Vous êtes sur la page 1sur 12

KATA PENGANTAR

Segala puji untuk Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan karunianya kami bisa
menyusun juga menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah mengenai Cost of
Quality (COQ) ini kami susun untuk melengkapi tugas dari mata kuliah Akuntansi Manajemen.

Kami menyadari banyak terdapat beberapa kekurangan dalam makalah yang kami susun ini,
untuk itu kami tidak menutup diri untuk menerima kritik dan saran yang membangun untuk
menyempurnakan makalah kami ini.

Kami harap makalah yang kami buat ini dapat berguna untuk pembaca dan menambah wawasan.

Hormat kami

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................................................

KATA PENGANTAR......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................

1.1 Latar Belakang ..........................................................................................................................


1.2 Tujuan Dari Cost of Quality.......................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................

2.1 Pengertian Biaya Mutu (Cost of Quality)....................................................................................

2.2 Jenis-jenis Biaya Mutu (Cost of Quality)....................................................................................

2.2.1 Biaya pencegahan ..............................................................................................................

2.2.2 BiayaPenilaian ...................................................................................................................

2.2.3 Biaya Kegagalan ................................................................................................................

2.3 Manajemen Mutu Total ..............................................................................................................

2.4 Mengukur Biaya Mutu..................................................................................................


2.4.1 Akuntansi untuk kerugian proses produksi dalam sistem perhitungan
biaya berdasarkan pesanan.........................................................................................
2.4.2 Akuntansi untuk kerugian proses produksi dalam sistem perhitungan
biaya berdasarkan pesanan …………………………………………………… .

BAB III PENUTUP.........................................................................................................................

3.1 Kesimpulan.................................................................................................................................

3.2 Saran...........................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang

Persaiangan bisinis yang berkembang pesat dewasa ini setiap perusahaan dituntut untuk
menghasilan produk yang berkualitas agar mampu bersaing di pasar. Kualitas produk merupakan
satu-satunya kekuatan dalam membuahkan keberhasilan organisasi dan pertumbuhan.
Peningkatan kualitas berarti juga peningkatan produktivitas dan efisiensi biaya disamping dapat
memperbaiki keuangan perusahaan dan posisi persaiangan.
Beberapa dampak dari peningkatan kualitas adalah berkurangnya tingkat kesalahan,
mengurangi pengulangan pekerjaan, waktu tempuh singkat. Salah satu faktor yang menunjang
peniingkatan kualitas yaitu dibutuhkan biaya-biaya diluar biaya produksi. Biaya yang
dikeluarkan untuk menjalankan kegiatan mutu disebut biaya mutu. Jadi biaya mutu adalah biaya
yang timbul karena telah dihasilkan produk yang tidak bagus mutunya. Biaya mutu merupakan
landasan ekonomi untuk sistem mutu.
Biaya mutu menyediakan faktor penunjang peningkatan kualitas ekonomi yang sama
membuat manajemen pabrik dan pelaksana kendali mutu dapat berkomunikasi dengan jelas dan
efektif. Dengan demikian pengaruh biaya mutu sangat luas dan terjadi hanya pada produsen
tetapi pada konsumen dan pedagang serta aktifitas diseluruh produksi dan proses konsumsi.

Ada dua cara dalam memandang biaya mutu :

 Mempertimbangkan biaya itu sendiri dan menggunakan penyelidikan untuk menentukan


strategi dalam mengurangi biaya.
 Mengenali bahwa dalam mengurangi biaya, cara tunggal yang masuk akal untuk
melaksanakannya juga mangarah mutu yang lebih baik.

Peningkatan kualitas produk dapat dicapai melalui program pengendalian mutu terpadu,
dimana program ini merupakan alat bagi manajemen mutu dalam memusatkan pada kepelaporan
dibidang mutu. Dalam program ini diperlukan koordinasi yang baik dari seluruh kegiatan
disemua tingkat organisasi, yaitu mulai dari manajemen puncak sampai dengan unit yang paling
bawah. Ini berarti memerlukan keterpaduan tindakan mutu dari orang, mesin, peralatan dan
informasi kedalam system pengendalian manajemen.

