
yang infeksi yang berkaitan dengan prosedur ini. Di dalam pedoman ini, istilah
menimbulkan
“prosedur yangaerosol yang berkaitan dengan peningkatan risiko penularan patogen
merujuk
yang sudahpada pelaksanaan prosedur berikut pada pasien ISPA:
terbukti”
nintubasi dan prosedur lain yang terkait (misalnya, ventilasi manual, pengisapan)
(71, 72, 169);
nresusitasi jantung dan paru-paru (169);
nbronkoskopi (174, 175) ;
npembedahan dan autopsi (130, 178).
– 45 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
nAPD harus menutupi badan, lengan, tangan, mata, hidung, dan mulut, dan harus
gaun pelindung lengan panjang, sarung tangan sekali pakai, pelindung mata
meliputi
kacamata
(misalnya,pelindung, pelindung wajah), dan pelindung pernapasan. Penutup rambut juga
digunakan.
bisa
nRespirator partikulat yang setidaknya setara dengan tingkat perlindungan respirator
NIOSH N95, EU FFP2 atau yang setara (lihat bagian A2 untuk informasi lebih lanjut)
bersertifikat-
tingkat perlindungan pernapasan minimal yang disyaratkan bagi petugas kesehatan
adalah
melakukan
yang prosedur yang menimbulkan aerosol yang berkaitan dengan peningkatan
penularan
risiko patogen pernapasan yang sudah terbukti.
Respirator partikulat
nPetugas kesehatan yang merawat pasien yang terinfeksi organisme yang belum
cara penularannya, atau patogen yang diketahui atau suspek menular
diketahui airborne
melalui
, atau
saat melakukan prosedur yang menimbulkan aerosol, harus memilih peralatan
pernapasan
pelindung terbaik, sebaiknya respirator partikulat.
nKetepatan dan kerapatan respirator partikulat sekali pakai sangat penting agar berfungsi
Bila ketepatan dan kerapatannya tidak memadai, partikel-partikel yang terbawa udara
efektif.
terhirup melalui celah-celah, dan respirator partikulat tersebut mungkin tidak efektif.
dapat
nPengguna respirator partikulat harus dilatih bagaimana menggunakan peralatan
(misalnya, cara memasang respirator, cara menghindari kontaminasi tak sengaja saat
tersebut
menggunakan dan membukanya, dan cara mendapatkan kerapatan (105)
terbaik)
. Pelaksanaan
pengujian ketepatan untuk meningkatkan kepatuhan petugas kesehatan terhadap cara
penggunaan respirator yang benar telah diteliti dan belum terbukti sebagai cara yang
untuk
efektif meningkatkan kepatuhan. Rumah sakit harus mematuhi peraturan setempat
berkaitan dengan pelaksanaan uji ketepatan.
yang
nPemeriksaan kerapatan oleh pengguna harus dilakukan setiap kali menggunakan
partikulat sekali pakai
respirator lihat
( Gambar 4).
– 46 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
– 47 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
nBulu wajah menghambat ketepatan respirator, dan kerapatan mungkin tidak terpenuhi,
mengurangi efisiensi respirator partikulat. Petugas kesehatan yang struktur wajahnya
sehingga
normal mungkin juga tidak dapat memperoleh kerapatan yang memadai dan memerlukan
tidak
lain
cara untuk perlindungan pernapasan.
nContoh respirator partikulat sekali pakai yang dapat digunakan di berbagai negara
- Australia/Selandia Baru: P2 (94%), P3 (99.95%)
meliputi:
- Cina: II (95%), I (99%)
- Uni Eropa: respirator bersertifikat CE kelas 2 (FFP2) (95%), atau kelas 3 (FFP3)
(99,7%)
- Jepang: kelas 2 (95%), kelas 3 (99.9%)
- Republik Korea: kelas 1 (94%), khusus (99.95%)
- Amerika Serikat: N95 bersertifikat NIOSH (95%), N99 (99%), N100 (99,7%).
nMasker bedah adalah masker biasa/berlipat (sebagian seperti cangkir) yang dipasang ke
dengan tali pengikat. Masker bedah diperlukan saat memberikan pelayanan kepada
kepala
yang terinfeksi patogen yang ditularkan melalui droplet dan/atau sebagai bagian dari
pasien
wajah selama kegiatan perawatan pasien yang mungkin menimbulkan percikan darah,
pelindung
tubuh,
cairan sekresi, atau ekskresi.
nMasker bedah mungkin tidak dapat memberikan perlindungan pernapasan yang
terhadap aerosol partikel kecil (droplet nuklei) dan tidak boleh digunakan saat
memadai
pelayanan
memberikankepada pasien penyakit yang disebabkan oleh patogen yang ditularkan
udara kecuali bila respirator partikulat tidak tersedia
melalui (184-186)
.
nMasker bedah tidak dirancang untuk memberikan perlindungan wajah dan dengan
tidak mencegah kebocoran pada bagian tepi masker saat penggunanya menarik napas,
demikian
mungkin tidak dapat memberikan perlindungan terhadap droplet
yang (187)
nuklei
.
nMasker bedah harus diganti bila sudah basah atau kotor.
Standar masker bedah
Masker bedah melindungi hidung dan mulut pemakainya dari pajanan tak sengaja (yaitu,
darah danterhadap
percikan) cairan tubuh lainnya. Namun demikian, tidak ada standar minimal
untuk menentukan efisiensi penyaring masker, dan terdapat efisiensi penyaring yang
metode pengujian standar
masker yang tersedia.
berbeda di antara Sebagai contoh standar, AORN merekomendasikan bahwa partikel
bedah minimal
penyaring masker0,3 µ untuk penggunaan biasa dan 0,1 µ untuk penggunaan laser (yaitu,
pemakainya terhadap
untuk melindungi asap laser), atau mempunyai efisiensi penyaringan bakteri 90–
masker bedah dikategorikan
95%. Selanjutnya, sebagai peralatan medis di Amerika Serikat dan diatur oleh
Obat dan
Badan Makanan (FDA). Standar FDA untuk masker bedah adalah sebagai berikut:
Pengawas
– 48 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
nKemudahan terbakar
- Bahan dengan tingkat kemudahan terbakar Kelas 1 dan Kelas 2 yang digunakan di ruang
operasi (OR).
- Tingkat kemudahan terbakar Kelas 4 tidak cocok digunakan di OR (biasanya diberi
label“bukan untuk digunakan di OR”
).
nKecocokan biologis1
– 49 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Lampiran B. Prinsip dan rancangan ventilasi alami
Dua cara menghasilkan ventilasi alami: tekanan angin dan tekanan (188)
cerobong
.
Tekanan angin
Saat angin menerpa sebuah gedung, angin tersebut menimbulkan tekanan positif
terkena angin danyang
pada permukaan tekanan negatif pada permukaan yang tidak terkena angin. Hal
mengalir masuk
ini membuat udaramelalui lubang yang terkena angin di gedung tersebut ke lubang
bagian
bertekanan rendah pada angin (Gambar 5). Tekanan angin untuk gedung sederhana
yang tidak terkena
(189). Untuk
dapat gedung sederhana, data yang diperoleh dari pengujian terowongan angin
diperkirakan
secara langsung. Untuk gedung kompleks, pengujian terowongan angin
dapat digunakan (188)datau
inamika influenzaida
komputasional (190)mungkin diperlukan.
Gambar 5. Arah aliran udara yang ditimbulkan angin pada sebuah gedung (189)
Arah Agin _ _
_ _
_
+ _
+
Untuk ventilasi satu sisi, seperti diperlihatkan pada Gambar 6, tidak ada pengaruh dari
rata,
tekanantetapi
anginhanya
rata- dari komponen-komponen yang berfluktuasi. Karena itu, tingkat
dihasilkan
aliran mungkin
ventilasi yangjauh lebih rendah daripada tingkat aliran ventilasi yang dapat dicapai
silang.
denganRancangan
ventilasi ventilasi satu sisi ini, yang merupakan rancangan yang paling sering
sakit,
terlihattidak dapat menimbulkan perbedaan tekanan untuk menghasilkan aliran udara
di rumah
gedung,
konstan melalui menimbulkan fluktuasi tekanan dan aliran bergolak. Kondisi ini dapat
tapi dapat
memasangdengan
diperbaiki lubang ventilasi atau
exhaust fanuntuk meningkatkan ACH (189).
Gambar 6. Turbulensi dan fluktuasi tekanan menghasilkan
(189)
aliran udara satu sisi
Arah Agin
– 50 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Tekanan cerobong
Tekanan cerobong dihasilkan oleh perbedaan temperatur udara dan kelembaban
dan
antaradi udara
luar gedung.
di dalamPerbedaan ini berkaitan dengan perbedaan kepadatan udara
dan di luar gedung
antara udara di dalam yang menyebabkan ketidakseimbangan gradien tekanan kolom
Ketidakseimbangan
udara dalam dan luar. menyebabkan perbedaan tekanan vertikal.
Seperti diperlihatkan pada Gambar 7A, bila udara ruangan lebih panas daripada udara luar,
lebih
udara ringan
ruangandan naik. Udara memasuki gedung melalui lubang yang lebih rendah dan
yang lebih
keluar daritinggi.
lubang
Arah aliran berbalik bila udara ruangan lebih dingin daripada udara luar (Gambar 7B).
udara
Dalamruangan lebih berat daripada udara luar. Udara memasuki gedung melalui lubang
situasi ini,
yang lebih tinggilubang yang lebih rendah. Dalam praktiknya, tekanan angin dan cerobong
dan keluar dari
baik
dapatsaling mendukung atau pun saling berlawanan
berinteraksi, (191).
Gambar 7. Cerobong yang menghasilkan aliran udara di dalam gedung: A) udara
di dalam gedung lebih panas daripada udara luar; dan B) udara di
dalam gedung lebih dingin daripada udara luar
Temperatur
udara di Bidang
dalam gedung tekanan
lebih tinggi netral
daripada di
luar gedung
Temperatur
udara di Bidang
dalam gedung tekanan
lebih tinggi netral
daripada di
luar gedung
Seperti telah disebutkan sebelumnya, rancangan ventilasi alami sangat penting untuk
yang memadai
mencapai dan juga untuk mengurangi risiko penyebaran infeksi pernapasan.
ventilasi
dilakukan mengenai
Analisis cermat harus angin yang ada (ketersediaan angin). Ada tiga jenjang proses
dengan
rancangan yang berkaitan alami
rancangan ventilasi (135-137):
– 51 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
1. Rancangan lokasi
Rancangan lokasi mencakup lokasi gedung, tata letak, arah, dan pertamanan, yang
menggunakan
paling efektif pola aliran udara alami di lokasi tersebut untuk meningkatkan potensi
alami.
ventilasi
2. Rancangan gedung
Rancangan gedung mencakup tipe gedung, fungsi gedung, bentuk gedung, selubung
ventilasi alami, distribusi internal ruang dan fungsi, massa panas, pemanasan, ventilasi,
gedung, strategi
pengkondisian
dan sistem udara (HVAC) (kalau ada).