1.2 Tujuan dari Cost of Quality

Ada beberapa tujuan dari pembelajaran biaya mutu ( The Cost of Quality ) diantaranya
adalah :

 Agar mampu mengidentifikasikan dan membedakan tiga jenis biaya mutu


 Mampu menjelaskan manajemen mutu total ( total quality management ) dan kebutuhan
untuk melakukan perbaikan yang berkelanjutan ( continous improvement ).
 Mampu menghitung biaya sisa bahan baku ( scrap ), biaya barang cacat ( spoilage ), dan
biaya pengerjaan kembali ( rework ) pada system perhitungan biaya berdasarkan
pemesanan.
 Mampu membuat ayat jurnal untuk mempertanggungjawabkan biaya sisa bahan baku,
biaya barang cacat, dan biaya pengerjaan kembali pada sistem perhitungan biaya
berdasarkan pesanan.
 Mampu membuat ayat jurnal untuk mempertanggungjawabkan biaya barang cacat pada
sistem perhitungan biaya berdasarkan proses.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Biaya Mutu (Cost of Quality)

Biaya Mutu ( Cost of Quality ) seringkali disalah artikan. Biaya mutu tidak hanya terdiri atas
biaya untuk mencapai mutu, melainkan juga biaya yang terjadi karena kurangnya mutu. Istilah
Cost of Quality banyak digunakan dalam berbagai industri. Kadang-kadang disebut dengan
istilah yang sedikit lebih singkat, yaitu Quality Cost. Apapun bentuk yang dipakai, istilah ini
seringkali salah diartikan. Cost of Quality bukan biaya yang dibutuhkan untuk membuat produk
yang berkualitas. Cost of Quality adalah biaya yang timbul karena tidak menghasilkan produk
atau servis berkualitas.

Biaya mutu (coq) adalah pengukuran yang digunakan untuk menilai limbah atau kerugian dari
beberapa proses didefinisikan (misalnya mesin, produksi, tanaman, departemen, perusahaan, dll).

2.2 Jenis-jenis Biaya Mutu (Cost of Quality)

Biaya mutu dapat dikelompokan dalam tiga klasifikasi besar atau tiga jenis yaitu :

2.2.1 Biaya Pencegahan ( Prevention Cost ) adalah biaya yang terjadi untuk mencegah
terjadinya kegagalan produk. Biaya pencegahan adalah biaya yang dikeluarkan untuk
mendesain produk dan system produksi yang bermutu tinggi, termasuk biaya untuk
,menerapkan dan memelihara system-sistem tersebut. Pencegahan kegagalan produk
dimulai dengan mendesain mutu kedalam produk dan proses produksi. Komponen-
komponen dan peralatan bermutu tinggi harus digunakan. Pemeliharaan preventif harus
dilakukan secara berkala atas peralatan dan mesin untuk mempertahankan mutu yang
tinggi. Karyawan harus dilatih dengan baik dan bermotivasi tinggi. Seluruh karyawan,
mulai dari manajemen puncak sampai setiap pekerja pabrik harus terus menerus mencari
cara untuk memperbaiki mutu produk.
2.2.2 Biaya Penilaian ( appraisal cost ) adalah biaya yang terjadi untuk mendeteksikan
kegagalan produk. Biaya penilaian terdiri atas biaya inspeksi dan pengujian bahan baku,
biaya inspeksi produk selama dan setelah proses produksi, serta biaya untuk memperoleh
informasi dari pelanggan mengenai kepuasan mereka atas produk tersebut.
2.2.3 Biaya Kegagalan ( failure cost ) adalah biaya yang terjadi ketika suatu produk gagal.
Kegagalan tersebut dapat terjadi secara internal maupun eksternal. Biaya kegagalan
internal ( internal Failure cost ) adalah biaya yang terjadi selama proses produksi, seperti
biaya sisa bahan baku, biaya barang cacat, biaya pengerjaan kembali, dan terhentinya
produksi karena produksi mesin atau kehabisan bahan baku. Biaya kegagalan eksternal
( external failure cost ) adalah biaya yang terjadi setelah produk dijual, meliputi biaya
untuk memperbaiki dan mengganti produk yang rusak selama masa garansi, biaya yang
menangani keluhan pelanggan, dan biaya hilangnya penjualan akibat ketidakpuasan
pelanggan.

2.3. Manajemen Mutu Total

Untuk dapat bertahan dilingkungan bisnis yang kompetitif, suatu perusahaan harus
menyediakan produk bermutu dengan harga yang wajar. Perusahaan-perusahan seperti Ford,
Hewlett-Packard, Harley Davidson, dan Celanese pada awal tahun 1980-an sudah menyadari
bahwa perusahaan-perusahaan tersebut tidak dapat terus menjadi kompetitif, jika produknya
tidak dapat bersaing dengan produk dengan mutu tertinggi dari pesaingnya. Untuk
menghilangkan mutu yang buruk, produsen kelas dunia mangadopsi filosofi manajemen mutu
total. Manajemen mutu total ( total quality management – TQM ) adalah pendekatan tinggat
perusahaan terhadap perbaikan mutu berusaha untuk memperbaiki mutu di semua proses dan
aktivitas. Filosofi ini telah berkembang menjadi lebih dari sekedar suatu tujuan dari bisnis yang
dikelola dengan baik. TQM telah menjadi filosofi yang mengakar dan suatu cara untuk
menjalankan bisnis yang berlaku bagi seluruh bidang fungsional dan karyawan perusahaan.

Oleh karena produk dan proses produksi suatu perusahaan berbeda dengan perusahaan
lain, maka pendekatannya terhadap TQM berbeda jauh. Namun, karakteristik-karakreistik
berikut bersifat umum untuk semuanya.
 Tujuan perusahan bagi semua aktivitas bisnisnya adalah melayani pelanggan. Produk,
sampai titik tertentu tidak hanya terbatas pada barang berwujud saja, melainkan
termasukjasa juga, dan pelanggan tidak hanya terbatas pada pembeli produk perusahaan,
malainkan juga termasuk orang-orang didalam perusahaan yang menggunakan atau
memperoleh manfaat dari output aktivias internal. Karyawan diharuskan untuk
mengidentifikasikan pelanggan mereka, serta menentukan kebutuhan dan prioritas
pelanggan tersebut melalui proses interaksi dengan mereka. Secara internal, proses ini
diterjemahkan menjadi produsen dari produk ( atau jasa ) yang bertemu dengan
pengguna. Secara eksternal, proses ini membutuhkan riset pasar dan umpan balik dari
pelanggan. Produses tidak dapat mengasumsikan bahwa mereka mengetahui apa yang
terbaik bagi pelanggan.
 Manajemen puncak memimpin secara aktif dalam perbaikan mutu. Diperusahaan-
perusahaan yang berhasil, seperti Westinghouse Electric’ dan Ford,’ CEO memimpin
secara aktif dalam program perbaikan mutu. Komitmen dan keterlibatan manajemen
puncak diperlukan untuk menyediakan arahan dan motivasi karyawan di semua tingkatan
agar bekerjasama guna memperbaiki mutu produk. Karyawan akan terlibat secara aktif
hanya jika hanya jika mereka mengerti pentingnya perbaikan mutu bagi perusahaan, dan
pastisipasi aktif dari manajemen puncak menunjukkan seberapa pentingnya hal tersebut.

 Semua karyawan terlibat secara aktif dalam perbaikan mutu. Memperbaiki mutu adalah
suatu cara untuk menjalankan bisinis yang berlaku untuk semua bagian dan setiap
tingkatan perusahaan. Semua karyawan pasti menghasilkan suatu produk, walaupun
kebanyakan adalah untuk konsumsi internal. Oleh karena itu, membiarkan mutu yang
buruk untuk terus terjadi dibagian manapun dari perusahaan dapat menyebabkan hal ni
menyebar kebagian-bagian lainnya. TQM mengharuskan keterlibatan aktif dari seluruh
karyawan di semua tingkatan untuk terus-menerus secara aktif mencari guna
memperbaiki mutu dari proses-proses yang ada didalam kendali mereka masing-masing.