Ada beberapa teknik dasar ventilasi alami. Sejumlah pilihan ventilasi alami mungkin
insinyur
berguna dan
bagi sebagai
para solusi rancangan mereka dapat menyesuaikan teknik tertentu
berdasarkan
untuk gedung tertentu dan kekurangan masing-masing pilihan. Untuk rancangan
kelebihan
kombinasiberbagai
tertentu, mungkin dapat digunakan untuk rancangan lokasi dan gedung. Metode dasar
digunakan
yang palingadalah
seringrancangan ventilasi silang dan metode cerobong pasif.
Ventilasi silang
Ventilasi silang memungkinkan udara luar gedung mengalir melalui suatu ruangan dari
berkat
satu sisigaya angin.
ke sisi lain Ini biasanya dapat dicapai dengan menempatkan dua lubang yang
satu diberhadapan,
saling bagian yang terkena angin dan satu lagi di bagian yang tidak terkena angin.
ruang
Jendela besar di
tengah sisi yang terkena angin akan menciptakan efek cerobong sehingga
untuk
banyak
menghasilkan lebih Partisi ruang dalam dan perabot tidak boleh menghambat aliran
udara masuk.
besar
udara.harus
Ruang selalu dilengkapi jendela-jendela besar pada dinding yang saling berhadapan.
terbuka
Sebagai ketentuan umum, ACH untuk ventilasi alami yang dihasilkan angin melalui suatu
lubang (misalnya,
ruang dengan dua satu jendela dan satu pintu) yang saling berhadapan, dapat dihitung
sebagai berikut:
kecepatan angin
(m/det) x luas lubang yang lebih kecil x 3600
Tingkat pergantian udara = 0.8 x
volume ruangan
Metode lain
Metode lainnya adalah ventilasi atrium, cerobong matahari, dan menara angin, dan dapat
rancangan
dipadukan gedung
dengan untuk meningkatkan efektivitas ventilasi alami (lihat Gambar 8).
– 52 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Gambar 8. Ilustrasi sistem ventilasi alami dan gabungan yang berbeda (dari
Professor Martin Liddament, komunikasi pribadi) (189)
Ventilasi Alami
P ip a pa na s /di ng in
nUkuran lubang harus dirancang untuk mencapai tingkat aliran ventilasi yang
berdasarkan geometri tertentu, iklim, dan data rancangan gedung. Ukuran lubang juga
diperlukan
oleh distribusi lubang, yang merupakan bagian dari strategi ventilasi.
ditentukan
– 53 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
nMetode untuk memperkirakan tingkat aliran ventilasi bisa langsung dan tak langsung.
- Metode langsung, yang juga disebut “metode eksplisit,”
(192)dihasilkan dari solusi analitis
untuk ventilasi pada gedung sederhana. Tingkat aliran ventilasi dapat ditentukan oleh
parameter.
beberapa
- Metode tak langsung menggunakan model jaringan untuk memperkirakan efek dari
ukuran lubang yang berbeda, dan kemudian mengidentifikasi ukuran optimumnya
kombinasi (193).
- Efek perbedaan temperatur antara udara di dalam gedung dan di luar gedung juga perlu
Umumnya, temperatur udara di dalam gedung harus dipertahankan pada tingkat yang
dibahas.
(194), misalnya, antara 20°C sampai 28°C. Ini berarti besarnya perbedaan temperatur udara
nyaman
ditentukan oleh temperatur udara di luar gedung. Selama musim dingin di daerah
dingin,
beriklimtemperatur udara di luar gedung bisa sangat rendah, dan terdapat gaya dorong
lebih
yang besar untuk menghasilkan ventilasi alami. Ini berarti bahwa luas lubang yang kecil
digunakan
dapat di daerah beriklim dingin. Selain itu, harus diperhatikan bahwa udara dingin
bisa masuk dan pra-pemanasan udara di luar gedung mungkin diperlukan, seperti
tidak
memasang
dengan alat pemanas tepat di bawah saluran masuk ventilasi, misalnya di bawah
jendela.
lubang Pada musim semi dan musim gugur di daerah beriklim sedang, temperatur udara
gedung
di luar mungkin sangat mendekati temperatur udara di dalam gedung, dan gaya
(perbedaan
dorongnya tekanannya) mungkin sangat kecil.
– 54 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Lampiran C. Pencegahan dan pengendalian infeksi secara
rutin dan spesifik
Kewaspadaan Standar
(64)adalah tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi
rutinyang harus
dilakukan pada
SEMUApasien, diSEMUAfasilitas pelayanan kesehatan.
Landasan pemikiran
Kewaspadaan Standar adalah tindakan dasar pencegahan dan pengendalian infeksi
kesehatan. Tindakan ini ditujukan untuk mengurangi penyebaran infeksi yang berkaitan
dalam pelayanan
kesehatan dan
dengan pelayanan untuk menghindari kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, sekresi dan
kulit
ekskresi, serta tidak utuh kecuali keringat. Wabah SARS menunjukkan sangat
pasien yang
pencegahan dan pengendalian
pentingnya tindakan dasar infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan. Penularan SARS di
kesehatan sering disebabkan oleh tidak dilakukannya Kewaspadaan Standar. Ancaman
fasilitas pelayanan
pernapasan menular membuat peningkatan Kewaspadaan Standar menjadi lebih penting
munculnya penyakit
dan upaya ini
dari sebelumnya,harus menjadi prioritas di semua fasilitas pelayanan kesehatan.
nSECARA RUTIN LAKUKAN PENILAIAN risiko pajanan cairan tubuh atau permukaan
terkontaminasi SEBELUM melakukan kegiatan pelayanan kesehatan.
yang
nPilih APD berdasarkan penilaian risiko.
nSediakan APD yang sesuai apabila terjadi keadaan darurat yang tak terduga.
Sarung tangan
nSarung tangan harus digunakan apabila diperkirakan akan terjadi kontak dengan darah,
tubuh, sekret, ekskresi, membran mukosa, atau kulit yang tidak utuh.
cairan
nGanti sarung tangan di antara pelaksanaan tugas dan prosedur pada pasien yang sama
kontak dengan bahan yang mungkin infeksius.
setelah
nBuka sarung tangan setelah digunakan, sebelum menyentuh benda dan permukaan yang
terkontaminasi, dan sebelum melayani pasien lain.
tidak
nBersihkan tangan segera setelah melepas sarung tangan.
Pelindung wajah
Gunakan pelindung wajah, seperti masker bedah dan pelindung mata (pelindung wajah,
untuk
kacamatamelindungi membran konjungtiva dan mukosa hidung, mata, dan mulut
pelindung),
kegiatan yang dapat
selama berlangsungnya menimbulkan percikan darah, cairan tubuh, sekret, atau ekskresi.
pelayanan dengan
Saat memberikan kontak yang dekat dengan pasien yang memperlihatkan gejala
(misalnya, batuk/bersin),
infeksi pernapasan percikan sekresi dapat terjadi dan pelindung mata harus
digunakan.
Tersedia di:
Gaun pelindung
http://www
nGunakan gaun pelindung untuk melindungi kulit dan mencegah kontaminasi pakaian
.who.int/pa kegiatan yang mungkin menimbulkan percikan darah, cairan tubuh, sekret, atau ekskresi.
selama
tientsafety/
informatio
1n_centre/g
hhad_down
load/en/ind – 56 –
ex.html
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
nPilih gaun pelindung yang cocok untuk kegiatan yang akan dilakukan dan banyaknya
yang mungkin dihadapi. Bila gaun pelindung yang digunakan tidak tahan cairan,
cairan
tahan air harus digunakan sebagai pelapis gaun pelindung bila diperkirakan akan
celemek
percikan
terjadi dan semburan bahan yang mungkin infeksius.
nSegera lepas gaun pelindung yang kotor, letakkan di dalam tempat limbah atau tempat
kotor (yang sesuai), dan bersihkan tangan.
pakaian
– 57 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
– 58 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Definisi limbah klinis (infeksius) bisa berbeda sesuai dengan peraturan dan undang-
undang setempat.
nLimbah harus diklasifikasikan sesuai dengan undang-undang dan peraturan nasional
negara bagian/wilayah setempat. Bila limbah dari pasien yang terinfeksi ISPA
atau
sebagai limbah infeksius, maka semua limbah dari tempat perawatan pasien harus
diklasifikasikan
sebagai
dianggaplimbah klinis dan harus ditangani dan dibuang sesuai dengan kebijakan
pelayanan
fasilitas kesehatan dan sesuai dengan peraturan nasional mengenai limbah(4) seperti
. ini
nFeses harus ditangani dengan hati-hati untuk menghindari kemungkinan aerosolisasi
saat membuang feses dari bejana sorong, kamar kecil, pakaian, atau menyemprot alas
(misalnya,
urin sekali pakai dengan air)
penyerap (212).
– 59 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
nLimbah cair seperti urin atau limbah padat feses dapat dibuang ke sistem pembuangan
bila tersedia sistem pembuangan limbah yang memadai
limbah, (218, 219)
.
nPetugas kesehatan harus menggunakan APD yang sesuai bila ada risiko
selama penanganan limbah
percikan/semburan (64).
C.1.6 Membungkus dan membawa peralatan perawatan pasien, linen dan cucian,
dan limbah dari tempat isolasi
nMasukkan peralatan yang sudah digunakan dan linen kotor serta limbah langsung ke
wadah atau kantong di ruang isolasi.
dalam
nBungkus peralatan yang sudah digunakan dan linen kotor serta limbah tersebut dengan
yang dapat mencegah wadah atau kantong tersebut terbuka saat dibawa.
cara
nSatu lapis bungkusan sudah cukup asalkan peralatan yang sudah digunakan dan linen
serta limbah tersebut dapat dimasukkan ke dalam kantong tanpa mengotori bagian luar
kotor
tersebut.
kantong Bungkusan dua lapis tidak diperlukan.
nSemua petugas yang menangani peralatan yang sudah digunakan dan linen kotor serta
tersebut harus menerapkan Kewaspadaan Standar dan membersihkan tangan setelah
limbah
APD.
melepas
– 60 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
C.2 Kewaspadaan Droplet (64)
Patogen pernapasan yang ditularkan melalui droplet besar meliputi adenovirus, virus
SARS, danmanusia,
influenza virus flu burung tipe A (H5N1). Infeksi adenovirus lebih sering terjadi pada
influenza maupun
anak-anak, sedangkan SARS dapat terjadi pada orang dewasa maupun anak-anak. Selama
virus manusia
pandemi yang bersirkulasi dapat ditularkan dengan cara yang sama dengan virus
influenza,
influenza musiman, Kewaspadaan Droplet harus dilaksanakan sebagai tambahan
dan dengan demikian
Kewaspadaan Standar. Droplet meliputi:
Kewaspadaan Transmisi
n APD: penggunaan masker bedah bila bekerja dalam radius 1 m dari (101,
pasien
220-222)
.