 Perusahaan memiliki system untuk mengidentifikasikan masalah mutu, mengembangkan


solusi dan menetapkan tujuan perbaikan mutu. Sejumlah system yang berbda digunakan
oleh perusahaan yang berbeda. Tetapi pada umumnya, system-sistem ini terdiri atas
pengaturan kelompok karyawan kedalam tim mutu atau lingkaran mutu yang bertemu
secara teratur untuk mendiskusikan masalah mutu. Kelompok karyawan ini terdiri atas
karyawan dari berbagai bidang fungsional yang berbeda, sekaligus karyawan yang
menggunakan produk serta mereka yang memproduksinya. Kelompok ini tidak hanya
terdiri atas manajer dan pekerja dari proses-proses yang terlibat, melainkan juga paling
tidak memasukan satu manajer yang satu tingkat lebih tinggi dari tingkatan operasional.
Pertemuan-pertemuan ini ditandai dengan diskusi terbuka dan jujur mengenai masalah,
dan sering kali menggunakan sesi urun pendapat atau sumbang saran ( brainstorming )
guna mengidentifikasikan solusi yang mungkin. Pada awalnya, manajemen puncak dapat
mengidentifikasikan masalah mutu yang memerlukan tindakan segera. Dengan semakin
berkembang dan matangnya system, anggota tim mulai mengidentifikasikan masalah dan
kesempatan untuk perbaikan.

 Perusahaan menghargai karyawannya dan memberikan pelatihan terus-menerus serta


pangakuan atas pencapaian. Bahkan diperusahaan yang sangat terotomatisasi sekalipun,
sumber daya manusia merupakan asset perusahaan yang paling berharga. Manusialah
yang melakukan perencanaan, desain, dan pengaturan sedangkan mesin tidak. Perusahaan
yang berjuang untuk memperbaiki mutu mengakui bahwa karyawan yang terlatih baik
dan bermotivasi tinggi merupakan hal yang penting. Perusahaan yang berhasil
menyediakan pelatihan yang spesifik untuk pekerjaan tertentu yang didesain yang
memperbaiki kinerja. Pelatihan semacam ini sangat penting untuk pekerjaan-pekerjaan
yang sangat teknis. Beberapa perusahaan juga memberikan pendidikan yang lebih umum
sifatnya. Pendidikan tersebut menciptakan peluang untukperbaikan dan kemajuan diri
sendiri yang meningkatkan moral karyawan. Selain itu, adalah juga penting mengakui
karyawan yang telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap mutu, atau yang
telah mencapai kinerja yang luar biasa.

2.4 Mengukur Biaya Mutu

Agar berhasil dalam memantau biaya mutu serta mengevaluasi perbaikan, akuntan manajemen
harus dapat mengukur biaya mutu. Biaya mutu bagi kebanyakan perusahaan besar itu cukup
tinggi. Kebanyakan biaya dari berbagai jenis kegagalan produk dapat diukur dan dilaporkan
setiap periode. Volume bahan baku sisa, barang cacat, pengerjaan kembali, perbaikan dan
penggantian selama masa garansi dan penanganan keluhan pelanggan dapat dipantau, dihitung
biayanya dan dilaporkan ke manajemen per kuartal per bulan, atau lebih sering. Biaya
kegagalan-kegagalan semacam ini dapat ditelusuri dan dilaporkan untuk setiap pusat biaya.

Biaya kegagalan dapat disebabkan oleh komponen-komponen bermutu rendah dari pemasok,
mesin yang usang, desain produk yang buruk, atau faktor-faktor lain di luar kendali seorang
manajer pusat biaya.

2.4.1 Akuntansi untuk kerugian proses produksi dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan
pesanan
Kerugian produksi dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan mencakup biaya
bahan baku sisa, biaya barang cacat dan biaya pengerjaan kemabali atas barang cacat.

 Akuntansi untuk bahan baku sisa ( Scrap)


Bahan baku (spoilage) sisa terdiri atas (1) serbuk atau sisa yang tertinggal setelah
bahan baku diproses, (2) bahan baku cacat yang tidak dapat digunakan maupun
diretur ke pemasok dan (3) bagian-bagian yang rusak akibat kecerobohan
karyawan atau kegagalan mesin. Jika bahan baku sisa memiliki nilai, maka bahan
baku sisa tersebut sebaiknya dikumpulkan dan disimpan utnuk dijual ke pedagang
barang bekas. Jika bahan baku sisa merupakan hasil dari pemotongan, pengikiran,
atau residu bahan baku, maka biayanya mungkin tidak mudah untuk ditentukan.
Meskipun demikian, tetap dibutuhkan suatu catatan atas jumlah bahan baku sisa
tersebut terlepas dari fakta bahwa tidak ada biaya yang dapat dibebankan ke
persediaan itu.

 Akuntansi untuk biaya barang cacat (spoiled goods)


Barang cacat berbeda dengan bahan baku sisa karena barang cacat adalah unit
yang selesai atau separuh selesai namun cacat dalam hal tertentu.
Barang cacat dapat disebabkan oleh tindakan pelanggan, seperti penggantian
spesifikasi setelah produksi dimulai atau untuk diproduksi dimulai atau keharusan
untuk memproduksi dalam toleransi yang sangat ketat. Barang cacat juga dapat
disebabkan oleh kegagalan internal, seperti kecerobohan karyawan atau usangnya
peralatan. Perlakuan akuntansi utnuk barang cacat bergantung pada penyebabnya.
Barang cacat yang disebabkan oleh pelanggan, jika barang cacat terjadi karena
tindakan tertentu yang dilakukan oleh pelanggan, maka hal tersebut tidak
dianggap seperti biaya ,mutu.
Barang cacat yang disebabkan oleh kegagalan internal seperti kecerobohan
karyawan, atau usangnya mesin biaya yang tidak tetutup dari pejualan barang
cacat sebaiknya dibebankan ke pengendalian Over head pabrik.

 Akuntansi utnuk biaya pengerjaan kembali (Rework)


Pengerjaan kembali (rework) adalah proses utuk membetulkan barang cacat.
Barang cacat, pengerjaan kemabli dapat disebabkan oleh tindakan pelanggan
maupu kegagalan internal.
Pengerjaan kembali yang disebabkan oleh pelanggan.
Jika pengerjaan kemabali disebabkan oleh pelanggan, maka biaya pengerjaan
kembali dibebankan ke pesanan, dan idealnya ditutup oleh peningkatan dalam
harga jual.
Pengerjaan kemabli yang disebabkan oleh kegagalan internal
Jika pengerjaan kembali disebabkan oleh kegagalan internal, maka biaya
pengerjaan kemabli diseabkan oleh kegagalan internal, maka sebaiknya biaya
pengerjaan kembali dibebankan ke Pengendalian Over Head pabrik dan secara
periodik dilaporkan ke manajemen

2.4.2 Akuntansi untuk kerugian proses produksi dalam perhitungan biaya berdasarkan proses.
Sebgaimana halnya dengan sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan, kerugian
produksi pada sistem biaya berdasarkan proses juga mencakup biaya bahan baku sisa,
biaya barang cacat, dan biaya pengerjaan kembali. Penjualan bahan baku sisa,
pendapatan lain-lain, harga pokok penjualan, pengendalian overhead pabrik atau barang
dalam proses, sebaiknya dikreditkan untuk pendapatan yang diperoleh dari penjualan
bahan baku sisa. Biasanya biaya pengerjaan kembali dibebankan ke penggendali
overhead pabrik dan bukannya ke barang dalam proses, karena pengerjaan kembali di
sistem perhitugan biaya berdasarka proses biasanya disebabkan karena kegagalan
internal dan bukannya karena permintaan pelanggan.
III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kualitas baik akan sebuah produk merupakan hak yang harus diperoleh oleh konsumen, apabila
tidak maka produk tersebut tidak akan disukai. Mendapatkan sebuah produk yang berkualitas
baik memang memerlukan beberapa tahap produksi dan pengecekan. Biaya akan sebuah
pengecekan produk diharapkan dapat seminimal mungkin tetapi menghasilkan produk yang
bermutu.
Biaya mutu dalam menghasilkan suatu produk dapat dikelompokan menjdi 3 (tiga) kelompok
seperti Biaya pencegahan,biaya penilaian, dan biaya kegagalan,
Dalam mengukur biaya mutu suatu produk ada dua cara yaitu berdasarkan pesanan juga
berdasarkan proses.

3.2 Saran
Menciptakan suatu produk bukan hanya tanggug jawab seorang manager produksi ataupun
manager quality control (QC), namun dibutuhkan setiap elemen dalam proses produksi baik itu
operator, kesiapan mesin juga bahan baku yang memadai. Untuk itu sebaiknya dalam memulai
suatu produksi sebaiknya ada standard operasional yang baku atau juga sample barag jadi yang
sudah baik sebagai contohnya.
Apabila hal diatas tersedia, bukan tidak mungkin hasil dari setiap produksi akan berkualitas dan
tidak memerlukan biaya kembali untuk rework ataupun hal lainnya yang merugikan

Vous aimerez peut-être aussi