Akan lebih praktis, apabila masker bedah dipakai saat memasuki ruang pasien.
n Penempatan pasien : di ruang untuk satu pasien atau gabungkan pasien-pasien yang diagnosis
penyebab penyakitnya sama. Bila diagnosis penyebab penyakit tidak mungkin
kelompokkan pasien yang diagnosis klinisnya sama dan didasarkan pada faktor-faktor
dilakukan,
epidemiologis,
risiko dengan jarak pemisahan >1m.
n Transport pasien : batasi pergerakan pasien; pasien harus menggunakan masker bedah di luar
ruang pasien.
Selain penularan melalui droplet besar, sebagian patogen pernapasan umum [misalnya,
danRespiratory
virus Syncytial Virus (RSV)
parainfluenza dapat ditularkan melalui kontak, terutama kontaminasi tangan dan
inokulasi tak sengaja pada mukosa konjungtiva atau hidung. Penularan melalui kontak
dalam infeksi
bisa juga SARS dan virus flu burung tipe A (H5N1).
berperan
Kewaspadaan Kontak meliputi:
n APD: (pasang saat memasuki kamar dan lepas saat meninggalkan kamar)
- Sarung tangan: sarung tangan karet bersih non-steril harus digunakan dan dibuang
kontak dengan pasien
setelah
- Gaun pelindung:
n Gaun pelindung sekali pakai yang terbuat dari serat sintetis, atau gaun pelindung
linen yang dapat dicuci dapat digunakan. Pastikan gaun pelindung tersebut sesuai
ukurannya sehingga benar-benar menutupi bagian-bagian yang harus dilindungi.
n Gaun pelindung sebaiknya sekali pakai dan kemudian masukkan ke wadah limbah
atau cucian yang sesuai dan bersihkan tangan.
n Celemek harus digunakan hanya bila gaun pelindung yang dipakai dapat ditembus
air untuk mengurangi penetrasi cairan. Untuk mencegah kontaminasi melalui kontak,
jangan hanya menggunakan celemek saja.
n Peralatan dan lingkungan
- Bila memungkinkan, gunakan peralatan sekali pakai atau peralatan khusus, seperti
stetoskop, manset tekanan darah, termometer, dll., pada pasien yang masuk kategori
Kewaspadaan Kontak. Bila peralatan harus digunakan untuk beberapa pasien, peralatan
tersebut harus dibersihkan dan didisinfeksi setiap kali selesai digunakan.
- Petugas kesehatan tidak boleh menyentuh mata, hidung, atau mulut mereka
tangan bersarung atau tanpa sarung tangan yang mungkin sudah terkontaminasi
dengan (223).
- Hindari kontaminasi permukaan lingkungan yang tidak berkaitan langsung dengan
perawatan pasien (misalnya, gagang pintu, saklar lampu).
– 61 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
n Penempatan pasien : penggunaan kamar untuk satu pasien atau penggabungan beberapa
pasien yang diagnosis penyebab penyakitnya sama dapat memudahkan pelaksanaan
pencegahan
langkah dan pengendalian infeksi.
: batasi pergerakan pasien; kontak dengan orang lain yang tak terinfeksi harus
n Transpor pasien
dikurangi.
Patogen melalui udara ditularkan melalui inhalasi droplet nuklei yang tetap
(misalnya, >1m) jarak
infeksius dalam dan memerlukan
jauh pengaturan udara(2,khusus
3). Penularannya diklasifikasikan lebih
lanjut menjadi penularan obligat dan penularan preferensial
(5). Penularan obligat melalui udara terjadi
pada agen yang biasanya ditularkan hanya melalui droplet nuklei yang mengendap
paru-paru
pada bagian(misalnya,
distalMycobacterium tuberculosisyang menyebabkan tuberkulosis paru)
(5). Penularan
preferensial melalui udara terjadi pada patogen yang ditularkan oleh droplet nuklei yang
saluran udarapada
mengendap dan bisa juga melalui cara lain (misalnya, campak)
(5).
Penularan droplet nuklei dalam jarak dekat bisa juga terjadi pada influenza manusia,
infeksi
dan virus pernapasan
mungkin juga lainnya, dalam kondisi khusus, seperti pada saat
menimbulkan
pelaksanaan prosedur yang berkaitan dengan penularan patogen (lihat Lampiran A.1)
aerosol yang
di ruang
yang berventilasi kurang memadai atau tanpa menggunakan APD yang memadai
dilakukan
Penularan
(misalnya, seperti
SARS). ini dinamakan “penularan oportunistik
airborne ” (5), danBUKANmerupakan penularan
klasikairborneyang melibatkan penularan dalam jarak (2).
jauh
– 62 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
– 63 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Lampiran D. Contoh daftar tilik penilaian kondisi lingkungan
untuk perawatan di rumah bagi pasien ISPA yang dapat
menimbulkan kekhawatiran
Prasarana
Telepon berfungsi baik Y T
Cara-cara lain untuk segera berkomunikasi dengan lembaga kesehatan Y T
Air yang dapat diminum Y T
Sistem pembuangan limbah Y T
Perlengkapan memasak (dan bahan bakar) Y T
Listrik dapat digunakan Y T
Sumber panas dapat digunakan Y T
Pengkondisian udara Y T
Akomodasi
Kamar/kamar tidur yang terpisah untuk pasien Y T
Kamar mandi yang dapat digunakan di rumah Y T
Sumber Daya
Makanan Y T
Obat yang diperlukan Y T
Masker bedah (pasien) Y T
Masker bedah (penyedia pelayanan, kontak keluarga) Y T
Sarung tangan Y T
Bahan-bahan untuk kebersihan tangan
(sabun, antiseptik berbasis alkohol) Y T
Produk pembersih rumah tangga Y T
Pelayanan dan bantuan primer
Orang yang memberikan pelayanan dan bantuan Y T
Akses konsultasi/pelayanan medis Y T
Ada orang yang berisiko di rumah (misalnya, anak-anak berumur
<2 tahun, orang lanjut usia berumur >65, orang yang terganggu
sistem kekebalannya) Y T
– 64 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Lampiran E. Contoh formulir pemantauan ILI pada petugas
kesehatan untuk petugas kesehatan yang terpajan pasien
ISPA yang dapat menimbulkan kekhawatiran
Sebutkan segala pajanan non-kerja (yaitu, pajanan terhadap burung atau orang yang
pernapasan akut berat yang disertai demam):
menderita penyakit
____________________________________
Periksa temperatur badan Anda dua kali sehari, di pagi hari dan malam hari, selama 10
____________ pasien yang terinfeksi ISPA yang dapat menimbulkan kekhawatiran
pelayanan
hari setelahkepada
memberikan
setelah pajanan
(termasuk terakhir), dan juga pantau diri Anda sendiri untuk mengetahui segala
10 hari
influenza
gejala penyakit mirip yang meliputi:
(ILI) berikut
- demam > 38 °C
- batuk
- terjadinya penyakit pernapasan akut
- nyeri tenggorok
- artralgia
- mialgia atau prostrasi
- gejala lambung dan usus (misalnya, diare, muntah, nyeri perut)
Bila terdapat gejala ILI, segera batasi interaksi Anda dengan orang lain, jauhi tempat-
hubungiumum,
tempat ______________________________________dengan
dan nomor telepon
_____________________
– 65 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
– 66 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
F. Ruang isolasi
– 67 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
nLepas APD di anteroom atau bila tidak ada anteroom, pastikan bahwa lingkungan di luar
isolasi atau pun orang lain tidak akan terkontaminasi.
ruang
nLepas APD dengan cara yang mencegah terjadinya kontaminasi tak sengaja atau inokulasi
taksengaja oleh APD atau tangan yang sudah terkontaminasi.
Prinsip umumnya adalah:
- Buka terlebih dahulu perlengkapan APD yang paling terkontaminasi.
- Kebersihan tangan harus dilakukan segera setelah melepas sarung tangan.
- Perlengkapan APD terakhir yang harus dibuka adalah masker atau respirator
dengan membuka talinya dan membuangnya ke tempat limbah.
partikulat
- Buang perlengkapan sekali pakai ke tempat limbah tertutup.
- Masukkan perlengkapan yang dapat digunakan kembali ke dalam wadah tertutup
dan kering (misalnya, tanpa larutan disinfektan).
Sebagai contoh urutan melepas APD adalah sebagai berikut (Gambar 9): sarung tangan
(bila gaun pelindungnya adalah gaun pelindung sekali pakai, maka sarung tangan dapat
dibuka bersamaan dengan gaun pelindung ); kebersihan tangan; pelindung mata; masker
atau respirator; kebersihan tangan.
– 68 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Gambar 9. Menggunakan dan melepas APD
1.- Kenali bahaya dan cegahlah risiko. Kumpulkan APD yang diperlukan.
- Rencanakan di mana akan menggunakan & melepas APD.
- Apakah ada teman? Cermin?
- Apakah Anda tahu bagaimana menangani limbah?
H AN D RUB
– 69 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
9B. Melepas APD
2. Bersihkan tangan
5. Bersihkan tangan
– 70 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
F.3 Daftar tilik yang dianjurkan untuk kereta dorong/meja ruang isolasi
Perlengkapan berikut harus selalu tersedia di kereta dorong sehingga APD selalu
kesehatan.
tersedia bagi petugas
Peralatan Perlengkapan yang ada
Pelindung wajah/pelindung mata/kacamata pelindung
Sarung tangan
l sarung tangan vinil atau karet yang dapat digunakan kembali untuk
pembersihan lingkungan
l sarung tangan karet sekali pakai untuk perawatan klinis
Tutup rambut
Respirator partikulat (N95, FFP2, atau yang setara)
Masker medis (bedah atau prosedur)
Gaun pelindung dan celemek:
l Gaun pelindung lengan panjang tahan cairan sekali pakai atau gaun
tak tahan cairan yang dapat digunakan kembali
l Celemek plastik (yang digunakan menutupi gaun pelindung tahan
cairan bila diperkirakan akan ada percikan dan bila gaun pelindung
tahan cairan tidak tersedia)
Antiseptik berbasis alkohol
Sabun biasa (kalau mungkin sabun cair, untuk mencuci tangan dengan
air bersih)
Handuk bersih sekali pakai (misalnya, handuk kertas)
Wadah benda tajam
Deterjen yang sesuai untuk pembersihan lingkungan dan disinfektan
untuk disinfeksi permukaan atau instrumen/peralatan
Kantong plastik besar
Kantong limbah infeksius yang sesuai
Kantong linen
Wadah tempat peralatan bekas
– 72 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Gambar 10. Pergerakan tim autopsi yang melakukan pemeriksaan post mortem di
fasilitas pelayanan kesehatan
– 73 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Lampiran H. Penggunaan disinfektan:
alkohol dan bahan pemutih
– 74 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Larutan awal
Kebanyakan larutan bahan pemutih rumah tangga mengandung 5% sodium hipokloritaklorin).
(50000 bpj
Pengenceran yang dianjurkan
Pengenceran 5% sodium hipoklorit dengan perbandingan 1:100 biasa dianjurkan.
pemutih
Gunakanuntuk 99 bagian
1 bagian bahan air leding dingin (pengenceran 1:100) untuk disinfeksi
permukaan.
Sesuaikan perbandingan bahan pemutih dan air menurut kebutuhan untuk mencapai
hipoklorit
konsentrasiyang sesuai, misalnya untuk preparat bahan pemutih yang mengandung 2,5%
sodium
gunakan bahan pemutih
sodium hipoklorit, dua kali lebih banyak (yaitu, 2 bagian bahan pemutih untuk 98
bagian
Klorin air).
yang dihasilkan setelahpengenceran
Untuk preparat bahan pemutih yang mengandung 5% sodium hipoklorit, pengenceran
1:100
denganakan menghasilkan 0,05% atau 500 bpj klorin.
perbandingan
Larutan bahan pemutih yang mengandung konsentrasi sodium hipoklorit lainnya akan
klorin yang berbeda
menghasilkan kadar bila diencerkan.
Waktu kontakuntuk kegunaan yang berbeda
Disinfeksi dengan menggosok permukaan tak berpori: dianjurkan waktu kontak =10
Disinfeksi dengan merendam peralatan: dianjurkan waktu kontak 30 menit.
menit.
Perhatian: Permukaan harus dibersihkan dari bahan-bahan organik, seperti sekret,
darah,
lendir, atau cairanfeses,
muntah, tubuh lainnya sebelum disinfeksi atau perendaman.
– 75 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Lampiran I. Kapasitas lonjakan kebutuhan APD fasilitas
pelayanan kesehatan selama terjadinya epidemi/pandemi
Memberikan pedoman bagi rumah sakit yang ingin menyimpan APD menghadapi
pandemi ISPAepidemi/
kemungkinan sangat sulit. Lampiran ini dimaksudkan untuk memberikan
memperkirakan kebutuhan
pendekatan bertahap dalam tambahan APD fasilitas pelayanan kesehatan. Beberapa tahap
adalah: tersebut
penting
ndefinisi asumsi;
nmembuat perkiraan; dan
ndefinisi strategi pembelian untuk memenuhi kebutuhan yang direncanakan,
pemantauan dan
penambahan, penggunaan dan habisnya persediaan.
Perencanaan asumsi
Asumsi yang harus dipertimbangkan meliputi landasan pemikiran mengenai
epidemi yang
penggunaan diperkirakan
APD, dampak (misalnya, jumlah penduduk yang terkena penyakit,
diopname), Dinas
mencari pengobatan, Kesehatan (misalnya, frekuensi pertemuan petugas kesehatan –
pencegahan dan pengendalian infeksi yang dianjurkan, dan jangka waktu epidemi.
pasien), tindakan
Masker bedah
Masker bedah harus diganti setelah digunakan dan bila sudah basah, rusak, atau jelas
kondisi temperatur
terlihat kotor. Dalamdan kelembaban yang meningkat, dapat diasumsikan bahwa masker
basah oleh keringat
akan lebih cepat (standar masker bedah diuraikan pada Lampiran A).
seperti gaun pelindung dan sarung tangan juga akan menambah keringat.
Menggunakan APD tambahan,
Respirator
Tidak ada data yang dipublikasi mengenai jangka waktu efektivitas respirator bagi
adalah peralatan
pemakainya. pelindung sekali pakai tapi dapat digunakan kembali berulang kali oleh
Respirator
yang
petugas kesehatanmenangani pasien tuberkulosis karena tuberkulosis belum terbukti
sama saat
kontak,
menyebar danmelalui
kontaminasi respirator tidak berperan dalam penularan tuberkulosis.
benturan
Kelembaban, kotoran,efisiensi
mengurangi dan respirator, dan respirator harus disimpan di tempat yang
Bila digunakan
bersih dan kering. dalam perawatan pasien tuberkulosis, respirator dapat digunakan
kotor, rusak,
kembali ataubasah,
sampai menyulitkan pernapasan (penyaringnya akhirnya akan “tersumbat”
terperangkap
partikel-partikel yang menyulitkan pernapasan). Efisiensi penyaringan sebenarnya
sehingga
banyak partikel
meningkat yang terperangkap pada penyaring tersebut. Namun demikian,
bila semakin
ISPA, seperti SARS,
karena banyak patogen influenza burung atau influenza pandemik, juga dapat
selain melalui aerosol
disebarkan melalui kontakpernapasan, respirator yang sudah terkontaminasi bisa ikut berperan
penyakit. Kekhawatiran
dalam penularan mengenai penggunaan kembali respirator dan peralatan lain
kontaminasi
berhubunganpermukaan
dengan dan kemungkinan risiko kontaminasi tak sengaja dan inokulasi
bisa
tak sengaja yangpetugas kesehatan menangani peralatan yang mungkin sudah
terjadi saat
informasi kepada
terkontaminasi. petugas kesehatan mengenai bagaimana membuang, menyimpan,
Memberikan
menggunakan
menangani, dan kembali dengan aman peralatan yang mungkin terkontaminasi sangat
penting.
– 76 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pada saat ini, tidak ada rekomendasi mengenai penggunaan kembali respirator
ISPA
dalamyang dapat tersebar
perawatan pasien dengan ukuran partikel aerosol pernapasan yang berbeda dan
ini,
melalui kontak. Saat respirator sebaiknya dibuang setelah digunakan untuk perawatan
masker bedah dan
pasien seperti ini.
Masuknya petugas kesehatan ke ruang isolasi
Masalah lain yang harus dipertimbangkan saat membuat perencanaan asumsi adalah
masuknya petugas kesehatan ke ruang isolasi, apakah suatu APD akan digunakan
perkiraan frekuensi
kesehatan yang sama selama
kembali oleh petugas shiftkerja, dan berapa banyak petugas kesehatan yang akan memasuki ruang
isolasi. Semua faktor ini berhubungan langsung dengan berapa banyak APD yang akan
petugas
digunakan.kesehatan
Jumlahyang memasuki ruang isolasi dan frekuensi masuk masing-masing
dibatasi seminimal
petugas kesehatan harusmungkin untuk perawatan pasien. Untuk mengurangi jumlah
petugas kesehatan yang tugas-tugas harus dilakukan oleh sesedikit mungkin petugas
memasuki ruang isolasi,
untuk mengurangi
kesehatan. Cara lain frekukensi masuk ruang isolasi petugas kesehatan adalah menyediakan
antara pasien/keluarga
alat komunikasi pasien di ruang perawatan dan petugas kesehatan di luar kamar
telepon
perawatan ataumelalui
alat lainnya. Penggabungan pasien mungkin mengurangi kebutuhan
pasien harus ditemui
APD karena beberapa tanpa petugas kesehatan meninggalkan ruang isolasi. Juga harus
petugas kesehatan
diantisipasi bahwa yang memberikan perawatan kepada pasien ISPA yang dapat
akan
menimbulkan kekhawatiran menggunakan APD, karena mengenakan APD membuat
membutuhkan istirahat
dan
tubuhfaktor-faktor ini dapat menyebabkan pelanggaran pencegahan dan pengendalian
panas dan lelah,
infeksi.
Asumsi mengenai faktor-faktor seperti ini harus dimasukkan ke dalam suatu model
digunakan
matematikauntukyangmemperkirakan banyaknya APD yang dibutuhkan. Misalnya:
nJumlah pasien epidemik/pandemik ISPA per hari untuk rata-rata X hari.
nFrekuensi masuk petugas kesehatan ke ruang isolasishift perkerja; lama giliran kerja.
nJumlah petugas kesehatan yang mengalami kontak langsung dengan pasien
per hari.
epidemik/pandemik
nTindakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang dianjurkan.
nLamanya serangan epidemi/pandemi.
nPerkiraan jumlah pasien yang digabungkan (misalnya, X pasien per unit gabungan vs. X
kamardiuntuk satu pasien).
pasien
nBerapa kali peralatan dapat digunakan kembali (misalnya, gaun pelindung linen,
pelindung, pelindung wajah). Mungkin lebih sedikit masker dibutuhkan untuk unit
kacamata
(cohorting)
penggabunganpasien karena peralatan pelindung pernapasan yang sama dapat digunakan selama
perawatan banyak pasien.
nApakah masker bedah akan disediakan bagi pasien/pengunjung.
Contoh perhitungan APD tambahan yang diperlukan untuk tanggap ISPA epidemik/pandemik diberikan
di bawah ini. Untuk keperluan ini, diberikan contoh skenario selama terjadinya serangan
Kebutuhan
pandemi rutin APD untuk Kewaspadaan Standar dan Kewaspadaan Transmisi tertentu
influenza.
dengan perawatan
yang tidak pasien ISPA tidak dimasukkan dalam perkiraan ini. Fasilitas pelayanan
berkaitan
menggunakan
kesehatan harusperkiraan biasa yang diterapkan dalam situasi non-epidemi/pandemi.
– 77 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
– 78 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
– 79 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Lampiran J. Pembersihan dan disinfeksi peralatan
pernapasan
Germisida kimia yang digunakan untuk disinfeksi tingkat tinggi meliputi formulasi
glutaraldehida
yang mengandung (2%), hidrogen peroksida yang distabilkan (6%), asam perasetat
bervariasi, tapi
(konsentrasi dapat <1% yang dapat membunuh spora), dan germisida sodium hipoklorit
klorin yang dihasilkan
5,25%, 1000 bpj (pengenceran dengan perbandingan(204)
1:50)
. Germisida kimia yang paling sesuai
untuk situasi tertentu harus dipilih berdasarkan benda yang akan didisinfeksi, komposisi,
disinfeksi
kegunaan,yang dibutuhkan, dan ruang lingkup pelayanan, fasilitas fisik, sumber daya, dan
tingkat
pelayananfasilitas
personel kesehatan yang tersedia.
Metode fisika untuk melakukan disinfeksi tingkat tinggi meliputi disinfeksi air panas
penguapan (misalnya,
(pasteurisasi) atau penggunaan autoklaf dengan temperatur rendah). Pasteurisasi
hemat biaya
merupakan pilihanyang tak beracun selain disinfeksi tingkat tinggi dengan germisida
direndam selama >harus
kimia. Peralatan 30 menit di dalam air bersuhu > 70 ºC (lebih rendah daripada
merusak
temperatur plastik). Pasteurisasi dapat dilakukan menggunakan mesin pencuci/mesin
yang biasanya
(231) , dan setelah
pasteurisasi komersialpasteurisasi, peralatan yang basah biasanya dikeringkan di dalam
udaralemari
panaspengering
sebelum disimpan. Sterilisasi uap merupakan metode yang tidak mahal
sterilisasi
dan efektifatauuntukdisinfeksi tingkat tinggi. Namun demikian, sterilisasi uap tidak cocok
plastik
untuk pemrosesan leleh rendah, bubuk, atau minyak anhidrat. Spora bakteri dapat
dengan titik
disinfeksi tingkat
bertahan hidup tinggi. Pengambilan spesimen mikrobiologi dapat membuktikan bahwa
setelah
tingkat tinggi telah menyebabkan rusaknya bakteri vegetatif; namun demikian,
proses disinfeksi
tidak selalu dianjurkan.
pengambilan spesimen ini
Tahap-tahap untuk pembersihan dan disinfeksi bagian plastik peralatan
pernapasan:
APD diperlukan saat membersihkan atau memproses peralatan dan instrumen untuk
percikan,
melindungisemburan,
diri dariatau aerosol.
1. Cuciperalatan dengan sabun (misalnya, sabun cuci cair) dan air bersih.
2. Bilassecara sempurna dengan air bersih.
3. Disinfeksi peralatan untuk melumpuhkan patogen yang tersisa.
Ada beberapa cara untuk mendisinfeksi peralatan, dan produk yang tersedia di fasilitas
harus digunakan.
pelayanan kesehatan
Metode disinfeksi yang aman meliputi:
nPemanasan untuk peralatan yang “tahan panas” yang tahan temperatur tinggi 80 °C.
demikian dapat didisinfeksi dengan
Peralatan washer-disinfector
.
nBila mesin pencuci/mesin pasteurisasi tidak tersedia, mesin pencuci piring terbaik atau
yang dilengkapi fitur “sanitasi” yang dapat mencapai temperatur 70°C dapat digunakan.
komersial
nUntuk peralatan plastik yang tidak tahan panas 80°C dan untuk peralatan yang bisa rusak
perebusan, atau bila fasilitas tersebut di atas tidak tersedia, disinfeksi kimia dapat
akibat
[(misalnya,
digunakan rendam dalam larutan sodium hipoklorit dengan perbandingan 1:100 selama
(lihat
Lampiran H)].
30 menit
– 80 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
4. Bilas(HANYA BILA MELAKUKAN DISINFEKSI KIMIA) dengan air steril atau air
yangbersih
direbus(air
selama 5 menit dan kemudian didinginkan). Air steril lebih baik daripada air
air suling
leding atauyang tak disterilkan untuk membilas sisa disinfektan kimia cair dari peralatan
yang
pernapasan mengalami disinfeksi kimia untuk digunakan kembali, karena air leding
telah
bisa
atau mengandung
air suling mikroorganisme yang dapat menyebabkan pneumonia. Namun
membilas dengan
demikian, bila air steril tidak mungkin dilakukan, membilas dengan air leding
(air yang disaring
atau air saring dengan penyaring 0,2 µ), diikuti dengan pembilasan menggunakan
pengeringan
alkohol dan udara bertekanan dapat dilakukan.
5.Keringkan
nMesin yang menggunakan metode fisika biasanya dilengkapi fitur ini (misalnya, mesin
mesin pasteurisasi, autoklaf).
pencuci/
nUntuk metode kimia, biarkan bagian-bagian peralatan mengering sendiri di atas handuk
bersih.
atau linen
6. Simpandalam keadaan kering dalam bungkusan tertutup.
Rangkuman: cuci dengan sabun dan air bersih, bilas, disinfeksi, bilas (bila
kimia), keringkan,
menggunakan dan simpan.
metode
Pembersihan dan disinfeksi ventilator mekanis:
nSistem kontrol dan seluruh bagian luar ventilator mekanis harus dilap dengan disinfektan
pelayanan kesehatan yang sesuai (misalnya, larutan sodium hipoklorit untuk
fasilitas
logam).
permukaan bukan
nDisinfeksi pipa dapat dilakukan menggunakan larutan sodium hipoklorit, dengan
bahwa seluruh rongga pipa tersebut dibilas (lihat “Tahap-tahap pembersihan dan disinfeksi
memastikan
plastik
bagian peralatan pernapasan” di atas).
nSaluran inspirasi dan tekanan di dalam ventilator tidak dibersihkan secara rutin setelah
pada pasien karena saluran tersebut tidak terpajan pasien atau sekret pernapasan pasien.
digunakan
Biasanya seluruh pipa bagian ekspirasi dapat dibuka (ujung ekspirasi dilengkapi
pelepasan
katup untukgasmengatur
dari rangkaian dan bisa juga dilengkapi alat pengukur aliran dan/atau
ini harus dibuka
perangkap air). Pipadan dibersihkan terlebih dahulu dengan deterjen, dibilas sampai
menjalani proses disinfeksi
bersih, dan kemudian tingkat tinggi atau sterilisasi. Disinfeksi tingkat tinggi adalah
yang diperlukan
prosedur minimal untuk peralatan ini, tetapi karena kepraktisan sebagian metode
fasilitas pelayanan kesehatan
sterilisasi dan prosedur (misalnya, penguapan), peralatan ini dapat menjalani
dirancang dengan bila
proses sterilisasi benar.
Bila ventilator mekanis digunakan dalam perawatan pasien ISPA yang dapat
penyaring bakteri/virus
menimbulkan sebaiknya dipasang pada katup ekshalasi. Lihat bagian A.3
kekhawatiran,
informasi lebih
Lampiran A untuk lanjut.
– 81 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Lampiran K. Pencegahan dan pengendalian infeksi di semua
jajaran pelayanan kesehatan
Prinsip-prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi sama saja dalam semua pelayanan
bidang yang
kesehatan. memerlukan perhatian khusus didaftar di bawah ini.
Bidang-
K.1 Pelayanan pasien darurat dan rawat jalan
nProsedur yang menimbulkan aerosol berisiko tinggi pada pasien penyakit pernapasan
yangberat
akut disertai demam (Lampiran A) tidak boleh dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan
kecuali
keliling, bila prosedur tersebut diperlukan untuk menyelamatkan nyawa dan tidak ada
lain.
pilihan
nBila prosedur ini dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan keliling, harus
disediakan yang
terpisah kamarberventilasi baik, dan petugas kesehatan yang terlibat harus
yang sesuai.
menggunakan APD
nSetelah pasien yang diketahui atau suspek terinfeksi ISPA yang dapat menimbulkan
kekhawatiran fasilitas pelayanan kesehatan keliling, bersihkan dan disinfeksi
meninggalkan
kamar pemeriksaan
permukaan di atau tempat lain di mana pasien diperiksa, bersihkan dan
peralatan perawatan
disinfeksi segala pasien yang digunakan untuk pasien tersebut.
Beberapa aspek berlaku khusus pada pasien anak-anak dan harus dipertimbangkan saat
pencegahanlangkah
melakukan dan pengendalian infeksi.
nAnggota keluarga sangat penting bagi dukungan emosional pasien anak-anak (36,rawat
232). Hak anak untuk didampingi oleh orang tua/keluarga pasien setiap waktu harus
inap
(233) .
dijamin
nAnggota keluarga mungkin sangat penting dalam membantu perawatan pasien anak-
inap,
anak terutama bila tenaga petugas kesehatan kurang
rawat (85).
nPasien anak-anak mungkin saja sudah lebih lama terinfeksi ISPA dibandingkan orang
akan mempengaruhi
dewasa; ini jangka waktu pelaksanaan tindakan pencegahan dan
(74).
pengendalian infeksi
nPasien anak-anak mungkin tidak dapat mematuhi praktik kebersihan pernapasan.
nSebagian patogen lebih sering ditemukan di kalangan pasien anak-anak dan
Kewaspadaan Transmisi (misalnya, Kewaspadaan Kontak yang diperlukan untuk RSV
memerlukan
influenza;
atau virus dan Kewaspadaan Kontak ditambah Kewaspadaan Droplet adenovirus
untukatau
metapneumovirus ) (222).
nKontaminasi lingkungan mungkin lebih menonjol dibandingkan dengan kontaminasi yang
pada pasien dewasa atau continent patient.
terjadi
nMainan harus dibersihkan dan didisinfeksi sehabis dimainkan anak yang berbeda, dan
harus berhati-hati saat mengumpulkan pasien di ruang bermain (ikuti prinsip yang sama
petugas
prinsip
dengan penggabungan/cohorting pasien) (234-237)
.
– 83 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
– 84 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Referensi
– 85 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
22. Yuen KY, Wong SS. Human infection by avian influenza A H5N1. Hong Kong Med J
2005;11(3):189-99.
23. Peiris M, Yuen KY, Leung CW, et al. Human infection with influenza H9N2. Lancet
1999;354(9182):916-7.
24. Akey BL. Low-pathogenicity H7N2 avian influenza outbreak in Virgnia during 2002.
AvianSuppl):1099-103.
Dis 2003;47(3
25. Koopmans M, Wilbrink B, Conyn M, et al. Transmission of H7N7 avian influenza A
during
virus to humana large
beings outbreak in commercial poultry farms in the Netherlands. Lancet
2004;363(9409):587-93.
26. Dinh PN, Long HT, Tien NTK, et al. Risk factors for human infection with avian
influenza A Emerg
2004. H5N1, Infect
Vietnam Dis 2006;12(12):1841-7.
27. Areechokchai D, Jiraphongsa C, Laosiritaworn Y, Hanshaoworakul W, O’Reilly M.
influenzaof(H5N1)
Investigation avian outbreak in humans--Thailand, 2004. MMWR Morb Mortal Wkly Rep
1:3-6.
2006;55 Suppl
28. Mounts AW, Kwong H, Izurieta HS, et al. Case-control study of risk factors for avian
disease,
influenza Hong Kong, 1997. J Infect Dis 1999;180(2):505-8.
A (H5N1)
29. Ungchusak K, Auewarakul P, Dowell SF, et al. Probable person-to-person
(H5N1).ofNavian
transmission Engl influenza
J Med 2005;352(4):333-40.
A
30. Ostroff D, McDade J, LeDuc J, Hughes J. Emerging and reemerging infectious
ed.threats.
disease Principles and Practice
In: Dolin R, of Infectious Disease. Philadelphia: Elsevier Churchill
Livingstone;
31. Jacobsen 2005:173-92.
D, Ackerman P, Payne NR. Rapid identification of respiratory syncytial
fluorescent antibody
virus infections by direct testing: reliability as a guide to patient cohorting. Am J Infect Control
1991;19(2):73-8.
32. Madge P, Paton JY, McColl JH, Mackie PL. Prospective controlled study of four
infection-controlnosocomial
to prevent proceduresinfection with respiratory syncytial virus. Lancet
1992;340(8827):1079-83.
33. Lipsitch M, Cohen T, Cooper B, et al. Transmission dynamics and control of severe
acute respiratory Science 2003;300(5627):1966-70.
syndrome.
34. International Health Regulations (2005). Geneva: World Health Organization; 2006.
35. Chen SY, Chiang WC, Ma MH, et al. Sequential symptomatic analysis in probable
severesyndrome cases. Ann Emerg Med 2004;43(1):27-33.
acute respiratory
36. Leung TF, Ng PC, Cheng FW, et al. Infection control for SARS in a tertiary
J Hosp
paediatric Infect
centre in 2004;56(3):215-22.
Hong Kong.
37. Olsen SJ, Chang HL, Cheung TY, et al. Transmission of the severe acute respiratory
Engl on
syndrome J Med 2003;349(25):2416-22.
aircraft. N
38. Wang TL, Jang TN, Huang CH, et al. Establishing a clinical decision rule of severe
acute syndrome
respiratoryat the emergency department. Ann Emerg Med 2004;43(1):17-22.
39. Moser MR, Bender TR, Margolis HS, Noble GR, Kendal AP, Ritter DG. An outbreak
commercial
of influenza aboard airliner.
a Am J Epidemiol 1979;110(1):1-6.
40. Donnelly CA, Ghani AC, Leung GM, et al. Epidemiological determinants of spread
acuteagent
of causal respiratory
of severe syndrome in Hong Kong. Lancet 2003;361(9371):1761-6.
41. Tran TH, Nguyen TL, Nguyen TD, et al. Avian influenza A (H5N1) in 10 patients in
2004;350(12):1179-88.
Vietnam. N Engl J Med
42. Rainer TH, Cameron PA, Smit D, et al. Evaluation of WHO criteria for identifying
respiratory
patients with severesyndrome
acute out of hospital: prospective observational study. Bmj
2003;326(7403):1354-8.
43. Chen SY, Su CP, Ma MH, et al. Predictive model of diagnosing probable cases of
syndrome in febrile patients with exposure risk. Ann Emerg Med 2004;43(1):1-5.
severe acute respiratory
44. de Jong MD, Bach VC, Phan TQ, et al. Fatal avian influenza A (H5N1) in a child
followed
presenting withby coma. N Engl J Med 2005;352(7):686-91.
diarrhea
45. Apisarnthanarak A, Erb S, Stephenson I, et al. Seroprevalence of anti-H5 antibody
amongworkers after care
Thai health exposure to avian influenza (H5N1) in a tertiary care center. Clin Infect Dis
2005;40(2):16-8.
– 86 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
– 87 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
68. Hammond B, Ali Y, Fendler E, Dolan M, Donovan S. Effect of hand sanitizer use on
absenteeism.
elementary school Am J Infect Control 2000;28(5):340-6.
69. Gopalakrishna G, Choo P, Leo YS, et al. SARS transmission and hospital
2004;10(3):395-400.
containment. Emerg Infect Dis
70. Reynolds MG, Anh BH, Thu VH, et al. Factors associated with nosocomial SARS-
healthcare workers
CoV transmission amongin Hanoi, Vietnam, 2003. BMC Public Health 2006;6:2071-9.
71. Fowler RA, Guest CB, Lapinsky SE, et al. Transmission of severe acute respiratory
intubation
syndrome duringand mechanical ventilation. Am J Respir Crit Care Med 2004;169(11):1198-
202. DC, Green K, Chan AK, et al. Illness in intensive care staff after brief
72. Scales
respiratory
exposure syndrome.
to severe acute Emerg Infect Dis 2003;9(10):1205-10.
73. Douglas RG. Influenza in Man. In: Kilbourne ED, ed. The influenza viruses and
Academic
influenza. Press;City:
New York 1975:395-447.
74. Hall CB, Douglas RG, Jr. Nosocomial influenza infection as a cause of intercurrent
feversPediatrics
in infants.1975;55(5):673-7.
75. Chan KH, Poon LL, Cheng VC, et al. Detection of SARS coronavirus in patients
Emerg Infect
with suspected Dis 2004;10(2):294-9.
SARS.
76. Bloomfield SF. Home hygiene: a risk approach. Int J Hyg Environ Health
2003;206(1):1-8.
77. Rheinbaben F, Schunemann S, Gross T, Wolff MH. Transmission of viruses via
experiments
contact using
in ahousehold bacteriophage straight phiX174 as a model virus. J Hosp Infect
setting:
2000;46(1):61-6.
78. Tang CS, Wong CY. An outbreak of the severe acute respiratory syndrome: predictors
effect of community
of health behaviors and prevention measures in Hong Kong, China. Am J Public Health
2003;93(11):1887-8.
79. Chemaly RF, Ghosh S, Bodey GP, et al. Respiratory viral infections in adults with
and human stem cell transplantation recipients: a retrospective study at a major cancer
hematologic malignancies
(Baltimore)
center. Medicine2006;85(5):278-87.
80. Kallander K, Nsungwa-Sabiiti J, Balyeku A, Pariyo G, Tomson G, Peterson S. Home
management of acute respiratory infections in children in eight Ugandan districts. Ann
and community
2005;25(4):283-91.
Trop Paediatr
81. Richards DA, Toop LJ, Epton MJ, et al. Home management of mild to moderately
severeacquired pneumonia: a randomised controlled trial. Med J Aust 2005;183(5):235-8.
community-
82. Quinlan B, Loughrey S, Nicklin W, Roth VR. Restrictive visitor policies: feedback
patients and
from healthcare families. Hosp Q 2003;7(1):33-7.
workers,
83. Lee NE, Siriarayapon P, Tappero J, et al. Infection control practices for SARS in Lao
Republic,
People’s Taiwan, and Thailand: experience from mobile SARS containment teams, 2003.
Democratic
Control
Am J Infect2004;32(7):377-83.
84. Mukhopadhyay A, Tambyah PA, Singh KS, Lim TK, Lee KH. SARS in a hospital
visitorJ and
HospherInfect 2004;56(3):249-50.
intensivist.
85. Melnyk BM, Alpert-Gillis L, Feinstein NF, et al. Creating opportunities for parent
effects on program
empowerment: the mental health/coping outcomes of critically ill young children and their
2004;113(6):597-607.
mothers. Pediatrics
86. Saunders RP, Abraham MR, Crosby MJ, Thomas K, Edwards WH. Evaluation and
potentially
development of better practices for improving family-centered care in neonatal intensive care
2003;111(4 Pt
units. Pediatrics 2):e437-49.
87. Griffin T. Family-centered care in the NICU. J Perinat Neonatal Nurs 2006;20(1):98-
102.
88. Chaovavanich A, Wongsawat J, Dowell SF, et al. Early containment of severe acute
(SARS);
respiratory experience from Bamrasnaradura Institute, Thailand. J Med Assoc Thai
syndrome
2004;87(10):1182-7.
89. Svoboda T, Henry B, Shulman L, et al. Public health measures to control the spread
respiratory
of the severe acute syndrome during the outbreak in Toronto. N Engl J Med 2004;350(23):2352-
61.
– 88 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
– 89 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
111. Lu YT, Chen PJ, Sheu CY, Liu CL. Viral load and outcome in SARS infection: the
role ofequipment in the emergency department. J Emerg Med 2006;30(1):7-15.
personal protective
112. Alfa MJ, DeGagne P, Olson N, Puchalski T. Comparison of ion plasma, vaporized
100%
hydrogen ethyleneand
peroxide, oxide sterilizers to the 12/88 ethylene oxide gas sterilizer. Infect Control
1996;17(2):92-100.
Hosp Epidemiol
113. Cronmiller JR, Nelson DK, Salman G, et al. Antimicrobial efficacy of endoscopic
controlled,
disinfection multifactorial
procedures: a investigation. Gastrointest Endosc 1999;50(2):152-8.
114. Nystrom B. Disinfection of surgical instruments. J Hosp Infect 1981;2(4):363-8.
115. Parker HHt, Johnson RB. Effectiveness of ethylene oxide for sterilization of dental
1995;23(2):113-5.
handpieces. J Dent
116. Kampf G, Bloss R, Martiny H. Surface fixation of dried blood by glutaraldehyde
Infect 2004;57(2):139-43.
and peracetic acid. J Hosp
117. Rutala WA, Gergen MF, Jones JF, Weber DJ. Levels of microbial contamination on
J Infect
surgical ControlAm
instruments. 1998;26(2):143-5.
118. Pittet D, Allegranzi B, Sax H, et al. Evidence-based model for hand transmission
duringrole of improved
patient care and practices.
the Lancet Infect Dis 2006;6(10):641-52.
119. WHO guidelines on hand hygiene in health care (advanced draft). World Health
(Accessed
Organization, 25 May 2007, at
2006.
120. http://whqlibdoc.who.int/h
Collins CH, Grange JM. Tuberculosis acquired in laboratories and necropsy rooms.
CommunHealth
Dis1999;2(3):161-7.
q/2006/WHO_EIP_SPO_
Public
121. QPS_05.2.REV.1_eng.pdf.
Marris E. Marburg workers battle to win trust of locals. Nature 2005;434(7036):946.
122. )Claydon SM. The high risk autopsy. Recognition and protection. Am J Forensic
Med Pathol
123. 1993;14(3):253-6.
Li L, Gu J, Shi X, et al. Biosafety level 3 laboratory for autopsies of patients with
syndrome: principles, practices, and prospects. Clin Infect Dis 2005;41(6):815-21.
severe acute respiratory
124. Nolte KB, Taylor DG, Richmond JY. Biosafety considerations for autopsy. Am J
2002;23(2):107-22.
Forensic Med Pathol
125. SARS. Supplement I: Infection Control in Healthcare, Home, and Community
Control
Settings. VIII.for Laboratory and Pathology Procedures. Centres for Disease Control and
Infection
(Accessed 25
Prevention, 2005.May 2007, at http://www.cdc.gov/ncidod/sars/guidance/I/laboratory.htm.)
126. Guidelines on autopsy practice. Report of a working group of the Royal College of
Royal College
Pathologists. London:of Pathologists; 2002.
127. Burton J, Rutty, GN. Autopsy suite design and construction. In: Burton J, Rutty, GN,
autopsy.
ed. The London: Arnold; 2001:37-41.
hostpial
128. Healing TD, Hoffman PN, Young SE. The infection hazards of human cadavers.
Commun1995;5(5):R61-8.
Dis Rep CDR Rev
129. Newsom SW, Rowlands C, Matthews J, Elliot CJ. Aerosols in the mortuary. J Clin
PatholKantor
130. 1983;36(2):127-32.
HS, Poblete R, Pusateri SL. Nosocomial transmission of tuberculosis from
Med 1988;84(5):833-8.
unsuspected disease. Am J
131. Al-Wali W, Kibbler CC, McLaughlin JE. Bacteriological evaluation of a down-
ventilation
draught necropsysystem.
table J Clin Pathol 1993;46(8):746-9.
132. Fennelly K, Nardell E. The relative efficacy of respirators and room ventilation in
tuberculosis.
preventing Infect Control Hosp Epidemiol 1998;19(10):754-9.
occupational
133. Etheridge D, Sandberg M. Building Ventilation: Theory and Measurement.
Ltd.; 1996.
Chichester: John Wiley & Sons
134. Principles of Hybrid Ventilation Final Report. Denmark: International Energy
Building
Agency, Technology
Department of and Structural Engineering, Aalborg University; 2002.
– 90 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
135. BS 5925: Code of Practice for Ventilation Principles and Designing for Natural
Institute,
Ventilation. 1991.Standards
British (Accessed at
view_4477.html.)
http://www.standardsdirect.
136. org/standards/standards4/St
CIBSE. Design Data. In: CIBSE Guide: Air Infiltration and Natural Ventilation.
London:Institution of Building Services Engineering; 1988:Volume A, Section A4.
The Chartered
andardsCatalogue24_
137. CIBSE. Natural Ventilation in Non-domestic Buildings. In: CIBSE Applications
Manual.Chartered
London:Institute
The of Building Services Engineering; 1997:99.
138. Priolo C. Design guidelines and technical solutions for natural ventilation. In: Allard
F, ed. ventilation
Natural in buildings - a design handbook. London: James & James; 1998:195-254.
139. Waxham F. Outdoor treatment of tuberculosis. JAMA 1902;39:1392-3.
140. Escombe A, Oeser C, Martinez C. Natural ventilation to reduce nosocomial
other airborne
transmission infections.
of tuberculosis andInt J Tuberc Lung Dis 2005;9(Suppl 1):S56-7.
141. Jiang Y, Li X, Zhao B, Zhang Z, Zhang Y. SARS and ventilation. In: 4th
2003 9-11
International October; Beijing,
Symposium on HVAC; China; 2003. p. 27-36.
142. Fung CP, Hsieh TL, Tan KH, et al. Rapid creation of a temporary isolation ward for
acute
patients withrespiratory
severe syndrome in Taiwan. Infect Control Hosp Epidemiol 2004;25(12):1026-
143. 32.Dwosh HA, Hong HH, Austgarden D, Herman S, Schabas R. Identification and
of
containmentSARS of in
anaoutbreak
community hospital. CMAJ 2003;168(11):1415-20.
144. Foldy SL, Barthell E, Silva J, et al. SARS Surveillance Project--Internet-enabled
rapidlysurveillance
multiregion emerging disease.
for MMWR Morb Mortal Wkly Rep 2004;53 Suppl:215-20.
145. Coker R, Mounier-Jack S. Pandemic influenza preparedness in the Asia-Pacific
region.2006;368(9538):886-9.
Lancet
146. Clothier H, Turner J, Hampson A, Kelly H. Geographic representativeness for
implications
sentinel for routine surveillance and pandemic preparedness. Aust N Z J Public Health
influenza surveillance:
41.
2006;30(4):337-
147. Juckett G. Avian influenza: preparing for a pandemic. Am Fam Physician
2006;74(5):783-90.
148. A practical tool for the preparation of a hospital crisis preparedness plan, with
speicalinfluenza.
focus on Copenhagen:
pandemic WHO Regional Office for Europe; 2006.
149. WHO checklist for influenza pandemic preparedness planning. World Health
25 May 2007,
Organization, 2005. at http://whqlibdoc.who.int/hq/2005/WHO_CDS_CSR_GIP_2005.4.pdf.)
(Accessed
150. Heymann DL, Rodier GR. Hot spots in a wired world: WHO surveillance of
infectious
emerging diseases. Lancet Infect Dis 2001;1(5):345-53.
and re-emerging
151. Borgundvaag B, Ovens H, Goldman B, et al. SARS outbreak in the Greater Toronto
Area: department
the emergency experience. Cmaj 2004;171(11):1342-4.
152. Riley S, Fraser C, Donnelly CA, et al. Transmission dynamics of the etiological
agent Kong:
of SARS impact of public health interventions. Science 2003;300(5627):1961-6.
in Hong
153. Asplin BR, Flottemesch TJ, Gordon BD. Developing Models for Patient Flow and
Daily Research. Acad Emerg Med 2006.
Surge Capacity
154. Baumann AO, Blythe JM, Underwood JM. Surge capacity and casualization:
Human post-SARS healthin
resource issues system.
the Can J Public Health 2006;97(3):230-2.
155. Schull MJ, Stukel TA, Vermeulen MJ, Guttmann A, Zwarenstein M. Surge Capacity
with Restrictions on Nonurgent Hospital Utilization and Expected Admissions during an
Associated
Pandemic:
Influenza Lessons from the Toronto Severe Acute Respiratory Syndrome Outbreak. Acad
2006;13(11):1228-31.
Emerg Med
156. Bartlett JG. Planning for avian influenza. Ann Intern Med 2006;145(2):141-4.
157. Hick JL, O’Laughlin DT. Concept of operations for triage of mechanical ventilation
Emerg Med
in an epidemic. 2006;13(2):223-9.
Acad
– 91 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
158. Smith RD. Responding to global infectious disease outbreaks: Lessons from SARS
on theperception,
role of riskcommunication and management. Soc Sci Med 2006;63(12):3113-23.
159. Responding to the avian influenza pandemic threat. World Health Organization,
2005. 2007, at http://whqlibdoc.who.int/hq/2005/WHO_CDS_CSR_GIP_2005.8_eng.pdf.)
(Accessed 25 May
160. Williams WW. CDC guidelines for the prevention and control of nosocomial
infection
infections. controlfor
Guideline in hospital personnel. Am J Infect Control 1984;12(1):34-63.
161. Harper SA, Fukuda K, Uyeki TM, Cox NJ, Bridges CB. Prevention and control of
Recommendations of the Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP).
influenza.
2005;54(RR-8):1-40.
MMWR Recomm Rep
162. Hehme N, Engelmann H, Kunzel W, Neumeier E, Sanger R. Pandemic
H2N2 and
preparedness: H9N2learnt
lessons candidate
from vaccines. Med Microbiol Immunol (Berl) 2002;191(3-4):203-
163. 8. WHO rapid advice guidelines on pharmacological management of humans infected
A
with avian(H5N1) virus. World Health Organization, 2006. (Accessed 25 May 2007, at
influenza
hq/2006/WHO_PSM_PAR_2006.6_eng.pdf.)
http://whqlibdoc.who.int/
164. Hirji Z, O’Grady S, Bonham J, et al. Utility of zanamivir for chemoprophylaxis of
and B ininfluenza
concomitant a complexA continuing care population. Infect Control Hosp Epidemiol
165. 2002;23(10):604-8.
Jefferson T, Demicheli V, Rivetti D, Jones M, Di Pietrantonj C, Rivetti A. Antivirals
for influenza systematic
adults: in healthy review. Lancet 2006;367(9507):303-13.
166. Jefferson T, Demicheli V, Di Pietrantonj C, Rivetti D. Amantadine and rimantadine
Cochrane
for influenza Database
A in adults. Syst Rev 2006(2):CD001169.
167. Bhat N, Wright JG, Broder KR, et al. Influenza-associated deaths among children in
2004.States,
the United N Engl2003-J Med 2005;353(24):2559-67.
168. Cheung TM, Yam LY, So LK, et al. Effectiveness of noninvasive positive pressure
of acute
ventilation respiratory
in the treatmentfailure in severe acute respiratory syndrome. Chest 2004;126(3):845-
169. 50.Christian MD, Loutfy M, McDonald LC, et al. Possible SARS coronavirus
transmission during resuscitation. Emerg Infect Dis 2004;10(2):287-93.
cardiopulmonary
170. Wan GH, Tsai YH, Wu YK, Tsao KC. A large-volume nebulizer would not be an
acutesource
infectious respiratory syndrome. Infect Control Hosp Epidemiol 2004;25(12):1113-5.
for severe
171. Somogyi R, Vesely AE, Azami T, et al. Dispersal of respiratory droplets with open
masks:
vs closed oxygenimplications
delivery for the transmission of severe acute respiratory syndrome. Chest
172. 2004;125(3):1155-7.
Hui DS, Ip M, Tang JW, et al. Airflows around oxygen masks: A potential source of
2006;130(3):822-6.
infection? Chest
173. Harrel SK, Molinari J. Aerosols and splatter in dentistry: a brief review of the
implications.
literature and infectionJ Amcontrol
Dent Assoc 2004;135(4):429-37.
174. Catanzaro A, Jackson M. Preventing nosocomial transmission of tuberculosis.
Lancet 1995;345(8944):204-5.
175. Malasky C, Jordan T, Potulski F, Reichman LB. Occupational tuberculous infections
physicians
among pulmonary in training. Am Rev Respir Dis 1990;142(3):505-7.
176. Nogler M, Lass-Florl C, Ogon M, Mayr E, Bach C, Wimmer C. Environmental and
through aerosols produced by high-speed cutters in lumbar spine surgery. Spine
body contamination
177. 2001;26(19):2156-9.
Nogler M, Lass-Florl C, Wimmer C, Bach C, Kaufmann C, Ogon M. Aerosols
produced by in
cutters cervical spine surgery: extent of environmental contamination. Eur Spine J
high-speed
178. 2001;10(4):274-7.
Burton JL. Health and safety at necropsy. J Clin Pathol 2003;56(4):254-60.
179. Beggs CB, Noakes CJ, Sleigh PA, Fletcher LA, Siddiqi K. The transmission of
an analytical
tuberculosis reviewspaces:
in confined of alternative epidemiological models. Int J Tuberc Lung Dis
180. 2003;7(11):1015-26.
Mehta AC, Prakash UB, Garland R, et al. American College of Chest Physicians and
AmericanBronchology
for Association [corrected] consensus statement: prevention of flexible bronchoscopy-
Chest 2005;128(3):1742-55.
associated infection.
– 92 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
181. Yu IT, Xie ZH, Tsoi KK, et al. Why did outbreaks of severe acute respiratory
hospital
syndrome occur wards but not in others? Clin Infect Dis 2007;44(8):1017-25.
in some
182. Loeb M, McGeer A, Henry B, et al. SARS among critical care nurses, Toronto.
Emerg2004;10(2):251-5.
Infect Dis
183. Cooper A, Joglekar A, Adhikari N. A practical approach to airway management in
CMAJ
patients with 2003;169(8):785-7.
SARS.
184. Pippin DJ, Verderame RA, Weber KK. Efficacy of face masks in preventing
contaminants.
inhalation of airborne J Oral Maxillofac Surg 1987;45(4):319-23.
185. Kaye K, Weber D, Rutala W. Nosocomial infections associated with respiratory
Hospital
therapy. Epidemiology
In: Mayhall C, ed. and Infection Control. 3 ed. Philadelphia: Lippincott Williams &
22.
Wilkins; 2004:1207-
186. Derrick JL, Gomersall CD. Protecting healthcare staff from severe acute respiratory
capacity
syndrome: of multiple surgical masks. J Hosp Infect 2005;59(4):365-8.
filtration
187. Lenhart SW, Seitz T, Trout D, Bollinger N. Issues affecting respirator selection for
workersinfectious
exposedaerosol:
to emphasis on healthcare settings. Applied Biosafety 2004;9(1):20-36.
188. Allard F, Santamouris M, eds. Natural Ventilation in Buildings: A Design
James,London:
Handbook. Ltd.; 1998.James and
189. Liddament MW. A Guide to Energy Efficient Ventilation. Coventry: The Air
Centre,
Infiltration andUniversity
Ventilationof Warwick Science Park; 1996.
190. Awbi H. Ventilation of Buildings. 2nd ed. New York: Taylor & Francis; 2003.
191. Li Y, and Delsante, A. Natural ventilation induced by combined wind and thermal
forces.Environment
Building and2001;36:59-71.
192. Irving SJ, Concannon PJ, Dhargalkar HS. An inverse solver for sizing passive
ventilation
193. Axleyopenings; 1995. to the design of natural ventilation systems using loop
J. Introduction
Conference -
equations. In: 19th AIVC Ventilation Technologies in Urban Areas; 1998 28-30 September; Oslo,
56.
Norway; 1998. p. 47-
194. Fanger P. Thermal comfort: analysis and applications in environmental engineering.
Hill; 1970.
New York: McGraw-
195. Brady MT, Evans J, Cuartas J. Survival and disinfection of parainfluenza viruses on
Am J Infect
environmental Control 1990;18(1):18-23.
surfaces.
196. Suarez DL, Spackman E, Senne DA, Bulaga L, Welsch AC, Froberg K. The effect
detection
of various of avian on
disinfectants influenza virus by real time RT-PCR. Avian Dis 2003;47(3 Suppl):1091-
197. 5. Sattar SA, Jacobsen H, Springthorpe VS, Cusack TM, Rubino JR. Chemical
of rhinovirus
disinfection type transfer
to interrupt 14 from environmental surfaces to hands. Appl Environ Microbiol
198. 1993;59(5):1579-85.
Sattar SA, Springthorpe VS, Karim Y, Loro P. Chemical disinfection of non-porous
inanimate surfaces contaminated with four human pathogenic viruses. Epidemiol Infect
experimentally
199. 1989;102(3):493-505.
Rabenau HF, Kampf G, Cinatl J, Doerr HW. Efficacy of various disinfectants
Hosp
against SARS Infect 2005;61(2):107-11.
coronavirus. J
200. Dettenkofer M, Wenzler S, Amthor S, Antes G, Motschall E, Daschner FD. Does
environmental
disinfection of surfaces influence nosocomial infection rates? A systematic review. Am J
2004;32(2):84-9.
Infect Control
201. Scott E, Bloomfield SF. Investigations of the effectiveness of detergent washing,
dryingdisinfection
and chemical on contamination of cleaning cloths. J Appl Bacteriol 1990;68(3):279-83.
202. Medcraft JW, Hawkins JM, Fletcher BN, Dadswell JV. Potential hazard from spray
hospital
cleaning wards.
of floors in J Hosp Infect 1987;9(2):151-7.
203. Spaulding EH. Chemical disinfection of medical and surgical materials. In:
Disinfection,
Lawrence C, Blcoksterilization,
SS, eds., eds.and preservation. Philadelphia: Lie & Febiger; 1968:517-31.
– 93 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
204. Rutala WA. APIC guideline for selection and use of disinfectants. 1994, 1995, and
Committee.
1996 APIC Association for Professionals in Infection Control and Epidemiology, Inc. Am
Guidelines
1996;24(4):313-42.
J Infect Control
205. Cefai C, Richards J, Gould FK, McPeake P. An outbreak of Acinetobacter
from incomplete
respiratory disinfection
tract infection resulting of ventilatory equipment. J Hosp Infect 1990;15(2):177-82.
206. Craven DE, Lichtenberg DA, Goularte TA, Make BJ, McCabe WR. Contaminated
mechanical
medication ventilator
nebulizers in circuits. Source of bacterial aerosols. Am J Med 1984;77(5):834-8.
207. Spach DH, Silverstein FE, Stamm WE. Transmission of infection by gastrointestinal
bronchoscopy.
endoscopy and Ann Intern Med 1993;118(2):117-28.
208. Weber DJ, Rutala WA. Lessons from outbreaks associated with bronchoscopy.
InfectEpidemiol
Control Hosp 2001;22(7):403-8.
209. Wheeler PW, Lancaster D, Kaiser AB. Bronchopulmonary cross-colonization and
mycobacterial
infection related to contamination of suction valves of bronchoscopes. J Infect Dis
210. 1989;159(5):954-8.
Poledore AP. The sanitizing efficiency of diswashing machines. J Foodservice
1980:17-25.
211. Stahl Wernersson E, Johansson E, Hakanson H. Cross-contamination in
2004;56(4):312-7.
dishwashers. J Hosp Infect
212. Ijaz MK, Sattar SA, Johnson-Lussenburg CM, Springthorpe VS, Nair RC. Effect of
atmospheric
relative humidity, temperature, and suspending medium on the airborne survival of human
Microbiol 1985;31(8):681-5.
rotavirus. Can J
213. Marks PJ, Vipond IB, Carlisle D, Deakin D, Fey RE, Caul EO. Evidence for
Norwalk-like
airborne transmission virus
of (NLV) in a hotel restaurant. Epidemiol Infect 2000;124(3):481-7.
214. Marks PJ, Vipond IB, Regan FM, Wedgwood K, Fey RE, Caul EO. A school
evidence
outbreak for airbornevirus:
of Norwalk-like transmission. Epidemiol Infect 2003;131(1):727-36.
215. Battles DR, Vesley D. Wash water temperature and sanitation in the hospital
1981;43(5):244-50.
laundry. J Environ Health
216. Blaser MJ, Smith PF, Cody HJ, Wang WL, LaForce FM. Killing of fabric-associated
laundry
bacteria by low-temperature washing. J Infect Dis 1984;149(1):48-57.
in hospital
217. Christian RR, Manchester JT, Mellor MT. Bacteriological quality of fabrics washed
temperatures in a hospital laundry facility. Appl Environ Microbiol 1983;45(2):591-7.
at lower-than-standard
218. Barker J, Jones MV. The potential spread of infection caused by aerosol
flushing aofdomestic
contamination surfaces toilet.
after J Appl Microbiol 2005;99(2):339-47.
219. Morawska L. Droplet fate in indoor environments, or can we prevent the spread of
2006;16(5):335-47.
infection? Indoor Air
220. Karanfil LV, Conlon M, Lykens K, et al. Reducing the rate of nosocomially
virus. Am
transmitted J Infectsyncytial
respiratory Control 1999;27(2):91-6.
221. Mlinaric-Galinovic G, Varda-Brkic D. Nosocomial respiratory syncytial virus
Diagn
infections inMicrobiol
children’s Infect
wards.Dis 2000;37(4):237-46.
222. Thorburn K, Kerr S, Taylor N, van Saene HK. RSV outbreak in a paediatric
2004;57(3):194-201.
intensive care unit. J Hosp Infect
223. Ibricevic A, Pekosz A, Walter MJ, et al. Influenza virus receptor specificity and cell
human
tropism airway
in mouse andepithelial cells. J Virol 2006;80(15):7469-80.
224. CDC. Guidelines for preventing the transmission of Mycobacterium tuberculosis in
1994. facilities,
health-care Centers for Disease Control and Prevention. MMWR 1994;43(RR-13):1-132.
225. CDC. Guidelines for preventing the transmission of Mycobacterium tuberculosis in
2005. settings,
health-care MMWR 2005;54(RR17).
226. Le DH, Bloom SA, Nguyen QH, et al. Lack of SARS transmission among public
Emerg
hospital InfectVietnam.
workers, Dis 2004;10(2):265-8.
– 94 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
227. Park BJ, Peck AJ, Kuehnert MJ, et al. Lack of SARS transmission among healthcare
Emerg
workers, Infect
United Dis 2004;10(2):244-8.
States.
228. Peck AJ, Newbern EC, Feikin DR, et al. Lack of SARS transmission and U.S.
SARSInfect Dis 2004;10(2):217-24.
case-patient. Emerg
229. Ali Y, Dolan M, Fendler E, Larson E. Alcohols. In: Block S, ed. Disinfection,
5 ed. Philadelphia:
Sterilization Williams and Wilkins; 2000:229-53.
and Preservation.
230. Bell DM. Public health interventions and SARS spread, 2003. Emerg Infect Dis
2004;10(11):1900-6.
231. Rutala WA, Weber DJ, Gergen MF, Gratta AR. Efficacy of a washer-pasteurizer for
respiratory-care
disinfection of equipment. Infect Control Hosp Epidemiol 2000;21(5):333-6.
232. Gillis J, Rennick J. Affirming parental love in the pediatric intensive care unit.
2006;7(2):165-8.
Pediatr Crit Care Med
233. Leidy NK, Margolis MK, Marcin JP, et al. The impact of severe respiratory
caregiver,
syncytial andthefamily
virus on child,during hospitalization and recovery. Pediatrics 2005;115(6):1536-46.
234. Hanrahan KS, Lofgren M. Evidence-based practice: examining the risk of toys in
infants in the neonatal
the microenvironment of intensive care unit. Adv Neonatal Care 2004;4(4):184-201, quiz 2-
235. 5.Avila-Aguero ML, German G, Paris MM, Herrera JF. Toys in a pediatric hospital:
are they a Jbacterial
Am Infect Control
source?2004;32(5):287-90.
236. Buttery JP, Alabaster SJ, Heine RG, et al. Multiresistant Pseudomonas aeruginosa
oncology
outbreak ward related to bath toys. Pediatr Infect Dis J 1998;17(6):509-13.
in a pediatric
237. Davies MW, Mehr S, Garland ST, Morley CJ. Bacterial colonization of toys in
Pediatrics
neonatal intensive2000;106(2):E18.
care cots.
238. Hick JL, Hanfling D, Burstein JL, et al. Health care facility and community
capacity.
strategies Ann Emerg
for patient Med 2004;44(3):253-61.
care surge
239. Hogg W, Lemelin J, Huston P, Dahrouge S. Increasing epidemic surge capacity with
care. Can
home-based Fam Physician 2006;52:563-4, 70-2.
hospital
240. Martin SD. Avian flu: should we worry in home healthcare? Home Healthc Nurse
6-7.
2006;24(1):38-45; quiz
– 95 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Ucapan terima kasih kepada tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Departemen
Indonesia,
Kesehatan yang telah memberi saran-saran dan input tentang peristilahan medis dan
Republik
dokumen :
penyuntingan
– 96 –
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi di
Pedoman Interim WHO
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
– 96 –